S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK : 11
NAMA : RINATA
PUTSALSABILA
SALWANI
UNIT/SEMESTER : I/I
PRODI : S1-PGMI
DOSEN : FAISAL, MA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................... 2
A. Pengertian Ilmu Kalam............................................................. 2
B. Epistimologi Ilmu ..................................................................... 4
C. Rancang Bangun Ilmu kalam Kontemporer, Sebuah Tawaran
Alternatif................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Satu hal yang niscaya dalam Islam adalah setiap umat Islam diwajibkan
mematuhi dan menghamba hanya kepada Allah swt. Sedangkan sebuah kepatuhan
dan penghambaan tidak akan terjadi kepada suatu zat yang tidak dikenal dan
dipahami. Maka dari itu, upaya mengenal dan memahami zat yang disembah dan
wajib ditaati, yakni Allah swt, merupakan suatu hal utama (fardh ‘ain) yang harus
diketahui bagi setiap insan yang beriman. Sehingga layak dikatakan bahwa ilmu
Tauhid (Akidah), sebagai suatu ilmu yang menjadikan hakikat Tuhan sebagai
objek sentral dalam kajiannya, merupakan ilmu yang luhur dalam kajian keilmuan
Islam.
Dalam pandangan al-Ghazali, segala sesuatu setidaknya terdiri dari tiga
unsur; pengetahuan (ilm), kondisi (hal), dan perilaku (amal). Maka, dapat
dikatakan bahwa ilmu Tauhid adalah ilmu tentang keyakinan/kepercayaan yang
bertujuan untuk menghasilkan keimanan yang pasti tanpa ada keraguan sedikit
pun tentang ajaran-ajaran dasar agama. Sebagai ilmu, ilmu Tauhid tidak statis,
akan tapi ia menerima dinamika perubahan dan pengembangan (qabil lin-niqasy
wa at-tagyir). Akhirnya, ilmu Tauhid dapat menghasilkan keimanan yang pasti
serta menghasilkan perilaku yang baik dan terpuji, sebagai sari buah dari
kepasrahan total terhadap Allah swt.
Namun, dalam perkembangan sejarahnya, ilmu Tauhid berevolusi serta
identik menjadi ilmu Kalam yang hanya menitikberatkan pada debat argumentatif-
teoritis mengenai aspek-aspek ketuhanan (teosentris) daripada membumikan nilai-
nilai ketuhanan untuk kemaslahatan manusia (antroposentris). Oleh karena itu,
reformulasi ilmu Kalam merupakan suatu yang niscaya. Selanjutnya, makalah ini
akan membahas perihal problem epistemologis serta metodologis yang muncul
dari ilmu Kalam, sekaligus mengupayakan munculnya epistemologi baru di
dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagiamana Pengertian Ilmu Kalam
2. Bagaiman yang Dimaksud dengan Epistemologi Ilmu Kalam
3. Bagimana Bentuk Rancang Bangun Ilmu Kalam Kontemporer: Sebuah
Tawaran Alternatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Kalam
Ilmu Kalam, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
suatu agama, seperti hakikat ketuhanan, risalah, dll. Ada dua alasan kenapa ilmu
ini disebut dengan ilmu Kalam, yaitu; pertama, “kalam” dimaksudkan sebagai
sabda Tuhan atau al-Qur’an yang pernah menjadi diskursus utama dikalangan
umat Islam di abad 9-10 M, sehingga menimbulkan fitnah besar yang dikenal
dengan al-mihnah. Kedua, “kalam” dimaksudkan sebagai metodologi, bukan
suatu objek kajian. Yakni metodologi berpikir, metodologi berdialog, atau cara
mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing mutakallimin. Selain
ilmu Kalam, ilmu ini biasa disebut juga dengan beberapa istilah, antara lain ilmu
Ushuluddin, ilmu Tauhid, ilmu Akidah, atau Fiqh al-Akbar.
Lebih lanjut, secara konseptual ilmu kalam sering didefinisikan sebagai
ilmu yang membahas dalil-dalil yang memantapkan keabsahan akidah keagamaan,
membantah argumentasi lawan, dan menolak penyimpangan kaum sempalan.
Dengan demikian, kerangka pengetahuan ilmu kalam memiliki dua cabang;
pertama, bersifat posistif, yaitu meneguhkan keabsahan akidah melalui dalil yang
meyakinkan. Kedua, bersifat negatif, yakni membantah argumentasi lawan, dan
menolak penyimpangan interpretasi kaum sempalan . Karena itu, Ibnu Khaldun
(1981: 580), begitu pula Ahmad Amin (mendefinisikan ilmu kalam sebagai ilmu
yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah keimanan yang diperkuat
dengan dalil-dalil rasional, serta menolak penyimpangan dalam dogma yang
dianut oleh kaum Muslim awal. Sedangkan menurut at-Tahanawi, ilmu kalam
adalah ilmu yang mampu mengukuhkan akidah Islam dengan memaparkan
argumentasi-argumentasi dan menyanggah atas beberapa kekeliruan dan keraguan
Ilmu Kalam, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Sahrastani, baru
menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri setelah tokoh-tokoh Mu’tazilah
mempelajari buku-buku filsafat yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
yang selanjutnya disinergikan dengan nalar keislaman. Momen ini terjadi pada
masa Khalifah al-Ma’mun. Sementara itu, meski ilmu kalam memiliki perangkat
metodologi yang mapan dalam level operasionalnya. Namun, jika melihat sejarah
perkembangannya, ilmu ini sejak dari semula tidak lepas dari interes-interes
politik dari dominasi kekuasaan pada masa itu. Infiltrasi inilah yang menjadikan
ilmu kalam menjadi benteng intelektual bagi para penguasa. Sehingga terjadi
truth-claim dan al-mihnah, pemaksaan dan intimidasi intelektual, pada masa itu.
Dampak dari infiltrasi itu masih sangat kita rasakan hingga saat ini, sebagaimana
terekam dalam literatur Kalam klasik yang kita kaji selama ini.
Karena adanya pengaruh kekuasan itulah, ilmu kalam menjadi semacam
ideologi tertutup, bukan lagi menjadi kajian yang terbuka untuk didialogkan dan
didialektikan guna mendapatkan kebenaran yang meyakinkan tanpa ada keraguan
sedikitpun, sebagaimana tujuan asal dari ilmu ini. Akhirnya, menurut Hasan
Hanafi, ilmu kalam menjadi semacam ilmu yang berbahaya bagi kaum beriman,
sebab ia cenderung memecah-belah daripada menyatukan, serta lebih menarik
perpecahan daripada kesepakatan. Sehingga ilmu kalam telah tercerabut dari
fungsi aksiologisnya sebagai ilmu, yaitu suatu proses untuk mengenal hakikat
Tuhan dan menggapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Maka dari itu, perlu
adanya upaya mereformulasi ilmu kalam sebagai sebuah ilmu yang terbuka dan
mampu berdialek dengan diskursus dan realitas lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membaca Ilmu Kalam dari sisi epistemologi merupakan aktifitas yang
menjadikan seseorang akan lebih arif dan terbukan dalam melihat gagasan-
gagasan akidah keimanan. kritik epistemologi mau tidak mau harus dilakukan jika
umat Islam ingin mengetahui berbagai anomali-anomali yang terjadi dalam
realitas kehidupan Muslim dan menjadikan agama sebagai salah satu alat
memecahkan problem sosial yang sedang dihadapi. Untuk itu diperlukan
pendekatan alternatif dari berbagai disiplin ilmu-ilmu yang lain, bahkan sikap
dan pengalaman agama lain untuk melihat lebih dekat agama kita sendiri
B. Saran
Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi pedoman
untuk kita bersama,terkhusus bagi pembaca makalah ini,namun kami selaku
penulis menyaran kan kepada pembaca agar sebagus nya mencari referensi lain
untuk menambah keyakinan kita dalam menimba ilmu,dan membuat ilmu yang
kita pegang menjadi kokoh. Sekian dari kami,banyak maaf atas segala ke khilafan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir al-Jilani, t.t., Sirrul Asrar fi Ma Yahtaju bihi al-Abrar, Mesir: al-
Mathba’ah al-Bahiyah al-Mishriyah
Ahmad Amin, t.t., Dhuha al-Islam, vol. III, Cetakan ke-6, Kairo: Maktabah al-
Nahdhah al-Mishriyah
Ahmad M. Subhi, t.t., Fi ‘Ilm al-Kalam; Dirasat Falsafiyah li Ara’I al-Firaq al-
Islamiyah fi Ushuluddin, Beirut: Dar al-Nahdhah al-Arabiyah
Ahmad Tafsir, 1994, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya