Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN FILSAFAT, FILSAFAT ILMU DAN RUANG LINGKUPNYA

DISUSUN OLEH:

NOVITA SAFITRI

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM RADEN FATAH

PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Puji syukur
kepada Allah SWT, yang telah menciptakan manusia dan alam seisinya untuk makhluknya
serta mengajari manusia tentang Al-qur’an dan kandungannya, yang dengan akal pikiran
sebagai potensidasar bagi manusia untuk menimbang sesuatu itu baik atau
buruk,menciptakan hati nurani sebagai pengontrol dalam tindak tanduk, yang telah
menciptakan fisik dalam sebagus bagusnya rupa untuk mengekspresikan amal ibadah kita
kepada-Nya. Shalawat dan salams elalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dan keluarga sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Ruang Lingkupnya, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber informasi, referensi, danberita. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Pascasarjana
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah Palembang . Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampuh mata
kuliah kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami dimasa-masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.Akhirnya kami
mengucapkan jazakumullahu khaeran katsiran,billahi fii sabilil haq fastabiqul khaerat

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palembang, 14 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat.....................................................................................................................3
B. Pengertian Ilmu..........................................................................................................................4
C. Pengertian Filsafat Ilmu.............................................................................................................5
D. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu.....................................................................................................7
1. Ontologi.....................................................................................................................................7
2. Epistemologi..............................................................................................................................8
3. Aksiologi...................................................................................................................................9
Kesimpulan............................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala sesuatu, sehingga secara
alamiah manusia berpikir untuk mencari kebenaran. Dimana dengan pemikiran itu maka
terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya tercipta dari suatu pemikiran manusia saja,
pengetahuan juga ada yang berasal dari pengalaman hidup manusia.

Manusia adalah ciptaan tuhan; makluk yang selalu berfikir, merasa, mencipta, dan
berkarya. Dalam kesehariannya manusia tumbuh dan berkembang serta mengembangkan diri
sesuai dengan harkat dan martabat serta keberadaannya keadaan lingkungan yang bervariasi
menuntut manusia lebih bijaksana, arif, selektif, dan kreatif dalam menyikapinya.

Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan daya pikirnya,
sehingga mampu membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Orang Yunani awalnya
sangat percaya pada dongeng dan mitos. Seiring dengan perkembangan zaman, kemudian
berubahlah pola pikir orang-orang terdahulu menjadi pola pikir yang berdasar pada
pengalaman, rasio dan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian.

Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang muncul dan terdapat pada dirinya
sangat dipengaruhi pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan keterampilan dan
kecakapan yang dimiliki untuk mempersepsikan dan memaknai masalah, memformulasikan
masalah, merumuskan alternatif tindakan yang tepat . penalaran manusia yang tinggi dan
pemanfaatan pendekatan ilmiah dalam mencari kebenaran akan mendorong manusia
mengatasi masalah yang dihadapi. Kemampuan dan ilmu manusia baru dapat arti kalau
mereka mampu meneliti sesuatu, sehingga mengerti dan mampu mendsekripsikan sesuatu
dalam kontesks yang sebenarnya dan bertindak atas penalaran yang kuat untuk mencari dan
menemukan kebenaran. Serta memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan uraian singkat dari latar belakang di atas, maka penulis membahas ke dalam
sebuah makalah yang berjudul “Pengertian Filsafat, Filsafat Ilmu dan Ruang
Lingkupnya”.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan singkat dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan pada:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat ilmu?


2. Apa saja ruang lingkup filsafat ilmu?
3. Apa saja Dasar-Dasar Ilmu; Ontology, epistemology, axiology?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan hasil dari rumusan masalah di atas, maka Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat ilmu
2. Untuk mengetahui ruang filsafat ilmu.
3. Untuk mengetahui dasar-dasar ilmu; Ontology, epistemology, axiology.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, istilah filsafat bersal dari bahasa
yunani: philosophia yang terdari dua kata yaitu, philos(cinta) dan shopia yang berarti kearifan
dan kebijaksanaan, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu
sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin
dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis jadi secara etimologi filsafat
berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau kebenaran.1

Dalam buku falsafat ilmu yang ditulis Amsal Bakhtiar yang mengutip dari kamus
besar bahasa indonesia, filsafat berkaitan dengan pengetahuan, penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.2

Beberapa tokoh dalam sejarah filsafat juga memberikan definisi tersendiri yang perlu
kita ketahui agar dapat memahami kata filsafat ini dari berbagai sudut pandang, diantaranya:
Plato, mengatakan filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran yang bersifat absolut,
lewat dialektika. Kemudian al Farabi menjelaskan bahwa filsafat ialah ilmu tentang alam
yang maujud dan bertujuan untuk mengetahui hakikat sebenarnya. Sedangkan Ibnu Rusyd,
yang menerangkan bahwa filsafat merupakan pengetahun otonom yang perlu dikaji oleh
manusia karena diberikan anugerah akal. Alquran memerintakan kepada manusia untuk
berfilsafat agar dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian secara rinci Immanuel Kant
menerangkan bahwa filsafat adalah ilmu dari segala pengetahuan, yang mencakup
didalamnya berbagai persoalan yang meliputi: Apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh
kita kerjakan?, sampai dimana pengahrapan kita? Apa yang dinamankan manusia?3

Dalam hal ini kami simpulkan bahwa filsafat adalah merupakan sistem dalam berfikir
secara logika dengan melibatkan segala aspek yang ada, mulai dari hakikat sesuatu, cara

1
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 4
2
Ibid, hlm. 5
3
Ibid, hlm. 4

3
mengetahui, dan nilai guna sesuatu tersebut. Filsafat merupakan segala proses yang
dikerahkan dengan menggunakan segala hal yang bisa digunakan untuk memperoleh sesuatu.

B. Pengertian Ilmu

Istilah ilmu berasal dari bahasa arab dan dipakai didalam alquran dengan akar kata
‘alima. Kata ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa indonesia dengan arti pengetahuan.
Dan kata ilmu itu sendiri diserap dan dipergunakan pula dengan makna yang berbeda. Karena
hubungan keduanya yang sangat erat, maka kadang pelajar tidak membedakan maknanya.
Suatu keadaan yang tidak seharusnya tidak dialami oleh seorang mahasiswa atau peneliti.
Pengetahuan juga dirumuskan bahwa kekayaan batin yang dimikili seseorang dalam
kalbunya, atau dalam ungkan sederhana bahwa pengetahuan adalah segala yang diketahui.4

Dalam kajian kefilsafatan ilmu mengandung tiga makna yaitu ilmu sebagai produk,
ilmu sebagai metode, dan ilmu sebagai proses. Sebagai produk merupakan kumpulan
pengetahuan atau informasi yang handal dan teruji kebenarannya dan diperoleh melalui
pemikiran yang logis dalam bentuk metode ilmiah. Sebagai metode adalah serangkaian
proses cara kerja dan langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan yang teruji
kebenarannya, metode ini disebut ilmu. Sedangkan sebagai proses berkenaan dengan
pelaksanaan kegiatan penelitian yang menghasilkan ilmu.5

Dari beberapa sumber tersebut penyusun menemukan titik terang bahwa ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan, dimana ilmu tersebut merupakan bagian dari
pengetahuan dengan disiplin khusus dan mampu berdiri sendiri dengan metodologinya
sendiri yang telah tersusun secara sistematis.

Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan,
tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu
yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan upaya mencari
penjelasan atau keterangan. Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu
sebagaimana diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan
pengertian ilmu yaitu:

- Ilmu adalah sejenis pengetahuan

4
Muis Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar: Alauddin Pers, 2009.hlm 45
5
Ibid, hlm 45

4
- Tersusun atau disusun secara sistematis

- Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu

- Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.

Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu
pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir
yang jelas, karena pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini merupakan akumulasi
dari pengalaman/pengetahuan manusia yang terus dipikirkan, disistimatisasikan, serta
diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhasan dalam
objeknya.

C. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan secara spesifik yang mengkaji
hakikat ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan, dimana filsafat
ilmu ialah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat mengenai asasnya untuk menuju
penemuan keterangan pengetahuan yang benar.6

Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau epistimolgi yang mencoba menjelaskan
rahasia alam semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi misteri. Secara umum
pengelompokan pengetahuan menjadi tiga yaitu; 1. Pengetahuan yang baik dan yang buruk,
atau disebut etika. 2. Pengetahuan yang indah dan tidak indah atau estetika. 3. Penegtahuan
yang benar atau tidak benar atau logika.7

Pada hakikatnya filsafat ilmu dapat ditelusuri dari empat hal sebagai berikut:

1. Sumber ilmu pengetahuan dari mana?

Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan darimana ilmu pengetahuan diperoleh. Ilmu


pengetahuan diperoleh dari pengalaman (empeiris) dan akal (ratio). Akhirnya timbul paham
atau aliran yang disebut empirisme dan rasonalisme. Aliran empirisme yaitu paham yang
menyusun teorinya berdasarkan pengalaman yang tokoh tokoh diataranya David Hume dan
Jhon Locke. Sedangkan aliran rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan rasio. Tokoh
tokoh aliran ini seperti, Spinoza, Rene Descartes. Aliran empirisme menggunakan metode

6
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 12
7
A Susanto, Filsafat Ilmu : sesuatu kajian Dalam Dimensi Ontologis,. Epistemologis, dan Aksiologis, Bumi
Aksara, Jakarta, 2011.hlm 35

5
induksi sedangkan rasionalisme menggunakan metode dedukdsi. Sedangkan ada juga yang
mensitesakan deduksi dan induksi yaitu Immanuel Kant.8

2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan

Menurut Kant apa yang kita tangkap dengan panca indera itu hanya sebatas gejala
fenomena, sedangkan substansi yang didalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca indra
disebut neomenon. Apa yang dapat ditangkap dengan panca indra memang penting namun
tidak hanya sebatas sampai disitu saja. Sesuatu yang dapat kita tangkap dengan panca indra
adalah hal-hal yang berada didalam ruang dan waktu dan sesuatu yang berada diluar ruang
waktu diluar panca indra kita. Itu terdiri dari tiga ide regulatif yakni: a. Ide kosmologis, yaitu
tentang alam semesta yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra, b. Ide tentang jiwa
manusia, c. Ide Teologis yaitu tentang Tuhan sang pencipta alam semesta.9

3. Strukturnya

Sesuatu yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Sesuatu yang
ingin kita ketahui adalah objek. Diantara dua hal tersebut seolah olah terdapat garis
demarkasi. Sebenarnya garis tersebut dijembatani oleh dengan mengadakan dialektika. 10

4. Keabsahan

Berfikir adalah kreativitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa yang disebut
seseorang benar belum tentu benar bagi orang lain. Olehnya itu ada beberapa teori untuk
menentukan kriteria ukuran sebuah kebenaran. Dalam hal ini, tiga teori untuk
mengungkapkan kebenaran yaitu; teori korespondensi, teori koherensi dan teori
pragmatism.11

Dari bebagai penjelasan tersebut maka penyusun menyimpulkan bahwa filsafat ilmu
merupakan bagian dari filsafat yang mengkaji secara mendalam sistematika, prosedur,
metodelogi untuk memformulasikan sistem yang benar dalam meperoleh kebenaran ilmiah.

8
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik/. Imam Gunawan;
editor: Suryani. -- Ed. 1, Cet. 4. -- Jakarta: Bumi Aksara, 2016. hlm 4
9
Ibid, hlm 4
10
Ibid, hlm 5
11
Ibid, hlm 5

6
D. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

Salah satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu dan
filsafat ilmu. Dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya
secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense yang
belum tersusun secara sistematis baik mengenai metafisik maupun fisik. Penulisan ini juga
menyimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar
ilmu sehingga filsafat ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (esensi, hakikat, obyek
telaah), epistemologis (cara, proses, prosedure, mekanisme) dan aksiologis (manfaat,
guna, untuk apa).

Berikut beberapa pengertian dari Istlah Ontologis, Epistemologis, dan aksiologis.


1. Ontologi

Adapun aspek pertama ialah ontologi, secara bahasa Yunani terdiri dari dua kata; on:
being, dan logos; Logic. Jadi ontology ialah The theory of being qua being atau teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan.12
Sementara menurut istilah ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada, berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.13
Hal senada juga menurut sumber lain disebutkan bahwa ontologi itu membahas apa
yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”.14
Pada sub pembahasan ini sangatlah penting untuk diketahui secara utuh, bahwa
ontology merupakan pembahasan dalam rangka untuk mencari atau mendapatkan hakekat
sesuatu. Sering orang mempertanyakan kembali ‘sesuatu’ apa ? atau ‘sesuatu’ yang
manakah ? yaitu sesuatu apa saja, baik berbentuk benda materi atau non-materi atau sering
disebut dengan istilah abstrak.
Hingga kemudian kita mendapatkan ‘hakekat’ dari sesuatu tersebut, seperti yang
dahulu pernah dilakukan oleh filosof Yunani bernama Thales.

12
Keterangan lebih lanjut lihat; Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.
132.
13
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 134
14
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm.5

7
Thales berkesimpulan setelah melewati perenungan tentang air, ia mengatakan bahwa
air itu adalah substansi terdalam atau asal dari segala sesuatu, karena dengan air itulah
kehidupan bisa berjalan dan kehidupan itu bisa berkembang.
Contoh sederhana lain dari Ontologi yaitu, orangtua,orang yang melahirkan,
menafkahi dan mengasuh kita. Seberapa jauh orangtua bekerja atau merantau, Ketika pulang
tetaplah menjdi orangtua kita, tidak peduli dengan perubahan fisik maupun gaya. Yang jelas
dia adalah orangtua kita, orang yang memiliki hubungan darah dan nasab dengan kita.
Contoh lainnya yaitu handphone/HP, tidak peduli dengan merek, ukuran atau
warnanya yang berbeda, benda tersebut adalah Handphone.

2. Epistemologi

Epistemologi adalah cara mendapatkan pengetahuan yang benar, karena epistemologi


itu adalah teori pengetahuan, tidak lain dan tidak bukan merupakan kelanjutan yang tak
terpisahkan dari ontologi seperti yang telah dijelaskan di atas. Tanpa pemahaman yang utuh
tentang ontologi dari ‘suatu hakekat’, mustahil kita akan dapat memahami dan menjawab dari
pertanyaan “apa” yang sedang kita cari jawabannya.
Hal senada juga dengan aspek epistemologi atau teori pengetahuan dari sesuatu, yang
berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasar,
dan pertanggungjawaban tentang pengetahuan yang dimilikinya.
Proses pencarian epistemologi atau teori suatu pengetahuan yang sedang kita amati
dan kita cari, biasanya didasarkan atas pertimbangan sikap skeptis, karena dengan sikap ragu
itulah orang mencari tahu tentang berbagai hal yang melingkupinya. Maka dari sinilah
kemudian lahir berbagai pengetahuan baru yang tergali tentang sesuatu tersebut.
Misal sederhana yang akhirnya menyebabkan lahirnya ilmu kedokteran, karena
mulanya para ahli mempertanyakan tentang ilmu biologi yang berurusan penyembuhan suatu
penyakit mahluk hidup. Biologi sebagai induk dari ilmu pengetahuan akhirnya menghasilkan
cabang ilmu pengetahuan baru seperti ilmu kedokteran, setelah mengalami skeptisme tentang
mahluk hidup yang terserang suatu penyakit yang harus ditemukan cara penyembuhannya.
Contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu meja. Bagaimana kita tahu
bahwa itu adalah meja? Dengan adanya pertanyaan tersebut, kita dapat mengkajinya.
Maka dengan kata lain, jika tahapan ontologi telah terungkap maka tahapan
berikutnya adalah tahapan pencarian pengetahuan atau teori suatu pengetahuan yang sedang
diamati, sehingga kelak akan tersusun suatu pembagian dan perbedaan antara suatu

8
pengetahuan yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana juga akan terungkap perbedaan
antara suatu pengetahuan yang satu dengan yang lainnya, setelah memasuki tahap
epistemologi ini.

3. Aksiologi
Secara bahasa aksiologi berasal dari perkataan Axios (bahasa Yunani) yang berarti
nilai, dan kata Logos yang berarti; teori, jadi aksiologi mengandung pengertian ; teori tentang
nilai.15Sementara secara umum aksiologi dapat diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.16
Dari berbagai capaian manusia yang telah didapat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, telah banyak memberikan daya manfaat dan daya guna bagi kehidupan manusia
selama ini. Namun demikian selama temuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi itu memberikan bermanfaat dan berguna tidaklah masalah, tetapi pertanyaan
selanjutnya adalah jika temuan teknologi itu berbentuk senjata dan sejenisnya.
Pada mulanya pembuatan senjata termasuk pembuatan bom ditujukan untuk
mempermudah kerja manusia dari berbagai kendala yang datangnya dari alam atau
lingkungan. Namun dalam perkembangannya ternyata temuan manusia tersebut tidak lagi
memberikan manfaat dan berguna tetapi justeru mendatangkan derita dan kehancuran bagi
kelangsungan hidup manusia lainnya.
Oleh karena itu secara aksiologi atau teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
suatu pengetahuan yang didapat oleh manusia, dengan sendirinya dapat dikategorikan akan
memberi manfaat dan berguna ataukah sebaliknya.
Maka dalam perkembangan berikutnya kajian filsafat yang membahas tentang
aksiologi ini melahirkan dua cabang filsafat yang kelak akan menjadi salah satu cabang induk
suatu pengetahuan; etika dan estetika. Karena bagaimanapun juga manusia tidak hanya
dituntut untuk bertindak dan berperilaku saja, tetapi nilai perilakunya seorang manusia itu
memiliki nilai daya guna atau sebailinya merugikan orang lain. Kemudian dikembangkan
kajian ini menjadi kajian etika dan estetika dalam ilmu pengetahuan manusia hingga kini.

15
Burhanuddin Salam, Logika Materil; Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta; Reneka Cipta, 1997), hlm.168
16
Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengetahuan Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2017),
hlm.234.

9
Kesimpulan

Filsafat ilmu adalah cabang pemikiran filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Materi dasar yang dipelajari adalah dasar-dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, baik lain ilmu alam, ilmu sosial maupun ilmu humaniora. Dalam kuliah
ini, ilmu yang menjadi fokus perhatian kita adalah ilmu seni. Artinya ilmu yang objek
material sebagai sasarannya adalah seni. Setiap ilmu, selalu berkenaan dengan bidang
epistemologi dan ontologi. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan
teori pengetahuan, yaitu hakikat tentang pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan
akan kebenaran. Jadi, filsafat ilmu berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti:
pernyataan tentang konsep apa dan bagaimana yang disebut ilmiah, bagaimana konsep
tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan
kebenaran terhadap fenomena alamiah secara meyakinkan, bagaimana ilmuwan atau peneliti
ilmiah dapat menentukan validitas dari informasi; basis rasional dalam memformulasikan dan
menggunakan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Baktiar, Amsal Filsafat Ilmu Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.

Depdikbud,1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamdani


Ali. 1987. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang.

Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2016.

Harry Hamersma. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Imam
Barnadib. 1976. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: ANDI.

Jujun S Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

—————. 1986. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik. Jakarta: PT
Gramedia. K. Berten. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius.

Koento Wibisono. 1997. Gagasan Strategik tentang Kultur Keilmuan pada Perguruan
Tinggi. Jurnal Filsafat, edisi Khusus Agustus 1997. Peursen, C.A. van. 1985.
Susunan Ilmu Pengatahuan. Jakarta: PT Gramedia.

Mania, Sitti Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. I, Makassar:Alauddin


Unversity Press. 2013.
Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar: Alauddin
Pers, 2009.

Nurhayati, dkk. 2021. Peranan Filsafat Ilmu Untuk Kemajuan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Tasamuh. Volume 13, Nomor 2.
Oktober 2021

Rokhmah. 2021. Ilmu Dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan


Aksiologi. JurnalStudi Keislamaan. Volume 7, Nomor 2 , Desember 2021

Sidi Gazalba, 1992. Sistimatika Filsafa Jilid 1- 2. Jakarta: Bulan Bintang.

Sutan Takdir Alisyahbana. 1981. Pembimbing ke Filsafat, Jakarta: Dian Rakyat

11
Syaikh Nadim al-Jisr. 1998. Para Pencari Tuhan. Bandung: Pustaka Hidayah.

The Liang Gie. 1978. Dari Administrasi ke Filsafat. Yogyakarta : Karya Kencana.

Uhar Suharsaputra. 2004. Filsafat Umum Jilid I. Jakarta: Universitas Kuningan..

12

Anda mungkin juga menyukai