PENGETAHUAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK I
NAMA : NIM :
1. PBARIDA KESAYANGAN 1740100248
2. RAHMA SARITA 1840100220
3. RIMA YULIANA 1740100273
4. ZAINUL ANDRI BAYHAQQI 1740100282
DOSEN PENGAMPU
IHSAN HELMI LUBIS, M.H.
Puja dan puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan
tugas penyusunan Makalah Filsafat Ilmu dengan judul “ pengantar filsafat ilmu
dan Dasar-Dasar Pengetahuan.”
Kami selaku penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada bapak IHSAN
HELMI LUBIS, M.H. selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
memberikan kepercayaan untuk membuat makalah ini, orang tua yang senantiasa
berdoa untuk kelancaran tugas kami, serta pada teman-teman yang telah
memberikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi
kami dan para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah
di waktu yang akan datang.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Sejarah kelahiran filsafat........................................................................................3
B. Pengertian filsafat...................................................................................................4
C. Filsafat sebagai ilmu...............................................................................................5
D. Filsafat sebagai cara berfikir..................................................................................5
E. Karakteristik dan manfaat filsafat ilmu..................................................................6
F. Pengertian dan Dasar-dasar Pengetahuan...............................................................7
G. Dasar-dasar Pengetahuan........................................................................................8
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan oleh Tuhan di dunia memiliki perbedaan dengan
makhluk lainnya, yang membedakannya adalah akal. Tuhan memberikan akal
untuk manusia supaya manusia senantiasa berfikir dan berfilsafat. Ilmu
membuat derajat manusia meningkat di mata Allah. Orang yang berfilsafat
tentu dirinya bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Berpikir,
meneliti dan menganalisa adalah proses awal dalam memperoleh ilmu
pengetahuan. Dalam berpikir, seseorang sebenarnya tengah menempuh satu
langkah untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Aktivitas berpikir akan
membuahkan pengetahuan jika disertai dengan meneliti dan menganalisa
secara kritis terhadap suatu obyek.
Pemahaman akan ilmu juga tak akan pernah luput dan surut, seiring
dengan era-era baru yang muncul seiring itu pula ilmu terus tumbuh subur.
Sebagai dasar pengetahuan, tolok-ukur kehidupan, dan suatu langkah masa
depan. Menggabung dengan awal dari pada ilmu itu sendiri, filsafat
menghadirkan tahap padauan antara Filsafat dan Ilmu yang menjadikan ilmu
pengetahuan itu sendiri menjadi objek kajiannya dengan sedalam penelitian
yang dilakukan.
Dengan hadirnya makalah ini semoga menjadi satu jalan agar kegiatan
keilmuan terus berlanjut. Sedemikian rupa kami coba dengan sebisa mungkin
kami menelaah paham yang telah umum sebagai sajian pengantar yang akan
kami jelaskan. Sempurna atau tidaknya tergantung pada penjelasan kami,
mendapat respon sepakat bukanlah mudah, dengan demikian hadirnya makalah
awal pelajaran ini semoga akan menjadi tonggak awal dan gerbang awal bagi
pembahasan selanjutnya
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi filsafat ?
2. Bagaimana sejarah lahirnya filsafat?
3. Apa manfat filsafat ?
4. Apa perbedaan ilmu dan pengetahuan ?
5. Apa dasar dasar pengetahuan ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi filsafat!
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya filsafat!
3. Untuk mengetahui manfat filsafat!
4. Untuk mengetahui Apa perbedaan ilmu dan pengetahuan!
5. Untuk mengetahui dasar dasar pengetahuan!
BAB II
PEMBAHASAN
2
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat di pisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang muncul pada masa peradaban kuno (masa yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah sungai nil
(mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan
berpangkat, tabel perkalian dengan mengunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata
pembuatnya menerapkan geometri dan matematika, menunjukkaan cara
berfikirnya sudah tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan
kegiatan pengamatan benda benda langit, baik bintang, bulan, matahari
sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhan bulan maupun gerhana
matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini di sebut astronomi.Di
india dan cina telah di temukan cara pembuatan kerts dan kompas (sebagai
petunjuk arah).1
Kemudian filsafat pertama muncul di yunani semenjak kira-kiraabad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir danberdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar merekadan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya tanya mengapa filsafat
muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala ituseperti
Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di yunani, tidak
seperti di daerah lain- lainnya ada kasta pendeta sehingga ehingga secara
intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yangbisa diberi gelar
filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir baratTurki.Aocrates, Plato,
Aristoteles.2
B. Pengertian filsafat
Kata filsafat berasal dari kata yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja
filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari
kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan
3
shipia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata inggris philoshopy
yang biasa di terjemahkan sebagai kata “cinta kearifan”.
Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di barat, kata
“mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang di sebut filosof
atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian
timur antara lain:
1. Konsep plato
Cicero menyebutnya sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of all the
arts). Juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai seni kehidupan.
3. Konsep al- Farabi
4
John Dewew berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu
pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus menerus dalam
upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi
manusia terhadap kecendrungan kecendrunga ilmiah dan cita-cita politik
yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui.
7. Konsep Aristoteles
5
1. Harus sistematis
2. Harus konsepsional
3. Harus koheren
4. Harus rasional
5. Harus sinoptik
b. Bersifat dasariah
c. Bersifat spekulaatif
6
e. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam bebagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.4
7
G. Dasar-dasar Pengetahuan
1. Penalaran
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan
pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaan – Nya. Secara
simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa, dan
setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuannya itu.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertidak. Sikap
dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat
kegiatan merasa atau berpikir.Penalaran merupakan suatu proses penemuan
kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenaran masing- masing.
2. Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan cara
tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid)
kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara
luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara
sahih.
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun
untuk sesuai dengan dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada
penalaran maka hanya difokuskan kepada dua jenis penarikan
kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
3. Sumber Pengetahuan
8
Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dilakukan dua cara
yaitu: pengetahuan itu harus berdasarkan kepada rasio (rasionalisme/
idealisme) dan berdasarkan pengalaman (empirisme).
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari
ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini
menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ide kaum rasionalis bersifat apriori dan
prapengalaman yang didapatkan manusia melalui penalaran rasional.
Kelemahan pemikiran rasional cenderung bersifat solipsistik (benar
dalam kerangka pemikiran tertentu) dan subjektif.
Selain rasionalisme dan empirisme juga terdapat cara untuk
mendapatkan pengetahuan yaitu:
a. Intuisi
Merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tetentu. Intuisi besifat personal dan tidak bisa
diramalkan. Contohnya: seseorang yang sedang terpusat pikirannya pada
suatu masalah tiba-tiba saja mendapat jawaban atas permasalahan
tersebut.tanpa proses berpikir yang berliku-liku.
b. Wahyu
Merupakan pengetahuan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan
ini disalurkan melalui nabi-nabi yang diutus sepanjang zaman.
Agama dimulai dengan rasa percaya, kepercayaan itu bisa
meningkat atau menurun. Berbeda dengan ilmu, ilmu dimulai dari
rasa tidak percaya, setelah melakukan proses pengkajian ilmiah,
kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian.
4. Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap
apa yang dianggapnya benar. Berdasarkan teori koherensi, suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap
9
benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa “semua manusia pasti
akan mati” adalah suatu pernyaatan yang benar, maka pernyataan
bahwa “si Polan seorang manusia dan si Polan pasti akan mati”
adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan
pernyataan yang pertama. Dengan kata lain, penalaran koherensi
bersifat logika deduktif. Paham lain adalah kebenaran yang
berdasarkan teori korespondensi, dimana eksponen utamanya adalah
Bertrand Russell (1872-1970). Bagi penganut teori korespondensi
maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan
obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maksudnya jika
seseorang mengatakan bahwa “Ibu Kota Republik Indonesia adalah
Jakarta” maka pernyatan itu adalah benar sebab penyataan itu
berhubungan dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yng
memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Sekiranya orang
lain menyatakan bahwa “Ibu Kota Republik Indonesia adalah
Bandung” maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat
obyek yang dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini maka secara
faktual “Ibu Kota Republik Indonesia adalah bukan Bandung
melainkan Jakarta”. Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi
dan teori korespondensi kedua-duanya dipergunakan dalam cara
berpikir ilmiah.
Penalaran teoretis yang berdasarkan logika dedukitif jelas
mempergunakan teori koherensi ini. Sedangkan yang bersifat
pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta
yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori
kebenaran yang lain yang disebut teori kebenaran pragmatis.
Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Piere (1839-1914)
dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How
to Make Our Ideas Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh
beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan
10
Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat
Amerika.6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu dan filsafat jelas membdakan diri masing-masing, baik yang disebut
Ilmu Filsafat atau pun Filsafat ilmu. Namun dari keduanya memiliki kaitan
yang akrab.
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara Filsafat Ilmu dan
Filsafat Pengetahuan atau modern ini sering disebut sebagai Epitemologi yang
selalu berkaitan dengan bagaimana pembenaran itu menjadi benar-benar benar
atau tidak disalah artikan.
Dalam objek kajian filsafat ilmu kita akan menemukan dua bagian umum
untuk objeknya, yaitu: Objek Material dan Objek Formal. Objek Formal
membuahkan landasan ilmu pengetahuan, antara lain, landasan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologi.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan
perasaan melainkan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran.
Agar pengetahuan yang dihasilkan mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berpikir harus didasarkan pada logika. Untuk mendapatkan
11
pengetahuan yang benar dilakukan dua cara yaitu: pengetahuan itu harus
berdasarkan kepada rasio (rasionalisme/ idealisme) dan berdasarkan
pengalaman (empirisme). Selain itu, pengetahuan juga bisa didapatkan
dari sumber lain yaitu intuisi dan wahyu.
Ada tiga paham tentang cara memandang kebenaran yaitu teori
koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatis.
B. Saran
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sama
halnya dengan makalah ini yang masih jauh dengan kebenaran dan masih dekat
dengan kesalahan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari teman-teman, agar kami bisa memperbaiki kesalahan kami di
kemudian hari. Dan semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini
memberikan manfaat dan menambah wawasan terhadap para pembaca.
12