Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH ILMU PENGETAHUAN DAN LANDASAN PENELAAH ILMU


Mata kuliah Filsafat Ilmu Rohisatul Laily M.Tr. TGM

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3


Abd Aziz Wahyudi
Anas Mahfud
Nur Qomariya Qorib

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


STKIP PGRI SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana ia telah memberi
rahmat dan inayah beliau kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Sejarah Ilmu Pengetahuan Dan Landasan Penelaah Ilmu” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah, Untuk memenuhi
syarat tugas kelompok dari Ibu Rohisatul Laily M.Tr. TGM selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Filsafat Ilmu, Lebih khususnya dalam ranah ilmu
”Sejarah Ilmu Pengetahuan Dan Landasan Penelaah Ilmu”. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Rohisatul Laily M.Tr. TGM selaku dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Ilmu Yang telah memberikan tugas kepada kelompok kami
sehingga dapat menambah wawasan bagi kelompok saya saat ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
ataupun official kelompok tiga, Yang telah sudi meluangkan waktu, fikiran, dan
tenaganya untuk terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini
sangat jauh sekali dari kata sempurna apalagi istimewa, Oleh karna itu kami perlu
kritik dan saran yang mana kritik dan saran tersebut dapat di jadikan motivasi dan
pembelajaran, Agar kedepannya dapat semakin lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN ......................................................................2
D. MANFAAT PENULISAN..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................4
A. SEJARAH LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN............................4
B. LANDASAN PENELAAAH ILMU...................................................6
BAB III PENUTUP .....................................................................................12
KESIMPULAN ............................................................................................12
SARAN ..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perlu kita ketahui Bersama, jauh sebelum manusia menemukan dan
menetapkan apa yang sekarang kita sebut sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmu pengetahuan baik ilmu kedokteran,
fisika, matematika, politik, budaya, bahasa, sastra dan lain sebagainya,
umat manusia lebih dulu memikirkan dengan bertanya tentang berbagai
hakikat apa yang mereka lihat. Dan jawaban dari pertanyaann itulah yang
nanti akan disebut sebagai sebuah jawaban yang bersifat filsafat. Ilmu
pengetahuan yang diyakini sebagai sebuah kebenaran tentunya memiliki
berbagai filosofis yang melatarbelakanginya. Namun bagi siapapun yang
berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan yang sudah spesifik
tentunya tidak terlalu memikirkan bagaimana ilmu pengetahuan tersebut
secara tinjauan filsafatnya. Hal tersebut tentunya akan membuat siapapun
yang meyakini kebenaran setiap ilmu pengetahuan akan kehilangan makna
akan ilmu pengetahuan tersebut. Kehilangan makna akan ilmu
pengetahuan berarti akan kehilangan nilai, arah serta tujuan dari ilmu
pengetahuan tersebut diciptakan.
Burhanudin Salam (2003). Kegiatan manusia yang memiliki
tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar
mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Bagian
filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan
kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran. Dalam
membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang
sama, menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai
dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi
filsafat itu dibangun. Filsafat yang kita pelajari pada zaman ini telah
menjalani atau melewati berbagai zaman. Antara lain zaman Kuno, zaman
Yunani, zaman pertengahan, zaman renaissance, zaman modern dan
zaman kontemporer. Dari beberapa zaman yang dilewati oleh filsafat,

1
dapat diketahui bahwa filsafat ada sejak manusia ada, dan filsafat akan
tetap ada jika manusia ada.
Beda halnya dengan landasan penelaah ilmu, penelaah ilmu
merupakan suatu pembelajaran filsafat yang menekankan pada tiga cabang
ilmu sebagai pelopor/penelaah, Filsafat merupakan sikap atau pandangan
hidup dan sebuah bidang terapan untuk membantu individu untuk
mengevaluasi keberadaannya dengan cara yang lebih memuaskan. Filsafat
membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada
tindakan yang telah layak, filsafat perlu pemahaman bagi seseorang yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan karena ia menentukan pikiran dan
pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan. Filsafat membahas
segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak
ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk
faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya
ruang lingkup filsafat.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah meninjau leih lanjut dan menindak lanjuti dengan
seksama, dalam penulisan makalah ini maka timbullah rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya ilmu pengetahuan ?
2. Ilmu apa saja yang menjadi landasan penelaah ilmu ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan pembuatan makalah ini tak lain dan tak bukan untuk
memahami tentang ”Sejarah Ilmu Pengetahuan Dan Landasan Penelaah
Ilmu” serta untuk memperluas pengetahun filsafat ilmu.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Setelah membaca dan memahami makalah ini, pembaca akan
mengerti seluk beluk ”Sejarah Ilmu Pengetahuan Dan
Landasan Penelaah Ilmu
2. Agar memenuhi syarat tugas kelompok matkul Filsafat Ilmu
yang di ampu oleh Rohisatul Laily M.Tr. TGM

2
3. Agar menjadi buku panduan bagi kelompok kami dan
kelompok lain.
4. Dan semoga dengan terciptanya makalah ini, bisa membuat
kelompok tiga semakin tambah semangat lagi, rajin ibadah
ganteng, kaya, dapet doi cantik, dan lain sebagianya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH LAHIRNYA ILMU PENGETAHUAN


Sebelum berbicara lebih jauh mengenai sejarah dan perkembangan
ilmu pengetahuan, maka disini perlu dijelaskan mengenai pendekatan yang
digunakan, utamanya dari sisi historiografi. Pendekatan ini nantinya
digunakan untuk melihat Ketika dunia Barat belum memiliki pemikir di
bidang sejarah dan sosiologi, dan dunia Islam masih terkungkung dengan
pemahaman profane bahwa kenyataan hidup dan kehidupan manusia
adalah kehendak Tuhan semata, Abdurrahman Kasdi (2008). Ibnu
Khaldun muncul dengan pemikiran-pemikiran yang sangat original dan
baru tentang sejarah manusia. Menurut dia, sejarah tidak hanya diungkap
secara faktual tetapi yang lebih penting adalah hukum kausalitas sejarah
itu sendiri harus diungkapkan. Sebuah peristiwa sejarah harus dilihat dari
berbagai aspek, baik itu aspek ekonomi, politik, sosial, agama, dan lain
sebagainya.
Rasa ingin tahu yang ada pada manusia menjadikan manusia
memiliki pengetahuan. Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata
dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminologi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui; segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran). Dalam penjelasan lain, pengetahuan merupakan hasil proses
dari usaha manusia untuk tahu. Melalui dua pengertian di atas, dapatlah
dipahami secara sederhana bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang manusia ketahui sebagai hasil dari proses mencari tahu.3
Pengetahuan menjadi sebuah hal yang luar biasa dalam peradaban
manusia, karena melalui pengetahuanlah aspek-aspek dalam peradaban
manusia berkembang yang kemudian seluruhnya dapat dibedakan
berdasarkan ontologi, epistemologi dan aksiologinya.
Jujun Suriasumantri (2009). Pada dasarnya ilmu pengetahuan
adalah tahapan atau bagian dari pengetahuan. Sehingga dapat dipahami
bahwa pengetahuan berbeda dengan ilmu. Lebih tepatnya ilmu adalah

4
bagian dari pengetahuan. Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata
“science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya
“to know”. Namun, pengertian science ini sering salah diartikan, dan
direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak demikian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu. Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu
merupakan pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-
aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.
Melalui pendapat tersebut dipahami bahwa ilmu merupakan
pengembangan dari pengetahuan yang memiliki aturan tertentu dan dapat
diuji kebenarannya karena berkaitan dengan penafsiran suatu hal yang
pada umumnya, berlaku secara umum.
“Science is the system of man’s knowledge on nature, society and
thought. It reflect the world in concepts, categories and law, the
correctness and truth of which are verified by practical experience”
Demikian pernyataan Afanasyef seorang ahli pikir Marxist berkebangsaan
Rusia. Melalui penjabaran yang telah dikemukakan maka dapatlah
dipahami bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
mengenai suatu hal tertentu (obyek/ lapangan), yang merupakan kesatuan
yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal atau
kejadian itu.
Berdasarkan tahapan pengetahuan yang telah dikembangkan oleh
August Comte, dapatlah dipahami bahwa pengetahuan manusia pada
mulanya didasari dengan suatu sikap pasif terhadap alam semesta.
Sehingga yang muncul adalah kepatuhan terhadap alam semesta dengan
cara memujanya agar kebaikan, kebaikanlah yang didapatkan dari alam.
Hal ini dapat diketahui melalui adat-istiadat beberapa masyarakat kita
yang masih mengadakan ritual tertentu sebagai bentuk penghormatan
terhadap alam. Secara sederhana masyarakat memandang lingkungan

5
sekitarnya penuh dengan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan,
maka sistem pengetahuannya menyatakan bahwa semua itu adalah karunia
sesuatu yang tidak tampak. Akhirnya kekompleksitasan yang ada pada
alam semesta menjadikan manusia pada zaman dahulu mencoba
menafsirkan alam semesta.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka ilmu
menunjukan perkembangan pengetahuan manusia yang telah tersusun
secara lebih terstruktur dan dapat diuji kebenarannya oleh semua orang.
Pada akhirnya alam semesta dapat diterjemahkan oleh manusia
menggunakan cara-cara yang lebih sesuai dengan dinamika alam apa
adanya. Berdasarkan kajian-kajian yang ada, maka dapat disimpulkan
bahwa ilmu sebagai bagian dari pengetahuan memiliki ciri-ciri yang
membedakannya dari pengetahuan lain, yaitu: logis, sistematis, universal
dan empiris. Logis menunjukan bahwa ilmu dapat dijangkau dan diterima
oleh nalar manusia. Karena sifatnya dapat teramati oleh indera manusia
atau dapat dijangkau oleh alat-alat yang mampu membantu indera manusia
dalam menafsirkan gejala alam. Sistematis menunjukkan pada sebuah hal
yang runut, memiliki tahapantahapan yang jelas dalam memahaminya.
Universal, bersifat menyeluruh yang berarti ilmu pengetahuan berlaku
secara umum. Sedangkan empiris menunjukan bahwa semua orang dapat
mengalami ilmu pengetahuan itu atau dapat mengembangkan ilmu
tersebut.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya perkembangan ilmu
pengetahuan ditinjua dari sejarah dapat diartikan sebagai perkembangan
telah menghasilkan banyak hal dalam peradaban manusia. Kemudian
secara teoritik, manusia dengan akal budinya pasti dapat mencapai ilmu
pengetahan. Immanual Kant dalam sistemnya memberi keterangan tentang
kemampuan budi mencapai pengetahuan: ia mengatakan sampai dimana
kemampuan budi itu.Dengan terang dijelaskan oleh Imanual Kant, bahwa
dengan budi murni orang tak mungkin mengenal apa yang ada diluar
pengalaman, karena pengetahuan budi itu selalu mulai dengan
pengalaman: metafisika murni tak mungkin.

6
B. LANDASAN PENELAAH ILMU
Cecep Sumarna (2008). landasan Penelaah ilmu mencakupi tiga
cabang ilmu Ketiga teori di ini sebenarnya sama-sama membahas tentang
hakikat, hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda
pula. Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang
bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat
membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek
yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan
daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang
pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan
perkembangannya. Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas
tentang hakikat, hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan
yang beda pula. Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas
tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan
dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa
objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya
dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas
tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan
perkembangannya.
a. Landasan Penalaah Ilmu Ontologi
Istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari dua kata, yaitu ta onta berarti “yang berada”, dan logi berarti
ilmu pengetahuan atau ajaran. Maka ontologi adalah ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Namun pada dasarnya
term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh (Rudolf Goclenius.
1636 M.) untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang
bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff
membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan
metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah
lain dari ontologi. Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali,
segala yang ada yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup

7
pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan
dan hakikat nilai). Nama lain untuk teori hakikat ialah teori tentang
keadaan. Hakikat ialah realitas, realitas ialah kerealan, real artinya
kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara
atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang meberubah.
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas (wujud) dari
kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisik, hal
universal, abstraksi) dapat dikatakan ada dalam rangka tradisional.
ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum
dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaianya akhir-akhir ini
ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada. Ontologi
sering diindetikan dengan metafisika yang juga disebut proto-
filsafia atau filsafat yang pertama, atau filsafat ketuhanan yang
bahasanya adalah hakikat sesuatu, keesaan, persekutuan, sebab
akibat, realita, atau Tuhan dengan segala sifatnya. Dengan
demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat
yang membicarakan prinsip paling dasar atau dalam dari segala
sesuatu yang ada.
Adapun mengenai objek material ontologi ialah yang ada,
yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada
universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada
sesudah kematian maupun sumber segala yang ada. Objek formal
ontologi adalah hakikat seluruh realitas, bagi pendekatan kualitif,
realitas tranpil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya menjadi
telaah monism, paralerisme atau plurarisme. Fungsi dan manfaat
mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat ilmu antara lain:
Pertama : berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang
garapan, konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulat-postulat ilmu.
Di antara asumsi dasar keilmuan antara lain: (1) dunia ini ada, dan
kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar ada. (2) dunia

8
empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindera. (3)
fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan satu dengan
lainnya secara kausal.
b. Landasan Penalaah Ilmu Epistemologi
Dalam belajar filsafat, kita akan menemui banyak cabang
kajian yang akan membawa kita pada fakta dan betapa kaya dan
beragam kajian filsafat itu. Sebenarnya yang terpenting adalah
bagaimana kita semua memahami apa saja yan menjadi kajan
filsafat, cabang-cabang filsafat. Albuerey Castel membagi masalah
filsafat menjadi enam bagian yaitu, teologis, metafisika,
epistemologi, etika, plitik dan sejarah. Epistemologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi mempunyai banyak sekali
pemaknaan atau pengertian yang kadang sulit untuk dipahami.
Dalam memberikan pemaknaan terhadap epistemologi, para ahli
memiliki sudut pandang yang berbeda, sehingga memberikan
pemaknaan yang berbeda ketika mngungkapkannya. Akan tetapi,
untuk lebih mudah dalam memahami pengertian epistemologi,
maka perlu diketahui pengertian dasarnya terlebih dahulu.
Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan)
dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminologi,
epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode
dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan
dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya
pengetahuan itu.
Dagobert D. Runes. Seperti yang di tulis Mujamil Qomar,
beliau memaparkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat
yang membahas, sumber, struktur, metodemetode, dan validitas
pengetahuan. Sedangkan menurut Azyumardi Azra, beliau
menambahkan bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas
keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan. Walaupun dari kedua pemaparan di atas terdapat

9
sedikit perbedaan, namun keduanya memberikan pengertian yang
sederhana dan relatif mudah di pahami. Mudhlor ahmad merinci
menadi enam aspek yaitu, hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas
dan saran pengetahuan. Am Syaifudin menyebutkan bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah
ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya,
bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran
itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat
kita ketahui, dan sampai manakah batassannya. Semua pertanyaan
itu dapat diringkas menjadi dua masalah pokok, masalah sumber
ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa
dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah
ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam teori epistemologi terdapat
beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab
pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber
pengetahuan yaitu aliran:
a) Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa
sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
b) Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa
pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia itu
sendiri, melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca
inderanya.
c) Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang
berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari
dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia sendiri.
c. Landasan Penelaah Ilmu Aksiologi
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah
aksiologi berasal dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau
sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori, axiologi
artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan

10
status metafisik dari nilai. Aksiologi sebagai cabang filsafat ialah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya
ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena
mengandung kualitas, kualitas pengirisan didalam dirinya,
sedangkan nilai instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau
yang dapat digunakan untuk mengiris, jadi dapat menyimpulkan
bahwa nilai Instrinsik ialah nilai yang yang dikandung pisau itu
sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan Nilai Instrumental ialah
Nilai sesuatu yang bermanfaat atau dapat dikatakan Niai guna.
Aksiologi terdiri dari dua hal utama, yaitu: Etika : bagian filsafat
nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua
prilaku mempunyai nilai dan tidak bebas dari penilaian. Jadi, tidak
benar suatu prilaku dikatakan tidak etis dan etis. Lebih tepat,
prilaku adalah beretika baik atau beretika tidak baik. Estetika :
bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya
manusia dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah
pasangan dikhotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan
secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang
menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, rasa tidak
senang dan tidak nyaman pada pihak lainnya. Aksiologi
memberikan manfaat untuk mengantisipasi perkembangan
kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan dan
teknologi tetap berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu
daya kerja aksiologi ialah :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat
menemukan kebenaran yang hakiki, maka prilaku keilmuan
perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak
berorientasi pada kepentingan langsung.
2. Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara
etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan
martabat manusia, tidak mencampuri masalah kehidupan dan

11
netral dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik, arogansi
kekuasaan dan kepentingan politik.

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami membahas secara tuntas mengenai sejarah ilmu
pengetahuan serta landasan penelaah ilmu maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
bahwasanya perkembangan ilmu pengetahuan ditinjua dari sejarah
dapat diartikan sebagai perkembangan telah menghasilkan banyak hal
dalam peradaban manusia. Kemudian secara teoritik, manusia dengan
akal budinya pasti dapat mencapai ilmu pengetahan. Immanual Kant
dalam sistemnya memberi keterangan tentang kemampuan budi
mencapai pengetahuan: ia mengatakan sampai dimana kemampuan
budi itu.Dengan terang dijelaskan oleh Imanual Kant, bahwa dengan
budi murni orang tak mungkin mengenal apa yang ada diluar
pengalaman, karena pengetahuan budi itu selalu mulai dengan
pengalaman: metafisika murni tak mungkin.
landasan Penelaah ilmu mencakupi tiga cabang ilmu Ketiga teori di
ini sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja
berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.
Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana
mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat
membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek
yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya
dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas
tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan
dan perkembangannya. Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama
membahas tentang hakikat, hanya saja berangkat dari hal yang berbeda
dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori pengetahuan
membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita
bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi
membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang

13
hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi
sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan
pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.
B. SARAN
Berdasarkan pemaparan di atas, maka saran yang dapat kami
sampaikan sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa
Para mahasiswa dapat memahami tentang sejarah ilmu
pengetahuan serta landasan penelaah ilmu.
2. Bagi dosen
a. Mampu mensukseskan pembelajaran Filsafat Ilmu di
PPKn II STKIP PGRI Sampang
b. Memberi kesempatan bagi para mahasiswa untuk lebih
leluasa lagi dalam mengasah kemampuan mengenai
sejarah ilmu pengetahuan serta landasan penelaah ilmu.

14
DAFTAR PUSTAKA
Jujun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebagai Sebuah Pengantar Populer (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2009), 104-105
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 5
George J. Mouly, Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu (Jakarta: Gramedia, 1991),
Cecep Sumarna, Fisafat Ilmu (Bandung: Mulia Press, 2008)
Abdurrahman Kasdi, Pemikiran Ibnu Khaldun Dalam Perspektif Sosiologi Dan
Filsafat Sejarah, jurnal Fikrah, Vol. 2, No. 1, (Juni 2014), 300

15

Anda mungkin juga menyukai