Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Analisis Nilai-Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan ”
Mata kuliah Filsafat Pancasila Rohisatul Laily M.Tr. TGM

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4


Abd Aziz Wahyudi
Nur Qomariya Qorib
Rahmat Nor Hidayatullah

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


STKIP PGRI SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana ia telah memberi
rahmat dan inayah beliau kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Analisis Nilai-Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan Perwakilan” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah, Untuk memenuhi
syarat tugas kelompok dari Ibu Rohisatul Laily M.Tr. TGM selaku dosen pengampu
mata kuliah Filsafat Pancasila Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Filsafat Pancasila
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rohisatul Laily M.Tr. TGM
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pancasila Yang telah memberikan
tugas kepada kelompok kami sehingga dapat menambah wawasan bagi kelompok
saya saat ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
ataupun official kelompok empat, yang telah sudi meluangkan waktu, fikiran, dan
tenaganya untuk terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini sangat
jauh sekali dari kata sempurna apalagi istimewa, Oleh karna itu kami perlu kritik
dan saran yang mana kritik dan saran tersebut dapat di jadikan motivasi dan
pembelajaran, Agar kedepannya dapat semakin lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. PENJABARAN NILAI KERAKYATAN .......................................... 3
B. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN ........ 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10
KESIMPULAN ........................................................................................... 10
SARAN ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Aguatus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD
1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi Negara Pancasila.
Dengan kata lain dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi
diletakkan sebgai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara
Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan
politik penguasa pada saat itu.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, gerakan reformasi berupaya
untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar
Negara Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui ketetapan
sidang istimewa MPR tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan
pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-
satunya asas bagi Orsospol di Indonesia.
Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lemahnya nilai-
nilai Pancasila dalam Negara Indonesia, terutama sila ke-4 yang berbunyi,
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”, yang seharusnya Negara ini dapat memiliki
kekuatan hukum pada pemimpin Negara yang dapat berlaku bijaksana
dengan memusyawarahkan setiap permasalahan dalam Negara dan dapat
mewakili seluruh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, penulis membuat
makalah yang berjudul “Analisis Nilai-nilai sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah meninjau leih lanjut dan menindak lanjuti dengan seksama,
dalam penulisan makalah ini maka timbullah rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4?
2. Bagaimana Implementasi pelaksanaan dan pelanggaran dalam
pelaksanaan sila ke-4 dalam kehidupan sehari-hari?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas tersebut maka tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk Mengetahui penjabaran nilai kerakyatan dalam sila ke-4
2. Untuk Mengetahui pelaksanaan dan pelanggaran dalam pelaksanaan sila
ke-4 dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENJABARAN NILAI KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH


HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN
PERWAKILAN
Abraham Lincoln secara sederhana mendefinisikan demokrasi sebagai
“pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat” (government of the
people, by the people, and for the people). Pemerintahan demokratis itu
memerlukan prasyarat yang mengandung sedikitnya tiga ide pokok sebagai
berikut:
1) Kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah (the nation that
a government deriving its powers from the consent of the governed)
2) Kekuasaan itu harus dibatasi (limited government)
3) Pemerintah harus berdaulat (sovereign), artinya harus cukup kuat untuk
dapat menjalankan pemerintahan secara efektif dan efisien
Menurut Charles Tilly (2007, 7-8), dalam memerhatikan demokrasi, para
pakar membagi pengertian demokrasi ke dalam empat kategori pendekatan
yaitu:
1) Pendekatan Konstitusional
Pendekatan ini menekankan pada bagaimana konstitusi dibentuk,
diberlakukan, dan diamalkan oleh suatu pemerintahan sehubungan dengan
aktivitas politik. Melalui pendekatan ini, dapat ditunjukkan beragam
perbedaan dalam konstitusi yang disusun dalam beraneka sistem
pemerintahan dari monarki, oligarki, republik, maupun bentuk-bentuk
pemerintahan lainnya. Pendekatan ini mengingatkan akan pentingnya
landasan konstitusionalisme bagi perwujudan demokrasi.
2) Pendekatan Substantif
Pendekatan substantif memberikan perhatian lebih pada bagaimana suatu
pemerintah memajukan kondisi kehidupan dan kehidupan politik. Tingkat
kedemokratisan dilihat dari sejauh mana pemerintah mengedepankan
kesejahteraan rakyatnya di samping melindungi kebebasan manusia,
keamanan, kesetaraan, keadilan sosial, musyawarah publik, dan

3
penuntasan konflik secara damai. Pendekatan ini menilai apakah
pemerintah yang memajukan semua hal tersebut dapat dikatakan
berdemokrasi sekalipun konstitusinya tidak dapat dikatakan demokratis.
Pendekatan substantif membahas apakah negara di mana rakyatnya setara
dalam kemiskinan dapat dikatakan lebih demokratis dibandingkan negara
yang lebih makmur walaupun hidup dalam kesenjangan sosial yang tajam.
Pendekatan ini memberikan sumbangan bagaimana suatu perekonomian
demokratis mengedepankan kesejahteraan, melindungi kebebasan
manusia, keamanan, kesetaraan, keadilan sosial, musyawarah publik, dan
penuntasan konflik secara damai.
3) Pendekatan Prosedural
Pendekatan procedural berkisar pada pembahasan bagaimana secara
sederhana dan secara prosedural bahwa suatu pemerintahan digolongkan
sebagai suatu demokrasi. Penggunan pendekatan ini memberikan perhatian
khusus dan terbatas pada pelaksanaan pemilihan umum yang jujur, adil dan
langsung. Kualitas demokrasi suatu negeri ditentukan oleh bagaimana
pemilu diselenggarakan. Kelemahan dari pendekatan ini , suatu negara
dikategorikan demokratis walaupun angka penganggurannya tinggi, tidak
ada investasi dalam pembangunan sosial, kegagalan penegakan hokum di
hampir seluruh negeri.
4) Pendekatan Berorientasi Proses
Pendekatan berorientasi proses diasosiasikan dengan pemikiran Robert
Dahl yang menggariskan lima kriteria minimum supaya suatu negara
dianggap demokratis yakni:
➢ Partisipasi efektif. Setiap warga harus memiliki kesempatan yang setara
dan efektif untuk membuat pandangan-pandangannya diketahui oleh
warga yang lain
➢ Kesetaraan memilih. Setiap warga harus memiliki kesempatan yang
setara dan efektif untuk memilih dan seluruh pilihan harus dihitung
secara setara

4
➢ Pemahaman tercerahkan. Setiap warga harus memiliki kesempatan
yang setara dan efektif untuk mempelajari alternatif kebijakan yang
relevan serta kemungkinan akibat-akibatnya
➢ Pengendalian agenda. Setiap warga harus memiliki kesempatan untuk
menentukan bagaimana dan apa saja yang harus ditempatkan dalam
agenda kebijakan.
➢ Pelibatan setiap orang dewasa. Setiap warga yang sudah dewasa harus
diberi hak secara penuh untuk keempat kriteria di atas.
Dalam usaha mewujudkan demokrasi musyawarah-mufakat, yang dapat
mengatasi “mayorokrasi” dan “minorokrasi”, para penyusun UUD 1945
menganut konsepsi kedaulatan (sovereignnty) yang menyerupai teori Jean
Bodin (1539-1596). Teori kedaulatan dari Bodin menekankan perlunya negara
memiliki rumusan “kedaulatan tertinggi” sebagai ekspresi tertinggi rakyat
secara keseluruhan, bukan ekspresi sebagian dari kekuatan rakyat. Dengan
mendefiniskan “kedaulatan” sebagai “Ia puissance absolue et perpetuelle d’une
Republique” (kekuasaan absolut dan abadi dari Republik), Bodin memandang
kedaulatan itu bersifat tunggal, tidak dapat di bagi, asli dan abadi. Tunggal
dalam arti hanya ada satu kekuasaan itu tidak dapat dibagi-bagi. Asli berarti
kekuasaan itu tidak dilahirkan dari kekuasaan lain. Sedangkan abadi berarti
kekuasaan negara itu berlangsung terus-menerus tanpa terputus; meski
pemerintah dan kepala negara dapat berganti atau meninggal dunia, tetapi
negara dengan kekuasaannya berlangsung terus tanpa terputus.
Sesuai sila ke empat bahwa masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama yang berlandaskan asas demokrasi. Dalam pokok pikiran
ketiga dari Pembukaan UUD 1945, disebutkan bahwa kedaulatan itu berdasar
atas “kerakyatan” dan “permusyawaratan”. Dengan kata lain demokrasi itu
hendaknya mempunyai dua ciri yaitu: (1) kerakyatan (daulat rakyat), dan (2)
permusyawaratan (kekeluargaan). Cita-cita pemuliaan daulat rakyat bergema
kuat dalam sanubari para pendiri bangsa sebagai pantulan dari semangat
emansipasi dari aneka bentuk penindasan, khususnya penindasan yang
ditimbulkan oleh kolonialisme dan feodalisme, yang bersahutan dengan
semangat egalitarinisme. Cita permusyawaratan memancarkan kehendak untuk

5
menghadirkan negara persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan
dan golongan, sebagai pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas
kebangsaan Indonesia dengan mengakui adanya “kesederajatan/persamaan
dalam perbedaan”. Dalam kaitan ini, Soekarno meyakini bahwa syarat mutlak
untuk kuatnya negara Indonesia ialah permusyawaratan perwakilan. Karena
itu, dengan “asas kerakyatan’ itu, negara harus menjamin bahwa setiap warga
negara memiliki kedudukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
Orientasi hikmah-kebijaksanaan direalisasikan dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab serta
nilai-nilai persatuan (kekeluargaan) dan keadilan. Demokrasi yang berdasarkan
atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab, mewajibkan para penyelenggara negara untuk memelihara budi-
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang
luhur. Demokrasi yang berdasarkan nilai persatuan dan keadilan, dituntut untuk
dapat melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Demokrasi Indonesia mengandung 6egat
“hikmat-kebijkasanaan”. Cita hikmat-kebijaksanaan merefleksikan orientasi
etis, sebagaimana dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 bahwa susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan,
permusyawaratan, dan keadilan. Orientasi etis (hikmat-kebijaksanaan)
dihidupkan melalui daya rasionalitas, kearifan konsensual, dan komitmen
keadilan yang dapat menghadirkan suatu toleransi dan sintesis yang positif
sekaligus dapat mencegah kekuasaan dikendalikan oleh “mayorokrasi” dan
“minorokrasi”.

6
B. IMPLEMENTASI PELAKSANAAN DAN PELANGGARAN DALAM
PELAKSANAAN SILA KE-4 DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi
negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini beberapa di antaranya
masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Pembangunan sistem demokrasi dapat
berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi. Ia menilai, keberhasilan
Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari itu, membuat
pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC),
membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan
sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia
sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis
dan makmur.Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono yang akrab disapa SBY menerima anugerah medali
demokrasi. Ini merupkan contoh yang menunjukkan bahwa keberhasilan suatu
Negara adalah untuk kepentingan rakyat. Didalam pelaksanaan nilai-nilai yang
ada, namun ada juga pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut.
Adapun contoh pelanggaran dari nilai tersebut. Contoh: Perlawanan rakyat-
rakyat di beberapa negara Afrika semisal Mesir, Libya, Tunisia, dan lain-lain
untuk merasakan lingkungan demokratis pada bangsanya, dimana bangsanya
sendiri sudah terjebak pada sebuah lingkungan aristokrasi atau ketunggalan
kepemimpinan dalam beberapa tahun lamanaya.
Hak pilih warga negara sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
pemilu. Sebagai perwujudan demokrasi, di dalam International Commission of
Jurist, Bangkok Tahun 1965, dirumuskan bahwa “penyelenggaraan pemilihan
umum yang bebas merupakan salah satu syarat dari enam syarat dasar bagi
negara demokrasi perwakilan di bawah “rule of law”. Selanjutnya juga
dirumuskan definisi tentang suatu pemerintahan demokrasi berdasarkan
perwakilan, yaitu: suatu bentuk pemerintahan dimana warga negara
melaksanakan hak yang sama tetapi melalui wakil-wakil yang dipilih dan
bertanggung jawab kepada mereka melalui proses pemilihan-pemilihan yang
bebas. Sehingga hakikat pemilu sesungguhnya adalah instrumen demokrasi.

7
Sebagai alat demokrasi, pemilu berusaha mendekati obsesi demokrasi, yaitu
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Pembagian zakat di Pulau Buru Maluku merupakan salah satu contoh kasus money
politic yang benar-benar ada dan terjadi di Indonesia menjelang pemilu. Seperti yang
terjadi di pulau Buru provinsi Maluku, terjadi tindakan pembagian uang
pecahan Rp.100.000 yang dilakukan oleh calon Bupati yang diketahui
namanya Siti Aisyah Fitria yang dilakukan di halaman rumahnya[5]. Tidak ingin
dituduh sebagai praktek money politic calon bupati pulau Buru tersebut menyebut
tindakannya tersebut sebagai pembagian zakat atas harta yang dimilikinya. Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa kedaulatan tidak ada ditangan rakyat.
Kasus kepemimpinan ini adalah studi kasus tentang kepemimpinan Sri
Mulyani Indrawati. SMI lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum
menjabat sebagai Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia
Bersatu. Sri Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia.
Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5
Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan
menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr.
Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri
Mulyani menjadi tokoh yang hangat diperbincangkan berkaitan dengan kasus
Bank Century. Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank Dunia
menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi
satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana
Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian
keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang
di kancah internasional. Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum
ekonomi baik dengan negara-negara maju maupun sesama negara berkembang,
misalnya, dalam forum G-20. Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang
merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani,
seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.

8
Kasus anggaran siluman dengan kasus yang menjerat Fuad Amin yang
notabene adalah mantan bupati Bangkalan, Madura. Kasus Fuad bermula dari
operasi tangkap tangan terhadap Direktur PT Media Karya Sentosa Antonio
Bambang Djatmiko dan Ra’uf (ajudan Fuad) di Jalan Bangka, Jakarta Selatan,
pada awal Desember lalu. Petugas KPK menemukan uang Rp 700 juta di mobil
Ra’uf. Sehari kemudian, KPK mencokok Fuad di kediamannya di Bangkalan.
Saat mencokok Fuad, penyidik KPK juga mengamankan uang sekitar Rp 4
miliar. Fuad diduga menerima uang ‘ucapan terima kasih’ sebesar Rp 700 juta
dari PT Media Karya Sentosa karena membantu perusahaan itu mendapatkan
kontrak penyaluran gas dari Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore
sejak 2007 atau saat dia menjabat sebagai Bupati Bangkalan.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami membahas secara tuntas mengenai sejarah ilmu
pengetahuan serta landasan penelaah ilmu maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil
keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan
harus menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan
penuh rasa tanggung jawab. Manusia Indonesia menghayati dan
menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu
semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung
jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Disini kepentingan Bersamalah
yang dipilih di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan
dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Hasil-hasil yang
diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan
kepada wakil-wakil yang dipercayanya. Dalam melaksanakan
permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang
dipercayanya.

10
B. SARAN
Dengan melihat hasil pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa ada baiknya untuk selalu melakukan musyawarah mufakat dalam
setiap pengambilan keputusan yang bersifat kelompok, menghormati
hasil dari musyawarah mufakat tersebut dan cenderung mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

11
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.youtube.com/watch?v=0JNxGMpaZGk (Di download tanggal 11
September 2023 pukul 16.00 WIB)
• https://www.youtube.com/watch?v=5Xz13202Jj4 (Di download tanggal 11
September 2023 pukul 10.00 WIB)
• http://depoknews.com/wp-content/uploads/2014/01/Pemilu-.jpg (Di download
tanggal 11 September 2023 pukul 12.00 WIB)
• http://sp.beritasatu.com/media/images/original/20110222184805495.jpg (Di
download tanggal 11 September 2023 pukul 13.00 WIB)
• http://www.rakyatmerdeka.co.id/images/foto/normal/683088-
12513014102009b@rapat%20dpr2.jpg (Di download tanggal 11 September
2023 pukul 14.00 WIB)
• http://gambar.radarpena.com/mei/images/Nasional/rapat%20Paripurna_DPR_
2.jpg (Di download tanggal 11 September 2023 09.00 WIB)
• http://www.klikpositif.com/media/images/news/bem-seluruh-indonesia-
kawal-pelaksanaan-pemilu-2014_20140114211805.jpg (Di download tanggal
11 September 2023 pukul 07.00 WIB)
• http://www.demokrat.or.id/wp-content/uploads/2014/04/coblos.jpg (Di
download tanggal 11 September 2023 pukul 08.30 WIB)

12

Anda mungkin juga menyukai