Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS FONEM DIFTONG


Mata Kuliah Fonologi Dosen Pengampu Dr. Asri Bariqoh, S.S, M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I


Ahmad Yulianto Firmansah
Uswatun Hasanah
Nadia Alfi Choirina
Lailatul Mahmuudah
Evi Mauliatul Hasanah

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


STKIP PGRI SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana ia telah memberi rahmat
dan inayah beliau kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS
FONEM DIFTONG” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah, Untuk memenuhi
syarat tugas kelompok dari Ibu Mata Kuliah Fonologi Dr. Asri Bariqoh, S.S, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Fonologi. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Fonologi. Lebih khususnya dalam ranah ilmu
“ANALISIS FONEM DIFTONG”. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.
Asri Bariqoh, S.S, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Fonologi Yang telah
memberikan tugas kepada kelompok kami sehingga dapat menambah wawasan
bagi kelompok saya saat ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
ataupun official kelompok satu, yang telah sudi meluangkan waktu, fikiran, dan
tenaganya untuk terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini sangat
jauh sekali dari kata sempurna apalagi istimewa, Oleh karna itu kami perlu kritik
dan saran yang mana kritik dan saran tersebut dapat di jadikan motivasi dan
pembelajaran, Agar kedepannya dapat semakin lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 2
D. MANFAAT PENULISAN .................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. DEFINISI FONEM DIFTONG .......................................................... 4
B. PEMAKAIAN FONEM DIFTONG .................................................. 5
C. FUNGSI FONEM DIFTONG ............................................................. 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 8
KESIMPULAN ............................................................................................ 8
SARAN .......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Sebagai sebuah sistem, bahasa
pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian, bahasa
pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh
penutur suatu bahasa memerlukaan penanganan dan pencerahan. Guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada
peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah
bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban
rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga
melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu bidang pengkajian
bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau
morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata
baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan
kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu
dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata
yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak
menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna.
Bahasa Indonesia merupakan sebuah bahasa komunikasi serta
memiliki kemungkinan yang besar untuk bersimpangan dengan bahasa
daerah yang turut hidup dalam lingkup masyarakat. Hal ini terjadi karena
lafal bahasa Indonesia sampai sekarang belum dibakukan. Kajian mengenai
tata bahasa Indonesia hanya membahas mengenai kaidah bahasa Indonesia
pada tataran tulis. Dalam hal ini, Husen (1996). Mengatakan bahwa bahasa
tulis dinilai sebagai bahasa berprestise sehingga menuntut adanya aturan-
aturan kebakuan. Sebaliknya, bahasa lisan dinilai sebagai bahasa
komunikasi dalam lingkup bermasyarakat. Karena itu, amatlah penting jika

1
kemudian pembahasan tata bahasa, mengena pada persoalan lafal sehingga
perihal bunyi-bunyi bahasa dapat dijelaskan secara mantap berdasarkan
kaidahnya.
Berbicara tentang diftong, diftong merupakan Mengutip dari buku
Bahan Ajar Fonologi Bahasa Indonesia oleh Akhyaruddin, D. (2020)
diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapan.
Dalam penulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal dan tidak
dapat dipisahkan. Misalnya, bunyi “aw” pada kata harimau. Grafem pada
suku kata -mau, tidak dapat dipecah menjadi ma-u. Penggunaan diftong juga
berbeda dari setiap deretan vokal. Tiap vokal pada barisan mendapat
embusan napas yang sama atau hampir sama. Vokal tersebut juga termasuk
ke dalam dua suku kata yang berbeda. Namun bagi para mahasiswa perlu
dikaji lebih dalam lagi tentang analisis diftong, melihat pembelajaran bahasa
Indonesia pada bidang fonologi yakni harus mendekripsikan tentang
penguasaan bunyi vokal, penguasaan bunyi konsonan, dan penguasaan
bunyi diftong.

RUMUSAN MASALAH
Setelah meninjau leih lanjut dan menindak lanjuti dengan seksama,
dalam penulisan makalah ini maka timbullah rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi fonem diftong ?
2. Bagaimana pemakaian fonem diftong?
3. Apa saja bentuk fonem diftong ?
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan pembuatan makalah ini tak lain dan tak bukan untuk
memahami tentang ”Analisis fonem diftong” serta untuk memperluas
pengetahun fonologi
C. MANFAAT PENULISAN
1. Setelah membaca dan memahami makalah ini, pembaca akan
mengerti seluk beluk fonem diftong

2
2. Agar memenuhi syarat tugas kelompok matkul Fonologi yang di
ampu oleh Dr. Asri Bariqoh, S.S, M.Pd
3. Agar menjadi buku panduan bagi kelompok kami dan kelompok
lain.
4. Dan semoga dengan terciptanya makalah ini, bisa membuat
kelompok satu semakin tambah semangat lagi, rajin ibadah
ganteng, kaya, dapet doi cantik, dan lain sebagianya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI FONEM DIFTONG


Diftong adalah kombinasi suara dalam satu suku kata yang
dipadukan dengan huruf fokus dengan /w/ atau /y/. Jadi / kalaw / adalah
diftong untuk kata if, karena kombinasi vokal dengan / w / masih dalam
suku kata yang sama. Namun, di / Anda ingin / tidak diftong, karena setiap
kata milik dua suku kata yang berbeda, yaitu / ma-u /.Diftong adalah huruf-
huruf yang memiliki intonasi vokal khusus dan dibentuk oleh kombinasi dua
vokal. Huruf yang memasukkan huruf diftong sendiri adalah antara lai ai,
au, ei, dan juga oi. Huruf-huruf ini dapat ditempatkan di awal, tengah atau
akhir kata. Diftong menurut pendapat lain adalah dua huruf vokal yang
diucapkan sekaligus dan menghasilkan satu bunyi. Kedua huruf vokal itu
tidak dapat dipisahkan. Misalnya kata harimau, maka huruf a dan u (au)
menghasilkan bunyi "aw" adalah diftong. Contoh lain kata pantai, maka
huruf a dan i (ai) menghasilkan bunyi "ay" adalah diftong.
Chaer, Abdul. (2009) Diftong merupakan vokal yang berubah
kualiasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua huruf
vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata
"harimau" adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata "-mau" tidak dapat
dipisahkan menjadi "ma·u" seperti pada kata "mau". Demikian pula halnya
dengan deretan huruf vokal <ai> pada kata "sungai". Deretan huruf vokal
itu melambangkan bunyi diftong /ay/ yang merupakan inti suku kata "-
ngai".
Alek Abdullah. (2012). Diftong berbeda dari deretan vokal. Tiap-
tiap vokal pada deretan vokal mendapat hembusan napas yang sama atau
hampir sama; kedua vokal itu termasuk dalam dua suku kata yang berbeda.
Bunyi /aw/ dan /ay/ pada kata "daun" dan "main", misalnya, bukanlah
diftong, karena baik [a] maupun [u] atau [i] masing-masing mendapat aksen
yang (hampir) sama dan membentuk suku kata tersendiri sehingga kata
"daun" dan "main" masing-masing terdiri atas dua suku kata. Ini

4
menciptakan permasalahan pada akhir kata yang berhuruf u/w dan i/y,
karena, pengucapan yang sama saja pada akhir kata.

EYD mencantumkan huruf diftong ada tiga, yaitu ai, au, dan oi.
PUEBI menambahkan huruf diftong menjadi empat, yaitu ai, au, oi, dan ei.
Huruf diftong ei digunakan dalam posisi awal (eigendom), posisi tengah
(geiser), dan posisi akhir (survei). Penguasaan bunyi diftong, yang terdiri
dari penguasaan bunyi diftong [ai] dan bunyi diftong [au]. Kedua,
pembelajaran bahasa Indonesia pada bidang Morfologi yaitu penguasaan
prefiks ber-, me-, meN-, ter-. Penguasaan konfiks me-kan dan konfiks me-i
Vokal rangkap (diftong) adalah bunyi bahasa yang pelafalannya
ditandai oleh perubahan gerak lidah dan perubahan tamber satu kali, serta
berfungsi sebagai inti suku kata (Kridalaksana, 1982:35). Vokal rangkap
atau diftong adalah bunyi vokal yang ketika dibunyikan posisi lidah diawal
dan bagian akhir pelafalannya tidaklah sama. Ketidaksamaan tersebut
terkait dengan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta
strukturnya (Chaer, 2007: 115). Diftong dalam bahasa Indonesia meliputi
bunyi /ay/, /aw/, dan /oy/. Ketiga diftong ini bersifat fonemis dan masing-
masing vokal pada diftong tersebut melambangkan satu bunyi vokal.
Diftong dibedakan atas diftong naik dan diftong turun (Chaer, 2007: 115).
Pembagian ini didasarkan pada letak atau posisi unsur-unsurnya. Diftong
naik adalah diftong yang bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi
bunyi yang kedua, sedangkan diftong turun terjadi ketika bunyi pertama
lebih tinggi dari bunyi kedua. Kendati demikian, dalam sistem bahasa
Indonesia hanya dapat ditemui diftong naik
B. PEMAKAIAN FONEM DIFTONG
Setelah memahami apa itu huruf diftong, kita juga perlu mengetahui
pemakaian diftong yang ada dalam bahasa Indonesia. Resmini, (2006)
Berikut beberapa pemakaian yang harus diketahui dalam huruf diftong:
1. Diftong Awal

5
Diftong awal adalah diftong yang terletak pada awal suku kata. Contohnya
seperti pada kata “ia” dalam kata “ia itu”, atau pada kata “ua” dalam kata
“uang”.
2. Diftong Tengah
Diftong tengah adalah diftong yang terletak di tengah suku kata. Contohnya
seperti pada kata “bau” dalam kata “bau-bauan”, atau pada kata “uai” dalam
kata “kuaitas”
3. Diftong Akhir
Diftong akhir adalah diftong yang terletak pada akhir suku kata. Contohnya
seperti pada kata “ai” dalam kata “gadai”, atau pada kata “eu” dalam kata
“keuangan”.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Posisi Tengah Posisi
Awal Akhir
ai ain malaikat pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

Berikut beberapa contoh kalimat yang menggunakan huruf diftong:


“Bapakku sedang memperbaiki mesin cuci yang rusak.”
“Aku harus menyelesaikan tugas kuliah ini sebelum besok.”
“Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu berusaha untuk menjadi
pribadi yang mandiri.”
“Kakakku selalu memberikan dukungan dan semangat pada saya.”
“Kucing yang baru saja saya adopsi sangat manja dan lucu.”

C. BENTUK-BENTUK FONEM DIFTONG


Diftong yang merupakan dua buah fungsi vokal menjadi satu bunyi
dalam satu silabel. Menurut Chair (2009: 44) dalam bahasa Indonesia hanya
terdapat diftong naik, tidak ada diftong turun ataupun diftong memusat.

6
Berdasarkan fungsi yang diperoleh dari objek diftong, diftong dapat
dilafalkan dalam dua fungsi, yaitu [au] dan [ae]. Bunyi [au] termasuk dalam
jenis bunyi diftong naik untuk kata yellow (bahasa Inggris) atau yang berarti
kuning dalam bahasa Indonesia, dilafalkan . Bunyi [ae] termasuk dalam
jenis bunyi diftong turun untuk kata (bahasa Inggris) atau yang berarti
teman-teman dalam bahasa Indonesia, dilafalkan < g s >.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami membahas secara tuntas mengenai analisis fonem
diftong maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Diftong merupakan deretan vokal yang berada pada satu suku kata.
Diftong merupakan vokal yang pada saat pengujarannya berubah
kualitasnya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan oleh dua
vokal yang berurutan dan kedua vokal tersebut tidak dapat dipisahkan.
Berikut ini diftong dalam bahasa Indonesia : diftong au,ai, oi, dll
Diftong bisa digunakan dalam 3 aspek yaitu
1. Diftong awal
2. Diftong tegah
3. Diftong akhir
dalam bahasa Indonesia hanya terdapat diftong naik, tidak ada
diftong turun ataupun diftong memusat. Berdasarkan funsii yang
diperoleh dari objek diftong, diftong dapat dilafalkan dalam dua fungsi,
yaitu [au] dan [ae]. Bunyi [au] termasuk dalam jenis bunyi diftong naik
untuk kata yellow (bahasa Inggris) atau yang berarti kuning dalam
bahasa Indonesia, dilafalkan . Bunyi [ae].

B. SARAN
Berdasarkan pemaparan di atas, maka saran yang dapat kami
sampaikan sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa
Para mahasiswa dapat memahami Analisis fonem diftong
2. Bagi dosen
a. Mampu mensukseskan pembelajaran fonologi di PBSI II
STKIP PGRI Sampang

8
b. Memberi kesempatan bagi para mahasiswa untuk lebih
leluasa lagi dalam mengasah kemampuan mengenai
fonologi

9
DAFTAR PUSTAKA

Akhyaruddin, D. (2020). Bahan Ajar Fonologi Bahasa Indonesia. Jambi:


Komunitas Gemulun Indonesia. ²Http://dosenbahasa.com, (2016)

Chaer, Abdul.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Resmini, Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi, dan


Semantik). Bandung : UPI PRESS.

Husen, Akhlan, dkk. 1996. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III Tahun 1996/1997

Achmad H.P dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit
Erlangga

10

Anda mungkin juga menyukai