Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ GAYA BAHASA”

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen pengampu : Ilfi Rahmi Putri SE.,M.SI

Di susun oleh:

Nama: Nim:

Khoirun nisa siregar 0406212027

Putri Aprilia 0406213040

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM


PROGRAM STUDI S-1 ILMU HADIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Gaya Bahasa tepat waktu.
Makalah Gaya Bahasa disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Bahasa
Indonesia di uin-su. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Gaya Bahasa.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku guru mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan , 4 November 2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………………………1
1.2 Perumusan masalah…………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan penulisan………………………………………………………………………..1
1.4 Manfaat penulisan………………………………………………………………………1
BAB II GAYA BAHASA
2.1 Pengertian Gaya Bahasa………………………………………………………………..2
2.2 Unsur-Unsur…………………………………………………………………………….3
2.2.1 Tema ………………………………………………………………………………….3
2.2.2 Tokoh ………………………………………………………………………………….3
2.2.3 Latar …………………………………………………………………………………3
2. 3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa …………………………………………………………….4
2.4 Ciri-Ciri………………………………………………………………………………12
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan……………………………………………………………………………….14
3.2 Saran …………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Gaya atau khususnya Gaya Bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style, kata style
diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lililn.
Dalam keahlian menggunakan alat ini dapat mempengaruhhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan lilin tersebut sehingga penekanan dititik beratkan pada keahlian penulisan indah ,
sehingga style berubah menjadi kemanpuan dan keahlian untuk menulis atau mempengaruhi
kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, Gaya Bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi
atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tiidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa
terstentu untuk menghadapi situasi tertentu. Dengan demikian, persoalan Gaya Bahasa
meliputi semua hirarki kebahasaan, misalnya pilihan kata secara individual, frasa, klausa,
kalimat yang mencakup sebuah wacana secara luas.
Dengan begitu penyelidikan Gaya Bahasa dapat mencakup tentang masalah perulangan
bunyi, inversi atau pembalikan susunan kata dan kalimat yang mempunyai fungsi estetis.

1.2 Rumusan Permasalahan


a. Bagaimana pengertian gaya bahasa ?
b. Bagaimana pembagian gaya bahasa ?
c. Bagaimana pengertian ciri-ciri Bahasa?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa
b. Untuk mengetahui pembagian gaya bahasa
c. Untuk mengetahui pengertian ciri-ciri gaya bahasa

1.4 Manfaat Penulisan


a. Secara teoritis : Dapat mengetahui secara teori mengenai arti dan pembagian gaya
bahasa.
b. Secara praktis : Dapat mengaplikasikan dan menilai suatu karya seperti sebuah lagu
berdasarkan gaya bahasa.
BAB II
GAYA BAHASA
2.1 Pengertian
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan
pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau
majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau
lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara
langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan
bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Pengertian Gaya Bahasa Menurut Para Ahli:
1. Albertine (2005: 51)
Gaya bahasa adalah bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya
tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek. Menggunakan gaya bahasa,
pemaparan imajinatif menjadi lebih segar dan berkesan. Gaya bahasa mencakup: arti kata,
citra, perumpamaan, serta simbol dan alegori. Arti kata mencakup, antara lain: arti denotatif
dan konotatif, alusi, parody dan sebagainya; sedangkan perumpamaan mencakup, antara lain:
simile, metafora dan personifikasi.
2. Aminuddin (1995: 5)
Style atau gaya bahasa adalah cara yang digunakan oleh pengarang dalam memeparkan
gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.
3. Abrams (1981)
Gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang
mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
4. Achmadi (1988: 155-156)
Gaya bahasa adalah kualitas visi, pandangan seseorang, karena merefleksikan cara seorang
pengarang memilih dan meletakkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam mekanik
karangannya. Gaya bahasa adalah menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, misalnya
kesan baik ataupun buruk, senang, tidak enak dan sebagainya yang diterima pikiran dan
perasaan karena pelukisan tempat, benda-benda, suatu keadaan atau kondosi tertentu.
5. Harimurti (dalam Pradopo, 1993: 265)
Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau
menulis, lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek
tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah estetis yang menghasilkan nilai seni.
6. Keraf (1981: 115)
Gaya bahasa adalah yang baik itu harus mengandung tiga unsur yaitu kejujuran, sopan santun
dan menarik. Dikatakannya bahwa dalam hal gaya ini kita mengenal dua istilah yaitu “bahasa
retorik” (rhetorical device) dan “bahasa kias” (figure of speech). Bahasa retorik atau gaya
bahasa dan bahasa kias merupakan penyimpangan dari bahasa.

2.2 Unsur-Unsur Gaya Bahasa


-Intonasi
Intonasi adalah Tinggi Rendah Suatu Nada, Pahami Jenis, Fungsi dan Tekniknya. ... Dengan
begitu, intonasi adalah tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat yang memberikan
penekanan dalam kata-kata tertentu di suatu kalimat.
-Bunyi
adalah suatu bentuk gelombang longitudinal yang merambat secara. oleh sumber bunyi yang
mengalami getaran.
-Kata
Kata yaitu unit bahasa yang berisikan arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata bisa
diartikan sebagai elemen terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan
merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang dipakai dalam berbahasa.
-Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah.
-Wacana
Wacana adalah deretan kalimat yang saling berkaitan satu sama lain dan menghubungkan
proposisi yang satu dengan yang lainnya di dalam kesatuan makna yang semantis antar
bagian di dalam suatu bangun bahasa
2.3 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
1. Majas/Gaya Bahasa Perbandingan
Majas perbandingan ini cukup banyak muncul di pelajaran sekolah, lho. Majas perbandingan adalah
majas yang membandingkan atau menyandingkan antara satu objek dengan objek lainnya. Ada pun
majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan, antara lain alegori, metafora, metonimia, litotes,
hiperbola, pars pro toto, totem pro parte, dan eufimisme.
1. Majas Alegori
Majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.
Contoh: Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah.
2. Majas Metafora
Majas ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.
Contoh: Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.
3. Majas Metonimia
Majas ini menyatakan suatu hal dengan dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya
sebuah merek dagang).
Contoh: Jamaah haji Indonesia pergi ke Makkah menggunakan Garuda.
4. Majas Litotes
Majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.
Contoh: Silakan datang ke gubukku yang kumuh
5. Majas Pars Pro Toto
Majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang hidungnya.
6. Majas Totem Pro Parte
Majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.
Contoh: Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan sepakbola tadi malam.
7. Majas Eufimisme
Majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.
Contoh: Saat ini sedang dibahas penyesuaian tarif tol
2.Majas/Gaya bahasa Sindiran
Majas sindiran adalah gaya bahasa berguna untuk menyatakan suatu hal dengan memanfaatkan frasa
atau kata-kata umum tapi bersifat menyindir dan bertujuan untuk memperkuat arti dalam kalimat
tersebut.
Sebagai contoh :
“Suaramu sangat merdu, seperti suara Giant teman Nobita”
Jika mendengar kata diatas, pastinya kita akan segera mengetahui kalau kalimat tersebut adalah kata
sindiran atau ejekan.
Karena diikuti dengan kata “seperti suara Giant teman Nobita”.
Sebab seperti yang kita ketahui suara Giant sangatlah buruk bahkan teman-temannya selalu
menghindar saat ia akan bernyanyi, karena nyanyiannya membuat telinga sakit.
Seseorang yang menggunakan majas ini berniat untuk menyampaikan sesuatu secara halus kepada
lawan bicaranya.
Majas sindiran punya ciri-ciri dan tujuan penggunaannya secara khusus.
Hal inilah yang menjadikan majas sindiran berbeda dari majas lainnya.
1. Secara umum bersifat untuk menyindir dan mengkritik seseorang.
2. Walaupun bersifat menyindir, majas ini diucapkan secara halus.
3. Kalimat akan mengandung makna yang tidak sebenarnya.
4. Majas sindiran juga bertujuan untuk memperkuat arti dalam kalimat yang diungkapkan.

Macam-macam Majas Sindiran dan Contoh Kalimatnya


Majas sindiran mempunyai beberapa jenis.
Berikut adalah penjabarannya beserta contoh kalimatnya.
1.Majas Ironi
Majas ironi meruapakan gaya bahasa yang mengungkapkan suatu hal tapi bertentangan dengan makna
yang sesunguhnya.
pada umumnya majas ini digunakan untuk menyampaikan sindiran secara halus.
Terkadang dalam kehidupan sehari-hari majas ini akan diucapkan saat seseorang sedang marah, tapi
ia tidak ingin lawan bicaranya menanggapi makna yang disampaikan dengan emosi berlebihan.

Meskipun digunakan untuk menyatakan sindiran halus, secara penerapannya kalimat yang digunakan
biasanya terdengar halus tapi bermakna kasar.
Contoh majas ironi:
1. Sopan sekali rok yang kamu pakai, sampai aku sendiri merasa risih melihatnya.
2. Parfum apa yang sedang kamu gunakan wangi sekali, sampai membuat aku tidak bisa bernafas.
3. Feby adalah orang yang sangat tepat waktu, hingga semua orang sudah pulang dia baru saja datang.
4. Puji adalah orang yang paling cantik di kampusnya, hingga tidak ada satupun anak laki-laki yang
ingin meliriknya.
5. Cahaya lampu rumah Bu Susan sangat terang hingga seekor lalat pun terlihat saat terbang.
6. Andiri memang seorang kakak yang penyayang dan bertanggung jawab, hingga adiknya sering
dipukuli.
7. Kue buatan Ibu Lestari sangat murah hingga tidak ada satupun yang laku terjual.
8. Pundu memang anak yang sangat berbakti kepada neneknya, sebab tidak ada satu pun nasihat yang
ia dengar.
9. Es teh buatanmu begitu steril dan bersih sampai membuat tenggorokan ku sakit setelah
meminumnya.
10. Diana mempunyai pribadi yang sangat baik, sehingga setiap orang yang dia temui selalu saja
bertengkar dengannya.
11. Haru dan Dini adalah pasangan yang serasi, yang satu kaya dan satunya miskin.
12. Yudi adala anak teladan di sekolahnya, sehingga hampir setiap minggu ayahnya mendapat
pengaduan dari kepala sekolah.
13. Kota Jakarta bebas dari kemacetan setiap hari, karena kendaraan bermobil sangatlah padat di
jalanan.

2. Majas Sarkasme
Majas sarkasme adalah majas yang diungkapkan dengan konotasi kasar dan dilontarkan secara apa
adanya atau blak-blakan.
Dalam kehidupan sehari-hari majas ini digunakan saat seseorang marah besar atau emosi.
Majas ini termasuk majas sindiran tapi diungkapkan tanpa kata-kata yang lembut karena
menggunakan frasa yang vulgar.
Contoh majas sarkasme:
1. Dasar otak udang, mengerjakan soal begini saja kamu tidak bisa? Lalu apa yang kamu bisa
kerjakan?
2. Apa kau tidak punya telinga? Dari tadi dipanggil tidak menyahut sama sekali.
3. Bercita-citalah setinggi langit, harta dan tahta saja tidak punya bagaimana bisa menjadi seorang
Presiden.
4. Untuk apa si Adit meletakkan tangga di sini, bukannya membantu pekerjaan, justru menghalangi
jalan saja.
5. Untuk apa kamu datang semua pekerjaan sudah selesai kenapa tidak datang saat orang makan saja.
6. Dasar anak tidak tau untung.
Dari kecil kamu saja angkat jadi anak, di sekolahkan, diberi makan dan lain-lain tapi tidak mengingat
jasaku sama sekali.
7. Aku tidak membutuhkan bantuanmu sama sekali, kau tidaklah berguna.
8. Orang tua macam apa mereka yang menelantarkan anaknya begitu saja.
9. Kalau kamu tidak bisa melihat ya sudah terima saja kenyataan jika kau buta.
10. Aku tidak sudi berteman dengan yang yang miskin dan kampungan jadi jangan pernah
mengundangnya ke rumahmu jika ada aku.
12. Apa kau tidak punya mata? Seenaknya saja menabrak orang yang sedang berdiri di sini.
13. Kamu tidak punya rasa tanggung jawab ya selama ini Digta sudah meminjamkanmu uang
sekarang kembalikan jangan seperti pencuri.

3. Majas Sinisme
Majas sinisme yaitu gaya bahasa yang isinya mengejek secara langsung dan blak-blakan
tanpa menggunakan ungkapan lain.
Majas sinisme merupakan kebalikan dari majas ironi yang mengungkapkan kebalikan dari
apa yang sebenarnya.
Fungsi utama dari majas ini yaitu seseorang ingin memberitahukan suatu hal dengan lebih
jelas sehingga memberi dampak kuat bagi pendengar atau pembacanya.
Contoh majas sinisme:
1. Wajahmu kucel seperti anak tidak terurus saja.
2. Rambutmu kusam dan kasar sekali seperti sapu ijuk.
3. Beraninya kamu berkata kasar kepada guru mu, kamu tidak pernah diajari ya?
4. Dasar tidak tahu diri, sudah saya sekolahkan tapi tidak tau terimakasih.
5. Nafasmu bau naga seperti tidak pernah gosok gigi saja.
6. Kau ini bodoh atau bagaimana, mengerjakan hal semudah ini saja tidak bisa.
7. Museumkan saja motor butut mu itu yang sudah using.
8. Aku kecewa dengan sifatmu yang selalu membantah saat dinasehati.
9. Kamu tidaklah pantas bersanding dengan pria sekaya Fandi.
10. Percuma saja punya tetangga banyak, jika ada yang mau membantu.
11. Makanan ini asin sekali, apa kau tidak bisa memasak?
12. Percuma saja Bu Kima punya anak yang sukses di negeri orang, ibu sedang sakit dia tidak
menjenguk sama sekali.
13. Mengurus diri sendiri saja tidak becus bagaimana mau mengurus anak orang.

4. Majas Satire
Majas satire merupakan majas sindiran yang berisi ledekan diikuti kritikan tajam dengan
ungkapan yang bervariasi.
Dengan ungkapan yang bervariasi tersebut memberi kesan lucu kepada pendengar atau
pembaca dan pihak yang dikritik meringis (tertawa getir).
Jika majas sindiran lain hanya perlu diungkapkan begitu saja, sateri tidak mudah
diaplikasikan karena pengguna harus cermat menyusun kata dengan baik agar pihak yang
dikritik tidak menyerang balik.
Artinya majas satire akan diungkapkan dengan elegan dan tidak hanya menghakimi seperti
majas sarkasme.
Mengucapkan majas satire akan membuat pendengarnya tertawa bahkan yang dikritik
sekalipun tapi dengan tawa yang berbeda.
Namun, hal ini menjadi indikator yang penting dari sebuah majas satire agar berhasil
menekan kritikan yang ada.
Contoh majas satire:
1. Toko kue kamu sedang diatas angin ya, tidak usah memperdulikan apa yang ada di bawah
sana, terbang saja seperti Icarus.
2. Tidak sekalian kamu membungkus semua makan kami yang ada di dalam kulkas? Kami
sudah terbiasa kok untuk menahan lapar berhari-hari.
3. Nyaman sekali tidur di rumahmu sampai kecoa dan tikus saja ikut bergabung.
4. Warga kampung durian runtuh sangat kompak, karena mereka bisa bekerja sama membuat
selokan tersumbat.
5. Pakaian yang kamu pakai hanya itu-itu saja, apa di lemarimu tidak ada baju yang bisa
digunakan sebagai penutup tubuhmu?
6. Apakah kamu selalu berpakaian seperti pelangi yang alangkah indahnya itu?
7. Lihatlah orang tuamu yang bekerja dari siang dan malam, dab kau hanya duduk-duduk
seperti seorang raja?
8. Lihatlah perjuangan dia yang sudah menunggumu dan mencintaimu sejak lima tahun yang
lalu apa kau tidak punya hati.
9. Hatimu sedingin es yah ? melihat seorang anak hingga babak belur kau hanya diam.

10. Apa kau tidak punya perasaan karena menawar sekilo buah dari seorang pedagang tua
yang aku yakin hidupnya pas-pasan.
11.Apa kamu tidak punya tangan dan kaki selalu menyuruhku untuk diambilkan barang.
12. Kamu bukanlah raja yang bisa memerintah seenak jidatmu.
13. Dia bukanlah ratu sejagad yang melenggok kesana-kemari dengan sepatu murahnya.
5. Majas Innuendo
Majas innuendo yaitu gaya bahasa dengan mengecilkan hal yang sebenarnya lebih besar.
Dalam beberapa jenis majas sindiran, jenis majas innuendo adalah gaya bahasa yang paling
jarang diketahui dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh majas innuendo:
1. Tidak usah takut, disuntik itu sakitnya seperti digigit nyamuk.
2. Gubuk kecil kami dan keluarga berada di perumahan indah sejahtera di bagian selatan
Bandung.
3. Tidak usah merenungi uang mu yang sudah hilang dicuri orang, nanti juga akan kembali
lagi dengan nominal yang lebih banyak.
4. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, hubungan percintaan hanya secuil dari segudang
masalah hidup yang akan dijalani.
5. Menurut gosip yang beredar dimasyarakat Pak Adif hanya menggunakan sedikit uang
pelican agar bisa diterima kerja.
6. Konon kondisi keuangan negara saat ini stabil, hanya ada sedikit gangguan karena adanya
pandemic Covid-19.
7. Berhenti untuk memberi secercah harapan kepada keluarga korban, mereka akan terus
menunggu jika kamu terus memberinya harapan palsu.
8. Warga tidak terima anaknya yang hilang tenggelam selalu diberi harapan palsu oleh tim
penyelamat.
9. Jangan terlalu bersedih dia hanya pergi untuk berkuliah di luar negeri bukan untuk
meninggalkanmu.
10. Jangan menyerah dengan gagalnya ujian masuk CPNS, kamu masih bisa mencobanya
tahun depan.
11. Berhenti memberikan harapan palsu kepada pacarmu, kasihan dia selalu menunggumu
untuk pulang.
12. Ya ampun, anak Bu Santoso dicolek saja sudah menangis histeris.
13. Rico bisa melesat naik jabatan karena koneksi kedua orang tuanya.
3. Majas/Gaya Bahasa Pertentangan
Macam-macam gaya bahasa yang kedua yaitu gaya bahasa pertentangan. Majas pertentangan
adalah gaya bahasa dalam karya sastra yang menggunakan kata-kata kiasan di mana
maksudnya berlawanan dengan arti sebenarnya.
Majas pertentangan memiliki beberapa macam-macam gaya bahasa, yaitu:
-Paradoks, merupakan suatu gaya bahasa yang membandingkan situasi sebenarnya dengan
situasi kebalikannya. Contoh majas ini seperti, di tengah keramaian itu aku merasa kesepian.
-Antitesis, merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata di mana memiliki arti
yang saling bertentangan. Contohnya, Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita
kepada mereka.
-Kontradiksi interminus, merupakan gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang
disebutkan sebelumnya. Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi misalnya hanya saja
atau kecuali. Contoh gaya bahasa ini seperti, Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali
mereka yang berada di perbatasan.
-Litotes, merupakan suatu ungkapan seperti merendahkan diri meskipun pada kenyataan
sebenarnya justru sebaliknya. Contohnya seperti, silakan mampir ke gubuk kami yang
sederhana ini. Kata rumah di sini disebut sebagai gubuk.
-Hiperbola,yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan yang berlebihan.contoh nya
seperti:wajah nya benar-benar mengalih kan dunia ku.

4.Majas/Gaya Bahasa penegasan


Majas Penegasan merupakan salah satu gaya bahasa yang bertujuan untuk menegaskan
pengaruh para pembaca agar mau menyetujui apa yang sudah diungkapkan.
Gaya bahasa ini diungkapkan dengan cara melalui sebuah kata yang sama namun maknanya
berbeda atau kata yang digunakan sama, namun maknanya masih saling berhubungan. Secara
umum, gaya bahasa penegasan dikenal juga dengan istilah majas pengulangan.
Dengan kata lain, Majas Penegasan ini sering diartikan sebagai majas yang dipakai untuk
menegaskan segala sesuatu dengan tujuan memberikan efek tertentu bagi para mendengar
ataupun membaca.
Macam – Macam Majas Penegasan
Secara umum, terdapat beberapa jenis gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis Majas
Penegasan. Berikut ini merupakan penjelasan dari jenis-jenis majas ini, yaitu diantaranya
adalah :

1. Majas Repetisi
Majas Repetisi merupakan salah satu gaya bahasa penegasan yang di dalamnya terdapat
sebuah pengulangan kata yang sudah ada dikalimat yang sebelumnya.
Contoh Kalimat Majas Repetisi, yaitu :
-Tina akan terus berobat, berobat dan berobat untuk menyembuhkan penyakit kanker.
-Aku akan terus menyayangimu, menyayangi keluargamu dan menyayangi anak-anak kita.
-Saat tengah malam tiba adik selalu berteriak memanggil-manggil nama, “ibu, ibu, ibu”
lantas aku pun segera memanggil ibu untuk melihat adik ku.
-Aku akan selalu salah, salah dan terus salah lagi di matamu, karena apa yang aku lakukan
memang tidak pernah kau lihat.
2. Majas Pleonasme
Majas Pleonasme merupakan salah satu jenis gaya bahasa penegasan yang memberikan
keterangan tambahan untuk hal-hal yang sudah jelas atau pasti. Namun, keterangan tersebut
sebenarnya tidak perlukan.
Contoh Kalimat dari Majas Pleonasme, yaitu :
-Cepat turun ke bawah jika kamu masih ingin mendapatkan jatah makan malam, cepat turun
ke bawah.
-Semua pelajar mahasiswa yang sedang melakukan aksi tawuran segera melarikan diri
masing-masing saat mengetahui polisi datang.
-Andi berjalan-jalan sore bersama teman-temannya dengan berjalan kaki.
-Ayah memundurkan mobilnya ke belakang agar tidak menghalangi jalan.
3. Majas Paralelisme
Majas Paralelisme sering diartikan sebagai sebuah gaya bahasa yang umumnya digunakan
dalam penulisan puisi yang dilakukan dengan cara mengulang-ulang kata, namun dalam
berbagai artian yang berbeda.
Apabila pengulangan kata tersebut berada di awal disebut sebagai Anafora. Sedangkan,
apabila terdapat pengulangan kata yang berada di akhir disebut sebagai Epifora.
Contoh Kalimat dari Majas Paralelisme, yaitu :
-Rindu itu berat, Rindu itu tak dapat diungkap, Rindu itu tak bisa dihilangkan.
-Cinta itu kesetiaan, Cinta itu kasih sayang, Cinta itu pengorbanan.
-Hidup tidak hanya untuk makan. Tapi hidup itu adalah perjuangan.
-Doa merupakan tugas, Doa merupakan ibadah, Doa merupakan kebutuhan.
4. Majas Klimaks
Majas Klimaks merupakan salah satu jenis gaya bahasa penegasan yang didalamnya
mengungkapkan lebih dari dua hal secara berurutan, dengan berdasarkan tingkatannya, yaitu
semakin lama maka akan semakin meningkat.
Contoh kalimat dari Majas Klimaks adalah :
-Acara anniversary SMK N 1 Bandar Lampung dihadiri warga, siswa/siswi, guru, kepala
sekolah serta dihadiri dengan Wakil Walikota.
-Lomba pembacaan puisi tersebut diselenggarakan dari tingkat Kabupaten, Kota, Provinsi,
hingga ke tingkat Nasional.
-Pendidikan formal harus ditempuh mulai dari TK, SD, SMP, SMK/SMA hingga ke
Universitas.
-Proses metamorfosis kecoa mulai dari telur, nimfa, hingga ke imago.
5. Majas Antiklimaks
Majas Antiklimaks merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan
lebih dari dua hal-hal secara berurutan, dengan berdasarkan tingkatannya, yaitu semakin jauh
maka akan semakin menurun.
Contoh kalimat dari Majas Antiklimaks adalah :
-Gula pasir dari yang beratnya ton, kiloan, setengah kiloan, bahkan hingga seperempatan pun
tersedia di toko seberang jalan itu.
-Acara pernikahanku didatangi oleh Wali Kota, Lurah, RT hingga masyarakat setempat.
-Upacara memperingati hari Kemerdekaan Indonesia ini diikuti oleh seluruh warga sekolah
mulai dari Kepala Sekolah, Guru, Penjaga Sekolah, dan seluruh siswa-siswi SMP N 19
Bandar Lampung.
-Baik itu orang Tua, muda ataupun anak-anak, mereka mempunyai hak dan kewajiban yang
sama di dalam suatu Negara.
6. Majas Retorika
Majas retorika atau retoris merupakan salah satu gaya bahasa yang berbentuk sebuah kalimat
tanya, namun tidak harus untuk dijawab. Umumnya majas ini berfungsi untuk menegaskan
sekaligus menyindir seseorang.
Contoh kalimat dari Majas Retorika atau Retoris adalah :
-Apa ini yang dinamakan dengan kejujuran dan kesetiaan?
-Mana ada orang yang melarang untuk melakukan perbuatan baik?
-Saat kamu jatuh dari tangga kemarin, Apa ada yang sakit?
-Kata siapa dengan hanya bermalas-malasan bisa membuat kamu menjadi orang kaya?

2.4 Ciri-ciri Gaya Bahasa


Keraf (2010:113–115) mengungkapkan bahwa sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Ketiga unsur tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Kejujuran
Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan
benar dalam berbahasa. Pemakaian kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat
yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Pembicara atau penulis
tidak menyampaikan isi pikirannya secara terus terang; ia seolah-olah menyembunyikan
pikirannya itu di balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-
belit tak menentu. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus
digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.
2) Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati
penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau
pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan
kesingkatan.
Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras
keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Kejelasan dengan demikian akan
diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
1) kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;
2) kejelasan dalam korespodensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-kata atau
kalimat tadi;
3) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
4) kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.
Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha unutk mempergunakan kata-kata secara efisien,
meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari
tautologi; atau mengadakan repetisi yang tidak perlu.
3) Menarik
Gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui bebrapa komponen berikut: variasi, humor
yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari analisis di atas, kami menyimpulkan bahwa,gaya Bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-
efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
Dalam proses berbahasa, baik itu dalam penggunaan komunikasi lisan maupun tulisan,
adanya hal yang disebut dengan gaya bahasa, gaya bahasa dapat kita gunakan untuk
memperindah kata atau komunikasi kita dengan orang lain.

3.2 Saran
Demikian Makalah yang kami buat ini, kami menyadari akan banyaknya kekurangan
dan keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sebagai motivasi bagi kami dari para pembaca mengenai
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Http://astriaprillia.blogspot.com
Http://dinizakiah-dizanursalamah.blogspot.com
http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-gaya-bahasa-atau-majas-dan-jenisnya-
serta-contohnya.html
https://danririsbastind.wordpress.com/tag/jenis-gaya-bahasa/
Keraf, Gorys.2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Stilistika : Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai