Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

ACARA VIII

PERSEBARAN TREND PARIWISATA DAN PENGARUHNYA TERHADAP ALIH


FUNGSI LAHAN DI KOTA BATU MENGGUNAKAN ANALISIS SPASIAL DAN
TEMPORAL
Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Nama : Sugeng Riyadi

NIM : 170721636591

Offering/Angkatan : L/2017

PROGRAM STUDI ILMU GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MEI 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Batu merupakan daerah otonom yang termuda di provinsi Jawa Timur. Kota Batu
terdiri dari (3) tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan
Bumiaji. Luas Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42
persen dari total luas Jawa Timur. Daerah lereng dan bukit memiliki proporsi lebih luas
dibandingkan dengan daerah daratan. Secara geografis kota Batu terletak pada posisi antara
7’’44,55,11’ sampai dengan 8’’26’,35,45’ Lintang Selatan dan 122’’17’,10,90’ sampai
dengan 122’’57,00,00’ Bujur Timur (Handayani, 2018).
Pariwisata merupakan sebuah industri yang strategis dan potensial untuk dikembangkan
di Indonesia, beberapa Kota di Indonesia dapat dijadikan sebagai kawasan wisata dan
pengembangan wisata karena kondisi geografis maupun pengembangan sumber daya
manusianya. Industri pariwisata di Kota Batu merupakan industri yang tergolong populer di
Indonesia, pariwisata di Kota Batu terdiri dari pariwisata alami dan buatan antara lain
pariwisata alaminya adalah Coban atau air terjun, agrowisata dan desa wisata sedangkan
pariwisata buatannya adalah taman bermain, museum dan wahana permainan. Pariwisata di
Kota Batu tersebar hampir merata di seluruh Kota Batu sehingga Kota Batu populer dengan
nama Kota Wisata Batu.Selain itu, perkembangan pariwisata yang pesat di Kota Batu
disinyalir menyebabkan beberapa dampak negatif pada lingkungan seperti kemacetan, banjir,
alih fungsi lahan, pengurangan sumber daya alam terutama air serta kenaikan suhu udara
(Sukmaratri, 2016:326).
Dampak negatif dari adanya pembangunan pariwisata adalah kerusakan lingkungan,
akibat adanya aktivitas yang berupa alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan memiliki dampak-
dampak buruk diantaranya adalah mengancam keseimbangan ekosistem yang asal mulanya
terdapat beraneka ragam populasi menjadi berkurang karena alih fungsi lahan, kemudian
dampak kedua yang ditimbulkan dari pembangunan pariwisata yang mengalihfungsikan
lahan adalah menurunnya produksi pangan akibat lahan pertanian yang semakin sedikit
maka hasil produksi juga akan terganggu. Dalam skala besar stabilitas pangan juga akan sulit
tercapai, mengingat jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunnya sehingga
kebutuhan pangan juga bertambah namun jumlah lahan pertanian berkurang . Oleh karena
itu, laporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembangunan dan perkembangan
pariwisata di Kota Batu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini dipaparkan rumusan
masalah dalam laporan.
1) Bagaimana trend pariwisata di kota Batu dari waktu ke waktu?
2) Bagaimana persebaran pariwisata di kota Batu?
3) Bagaimana pengaruh adanya objek pariwisata terhadap alih fungsi lahan di kota Batu?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari laporan observasi ini yaitu:
1) Untuk mengetahui Trend jenis pariwisata di Kota Batu dari waktu ke waktu.
2) Untuk mengetahui persebaran pariwisata di kota Batu.
3) Untuk mengetahui pengaruh adanya objek pariwisata terhadap alih fungsi lahan di kota
Batu.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan observasi ini yaitu:
1) Bagi Dosen
Sebagai tugas akhir mata kuliah Sistem Informasi Geografi dan untuk bahan
masukan guna mengembangkan penelitian dosen.
2) Bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang objek
atau proses yang diamati dan dikaji. Selain dari itu mendapatkan data-data yang
objektif sesuai dengan fakta yang ada.
3) Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap daerah persebaran pariwisata di Kota Batu.

4) Bagi Wisatawan
Memberikan informasi mengenai destinasi wisata yang menampilkan informasi
fisik tentang lokasi wisata yang ingin dituju oleh para wisatawan.
5) Bagi pemerintah
Memberi masukan ide kepada pemerintah daerah dalam usaha mengembangakan
pariwisata sehingga dapat menambah pendapatan pemerintah Kota Batu dengan
memperhatikan beberapa aspek.

BAB II
METODE
2.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Software ArcGIS 10.5
b. Aplikasi Kobocollect
2. Bahan
a. Data pariwisata Kota Batu
b. Data hasil observasi kelompok
c. Citra Kota Batu tahun 2014 dan 2018
d. SHP wilayah administrasi Kota Batu

2.2 Diagram Alir

Pembuatan instrumen
Memastikan setiap observer menginstal aplika
menggunakan aplikas
si KoboCollect
i KoboCollect

Isi Instrumen:
Observasi untuk pengambilan data
Kode pariwisata buatan/alam a
tau agro wisata

Nama tempat pariwisata

Dokumentasi pariwisata Rekap data hasil observasi


Koordinat lokasi pariwisata

Alamat pariwisata

Waktu berdiri tempat pariwisa


tapariwisata
Memasukkan data di Arcgis
Jumlah pengunjung tahun 1-5
dan ke 10

Fasilitas pendukung pariwisata

Aksebilitas menuju tempat par


iwisata Membuat Peta Pariwisata

Peta Kepadatan Pengunjung


2.3 Analisis SIG
Peta Persebaran Pariwisata
Kota Batu merupakan salah satu kota yang baru Perubahan
Terhadap terbentukFungsi
pada tahun 2001 sebagai
Lahan
pecahan dari Kabupaten Malang. Kota Batu memiliki ketinggian 800 meter diatas permukaan air
laut ini dikarunia keindahan alam yang memikat. Potensi ini tercermin dari kekayaan produksi
pertanian, buah dan sayuran, serta panorama pegunungan dan perbukitan. Sehingga dijuluki The
Real Tourism City Of Indonesia oleh Bappenas. Kota Batu memiliki 3 (tiga) buah gunung yang
telah dikenal dan telah diakui secara nasional. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung
Panderman (2010 m), Gunung Welirang (3156 m), Gunung Arjuno (3339 m) dan masih banyak
lagi lainnya Dengan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan kota Batu
terkenal sebagai daerah dingin. Temperatur rata-rata kota Batu 2l,5°C, dengan temperatur
tertinggi 27,2°C dan terendah 14,9°C.Rata-rata kelembaban nisbi udara 86' % dan kecepatan
angin 10,73 km/jam. Curah hujan tertinggi di kecamatan Bumiaji sebesar 2471 mm dan hari
hujan 134 hari.
Tabel 1 . Luas Wilayah Kota Batu 2001
No Kecamatan Luas (Km2)
1. Bumiaji 130.189
2. Batu 46.777
3. Junrejo 26.234
Total 202.800
Sumber : ciptakarya.pu.go.id

Secara astronomis terletak di 112°17'10,90"-122°57'11" Bujur Timur dan 7°44'55,11"-


8°26'35,45 Lintang Selatan. Sedangkan batas adminstratif wilayahnya dapat digambarkan
sebagai berikut:
• Batas wilayah utara : Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan
• Batas wilayah selatan : Kabupaten Malang
• Batas wilayah Barat : Kabupaten Malang
• Batas wilayah Timur : Kabupaten Malang
Kota Batu merupakan ibu kota Batu, Jawa Timur. Memiliki wilayah seluas 197,087 km² yang
dibagi dalam 3 wilayah kecamatan (Bumiaji, Batu, Junrejo), 4 kelurahan, dan 19 desa, dengan
jumlah penduduk 204.000 jiwa (2017) menurut data BPS Kota Batu 2017.
Kota batu itu dikenal dengan sebutan De Kleine Switzerland (Swiss Kecil di Pulau Jawa),
begitu dulu orang Belanda menyebut kota nan elok itu. Mereka suka pergi ke Batu jika sedang
kangen dengan kota terindah di dunia yakni Swiss. Menurut mereka, hanya satu yang tidak ada
di Kota Wisata Batu dibandingkan dengan Swiss yakni salju. Kota batu juga merupakan kota
yang sangat unik dan memiliki pesona yang eksotis. selain itu juga terdapat banyak arena
rekreasi yang sangat menarik.
Tidaklah sulit untuk mencapai Kota Wisata Batu. Kota ini bisa dicapai melalui darat
maupun udara, dengan menggunakan kereta api, pesawat maupun kendaraan bermotor. Jika
menggunakan transportasi umum, jalur utama berakhir di Terminal Arjosari, jalur selatan di
Terminal Gadang, dan jalur barat di Terminal Landungsari. Untuk pengguna kereta api,
Wisatawan akan turun di Stasiun Kota Malang yang berada di tengah Kota. Dari stasiun itu
Wisatawan tinggal mencari mikrolet yang menuju Terminal Landungsari. Atau jika tidak ingin
ribet, wisatawan bisa naik taxi atau mencarter angkutan umum dengan tarif yang pasti
terjangkau. Begitu juga dengan yang menggunakan pesawat. Dari Bandara Lanud Abdulrahman
Saleh wisatan bisa menggunakan taxi yang tersedia dan langsung menuju Kota Wisata Batu.
Sampai di Kota Batu tidak perlu bingung mencari obyek wisata yang akan dituju karena peta
lokasi semua obyek wisata terpampang di beberapa sudut kota. Anda tinggal memilih obyek
wisata mana yang pertama kali akan dituju.
1. Peta Kepadatan Pengunjung Pariwisata Kota Batu
Peta Kepadatan Pengunjung Pariwisata Kota Batu dibuat berdasarkan pada data titik
koordinat tiap tempat pariwisata di kota batu dan data pengunjung selama tiga tahun berbeda
sejak dibangun tempat wisata, dimana data diperoleh dari survey terhadap penduduk sekitar
serta pihak pariwisata, dimana setiap data diinput dalam aplikasi Kobocollect. Berikut
langkah-langkah dalam pembuatan peta:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data menggunakan aplikasi kobocollect dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat instrumen menggunakan aplikasi Kobocollect. Dalam pembuatan
instrumen terdapat tim pelaksana untuk mengolah data dan membuat instrumen
atau formulir pada aplikasi Kobocollect.
2. Melakukan pengisian instrumen oleh tim pelaksana, instrumen yang
dikembangkan meliputi kode wisata, koordinat, fasilitas pendukung, dokumentasi
tempat wisata beserta akses jalannya, tahun dibangun tempat wisata, dan data
pengunjung mulai 1,2,3,5,10 tahun sejak tempat wisata dibangun.
3. Memastikan setiap observer menginstal aplikasi Kobocollect. Setiap observer
wajib menginstal aplikasi Kobocollect, karena instrumen penelitian yang telah
dibuat untuk pengumpulan data terdapat dalam aplikasi tersebut. Pengumpulan
data akan berhasil apabila setiap observer mengisi instrumen tersebut, sehingga
memastikan setiap observer menginstal aplikasi adalah penting. Tim pelaksana
mengkoordinir setiap observer melalui kelompok masing-masing untuk
menginstal aplikasi Kobocollect. Setelah itu, setiap observer diwajibkan untuk
login ke akun yang telah dibuat, dengan itu tim pelaksana dapat memastikan
bahwa setiap observer menginstal aplikasi dan aplikasi tersebut tidak bermasalah
dan siap digunakan.
4. Pengumpulan data lapangan, dilakukan untuk mengetahui informasi yang
dibutuhkan. Pengamatan dilakukan setiap kelompok observer di tempat berbeda
yang telah ditentukan. Pengamatan tempat pariwisata dan pengambilan data
dilakukan ²sesuai dengan instrumen yang telah dibuat pada aplikasi Kobocollect.
Data diisikan pada setiap formulir dalam arti satu tempat wisata untuk satu
formulir instrumen. Observer harus benar-benar memastikan bahwa setiap poin
instrumen telah terisi agar data yang dibutuhkan lengkap dan sesuai. Setelah data
selesai dimasukkan pada formulir instrumen, formulir data akan disimpan.
Langkah tersebut akan terus diulangi sebanyak tempat wisata yang diamati. Jika
semua tempat wisata telah selesai diamati, formulir instrumen yang telah
tersimpan dikirim ke server sesuai akun dan siap untuk direkap.
5. Setelah data dikumpulkan dari masing-masing observer, maka dilakukan
perekapan data. Perekapan data dilakukan menggunakan excel, dimana data
koordinat diubah menjadi format UTM.

b. Pembuatan Peta
Pembuatan peta Kepadatan Pengunjung Pariwisata di Kota Batu, dibuat menggunakan
metode IDW (Inverse Distance Weighted) dengan langkah sebagai berikut:
1) Membuka aplikasi ArcGIS 10.5. Memanggil data shp Kota Batu
2) Memanggil data koordinat UTM
3) Mengklik kanan pada layer shp kemudian open atribut, mengklik add field untuk
menambah kolom nama tempat wisata. Kemudian tuliskan nama tempat wisata
secara manual.
4) Mengklik add field untuk menambah kolom jumlah pengunjung tahun pertama sesuai
data yang ada di Kobocollect.
5) Melakukan proses interpolasi dengan pilih ArcToolBox kemudian klik Spatial
Analysis Tools > Interpolation > IDW maka akan muncul jendela IDW.
6) Pada kotak dialog IDW memasukan a)Input point feature untuk data shp Kota Batu
titik curah hujan, b) Z values diisi data jumlah pengunjung, output raster untuk nama
file dan direktori penyimpanan.
7) Memotong data raster IDW sesuai dengan wilayah Kota Batu,menggunakan fungsi
Extract By Mask pada ArcToolBox. Dengan cara mengklik Spatial Analysis Tools
kemudian memilih Extract By Mask. Memasukkan data hasil interpolasi IDW
sebelumnya kedalam Input Raster kemudian Kota Batu pada Input raster or feature
mask data. Menyesuaikan nama baru dan direktori penyimpanan pada Output raster
kemudian klik OK.
8) Melakukan visualisasi simbol sesuai dengan kebutuhan dengan cara klik kanan
properties> symbology > pilih show: stretched> color ramp : hijau hingga merah.
Untuk peta pengunjung tahun ke 2 dan 3 menggunakan langkah yang sama namun untuk
data jumlah pengunjung diisi sesuai tahun yang akan dibuat peta.

2. Peta Persebaran Pariwisata Kota Batu


a. Pembuatan Peta
Pembuatan peta Persebaran Jenis Pariwisata Kota Batu dibuat dengan langkah sebagai
berikut:
1. Memanggil data dengan cara Add data Shp Kota Batu
2. Memanggil data koordinat dengan cara Add data excel yang berisikan koordinat
inputan dari Kobocollege
3. Klik Kanan pada layer Shp Kota Batu, kemudian klik Open Atributtable
4. Buat field baru berjudul Kode Wisata. Dengan cara mengklik add field kemudian
menamai kolom dengan kode wisata, lalu mengisi tabel dengan kode: Religi,
Agrowisata, Alam dan Buatan.
5. Klik kanan pada menu layer Shp Kota Batu, pilih Properties
6. Pilih menu Symbology, kemudian untuk penentuan warna pilih Categories.
7. Peta siap di publikasikan.

3. Peta Penggunaan Lahan Kota Batu


a. Pembuatan Peta
Adapun tahapan pembuatan peta penggunaan lahan Kota Batu, antara lain:
1. Download citra landsat.

2. Add data > masukan citra dan SHP administrasi wilayah.

3. Arctoolbox > extract by mask, isi kolom input raster dengan SHP citra landsat dan input raster
of feature mask dengan SHP administtrasi wilayah batu lalu tentukan tempat penyimpanan lalu
klik ok.

4. Klik maximum likehood classification pada menu arctoolbar, rubah a prori probality menjadi
sampel, tentukan tempat penyimpanan lalu klik ok.
5. Arctoolbox > conversion tools > from raster > raster to polygon isi kolom input raster dengan
PL batu, tentukan tempat penyimpanan lalu klik ok.

6. Setelah berubah menjadi raster klik properties > symbology > quantities > tentukan classes
menjadi 5 kelas dan pilih gradasi warna lalu klik ok.

7. Layout peta.

BAB IV
HASIL
Peta kepadatan pengunjung selama 3 tahun
Peta persebaran jenis pariwisata Kota Batu

Peta penggunaan lahan tahun 2014 dan 2018


PEMBAHASAN
Sector pariwisata merupakan sector yang dapat dijadikan sebagai industry yang
potensial sebagai alat pengembangan potensi daerah. Pariwisata merupakan sector yang
perkembangan dan pertumbuhannya sangat cepat dikarenakan keikutsertaan penduduk
didalamnya. Dampak positif pengembangan pariwsata dapat dilihat dari pengembangan
sarana dan prasarana pariwisata yang banyak menyerap tenaga kerja. Menginggat
perkembangan pariwisata di masa yang akan datang akan menjadi sector yang dapat
menunjang perekonomian maupun sector-sektor daerah lainnya, selain itu obyek wisata
harus mempertimbangkan kepentingan nasional,regional dan local. Keragaman objek
wisata dalam suatu daerah akan meningkatkan industry pariwsata di wilayah tersebut
karena menjadi pusat daya tarik kepuasana wisatawan.
Kota batu merupakan kota yang banyak sekali terdapat tempat-tempat wisata yang
sangat eksotis, namun terlepas dari adanya tempat tempat wisata tersebut banyak sekali
pengembangan-pengembangan yang di lakukan pemerintah khususnya untuk
menciptakan sector pariwisata yang nyaman dan indah. Dapat di ketahui melalui peta
penggunaan lahan dapat dibandingkan tahun 2014 dengan tahun 2018 selama lima tahun
itu banyak sekali lahan lahan kosong yang di manfaatkan dan di perbaiki mulai dari
penanaman hutan kembali karena banyak juga objek wisata di kota batu yang berkonsep
agrowisata dan wisata alami yang dimana membutuhkan lahan yang rindah dan asri untuk
menunjang keindahannya.
Penggunaan lahan yang semakin membaik, juga sangat berpengaruh terhadap
daerah daerah disekitarnya. Kota batu di kenal sebagai phery-phery kota malang dimana
kota batu merupakan kota penunjang entah dari segi logistic ataupun sumberdaya lainnya
dengan kembali dihijaukannya lahan yang semula tahun 2014 banyak sekali lahan kosong
dan 2018 lahan-lahan tersebut dipergunakan dengan produktif tentu saja produktifitas
kota malang juga akan terpenuhi entah seperti dari bidang ekonomi dimana akan banyak
pengunjung yang datang selain itu dibidang pangan para petani-petani di kota batu akan
lebih produktif karena lahan mereka semakin banyak.
Selain pengembangan penggunaan lahan yang semakin membaik, persebaran
obyek wisatapun juga makin di perbanyak. Seperti dilihat di peta persebaran tempat
wisata, persebannya sendiri dapat di bagi menjadi 3 bagian besar yaitu buatan,religi dan
alami untuk buatan sendiri terfokus di kecamatan batu sendiri karena merupakan objek
vital dan akasesbilitas yang sangat mudah dijangkau dari kota malang sehingga membuat
pembangunan wisata buatan terfokus di kecamatan batu itu sendiri, sedangkan untuk
religi terdapat di kecamatan junrejo yaitu vihara dimana vihara tersebut merupakan salah
satu yang terbesar di malang
Untuk wisata alam sendiri banyak tersebar di kecamatan bumiaji karena
kecamatan tersebut aksesbilitas sangat sulit karena medan yang menanjak di atas
perbukitan. Untuk persebaran sendiri dapat dilihat bahwa kota malang juga sangat
mempengaruhi karena secara jarak kecamatan batu dengan kota malang sangat dekat dan
tidak bisa dipungkiri saat orang-orang kemalang pasti mereka juga akan ke kota batu
maka dari itu yang menyebabkan persebaran tempat wisata sangat terfokus di kecamatan
batu saja
Banyaknya persebaran tempat wisata juga mempengaruhi benyaknya pengunjung
yang datang,berdasarkan peta kepadatan pengunjung yang dibandingkan dari satu tahun
berdiri sampai tiga tahun berdiri dapat diketahui kepadatan penungjung terus mengalami
peningkatan berfokus di kecamatan batu karena selain aksesbilitas yang mudah juga
faktor tersbesarnya adalah banyaknya opsi destinasi wisata yang tersebar dan banyaknya
fasilitas penunjang disana seperti hotel,homestay dan lain-lain di kecamatan batu. Namun
jika dilihat secara seksama peta kepadatan pengunjung setelah satu tahun berdiri dengan
dua tahun berdiri pengunjung juga banyak pengunjung yang mengunjungi destinasi
wisata yang berada di bumiaji yang kebanyakan adalah wisata alam karena selain
perkembangan wisata di kecamatan batu yang belum sepenuhnya rampung juga
masyarakat atau pengunjung yang datang dari kabupaten atau kota lain selalu melewati
kecamatan bumi aji maka dari itu yang menyebabkan kepadatan pengunjung yang berada
dibumi aji sangat banyak setelah wisata alam tersebut dibuka

KESIMPULAN
Trend pariwisata di kota batu sendiri dari waktu ke waktu semakin berkembang
banyak objek objek wisata yang bermunculan dan domniasi oleh wisata buatan dimana
perkembangan wisata tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kota malang dan letak
morfologi batu sendiri yang berada di pegunungan dan membuat para investor dan
pengembang membuka lahan industry pariwisata di kota batu

Daftar Pustaka
Abdillah, A.B.Y. and Hamid, D., 2016. Dampak Pengembangan Pariwisata Teradap Kehidupan
Masyarakat Lokal Di Kawasan Wisata (Studi Pada Masyarakat Sekitar Wisata Wendit,
Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 30(1), pp.74-78.
Akbar. Jimi Rohmawan Al. 2014. Analisa Objek Wisata Kota Batu – Jawa Timur. Program Studi
Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang.
Andayani, S., Anwar, M.R. and Antariksa, A., 2012. Pengembangan Kawasan Wisata
Balekambang Kabupaten Malang. Rekayasa Sipil, 6(2), pp.168-178.
Attar, Muhammad, Luchman Hakim, dan Bagyo Yanuwiadi. 2013. Analisis Potensi Dan Arahan
Strategi Kebijakan Pengembangan Desa Ekowisata Di Kecamatan Bumiaji – Kota Batu.
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, Vol.1, No.2.
BPS Kota Batu Tahun 2017. Online. batukota.bps.go.id. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019.
Hanas, I., Nurhadi, S. 2014. Mengembangkan Pariwisata Membangun Kota Kota Batu 2001-
2012. Jurnal Pariwisata, 17(2). Hal 19.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/68099/Imron%20Hanas.pdf?
sequence=1. Diakses pada tanggal 10 Mei 2019.
Handayani, M. 2018. Deskripsi Wilayah Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Intyaswono. Stephen. Edy Yulianto. Mukhammad Kholid Mawardi. 2014. Peran Strategi City
Branding Kota Batu Dalam Trend Peningkatan Kunjungan Wisatawan
Mancanegara. Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.
Mirajanatin, H.P., Sutikno, F.R. and Sari, N., 2013. Kajian Potensi Pariwisata Perkotaan di Kota
Malang Berdasarkan Stakeholder. Jurnal Tata Kota dan Daerah, 5(1), pp.47-54.
Sukmaratri, M., Maya, D. 2016. Diversifikasi Produk Wisata Sebagai Strategi Pengembangan
Daya Saing Wisata Kota Batu. Jurnal Pengembangan Wilayah Dan Kota, 12 (3), 325
335. Dari https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/12907.

Anda mungkin juga menyukai