Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI STRUKTURAL SERTA ANALISIS TEORI STRUKTURAL PADA


SASTRA
Mata kuliah Kritik Sastra Dosen Pengampu Sahrul Muzakki., M.Pd

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3


Ahmad Yulianto Firmansyah (202288201B781)
Qhusoyyin (202288201B797)
Hidayatulloh (202288201B788)
Lailatul Mahmudah (202288201B777)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


STKIP PGRI SAMPANG TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang mana ia telah memberi
rahmat dan inayah beliau kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Teori
Struktural Serta Analisis Teori Struktural Pada Sastra” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah, Untuk memenuhi
syarat tugas kelompok dari Mata kuliah Kritik Sastra Dosen Pengampu Sahrul
Muzakki., M.Pd Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat ataupun official kelompok satu yang telah sudi meluangkan waktu, fikiran,
dan tenaganya untuk terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini
sangat jauh sekali dari kata sempurna apalagi istimewa, Oleh karna itu kami perlu
kritik dan saran yang mana kritik dan saran tersebut dapat di jadikan motivasi dan
pembelajaran, Agar kedepannya dapat semakin lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. AWAL MULA TEORI STRUKTURAL ............................................ 4
B. DEFINISI TEORI STRUKTURAL ................................................... 4
C. UNSUR TEORI STRUKTURAL ...................................................... 5
D. ANALISIS TEORI STRUKTURAL PADA KRITIK SASTRA........ 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8
KESIMPULAN ............................................................................................ 8
SARAN .......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori Struktural adalah bangunan teoritis atau (abstrak) yang
terbentuk dari sejumlah komponen yang berhubungan satu sama lain.
Struktur menjadi aspek utama dalam strukturalis dan strukturalisme.
Dengan kata lain, struktural adalah teori yang menyatakan bahwa berbagai
gejala budaya dan alamiah sebagai bangunan teoritis atau abstrak yang
terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain relasi sintagmatis
dan paradigmatis. Strukturalisme juga beranggapan bahwa seluruh
organisasi manusi ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi
yang mempunyai logika independen yang menarik, berkaitan dengan
maksud, keinginan, maupun tujuan manusia.
Teori ini sangat erat kaitannya dengan sebuah karya sastra. Teori
strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks
sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks.
Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu
hanya memperoleh artinya didalam relasi, baik relasi asosiasi ataupun relasi
oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks
(kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab),maupun intertekstual
(karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud
ulangan, gradasi, ataupun kontras dan parodi (Hartoko, 1986: 135-136).
Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan obyektif
terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap
awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni
membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya
sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya
yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi
pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

1
Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi
masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah
suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-
unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari
relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai
kebulatan makna.
B. RUMUSAN MASALAH
Setelah meninjau leih lanjut dan menindak lanjuti dengan seksama,
dalam penulisan makalah ini maka timbullah rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Pada tahun berapa teori struktural di temukan ?
2. Apa definisi teori struktural ?
3. Apa saja unsur-unsur pada teori struktural?
4. Bagaimana analisis teori strukutral pada kritik sastra?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui tahun berapa teori struktural sastra di temukan
2. Untuk mengetahui definisi teori struktural
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pada teori struktural
4. Untuk mengetahui analisis teori strukutral pada kritik sastra

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. AWAL MULA TEORI STRUKTURAL


Pendekatan struktural sudah mulai berkembang sejak 340 tahun
sebelum masehi. Pendekatan struktural terhadap karya sastra sesungguhnya
sama tuanya di dunia barat dengan puitik sebagai cabang ilmu pengetahuan.
Dalam bukunya yang berjudul poetika, yang ditulis sekitar tahun 340 SM di
Athena (Teeuw, 1984:120). Istilah strukturalisme secara khusus mengacu
kepada praktik kritik sastra yangmendasarkan model analisisnya pada teori
linguistik modern. Tetapi umumnya strukturalisme mengacu kepada
sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metodedan istilah-istilah
analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams, 1981:188-
190). Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa
karyasastra adalah ( tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap
sastra pertama-tamasebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang, dan
menentang teori-teori yangmenganggap sastra sebagai media komunikasi
antara pengarang dan pembacanya.
Teori strukturalisme memiliki latar belakang sejarah evolusi yang
cukup panjang dan berkembang secara dinamis. Dalam perkembangan itu
terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling
bertentangan. Misalnya, strukturalisme di Perancis tidak memiliki kaitan
erat dengan strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf di Amerika. Akan
tetapi semua pemikiran strukturalisme dapat dipersatukan dengan adanya
pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure.
Jadi walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir
strukturalis, namun titik persamaannya adalah bahwamereka semua
memiliki kaitan tertentu dengan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure
Strukturalisme muncul sekitar paruh kedua abad ke-20 dan
berkembang menjadi salah satu pendekatan yang paling populer di bidang
akademik berkaitan dengan analisis bahasa, budaya, dan masyarakat.
Strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah
gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alaseksistensialisme di

3
Perancis tahun 1960-an. Menurut Alison Assiter, ada empat ide umum
mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan intelektual’.
Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan.
Kedua, kaum strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur.
Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada ‘struktural’ hukum yang
berhubungan denganhidup berdampingan bukan perubahan. Dan terakhir
struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau
memiliki makna tersirat.

B. DEFINISI TEORI STRUKTURAL


Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni
membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang
otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan
segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Pendekatan
struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur
karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan
makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara
kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari
dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam
rangka mencapai kebulatan makna.
Pendekatan struktural juga merupakan pendekatan yang memandang
dan memahami karya sastra dari segi struktur itu sendiri. Pendekatan ini
memahami karya sastra secara close reading (membaca karya sastra secara
tertutup tanpa melihat pengarangnya, realitas, dan pembaca). Pendekatan
struktural bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti,
semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua
unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh (Teeuw, 1984).
pada umumnya mereka mereka berlandaskan pada teori-teori (kritik)
sastra para ahli sastra yang berhubungan. Kelompok Rawamangun dapat
dimasukkan ke pendekatan objektif. Dalam teori kritik objektif diterapkan
pendekatan struktural dalam karya sastra, artinya pada aliran Rawamangun

4
lebih menekankan pada pemahaman terhadap struktur suatu ciptaan (karya
sastra) pada masa tertentu. Awalnya tokoh-tokoh Rawamangun pada berbagai
prasaran tidak memaparkan metode struktural meskipun Hutagalung
menerangkan bahwa dalam aliran Rawamangun menerapkan metode ini.
Akan tetapi sejak berlangsungnya Penataran Sastra I di Tugu Bogor 7
September s.d 5 November 1978, metode ini dijelaskan secara eksplisit dalam
beberapa kertas kerja untuk penataran Sastra III di tempat yang sama, 2-6
Oktober 1979. Pendekatan struktural dari segi tertentu membawa hasil yang
cukup berpengaruh.

C. UNSUR-UNSUR PADA TEORI STRUKTURAL


Struktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur unsur alur, penokohan,
tema, latar dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling
dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991:54).
1. Alur (plot)
Dalam sebuah karya sastra (fiksi) berbagai peristiwa disajikan dalam urutan
tertentu (Sudjiman, 1992: 19). Peristiwa yang diurutkan dalam menbangun
cerita itu disebut dengan alur (plot). Plot merupakan unsur fiksi yang paling
penting karena kejelasan plot merupakan kejelasan tentang keterkaitan antara
peristiwa yang dikisahkan secara linier dan kronologis akan mempermudah
pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan.
Alur bisa dilihat sebagai konstruksi yang dibuat oleh pembaca mengenai
sebuah deretan peristiwa atau kejadian yang saling berkaitan secara logis dan
kronologis, serta deretan peristiwa itu diakibatkan dan dialami oleh para tokoh
Karena alur berusaha menguraikan jalannya cerita mulai awal sampai akhir
cerita.
2. Tokoh
Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh, penokohan, dan
perwatakan. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat
penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin ada cerita tanpa
kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang
akhirnya menbentuk alur cerita.
Tokoh berhubungan dengan watak atau kepribadian tokot-tokoh
tersebut (Suroto, 1989: 92-93). Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk
pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih

5
menunjuk pada kualitas peribadi seorang tokoh. Penokohan atau karakter atau
disebut juga perwatakan merupakan cara penggambaran tentang tokoh
melalui perilaku dan pencitraan. Panuti Sudjiman mencerikan definisi
penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
3. Latar (setting)
Kehadiran latar dalam sebuah cerita fiksi sangat penting. Karya fiksi
sebagai sebuah dunia dalam kemungkinan adalah dunia yang dilengkapi
dengan tokoh penghuni dan segala permasalahannya. Kehadiran tokoh ini
mutlak memerlukan ruang dan waktu.
Latar atau setting adalah sesuiatu yang menggambarkan situasi atau
keadaan dalam penceriteraan. Panuti Sudjiman mengatakan bahawa latar
adalah segala keterangan, petunjut, pengacuan yang berkaiatan dengan waktu,
ruang dan suasana (1992:46). Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 76)
mendefinisikan latar bukan bukan hanya menunjuk tempat, atau waktu
tertentu, tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada
pemikiran rakyatnya, kegiatannya dan lain sebagianya.
4. Tema dan Amanat
Secara etimologis kata tema berasal dari istilah meaning, yang
berhubungan arti, yaitu sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif. Sedangkan
amanat berasal dari kata significance, yang berurusan dengan makna, yaitu
sesuatu yang kias, umun dan subjektif, sehingga harus dilakukan penafsiran.
Melalui penafsiran itulah yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat
(Juhl dalam Teeuw, 1984: 27). Baik pengertian tentang “arti” maupun
“makna” keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai penyampai gagasan
atau ide kepengarangan.

D. CONTOH ANALISIS TEORI STRUKTURAL PADA KRITIK


SASTRA
Unsur Intrinsik Cerpen “Dua Hati Menyatu” dilihat dari tokoh
Dari cerita Pendek disana kita bisa menilai bahwa Itaadalah seorang wanita
yang memiliki rasa suka kepada dosen yang akan bergelar Doktor bernama
Dena. Bukan hanya Ita yang memiliki rasa itu tapi juga dosen tersebut. Ita
memiliki karakter yang kuat, rajin, dan sederhana. Selain itu Ita memendam
perasaan suka, mampu menyembunyikan perasaannya dan merasa rendah diri
dihadapan dosen itu.

6
Karakter kuat, rajin dan sederhana Ita bisa dilihat dari kalimat
“Mereka kesal karena aku selalu tak mau diajak kekelompoknya. Akhirnya
aku di cap mereka sebagai mahasiswi yang sok rajin, sok suci, sok alim dan
sok-sok lainnya yang tak nyaman di hati. Sebaliknya, aku tak mau mengikuti
pola hidup mereka yang cenderung hura-hura”(Dua Hati Menyatu, halaman
23).
Perasaan suka Ita bisa dilihat dari sebuah kalimat “ perasaanku
sungguh sangat berbeda. Jantungku rasanya berdegup begitu cepat. Aku jadi
salah tingkah karenanya” ( Dua Hati Menyatu , halaman 22)
Dan yang terakhir adalah Eci. Ia adalah sahabat Ita yang pandai
merahasiakan sesuatu. Kalimat yang mendukung sifat Eci yang pandai
merahasiakan sesuatu ada pada kalimat “Malah Eci seperti merahasiakan
sesuatu kepadaku tentang seluk beluk hubungan mereka berdua” (Dua Hati
Menyatu, halaman 25). Dan ada pada kalimat “ satu-satunya sahabatku yang
pandai menyimpan rahasia di kampus mengenai hubungan kekeluargaan
dengan pamannya” (Dua Hati Menyatu, halaman 31).

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kami membahas secara tuntas mengenai sejarah ilmu
pengetahuan serta landasan penelaah ilmu maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Teori Struktural muncul sekitar paruh kedua abad ke-20 dan
berkembang menjadi salah satu pendekatan yang paling populer di
bidang akademik berkaitan dengan analisis bahasa, budaya, dan
masyarakat. Strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi
juga sebuah gerakan intelektual yang datang untuk mengambil
alaseksistensialisme di Perancis tahun 1960-an. Menurut Alison Assiter,
ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk
‘kecenderungan intelektual’. Pertama, struktur menentukan posisi setiap
elemen dari keseluruhan.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni
membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya
sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya
yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi
pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra.
Teori Struktural pada karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur unsur alur,
penokohan, tema, latar dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang
dan paling dominan dalam membangun karya sastra. Contoh teori
struktural pada kritik sastra dapat dilihat dari segi penokohan, alur, tema
serta waktu.

8
B. SARAN
Berdasarkan pemaparan di atas, maka saran yang dapat kami
sampaikan sebagai berikut :
Menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA
Hartoko, Dick. 1986. Pemandu di Dunia SASTRA. Yogyakarta: Kanisius.
Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press.
A, Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Abrams. 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta : Hanindita Graha wida
Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, Psikologi, dan Masyarakat. Bandung: Penerbit
Alumni.
Sudjiman, Panuti, dkk. 1992. Serba-serbi semiotik. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Suroto. (1989). Apresiasi sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta:Erlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai