Anda di halaman 1dari 4

Nama : Soleha Syafitri

Npm : A1A020042

Kelas : 3B

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Mata Kuliah : Apresiasi Prosa Fiksi

Judul Buku/ Karya Prosa fiksi yang telah dibaca tuntas

1. Rembulan Tenggelam di wajahmu, Tere Liye (Novel di sekolah)


2. Ayahku bukan pembohong, Tere Liye (Pinjam teman)
3. Hujan, Tere Liye (Punya teman)
4. Dia adalah Dilanku 1990, Pidi Baiq (Milik Sendiri)
5. Dia adalah Dilanku 1991, Pidi Baiq (Milik sendiri)
6. Milea “Suara dari Dilan” Pidi Baiq (Milik sendiri)
7. Saudade, Asri Aci ( Milik sendiri)
8. Our Hope, Inesia Pratiwi (Pinjam teman)
9. Cerpen Clara Atawa, Seno Gumira Ajidarma (Artikel di internet)
10. Manusia Kamar, Seno Gumira Ajidarma (Artikel di internet)

Analisis Karakter Cerpen Manusia Kamar Karya Seno Gumira Ajidarma

Pada cerpen ini terdapat tokoh utama yang di tampilkan yaitu tokoh Aku. Pada analisis
karakter tokoh dalam cerpen ini saya menggunakan 2 metode yaitu metode distruktif dan metode
dramatis.

1. Metode Distruktif

Metode distruktif adalah metode yang digunakan oleh pengarang untuk menceritakan
atau menyebutkan secara langsung masing – masing kualitas dan karakter dari tokohnya. Metode
ini sering juga disebut dengan istilah telling atau uraian.

“Ia mulai jenuh dengan basa basi. Sikapnya mulai kasar dan terang-terangan. Banyak kawan
mulai sakit hati, dan akhirnya ia tersingkir.Aku hanya sekali-sekali saja berjumpa dengannya,
karena kau tahu, kesibukan makin hari makin bertambah. Mungkin cuma aku yang mengerti
persoalannya. Ia menghindari persahabatan, aku maklum, persahabatan terkadang bisa
membunuh.”

Pada kutipan diatas termasuk kedalam metode distruktif, karena pengarang


menggambarkan secara langsung atau tersurat penggambaran dari karakter tokoh Dia ini. Tokoh
Dia ini sendiri memiliki karakter atau sikap yang kasar dan juga terang – terangan yang membuat
teman – temannya sakit hati serta tokoh aku ini adalah orang yang menghindari persahabatan.

“Kami bercakap sebagaimana layaknya dua kawan yang lama tidak berjumpa. Ia bertanya
tentang segala macam hal dengan suatu urutan pertanyaan yang sistematis, sehingga kalau
jawaban itu dikumpulkan, mungkin bisa merupakan laporan riset. Ha! Ini perkembangan baru.
Ia haus informasi, tapi begitu pelit akan informasi dirinya sendiri. Ketika hubungan itu selesai,
kembali lagi ia menjadi misteri bagiku. Apalagi bagi kawan-kawan yang lain.”

Pada kutipan diatas dijelaskan bahwa tokoh Ia ini selalu ingin tau informasi tentang orang
lain, namun begitu pelit akan informasi terhadap dirinya sendiri.

2. Metode Dramatis

Metode dramatis adalah metode tentang cara yang digunakan oleh pengarang untuk
menampilkan karakter tokoh secara tidak langsung. Berikut adalah teknik – teknik dramatis
yang terdapat dalam cerpen Manusia Kamar.

a. Teknik Cakapan

Fajar masih ungu. Telepon itu berdering.

“Halo? Ya? He! Telepon dari mana kamu?”

“Dari rumah.” “Di mana? Aku pengin ketemu kamu.”

“Sorry saja bung! Rahasia! Sekarang tidak ada sistem ketemu. Kalau ada perlu, telepon
saja, ini nomorku, 717375.”

“Tapi ini penting.”


“Takut disadap?”

“Soalnya ini masalah pribadi.”

“Apalagi itu, sorry.”

Kutipan diatas termasuk kedalam teknik cakapan karena terjadinya percakapan


anatara tokoh aku dan tokoh ia. Mereka membahasa tentang permasalahan dimana tokoh Ia
ini tidak mau diketahui sedikitpun tentang kehidupannya.

b. Teknik pelukisan pandangan seseorang

“Kawan-kawan yang lain agak segan terhadapnya, karena ia terlalu sering menelanjangi
kebebalan mereka di muka umum. Mereka bilang ia terlalu asyik sendiri, suka berkhayal,
nyentrik dan tidak bisa bergaul.”

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa Tokoh Ia adalah orang yang bersifat
terlalu asyik sendiri, suka berhayal, nyentrik dan juga tidak bisa bergaul.

c. Teknik lingkungan fisik

“Dalam remang senja itu, perlahan-lahan kemudian menjadi jelas, bajunya begitu kumal
meskipun termasuk mahal. Juga celananya. Sepatunya sih normal, tapi heh rambutnya itu,
wah seperti sapujagat: kusut dan kaku, dan entah berapa bulan tidak disisir. Dulu, meskipun
ia termasuk seniman yang urakan, pakaiannya termasuk rapi dan mengikuti mode.”

Dalam kutipan diatas menjelaskan tentang bagaimana pelukisan fisik dari Tokoh Ia
yaitu penampilannya begitu kumal dengan rambut kusut dan kaku seperti beberapa bulan
tidak disisir.

d. Teknik pelukisan latar

Latar waktu :

Sore hari menjelang malam : Dibuktikan dengan kutipan “Dalam remang senja itu,
perlahan-lahan kemudian menjadi jelas, bajunya begitu kumal meskipun termasuk mahal.
Juga celananya. Sepatunya sih normal, tapi heh rambutnya itu, wah seperti sapujagat: kusut
dan kaku, dan entah berapa bulan tidak disisir. Dulu, meskipun ia termasuk seniman yang
urakan, pakaiannya termasuk rapi dan mengikuti mode.”

Malam hari : Dibuktikan dengan kutipan berikut “Ditenggaknya segelas bir. Dan sepanjang
malam itu, di tengah alunan panas musik dangdut, aku mendengar kuliah-kuliahnya tentang
individualisme, eksistensialisme, kapitalisme, ekosistem, religiusitas, dan kritik budaya.”

Esoknya : Dibuktikan dengan kutipan “Esoknya ia sudah tidak ada. Dan tujuh hari pun
menjadi seminggu. Empat minggu menjadi sebulan. Dua belas bulan menjadi setahun.
Waktu begitu saja lewat tanpa terasa.”

Anda mungkin juga menyukai