Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TATA ARTISTIK

Dalam Pemenuhan Tugas Akhir Semester Genap

Judul Naskah “Orang Kasar”

Karya Anton Chekov

Dosen Pengampu :

Heny Purnomo S.Sn,M,Pd

Oleh:

Lia Amanda Pravitasari

2091251040006
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berkembangngya bentuk bentuk teater di Indonesia menjadi tolak ukur


kemajuan perteateran di indonesa berawal teater bermula dari cerita rakyat
nusantara dan kini bentuk teater adapun realis dan non realis. Dalam bentuknya
teater realis memiliki karakteristik yang tidak boleh di perindah atau diperburuk
dari keadaan yang sebenarnya, apabila pembaca atau penonton tidak menyetujui
ungkapan itu justru merekalah yang harus memperbaiki, visualisasi realism
menolak gagasan Theophile gautier tentang I’art pour karena visualisasi
seharusnya digunakan untuk menunjukan kepentingan masyarakat,
(yudiaryani,panggung teater dunia), Teater Realis sendiri ditentukan oleh sikap
atau perlakuan manusia dalam menyikapi kehidupannya secara langsung. Sebab
teater realis adalah representasi kehidupan sehari-hari, adapun bentuk dan
perkembangan drama di Indonesia pada tahun 1920-an hingga 1960-an masih
berputar dalam pemberontakan dan revolusi Negara dan member dampak
pengaruh terhadap bentuk kesenian Indonesia seperti halnya pada dengan melihat
perkembangan karakter manusia sebagai penggerak serta pembawa ide-ide
perubahan dalam dunia teater pada jaman sekarang yang mulai mengurangi nilai
sosial atau kolektifitas. Naskah drama “Orang Kasar “ merupakan naskah kategori
drama realis dimana kisah yang diangkat merupakan sebuah hasil dari proses
transformasi dari sebuah realita. Karena tidak selamanya kehidupan aktualdapat
diangkat keatas panggung. Secara tidak disadari, lewat sudut pandang tertentu
segala bahan dan interpretasi terhadap dunia luar harus diseleksi. Konsep garap
penyutradaraan naskah”Orang Kasar” karya Anton chekov Saduran : Ws Rendra
Di dalam naskah drama “Orang Kasar“ Karya Anton Chekov saduran : Ws
Rendra ini menarik untuk dianalisa dan dipentaskan dengan latar belakang Orde
lama dengan kisah yang diangkat bergenre drama Komedi Beliau, penulis naskah
“Orang Kasar” ini menuangkan konflik psikologi para tokoh yang sangat sentral
mendominasi karakter masing masing,dibalik itu pula ketertarikan terhadap Judul
naskah “ Orang Kasar”

1.2. Fokus Karya

Sebagai seni yang bersifat kompleks, teater dapat membantu pemahaman


kita terhadap semesta dan dunia yang ditempati manusia sekarang ini. Teater
mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakat atau mampu menimbulkan
dampak.Teater adalah gerakan sosial dan dapat jadi merupakan profesi tertua
sesudah kekuasaan atau politik. Teater berpeluang membantu manusia memahami
dunianya,antara lain mencari arti atau makna kehidupan. Teater juga dapat
membantu kita membentuk persepsi ( bersumber dari emosi, imajinasi, dan intelek
). Untuk itu penulis yang juga sebagai sutradara berusaha mengangkat kegelisahan
– kegelisahan dalam diri penulis, para tim kreatif termasuk juga para aktor
kembali disadarkan dalam mencari arti dan makna dalam kehidupan ini. Dengan
kembali membukaingatan memori tentang sejarah yang dialami oleh tokoh-tokoh
pergerakan khususnya di era setelah Proklamasi dikumandangkan.Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan digali,dikaji dan kemudian
disampaikan yaitu : Bagaimana Teknik Penyutradaraan Naskah“Orang Kasar“
Karya Anton Chekov Sutradara Lia Amanda.

1.3. Tujuan

Ketika manusia diberi akal dan pikiran, dari setiap langkah yang akan
dilakukan selalu memiliki tujuan. Namun demi melangkah menuju apa yang
menjadi target tentunya tidak dalam keadaan mulus dan lancar, hambatan dan
kendala disetiap detail langkah. Penulis merasa yakin apabila kendala tersebut
muncul dalam setiap proses latihan hingga penggarapan dari masing-masing
aspek yangmendukung pementasan ini berlangsung. Tujuan penulis agar
terlaksana dan suksesnya pementasan ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan penawaran konsep, ide dan gagasan yang menurut penulis


membutuhkan penggarapan yang lebih detail.

2. Mengaplikasikan ilmu teknik penyutradaraan realis yang diperoleh


selama menempuh studi di jurusan Teater Sekolah Tinggi Kesenian
STKW Surabaya

3. Memberi informasi tentang sebuah potret sejarah bangsa Indonesia


kepadapenonton pada umumnya melalui gelar karya.

4. Mereviuw dan mengaplikasikan pertunjukan “Orang Kasar”

1.4. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman yang


telah diperoleh dalam perkuliahan tentang teknik penyutradaraan realis.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi serta wawasan tentang teater realis. Termasuk


didalamnya berapresiasi dalam sebuah pertunjukan teater.

3. Bagi Jurusan

Sebagai referensi kepustakaan jurusan tentang penyutradaraan teater realis.


1.5 Tertarik pada aspek apa dalam naskah

Ketertarikan pada naskah Orang Kasar Karya Anton Chekov saduran Ws


Rendra

1.5.1 Karakter Tokoh

Ketertarikan penulis pada naskah ini salah satunya terhadap karakter tokoh
yang dapat dikatakan tokoh tidak dapat lepas pada naskah teater pada
umumnya, tokoh merupakan penggerak cerita dengan berbagai karakter
dan sifat dari yang antagonis, tritagonis, protagonis dan lain
sebagainya.Dalam naskah Orang Kasar terdapat 3 tokoh yang memiliki
karakter berbeda, dari segi karakter tokoh ini penulis memiliki
ketertarikan, ketika dibaca sekilas beberapa karakter memang terlihat
biasa, namun ketika memasuki pemeranan karakter tokoh akan muncul
dimana terdapat, pemilik Perkebunan, pembantu atau Asisten,Penagih
hutang , begitupun ketika dianalisis bukan hanya sebuah nama
namundibalik nama nama yang karang oleh penulis Ws Rendra terlihat
mengkritik masalah masalah Kehidupan di tahun 1930, dimana pada masa
itu terdapat kemerosotan ekonomi yang sangat dahsyat. Dan melalui tokoh
tokoh inilah Ws Rendra mengapresiasikan karyanya, dibalik konflik
permasalahan antara Janda martopo dan Penagih hutang Sifat dan karakter
per tokoh sudah terlihat jelas pada naskah,namun terdapat pula beberapa
kesulitan dimana bahasa yang dipakai oleh para tokoh dalam naskah bisa
dibilang sulit, dengan bahasa Indonesia baku dengan gaya panggilannya
bung dan nona.

1.5.2 Isi Cerita Pada Naskah

Menariknya menurut penulis terhadap naskah ini adalah kisah yang


diangkat pengarang terhadap konflik sosial pada masa revolusi orde lama,
dimana banyak terselip kisah kisah cubitan terhadap tokoh-tokoh
1.5.3 Latar kondisi sosial pada naskah

Kondisi sosial naskah ini yang dapat dikatakan begitu mencekam, saat ny.
Martopo adu argument dengan Bilal,dan terjadi melodrama saat
ny.Martopo menginggat suaminya yang telah meninggal

1.6 Kandungan Obsesi apa pada naskah

Obsesi dari aspek tersebut antara lain

1.6.1. Ketertarikan

Pertama sekali ketika membaca naskah drama Orang Kasar ini memiliki
nilai menarik yang dapat dikembangan dalam hal pementasan baik jika dilihat dari
bentuk pembawaan psikis aktor, juga secara tema dapat dikerjakan semenarik
mungkin yang tentu saja dengan aktor yang siap dan mumpuni, walaupun secara
bentuk pembawaan aktor yang di haruskan memiliki bentuk tubuh yang berbeda-
beda dan karakter begitu pula sosiologi para aktor, hal itu tidak mengurangi ide
kreatif yang kan tergali dari Sutradara untuk membentuk aktor namun yang jelas
kesan pertama dalam naskah ini ada pada nilai sosial, Psiksis, tema dan bisa
diolah dalam pertunjukan

1.7 Kontribusi naskah pada masa kini

Kontribusi pada naskah ini adalah: Informasi pada pengarang naskah Secara tidak
langsung seorang yang akan menggarap naskah jika memberikan informasi
kepada seorang pengarang naskah bisa dikatakan itu adalah royalti yang diberikan
oleh pengaran
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan fakta Realisme

1 Konsep Realisme

Realisme merupakan gerakan kebudayaan di Perancis yang hadir pada


pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-an dalam seni rupa dan sastra, yaitu pada
masa pemerintahan Napoleon Bonaparte. Revolusi Perancis merupakan gerbang
baru lahirnya masyarakat borjuasi individualistik, ketika manusia masuk pada
wilayah subjektifitas berfikir yang logis dan rasionil dalam menyikapi persoalan
yang terdapat di alam sekitarnya. Masyarakat baru ini mengandalkan pada kualitas
basis produksi industri dengan sistem yang terorganisir ber kapitalisme yang
meruntuhkan tatanan feodalisme dalam kehidupan masyarakat lama. Sistem ini
telah menyebabkan pola pikir masyarakat berada pada situasi kesengsaraan dan
ketidakadilan. Lahan-lahan pertanian yang menjadi sumber ekonomi masyarakat
feodal ketika itu dikuasai oleh tuan tanah telah menjadi pabrik-pabrik milik
pemodal.Sehingga,peradaban Romantik abad ke 19 dalam dunia kesenian-pun
telah dianti-tesakan oleh barang baru yang disebut dengan realisme. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan memudarnya romantik, membuat realisme menjadi genre
baru dalam kesenian yang kemudian mampu eksis di Perancis, kemudian
berkembang di Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880.
Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honore de Balzack dan
Stendhal.Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan
Jean Francois Millet.Kaum romantik melihat seni bukan sebagai alat pendidikan
yang bersifat tenang dan penuh kewibawaan, melainkan cetusan jiwa yang tidak
terikat, bebas berkumandang menuruti sukma. Seni bagi kaum romantik bertujuan
untuk mencurahkan isi hati. Suara hati adalah hal yang paling murni dalam diri
manusia. Paradigma bebas, baik, dan sama seperti ini bagi kaum realisme
harus dibuang jauh-jauh.Kelahiran realisme didahului oleh perkembangan ilmu
pengetahuan.Para ilmuan barat beranggapan, bahwa jalan satu-satunya dalam
lapangan ilmu pengetahuan adalah melakukan penelitian observasi,
eksperimenbtasi bukan berfikir abstrak seperti kaum romantik Maka dengan
proses keilmuan inilah,kemiskinan, kejahatan, dan ketidakadilan dapat ditelaah
secara nyata, logis,rasional dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.Terdapat dua orang pemikir yang melatarbelakangi munculnya
realisme,yaitu August Comte dan Charles Darwin. August Comte membagi tiga
bentuksejarah yang dilalui oleh manusia, bentuk tersebut adalah

(1) tingkatan teologi, bahwa dalam mencari jawaban dan rahasia


semesta, maka pada proses ini manusia melaluinya dalam tahap
animisme,politeisme, dan monoteisme;

(2) tingkatan metafisika, pada tahap ini manusia menerangkan


alam dalam sudut pandang berfikir yang abstrak;

(3) tingkatan positif, merupakan tahap manusia dalam menyelami


diri sendiri dan memecahkan rahasia alam semesta dengan ilmu
pengetahuan,melakukan penilitian, menarik sebuah kesimpulan
dengan teliti dan cermat Dari tiga tesis yang dinyatakan oleh
August Comte, lahirlah filsafat positivisme yang beranggapan
bahwa tidak ada yang benar-benar nyata atau real, kecuali jika
didapatkan melalui pengamatan yang teliti, karena hal itu adalah
sarana yang dapat memperbaiki kondisi sosial dari ketidak
adilan,kejahatan dan kemiskinan. Maka pada masa ini, seniman
realisme menciptakan karyanya dengan terlebih dahulu melakukan
penelitian dalam bidang filsafat,politik, agama, sosiologi, dan
psikologi. Namun yang lebih utama dalam aliran realisme ialah
ilmu jiwa (psikologi).Awal abad ke 19, perhatian utama dicurahkan
pada studi biologi, yaitu studi tentang bagaimana makhluk hidup
bereaksi terhadap lingkungannya. Pada tahun1859, studi biologi
sampai pada puncaknya, yaitu ketika Charles Darwin
mempublikasikan bukunya yang berjudul The Origin Of The
Species. Melalui buku itu, Darwin mencetuskan teori, bahwa
binatang tersusun dari bentuk yangpaling rendah yang dikenal
dengan teori evolusi Darwin. Konsep Darwin ini menyatakan
bahwa manusia tidak berbeda dengan binatang dalam proses
adaptasinya dengan lingkungan yang disebut dengan proses seleksi
alam dan kebertahanan hidup ditentukan lewat pertarungan.Dari
dua orang pemikir ini muncul pemikiran tentang pentingnya ilmu
pengetahuan sebagai tolak ukur (parameter) dalam mencari,
menelaah persoalan yang terjadi dalam realitas kehidupan manusia,
pandangan ini memunculkan paradigma sebagai berikut:

(a) Keturunan dan lingkungan sangat menentukan eksistensi


sesorang.

Dua faktor tersebut dapat menjelaskan perilaku dan watak


seseorang. Akibatnya, kejahatan seseorang tidak dapat ditimpakan
pada pribadi orang itu saja, tetapi juga masyarakat dan
lingkungannya. Memperbaiki seseorang berarti memperbaiki
lingkungannya juga

(b) Ajaran tentang evolusi dan Survival Of The Fittest menyerang


agama dan eksistensi Tuhan.

(c) Manusia ditempatkan sejajar dengan benda-benda alam lain


karena terikat oleh hukum-hukum alam. Manusia dapat dijadikan
objek studi
2.1.2 Pengertian dan Genre Realisme

Secara etimologis (asal usul kata/istilah), , realisme adalah aliran atau


ajaran yang selalu berpegang pada kenyataan. (Badudu dan Sutan Mohamad Zein,
1994). Dapat diperhatikan berdasarkan pengertian itu, bahwa aliran ini berusaha
mengungkapkan persoalan realitas sesuai dengan kenyataan yang ada.Sementara
Bakdi Soemanto (2000), menyatakan bahwa realisme senantiasa bertujuan
menyajikan seni dalam rangka menghadirkan tujuan-tujuan lain dibalik itu.
Realisme dipahami sebagai jagad berfikir yang menghadirkan wawasan dan
persepsi. Lebih jauh lagi, realisme bahkan diperlukan sebagai tujuan utama
penciptaan dan sekaligus di dalamnya terdapat suatu konsep.Konsep realisme
panggung membutuhkan naskah lakon yang baik, juga aspek visual panggung
yang meliputi blocking, lighting, dan acting yang tertata rapi. Dengan demikian,
realisme menghadapkan budaya oral dengan budaya tulis,budaya improvisasi
dengan budaya yang dirancang rapi, budaya kolektif(massal) dengan budaya
individual yang otentik. Hal di atas menunjukkan betapa pentingnya konsep
realisme untuk mendukung terciptanya tatanan panggung yang baik. Selain faktor
naskah,rupanya yang ikut membedakan teater tradisional (klasik) dan teater
modern adalah penerapan konsepsi realisme dalam suatu permainan. Artinya,
kelompok teater yang jauh dari konsepsi realisme akan lebih banyak
mengandalkan insting dan improvisasi daripada akting dan “kerangka situasi”.
Bukankah kedua hal ini yang membedakan khazanah teater tradisional (klasik)
dan teater modern. Realisme bertujuan untuk menciptakan ilusi realitas. Ilusi
realitas diwujudkan dalam bentuk pemanggungan yang menggambarkan situasi
kehidupan manusia secara objektif tanpa ada proses distorsi di dalamnya. Maka,
untuk menuju pada proses ini, maka seorang seniman realis harusmelakukan
observasi terhadap masyarakatpun secara objektif pula. Akibatnya pentas adalah
ruang dalam mengaplikasikan kondisi real secara detail dan kongkrit. Realisme
bukanlah menggarap lagi masa lalu tetapi adalah masyarakat sekarang.
Yang muncul adalah persoalan dekaden yang menyinggung pada persoalam moral
umum. Maka muncullah suatu bentuk drama yang menjadiidentitas realisme yaitu
Well Made Play (drama yang dibuat dengan baik). Tokoh utama dalam drama ini
adala Eugene Scribe (1791-1861) yang telah menulis lebih dari 400 karya drama

Ciri-ciri dramatika well made play adalah :

(a) Penggambaran karakter dan situasi yang jelas,

(b) Perkembangan kejadian yang diatur dengan cermat,

(c) Penuh kejutan-kejutan yang logis,

(d) Penuh suspense dan ketegangan, dan

(e) Kesimpulan akhir yang masuk akal dan dapat dipercaya.

Pandangan seperti ini memunculkan batasan-batasan drama realisme

itu sendiri yaitu :

a. Drama yang tidak menghadirkan unsur visual secara artifisial tetapi logis

seperti kehadiran setting-dekorasi, properti, kostum, dialog tokoh dan

pergerakan aktor diatas panggung (movement).

b. Memilki konflik yang jelas.

c. Memilki jalinan peristiwa (alur) yang berakar pada unsur kausalitas (sebab

akibat).

d. Konvensi panggung yang terdiri dari konvensi yang dikenal empat dinding.
e. Memiliki dramatik yang jelas.

f. Dan memeliki identifikasi tokoh yang jelas.

Sejarah kemunculan realisme yang pada awalnya berkembang diPerancis,


kemudian menyebar ke Eropa seperti di Inggris melalui tokohtokohnya yaitu
Arthur Wing Pinero (1855-1934), Henry Arthur Jones (1851-1919), John
Galsworthy (1867-1933) dan George Bernard Shaw, yang mengagumi Dramawan
Norwegia yaitu Henrik Ibsen (1828-1906). Di Rusiapun Drama realisme
berkembang sesuai dengan kultur Rusia sendiri melalui tokoh-tokoh Dramawan
yang terkenal ketika itu yaitu Nikolai Gogol(1809-1851), Alexander Ostrovsky
(1823-1886), Ivan Torgenenev (1818-1883), Anton P, Chekov dan Stanilavsky.
Persoalan point of view (sudut pandang penceritaan) dalam realisme dapat di bagi
dua yaitu komedi realis dan tragedi realis. Pembedaan seperti dapat kita lihat dari
dua orang tokoh dramawan realisme yaitu Henrik Ibsen (mewakili tragedi realis)
dan Anton P. Chekov (mewakili komedi realis). Ibsen membuat gaya drama dan
cara penulisannya sebagai cara untuk memperindah dan menyempurnakan
dramananya. Chekov menggunakan gaya impresionistik, di mana tokoh berbicara
sendiri tentang nasib buruknya dan ditingkah oleh musik yang timbul tenggelam.
Ibsen mengembangkan plot yang kuat berdasarkan perkembangan psikospriritual
tokoh utama. Chekov tidak menghadirkan plot dengan kuat, hanya menonjolkan
suasana haru, anggun danmempesona. Ibsen menjalin peristiwa yang rasional
berdasarkan satu tema tentang moral, Chekov menjalin peristiwa pada berbagai
banyak persoalan dialog yang sedikit tapi penuh lukisan suasana pada komedi
situasi dalam rangka menyentuh perasaan penonton. Constatin Stanilavsky
berusaha menemukan akting realis yang mampu meyakinkan penonton bahwa apa
yang dilakukan oleh aktor adalah akting yang sebenarnya (tidak dibuat-buat).
Terdapat enam prinsip dalam pelatihan aktor Stanilavsky

yaitu :

1. Aktor harus memiliki fisik prima, fleksibel dan vokal yang terlatih agar
dapat memainkan berbagai peran.

2. Aktor harus mampu dalam melakukan observasi kehidupan, sehingga ia

mampu menghidupkan akting melalui gestur, serta tidak mencipta vokal

yang artifisial.

3. Aktor harus mampu menguasai kekuatas psikisnya untuk memperkaya

imajinasinya. Kemampuan berimajinasi adalah kemampuan untuk

mengingat kembali, sense of memory.

4. Aktor harus mengetahui dan memahami naskah lakon (analisis teks)

5. Aktor harus berkonsentrasi pada imaji, suasana dan intensitas panggung.

6. Aktor harus bersedia bekerja secara terus menerus dan serius


mendalami

pelatihan demi kesempurnaan diri dan penampilan perannya. Dengan


demikian metode akting yang dilakukan oleh Constatin Stanilavsky.
Metode ini merupakan sebuah pendekatan bagi para aktor dalam
melakukan penjelajahan imajinasi, pikiran dan tubuh dalam mencipta
sebuah akting yang inner act (akting dari dalam) sehingga aktor mampu
menjadi (to be) terhadap setiap karakter yang dipernkannya di atas
panggung. Selanjutnya kategori dari realisme tersebut adalah realisme
epik. Realisme epik juga disebut sebagai realisme naratif. Drama realisme
epik sangat berbeda dengan realisme yang berkembang pada tahun 1880
sampai dengan 1920-an. Banyak orang mengatakan bahwa drama atau
teater realisme epik merupakan antitesa dari realisme itu sendiri. Drama
realisme epik berbeda dengan ekspresionisme dan drama absurd yang
hanya menyodorkan sepotong dari semua fragmen gambaran kongkrit dari
dunia nyata. Realisme epik mencoba masuk pada wilayah yang lebih luas,
tidak hanya menekankan persoalan individu dalam masyarakat, tetapi juga
persoalanyang melatar belakangi di luarnya yaitu persoalan politik, sosial
dan ekonomi. Sehingga, realisme epik menghadirkan perspektif yang
berbeda tentang manusia. Dalam drama epik, yang menonjol adalah
setting dekorasi panggung yang dibuat ringkas atau simbolik, pemeran
menggunakan topeng, nyanyian,pemeran membacakan pidato langsung
kepada penonton, teknik menggunakan aside, teknik naratif, adanya
pengumuman, penggunaan slide-projector, tabel,bagan, peta, film, tablo,
latar belakan formal Elizabethan, layar yang sederhana.Setting di dalam
teater epik dikenal dengan setting yang multiple, dalam artian mempunyai
banyak bagian yang hampir sama dengan penggunaan Mansion yang
meriah dalam teater abad pertengahan. Semangat bagi kalangan realisme
epik adalah bukanlah semangat romantik tetapi semangat untuk
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan fakta keilmuan. Dalam drama
realisme epik, film dipelajari. Pada awalnya memotongmotong adegan dari
serangkaian peristiwa masyarakat dalam berbagai latar belakang cerita.
Setelah itu teknik yang dikembangkan adalah teknik montage. Dalam cara
ini, imajinasi seolah ditumpuk-tumpuk pada layar yang terpisah-pisah
pada saat yang sama. Metode ini sangat berguna untuk perpindahan waktu.
Setting dalam realisme epik merupkan sebuah kombinasi setting yang
sederhana, properti yang mudah digerakkan, layar-layar, slide projektor
dan lain-lain. Tokoh dramawan realisme epik yaitu Paul Claudel (The
Book of Christoper Colombus), Clifford Odet (Waiting for Leftty),
Thornton Wilder (The Skin of Our Teeth-1942), dan Bertold Brecht (The
Good Women of Setzuan).
2.1.3 Menyutradarai naskah Realisme

Sebelum masuk pada tahap bagaimana menyutadarai sebuah naskah drama


realisme, terlebih dahulu seorang sutradara haruslah memahami

(1) apaitu realisme,

(2) bagaimana sejarah realisme,

(3) apa-apa saja genre dan ciri-ciri

dari drama realisme. Pertanyaan ini ditujukan untuk menyamakan persepsi


dan paradigma dalam mendekati sebuah naskah realisme yang akan dijadikan
sebagai media dan kendaraan penyutradaraan. Dalam penyutadaraan, seorang
sutradara harus melalui tahapan pemahaman baik secara Aksiologi,epistimologi,
ontologi, metodologi baru bisa menyusun kerangka metode (sistematika
kerja/langkah kerja) dalam membuat karya teater khususnyamenyutradarai naskah
Drama Realisme. Terdapat sebelas (11) Metode penyutradaraan realisme, yang
dikembangkan dari empat proses perencaraan panggung yang ditulis oleh
Yudiaryani dalam buku Panggung Teater Dunia yaitu perencanaan, pelatihan,
pemanggungan dan pemberitaan Dalam hal ini, penulis meyusun dalam bentuk
sistematika kerja penyutaradaraan yaitu

(1) Visi Penyutradaraan,

(2) mencari naskah realisme,

(3) analisis naskah/analisis teks,

(4) pemilihan pemain (casting),

(5) pemaparan konsep garapan kepada pemain,

(6) latihan dasar pemeranan,

(7) membaca naskah (reading teks),


(8) latihan movement (pergerakan pemain) dan blocking (perpindahan

pemain dari tempat satu ke tempat yang lain),

(9) latihan dengan seluruh elemen pertunjukan (properti, sett, kostum,

musik dan pencahayaan),

(10) persiapan General rehesial/GR dan pertunjukan

(11) Catatan Proses (Promtbook) Pengertian visi menurut Burhani MS

dan Hasbi Lawrens (2006) adalah penglihatan, pandangan, khayal, dan


impian. Jadi visi penyutradaraan adalah impian tujuan atau cita-cita
seorang sutradara dalam melihat persoalan yang akan diaplikasikannya
dalam sebuah kerja penyutradaraan sehingga visi berimplikasi kepada ide
dan gagasan yang akan dituangkan ke atas panggung nantinya. Misalnya,
tema kehidupan yang paling hangat adalah tentang perselingkuhan, maka
seorang sutradara akan menjadikan persoalan perselingkuhan tersebut
sebagai pokok pikiran dalam penciptaan penyutradaraannya. Naskah
realisme tentu memuat berbagai macam persoalan sebagai tema pokok
yang ditulis oleh pengarangnya, dalam hal ini, seorang sutradara akan
mencari tema naskah yang konteks dengan visi penyutradaraan
realismenya misalnya tema perselingkuhan dan lain-lain. Lalu setelah
naskah tersebut sudah didapatkan, sutradara melakukan analisis terhadap
teks yang dibagi dalam dua proses pencatatan yaitu catatan auditif dan
catatan visual. Catatan auditif merupakan catatan yang berkaitan dengan
masalah bahasa (verbal) dengan melakukan analisis secara strukstur
naskah (latar waktu, latar tempat, alur/plot, penokohan/interaksi antar
tokoh dan tema naskah). Setelah melakukan analisis secara struktur
naskah, seorang sutradara kemudian dapat menentukan naskah tersebut
dalam tiga aspek yaitu; naskah asli, naskah terjemahan, atau naskah
adaptasi. Selanjutnya sutradara dapat memilih satu di antaranya.Sementara
catatan visual (desain visual), lebih diartikan sebagai perencanaan visual
yang ada dalam imajinasi sutadara, kemudian dituangkan dalam kertas
kerja penyutradaraan berupa sketsa kasar yang meliputi sketsa setting,
sketsa properti, sketsa movemen dan blocking pemain, sketsa pencahayaan
dan sketsa rias dan kostum. Setelah analisis naskah dilakukan sutradara
kemudian melakukan proses casting pemain (pemilihan pemain)
berdasarkan kebutuhan naskah. Casting dapat dilakukan dengan lima cara
yaitu;

(1) Casting by Ability: yaitu casting yang didasari oleh

kecerdasan/kecakapan dalam memerankan tokoh penting/utama dalam


naskah

(2) Casting to type: yaitu casting yang dilakukan oleh sutradara


berdasarkan kecocokan sisik pemain

(3) Antitype Casting: yaitu pemilihan yang bertentangan dengan watak


atau fisik pemain, dengan tujuan educational casting

(4) Casting to Emotional Temperament: yaitu casting yang didasari oleh


kecocokan Psikologi tokoh yang diobservasi dengan peran yang akan
dipegangnya (kesamaan emosi, temperamen, penyabar dan lain-lain).

(5) Therapeiutic-Casting : yaitu casting pemain yang dilakukan atas dasar


bertentangan dengan watak aslinya dengan tujuan untuk menyembuhkan
atau mengurangi ketidak-seimbangan jiwanya. (Harymawan, 1993:67)
Selanjutnya, setelah pemain sudah ditentukan, sutradara mengumpulkan
seluruh pemain, tim manejerial dan tim produksi untuk memaparkan
tentang konsep garapan dan kerja penyutradaraan kepada seluruh tim
pendukung. Hal ini merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
sutradara karena menyangkut terciptanya kasamaan persepsi dan
paradigma tentang konsep yang ingin diwujudkan oleh sutradara Setelah
terciptanya kesamaan persepsi antara sutradara dan personil pendukung
karya, maka dibentuk jadwal latihan dan sistematika latihan. Sebelum
pemain masuk pada wilayah pembacaan naskah, seorang sutaradara perlu
menjabarkan tentang konsep pemeranan dan latihan pemeranan meliputi
latihan olah tubuh, latihan olah vokal dan latihan olah rasa. Latihan ini
merupakan latihan dasar bagi seorang aktor/pemeran sebelum masuk pada
naskah, sehingga dengan proses latihan ini, masing-masing aktor tidak lagi
memiliki kendala dalam mendekati naskah yang akan dimainkannya.
Membaca naskah (reading teks), merupakan tahap yang paling penting
dilakukan oleh para pemain dalam hal membangun irama dialog,
membangun interaksi tokoh oleh aktor, mencari suasana dalam dialog,
menciptakan dramatik dari dialog yang dilakukan, membangun causality
(hubungan sebab akibat lakon). Tentunya, seorang sutradara harus
memperhatikan dan mencatat proses reading ini, dan bagaimana
menjelaskan kepada aktor tentang lima wawasan/kecerdasan yang harus
dimiliki oleh seorang aktor yaitu kecerdasan verbal (kata, bahasa, kalimat,
intonasi, diksi, artikulasi sehingga dialog yang dihasilkan menjadi
komunikatif), kecerdasan emosional/spiritual yang meliputi kepekaan
rendah (perasaan indra dan naluri) dan kepekaan tinggi (perasaan etis,
estetis, dan teologis), kecerdasan intelektual (teoritis/mencipta
danpraktis/melakukan dengan cerdas), dan kecerdasan sosial (kemampuan
observasi sebagai bahan apresiasi terhadap peran yang akan dimainkan).
(Japi Tambajong, 1981:108). Setelah tahapan membaca naskah (reading
teks) dilalui, sutradara melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu
pergerakan pemain (movement artist) dan perpindahan pemain (blocking
artist). Blocking dapat hadir berdasarkan movement Apabila movement
tidak ada maka blocking otomatis tidak akan tercipta. Karena, setiap
blocking yang dilakukan oleh aktor/pemain didasari pada satu movement
yang memiliki sebuah alasan bertindak (action) yang disebut motivasi.
Motivasi inilah yang menjadi patokan dalam setiap movement dan
blocking yang dilakukan aleh aktor di atas pentas. Latihandengan seluruh
elemen pertunjukan (properti, set, kostum, musik dan pencahayaan) dapat
dilakukan apabila seluruh personil aktor dan tim artistik sudah
mempersiapkan segala kebutuhan yang diinginkan oleh sutradara. Latihan
ini bertujuan untuk menggabungkan seluruh elemen spektakel panggung
untuk menghasilkan hasil karya penyutradaraan dengan baik dan sempurna
(perfect). Latihan ini mencoba untuk menyamakan cara pandang sutradara,
aktor dan tim artistik dalam hal membangun kesamaan auditif dan visual
yang sudah dirancang oleh sutradara pada pra-produksi, menyangkut
persoalan warna kostum, warna seting panggung, warna pencahayaan,
kesiapan properti pemain dan penyatuan irama ilustrasi dan efek musik
dengan emosi pemain. Catatan Proses/Kertas kerja penyutradaraan
(Promtbook), adalah dokumentasi tertulis berupa sketsa dan catatan
perkembangan latihan yang akan dijadikan sebagai arsip penting oleh
sutradara untuk karya selanjutnya Proses penyutradaraan naskah drama
realisme tidaklah begitu sulit, kalau kita benar-benar sudah bisa
memahami bagaimana dan seperti apa sistematika kerja yang harus kita
lakukan dalam mendekati kerja penyutradaraan tersebut. Sebagai kalangan
intelektual dan praktisi yang bergerak dalam seni teater, tentunya kita
memiliki dasar dan metode masing-masing dalam mendekatisebuah kerja
penyutradaraan naskah drama realisme ini. Bagi penulis, ini bukanlah
suatu metode yang baku yang harus diterima dan dilakukan dengan
mentah-mentah, tetapi ini adalah salah satu dari sekian banyak metode
dalam mendekati kerja penyutradaraan drama realisme. Di sini, Penulis
hanya membuat suatu tesa yang kemudian dapat dijadikan sebagai antitesa
untuk mencapai sebuah sintesa yang diinginkan. ini hanyalah panduan
dasar bagi mahasiswa teater dan seniman yang berprofesi dalam bidang
teater. Ilmu pengetahuan selalu bergerak maju dalam ruang dan waktu.
Tidak ada yang kekal dalam dunia ilmu pengetahuan itu sendiri kecuali
perubahan. Mudah-mudahan tulisan ini dapat dijadikan suatu referensi,
bahkan polemik untuk kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

2.1.4 Realisme dalam naskah

Naskah Orang kasar adalah naskah yang termasuk dalam genre realisme
psikologis. Realisme psikologis adalah bagaimana melukiskan kehidupan manusia
secara psikis yang di jadikan sebagai pandangan dalam sebuah perjalanan
hidupnya, disini realisme psikologis yang di spesifikan terhadap sebuah konflik
sosial, Realisme psikologis dalam teater akan melahirkan pergolakan psikis antar
tokoh melalui sebuah naskah maupun pertunjukan. Ciri-ciri Realisme psikologis
yaitu;

1. Lebih menonjolkan aspek kejiwaan tokoh

2. Settingnya wajar dengan intonasi yang tepat

3. Suasana ditampilkan secara simbolis untuk mendukung aspek

psikologis peran/ tokoh

4. Sutradara lebih mementingkan pembinaan konflik kejiwaan peran/

tokoh dari pada konflik yang bersifat fisik

2.1.5 Metode Penyutradaraan Suyatna Anirun

Metode penyutradaraan yang di gunakan adalaah dengan menggunakan


metode dari Suyatna Anirun. Yang melalui bukunya dalam (Suyatna. Menjadi
Sutradara:58 -80) disini di awali daro proses pra produksi hingga produksi.
Tahapan awal Mulai dari Analisis isi tematik, Anallisis sosok peran, Analisis
Struktur Cerita pada proses bedah naskah, Dalam proses ini Sutradara
melakukan tahapan awal tersebut di mulai saat Mata kuliah analisis naskah.
Tahapan selanjutnya adalah analisis Teknis yakni sutradara membagi beberapa
babak dengan adegaan di dalamnya dan mencatatya untuk di jadikan pegangan.

Selanjutnya sutradaraa mengumpulkan elemen pra produksi yakni :

1. Aktor

2. Stage Man

3. Artistik

4. Lighting

5. Pemusik

6. Penata make Up dan kostum

7. Hand Properti

Setelah para elemen berkumpul sutradara membuat Schedulle yang meliputi


schedull latihan dan schedule untuk target selanjutnya . Selama ini beberapa
elemen yang sudah berjalan adalah Artistik,Lighting yang datang pada saat latihan
untuk mengetahui suasana yang di inginkan sutradara, Pemusik yang melakukan
pencarian pada proses garapan dengan deadline yang di berikan.

Hal yang di lakukan yang sesuai dengan metode dari Suyatna Anitrun :

1. Mengkajji Sumber

Dalam hal ini suuttradara mencobaa mengkaji sumber dari beberapa referensi
entah it youtube, Buku, dan pengadaptasi naskah sendiri. Menurut suyatna anirun,
Penulis naskah drama modern di Indonesia sudahh mulai berfikir bebas dan tidak
terikat dengan pengalaman batin penulis, sehingga apa yang di tulis atau di
adaptasi oleh ciitra pratiwi ini di temukan tambaahantambahan yang tidak sesuai
dengan orisinalitas naskah

2. Pemain sebagai kekuatan yang menghidupkan

Dalaam hal pemeranan ini, Sutradara menggunakan teori keaktoran dari WS


Rendra pada proses pelatihan aktor. Karena aktor disini menyampaikan pesan
yang di bawa oleh sutradara, Dalam hal ini pelatihan dari sutradara kepada aktor
adalah bagaimana aktor mampu menceritakan kepada sutradara perihal isi darri
naskah, di sampaikan adegan per adegan.

3. Penampilan Fisik

Penampilan fisik yang di bawakan seorang aktor sangat berpengaruh kepada


kesan yang di tampilkannya. Seperti halnya bagaimana seorang tom mampu
membawakan tubuhnya benar-benar menyerupai seorang peabuk tanpa di buat-
buat, Elisa sebagai penyandang cacat yang benar-benar meemiliki kaki yang cacat

4. Penampilan emosi dan intelegensi

Sikap, Gesture dan respon dari seorang tokoh harus memiliki takaran tertentu
sesuai dengan takaran emosi. Respon seorang aktor membutuhkan intelegensi
yang kuat dalam menempatkan timing dialog. Dalam hal ini sutradara
memberikan bentuk pelatihan dengan melakukan dialog terserah namun tetap
mengarah pada inti cerita untuk dapat mereeka gunakan sebagai bahan
improvisasi pada saat di atas panggung

5. Penggunaan Unsur Ruang

Ruang tempat pertunjukan berlangsung adala suatuu hal dimana itu adalah hal
yang terbatas dan mampu memberikan banyak kemungkinan.

Pemain dengan Latihan teknik menurut Suyatna Anirun :


1. Teknik muncul

2. Teknik memberi Isi

3. Teknik Pengembangan

4. Teknik membangun klimaks 5. Tempo Dramatik


BAB III

ANALISIS NASKAH DAN INTERPRETASI SUTRADARA

3.1 Sinopsis

Naskah Orang Kasar tahun 2010 karya Anton Chekov saduran W.S.
Rendra, menceritakan tentang hidupnya seorang janda kaya raya di Jawa Timur
yang ditinggal mati oleh suaminya. Dia adalah Nyonya Martopo yang mengurung
diri di dalam rumah, sejak kematian Tuan Martopo. Kematian Tuan Martopo,
membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup. Hal tersebut dikarenakan,
belahan jiwanya telah meninggal dunia kurang lebih tujuh bulan lamanya. Ia
tampak murung dan gelisah, bahkan terlalu larut dalam kesedihan. Semenjak
kematian Tuan Martopo pula, ia tidak ingin keluar rumah hingga menerima tamu
sekalipun. Nyonya Martopo berdiam diri dalam rumah dengan terus-menerus
mengenakan pakaian berwarna hitam. Sebagai tanda berkabung dan membuktikan
kesetiaan cintanya terhadap Tuan Martopo. Ia akan terus setia kepada arwah Tuan
Martopo, meskipun ia mendapatkan fakta bahwa suaminya tidak setia. Akan
tetapi, Nyonya Martopo ingin membuktikan pada arwah suaminya bahwa ia
adalah wanita yang setia. Mengurung luka dan cinta bersamaan dalam satu
tempat, membuat jiwa Nyonya Martopo bagai mati dalam peti. Suatu hari, ada
yang menemukan jiwa itu, tergores-gores, bersimbah luka, namun ia tetap Tempat
tinggal. Ia keras kepala, meskipun hatinya malu dan ingin memiliki. Temboknya
kokoh, akan tetapi mulai kikis dengan setangkai bunga dari tangan penagih utang
Baitul Bilal. Nyonya Martopo tetap pada pendirian untuk setia kepada suaminya.
Tidak bergeming dengan iming-iming yang dijanjikan oleh penagih hutang Baitul
Bilal. Kegelisahan yang dialami seseorang timbul sebagai akibat adanya rasa
kesedihan akan suatu hal. Adapun kegelisahan yang dialami oleh tokoh utama
Nyonya Martopo, ia mengalami kegelisahan semenjak ditinggal mati oleh
suaminya. Kegelisahannya semakin bertambah ketika ia mengetahui bahwa
suaminya adalah lelaki yang tidak setia. Ia juga mendapati bahwa Baitul Bilal,
seorang penagih hutang jatuh hati padanya. Karena keadaannya yang pelik,
peristiwa seperti ini sangat memengaruhi kondisi psikis Nyonya Martopo. Oleh
karena itu, perlu dilakukan investigasi secara mendalam dan menyeluruh terkait
dengan kondisi kejiwaan suatu individu melalui psikologi sastra, serta dampak
yang ditimbulkannya. Di samping itu, juga bertujuan untuk memberikan
pandangan terhadap masyarakat luas.

3.2 Tema

Dapat dikatakan bahwa setiap cerita pasti memiliki tema. Dalam


pengertiannya yang paling sederhana, tema adalah makna cerita, gagasan sentral,
atau dasar cerita (Sayuti, 2000: 187). Menurut Robert Stanton (1965: 4) tema yang
juga disebut ide pusat merupakan sebuah arti pusat yang terdapat dalam cerita.
Dikatakan Stanton lebih jauh bahwa tema cerita memiliki nilai khusus dan umum,
seperti halnya arti pusat pengalaman manusia. Tema memberikan kekuatan dan
kesatuan kepada peristiwa-peristiwa yang diterangkan dan menceritakan sesuatu
kepada seseorang tentang kehidupan pada umumnya. Pada umumnya tema
dikemukakan secara implisit oleh pengarang. Pengarang memasukkan tema itu
secara bersamasama dengan kenyataan-kenyataan dan kejadian-kejadian dalam
cerita. Pengarang tidak mungkin menghadirkan tema secara terpisah dengan
peristiwa-peristiwa, sebab ia harus mencampurkan fakta dan tema menjadi sebuah
pengalaman yang utuh. Dengan demikian, tema merupakan suatu unsur yang
berfungsi sebagai pemersatu elemenelemen cerita yang lain. Berdasarkan
beberapa pokok pikiran di atas dapat diambil
3.3 Alur/ Plot

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam


sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang
terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang
menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak
dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton,
2007:26). Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-
elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendri meskipun jarang diulas
panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya
dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang
mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya
dengan elemen-elemen lain, alur alur memiliki hukum-hukum sendir; alur
hendaknya memiliki bagian awal, tengah,dan akhir yang nyata, meyakinan dan
logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus
mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton,2007:28). Dua elemen dasar yang
membangun alur adalah ‟konflik‟ dan ‟klimaks‟.

Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan ‟sifat-sifat‟ dan


‟kekuatankekuatan‟ tertentu. (Stanton, 2007:32). Menurut Soediro Satoto, 1996:
28-29 sorot balik (flashback), yaitu urutan tahapannya dibalik seperti halnya
regresif. Teknik flashback jelas mengubah teknik pengaluran dari yang progresif
ke regresif. Berbeda dengan teknik tarik balik (backtracking), jenis pengalurannya
tetap progresif, hanya saja pada tahap-tahap tertentu, peristiwanya ditarik ke
belakang. Jadi yang ditarik kebelakang hanya peristiwanya (mengenang peristiwa
yang lalu) tetapi alurnya tetap alur maju atau progresif. Dalam drama “Orang
Kasar” karya Anton Chekov ini alur yang digunakan adalah alur maju. Cerita
berjalan sesuai dengan langkah-langkhanya. Dimulai dari perkenalan, konflik
awal, puncak konflik, klimaks, dan penyelesaian.Perkenalan dimulia ketika
Perempuan (istri Pemilik perkebunan) kedatangan tamu penagih hutang yang
masuk secara paksa kedalam rumah. Kemudian terjadi konflik awal antara
masing-masing tokoh yang memiliki karakter berbeda. Puncak konflik terjadi saat
Perempuan mencoba memberikan statement bahwa suaminya tidak setia
terhadapnya Klimaks nya ketika penagih hutang mulai jatuh cinta terhadap
perempuan tersebut. Terakhir, penyelesaian pada darama ini ketika si perempuan
berkukuh untuk setia terhadap suaminya. Alur maju memang sangat cocok
digunakan pada drama yang bergenre drama komedi ini. Alur maju
mempermudah penonton untuk memahami dan menarik amanat pada drama ini.
Secara tekstual, alur maju juga mempermudah pembaca untuk memberikan
interpretasi terhadap teks yang dikajinya.

a. Pengenalan

pengenalan para tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan
masalah yang akan dihadapi penonton

(iringan Musik Tegang ) Darmo dan Bilal

BILAL MASUK DIIRINGI DARMO


BILAL : (KEPADA DARMO)
Orang goblog! Engkau terlalu banyak omong! Engkau keledai! (MELIHAT
NYONYA MARTOPO, SOPAN)
Nyonya, saya merasa terhormat untuk memperkenalkan diri saya. Mayor
Lasykar Rakyat di jaman revolusi, sekarang mengundurkan diri dan menjadi
pengusaha perkebunan, adapun nama saya: Baitul Bilal. Saya terpaksa
menggangu nyonya untuk suatu urusan yang luar biasa mendesak.

NYONYA : (RINGKAS) Tuan mau apa?

BILAL : Almarhum suami nyonya, denga siapa saya merasa beruntung bisa
bersahabat, meninggalkan kepada saya dua buah bon yang jumlahnya
duabelas ribu rupiah. Berhubung saya harus membayar bunga untuk sebuah
hutang di Bank Rakyat besok pagi, maka saya akan memohon kepada nyonya,
hendaknya nyonya suka membayar hutang tersebut, hari ini.

NYONYA : Dua belas ribu, suami saya ngebon apa saja pada tuan?

BILAL : O, macam-macam, beras, kacang, kedelai, minyak dan oh, ya –dan


juga rumput untuk kuda-kudanya.

NYONYA : (DENGAN MENGELUH, KEPADA DARMO) Oh, rumput, Pak


Darmo jangan lupa bahwa si Tobby harus diberi rumput duakali lipat hari ini.

DARMO KELUAR

Nyonya : (KEPADA BILAL) Bila mas Martopo berhutang kepada tuan, tentu
saya akan membayarnya, tapi sayang hari ini uangnya tidak ada pada saya.
Besok pagi bendahara saya akan kembali dari kota, dan saya akan memintanya
untuk membayar apa yang sepantasnya harus tuan terima, tapi, pada saat ini
saya tidak bisa memenuhi permintaan tuan. Lebih daripada itu, baru tepat
tujuh bulannya suami saya meninggal dunia dan saya tidak bernafsu untuk
membicarakan masalah uang.
b.Pertikaian

penggalan teks drama berikut ini!

BILAL : saya tak membutuhkannya besok lusa, tapi hari ini.

NYONYA : Saya menyesal, tapi hari ini saya tak bisa membayar.

BILAL : Dan saya tak bisa menunggu sampai besok lusa.

NYONYA : Tapia pa daya saya kalau memang tak punya uang hari ini?

BILAL : Jadi nyonya tak bisa bayar.

NYONYA : Tak bisa!

BILAL : Hm, itukah kata nyonya yang terakhir?

NYONYA : Yang terakhir.

BILAL : Sungguh-sungguh.

NYONYA : Sungguh-sungguh.
BILAL : Terima kasih (MENGANGKAT BAHU)
Dan mereka mengharapkan saya untuk menahan diri. Penagih Pajak di jalan
tadi bertanya kepada saya, kenapa saya selalu kuatir? Saya membutuhkan
uang, saya merasa leher saya terjerat. Sejak kemarin pagi saya meninggalkan
rumah saya di waktu hari masih subuh dan menagih hutang kesana kemari.
Seandainya ada saja yang membayar hutangnya kan lumayan juga! Tapi tidak!
Saya telah berusaha keras. Setanpun menyaksikan bagaimana aku terpaksa
menginap di penginapan terkutuk itu. Di dalam kamar yang sempit dengan
balai-balai penuh kepiding! Dan akhirnya sekarang saya mengharap untuk
menerima uang sekedarnya dan nyonya Cuma bilang “tidak bernafsu”.
Kenapa saya tidak boleh khawatir begini halnya?

NYONYA : Saya kira saya telah cukup menjelaskannya, bahwa bendahara


akan kembali dari kota, dan kemudian tuan akan mendapatkan uang tuan
kembali!

BILAL : Saya datang tidak untuk bertemu dengan bendahara nyonya, saya
datang untuk bertemu dengan nyonya. Saya tak peduli pada bendahara itu!
Demi syetan tidak peduli! – Maafkan bahasa saya ini!

c. Puncak

Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan
dibina untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang
hingga menjadi krisis.
petikan naskah berikut ini!

NYONYA : Tuan, selama hidup saya sepi ini saya tak bisa mendengar suara
manusia dan saya tak bisa tahan mendengar bicara orang keras-keras. Saya
minta kepada tuan, sukalah hendaknya supaya tidak menggangu kedamaian
saya.
BILAL : Bayarlah saya dan saya akan pergi.

NYONYA : Tadi sudah saya katakana dengan jelas, dalam bahasa Indonesia
bahwa saya tak punya uang kontan, tunggulah sampai besok lusa.

BILAL : Dan sayapun merasa terhormat untuk menerangkan kepada nyonya,


juga dalam bahasa Indonesia, bahwa saya membutuhkan uang sekarang tidak
besok lusa.

NYONYA : Tapi apa daya saya, bila saya tak punya uang?

BILAL : Jadi nyonya tak akan membayar segera? Begitu bukan?

NYONYA : Saya tak bisa.

BILAL : Kalau begitu saya akan duduk di sini sampai saya mendapat uang.
(IAPUN DUDUK)
Nyonya akan membayar besok lusa? Bagus sekali! saya akan tinggal di sini
sampai besok lusa. (MELOMPAT BANGKIT) Saya Tanya kepada nyonya, saya
harus membayar bunga besok pagi, bukan? Ataukah nyonya kira saya Cuma
berolok-olok?

NYONYA : Tuan, saya minta tuan jangan berteriak. Ini bukan kandang kuda!

BILAL : Saya bukannya sedang membicarakan kandang kuda, saya sedang


bertanya, saya akan membayar bunga besok pagi bukan?

NYONYA : Tuan tak tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang wanita.

BILAL : Tentu saja saya tahu.

NYONYA : Tidak! Tuan tidak tahu! Tuan ini orang kampung, orang tak tahu
adat! Seorang tuan yang terhormat tak akan bicara seperti itu di depan seorang
wanita!

BILAL : Wah, hebat betul! Nyonya tau, bagaimana seharusnya orang bicara
kepada nyonya dalam bahasa Inggeris, barangkali? Dear lady, would yau like
to lend me your beautiful eyes? Pardon me for having disturb you! What a
beautiful wheather
We are having today! Shell we meet again tomorrow?
(MEMBUNGKUK MEMBERI HORMAT DENGAN CARA MENGEJEK)

NYONYA : Sama sekali tak lucu, biadab namanya!


BILAL : (MENIRU)
Sama sekali tak lucu, biadab!
Saya tak tahu bagaimana bersikap terhadap orang-orang wanita. Nyonya yang
terhormat, sepanjang umur saya ini, saya telah melihat wanita lebih banyak
daripada nyonya melihat burung gereja. Sudah tiga kali saya berkelahi karena
urusan wanita, dua belas wanita telah saya tinggalkan dan sembilan wanita
telah meninggalkan saya. Memang pernah pada saya bertingkah bagaikan
bahasa yang bermadu, membungkuk-bungkuk, dan kemalu-maluan. Saya
pernah mencinta, menderita, mengeluh kepada bulan, melelh disiksa oleh
cinta. Saya pernah mencinta dengan dahsyat, mencinta sampai gila, mencinta
dalam semua tangga nada, berkicau sebagai burung ketilang tentang
emansipasi, mengorbankan separo dari harta bendaku dalam pengaruh nafsu
yang lembut, tetapi sekarang, demi syeitan, itu semua telah cukup.
Hambamu yang patuh ini tak mau lagi ditarik-tarik kesana kemari seperti
lembu yang bodoh. Cukup! Mata yang hitam mata yang bergairah, bibir yang
mungil, dekik di pipi, bisikan di terang bulan, keluh kesah yang menawan.

d. Penyelesaian

penyelesaian pada naskah ini di gambarkan dengan cerita yang di akhiri

dengan perempuan atau ny Martopo mengusir Bilal karena sudah keterlaluan


berani mencintai dirinya

3.4 Penokohan

Penokohan atau penetapan karakter seseorang sebagai sosok berpengaruh


sangatlah mewakili kejadian di daerah pedesaan yang dimana banyak teradi
konflik karena perbedaan strata pada individu masing-masing Tokoh Perempuan
mewakili karakter pejuang perempuan. Dalam dramaini, perempuan memiliki
sifat yang begitu keras dan tidak akut terhadap ancaman dari laki-laki.
Tokoh asisten nyonya Martopo

Sosok yang digambarkan sebagai sosok protagonis dari penampilnnya


namun,penampilanya itu bertolak belakang dengan sikapnya dibandingkan tokoh
lain yang digambarkan dengan penampilan berwibawa. Ia membawa sebuah
paradigma baru bahwa tidak selamanya sesuatuyang di luarnya jelek itu, mewakili
isi dalamnya buktinya Darmo atau asisten ny Martopo yang di luarnya
Sederhana, namun di dalam hatinya begitu mulia dan sangat melankolis.

Penagih Hutang (Bilal)

Dalam naskah ini, sosok antagonis sangat tepat disarangkan pada tokoh
ini. Kelicikanya terhadap ucapan yang di lontarkan pada semua orang

SUDUT PANDANG TOKOH

3.5 Latar / Setting

Pemaparan latar belakang sosial budaya sekitar nilai yang berkaitan


dengan norma yang ada di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini
berhubungan dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya
mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-nilainya pun berkembang sesuai dengan
masalah-masalah yang terjadi pada manusia. Nilai Sosial budaya pada drama
orang kasar ini adalah tentang keterpurukan nyonya Martopo yang ditinggal
suaminya meninggal,sehingga sang istri memutuskan untuk menutup diri dari
kenyataan hidup,tidak mau keluar rumah.Erat hubungannya dengan realita di
kehidupan nyata jika seorang istri ditinggal suaminya dia merasa terpuruk dan
ingin sendiri saja tanpa melihat kenyataan kehidupan yaitu masih banyak yang
peduli oleh nyonya Martopo,tetapi beliau merasa dirinya sudah meninggal dan
tidak ada lagi kehidupan nyata baginya karena dia benar-benar merasa terpuruk.
Nilai sosial yang lain yaitu kebencian nyonya Martopo kepada Bilal melalui
perdebatan panjang yang menimbulkan benih-benih cinta di antara mereka.Bilal
merasa jatuh cinta kembali seperti anak sekolah saja ucapnya yang akhirnya
menyatakan cintanya kepada nyonya Martopo,walaupun nyonya Martopo tidak
menerimanya dia masih mau mengusap rambut Bilal dengan sebelah
tangannya.Setelah nyonya Martopo menutup hatinya untuk lelaki lain,ketika
bertemu Bilal dia merasakan jatuh cinta kembali. Latar setting yang di ambil
memang di sebuah pedesaan yang banyak perkebunan

3.6 Tentang naskah

Naskah drama ini sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan


sehari-hari yang secara kasat mata dapat kita lihat di sekitar lingkungan
kita.Dilihat dari cra berbuat,berkata dan melakukan semua tindakan hampir tidak
lepas dengan kehidupan sehari-hari.Orang kasar yang dimaksudkan adalam
naskah ini adalah tindakan dan ucapan kasar yang Berdasarkan latar belakang
yang sudah dijabarkan , diperoleh 2 rumusan masalah yaitu : (1) Apa relasi
kehidupan sehari-hari yang terkandung dalam naskah drama orang kasar? (2)
Nilai-nilai apa yang dapat ditarik dalam naskah drama orang kasar ini dengan
kehidupan sehari-hari ? Dapat dijadikan tujuan masalah dengan melihat rumusan
masalah yaitu kita sama-sama dapat mengetahui relasi kehidupan sehari-hari
dengan naskah drama orang kasar ini dan dapat mengetahui amanat yang
terkandung dalam naskah drama orang kasar

Tokoh Nyonya Martopo dan Baitul Bilal yang menimbulkan Relasi dalam
kehidupan sehari-hari Nyonya Martopo adalah Janda muda yang sangat setia
kepada suaminya walaupun suaminya telah meninggal memiliki sifat yang sangat
berbeda dengan sebelumnya,dia tidak ingin menerima tamu,tidak ingin keluar
rumah dalam keadaan apapun keluar mungkin hanya setahun sekali,dia selalu
mengenakan pakaian berwarna hitam sepanjang masa sampai dia pun yang
meninggaldan dia memutuskan untuk tidak akan jatuh cinta lagi kepada lelaki
lain.Dia merasa sudah meninggal semenjak ditinggal suaminya meninggal,merasa
sudah tidak ada kehidupan di dalam rumahnya. Bukti Dialog : NYONYA : Dan
saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah
tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya
sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati. Dia duduk
di sudut ruang tamu dengan 4 tembok sambil memandangi foto almarhum
suaminya dengan perasaan yang sangat sedih dan terpukul,pembantunya sudah
mengingatkan beberapa kali untuk keluar rumah supaya berjalan di kebun melihat
perkebunan atau kuda-kudanya,tetapi nyonya Martopo malah menangis karena
ingat kuda Tobby adalah kuda kesayangan suaminya saat masih hidup.Lalu
nyonya Martopo mmerintahkan Darmo untuk memberi rumput dua kali lipat
kepada kuda Tobby kesayangan Tuan Martopo semasa hidupnya.

3.6.3 Judul Naskah

Drama orang kasar ini memiliki hubugan yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari,terdapat nilai-nilai yang disampaikan dalam naskah
drama ini yang mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari.Realita
dalam kehidupan sehari-hari yaitu seorang istri akan merasa terpuruk jika
suaminya meninggal.Akan banyak hal yang dilakukan yaitu tidak akan keluar dari
rumah dalam keadaaan apapun,menutup diri dari kehidupan di luar. Realita yang
lain yaitu cinta dapat berawal dari kebencian.Melalui perdebatan satu sama
lain,disitulah proses cinta dan rasa akan tumbuh dengan sendirinya tanpa
disengaja Adapun banyak nilai-nilai juga yang terkadung dalam naskah dr ama
orang kasar yaitu terdapat nilai dramatik,nilai emosional,nilai sosial,nilai
budaya,nilai moral,nilai agama atau religius dan nilai ekonomi
3.7 Tekstur Naskah

3.7.1 Dialog

Naskah ini memiliki model dialog yang sangat kaku dimana, semua
maksud dan tujuan pembahasan semua terdapat pada dialog tokoh, gaya dialog
yang ketika di ucapkan mudah dipahami bagi pembaca tapi sulit dipahami bagi
penonton

3.7. 2 Spektakel

a. Suspense-suspense dialog tokoh

c. Bisnis acting pemain

d. Permaina property

3.7.3 Setting

3.7.4 Property

properti yang akan mendukung dan menjadi simbol bahwa keadaan saat
itu berada pada tera milenium, serta menjadikan aktor atau aktris kaya dalam
mengeksplorasi dan menghidupkan properti yang dihadirkan.

3.7.4 Make Up

Make-up dan Kostum

Make-up dalam sebuah pementasan adalah sebagai media memperkuat


karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan. Selain media memperkuat
karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan. Sutradara mengklasifikasikan
make-up yang akan disesuaikan dengan

karakter yang akan dipentaskan, antara lain :


Pakaian adalah hal pertama yang dapat membantu pembentukan karakter dan
dapat memperkuat kesan untuk lakon pada pementasan tersebut,dan kostum dapat
mencerminkan sifat dasar seseorang. Kostum adalah segala sesuatu yang dipakai
pada tubuh, baik terlihat secara langsung ataupun tidak langsung untuk keperluan
teater. Pemakaian kostum bertujuan untuk memunculkan karakter tiap aktor atau
aktris dalam memerankan sebuah karakter. Selain tujuan itu, kostum juga
memiliki fungsi yaitu untuk memperkuat akting, sehingga menghidupkan dan
membangkitkan daya ilusi.

Tata pakaian membantu membawakan perannya sesuai dengan tuntutan lakon.


Jika rias dan kostum ini agak asing dan dalam jumlah cukup banyak diperlukan
latihan penyesuaian diri dengan rias dan kostum tersebut. (Herman J. Waluyo, Dr.
Prof. Drama Teori dan Pengajarannya. 2001. Halaman: 134).
BAB IV

PENCIPTAAN

4.1 Proses Latihan

Selain proses latihan pribadi ,proses latihan dengan sutradara juga sangat
penting, karena saat proses latihan dengan sutradara dapat memunculkan ide-ide
baru serta dapat menyatukan proses penggarapan naskah secara menyeluruh.
Peran sutradara sangat dominan ,aktor harus menuruti keinginan dan arahan dari
sutradara dalam latihan demi terciptanya pertunjukan sesuai konsep garap
sutradara. Setelah mengetahui paparan identitas diri dalam peran, perlu adanya
sebuah schedule untuk memberikan isi dalam setiap latihan maka dari itu progress
dalam latihan sangatlahdiperlukan , berikut tahapan yang dilalui penulis dalam
setiap lagtihan individu:

1) Menganalisis naskah, peran tokoh, kondisi social, karakter tokoh yang


di

perankan

2) Mengarahkan aktor Membaca naskah setiap hari dalam setiap aktivitas

3) Mengarahkan aktor Memahami dialog yang diucapkan dalam setiap

tokoh,

4) Mengarahkan aktor Memahami dialog karakter tokoh, dengan membaca

naskah berulangkali dan membaca biografi penulis


5) Membaca naskah dengan perasaan sedih, marah, menghentak,
bernyanyi,

bahagia.

6) Mengarahkan aktor Olah vocal melakukan pelatihan dalam setiap


aktifitas

dengan menggumam, mendesis, berbisik keras, dan melakukan ucapan

Da,DI,Du,De,Do, dengan menarik mimic dalam setiap latihan individu

7) Mengarahkan aktor Olah rasa, pendalaman rasa dengan member isi


dalam

setiap dialog dengan mengolah rasa sedih, bahagia, takut, dan lain

sebagainya

8) Mengarahkan aktor Olah tubuh, dilakukan untuk pemanasan untuk

pembebasan tubuh dari gerak gerak kecil yang tidak cocok

9) Mengarahkan aktor Observasi, dilakukan untuk pendalaman karakter

Berikut pelatihan bersama sutradara yang telah dilakukan selama proses


pertunjukan naskah Orang Kasar ,

1) Pada tanggal 8 Juli 2021 ,bedah naskah bersama semua aktor

untuk memahami alur naskah. Menganalisis kemudian membaca naskah dari


awal hingga akhir.

2) Tanggal 9 Juli 2021, dialog secara bersama sama, dialog

dengan lawan main ,dan mencari arti dialog serta symbol dalam naskah.

3) 11 Juli 2021 , berlatih merespon dialog lawan main dengan

membaca naskah dari awal hingga akhir secara berulang kali.

4) Pada tanggal 12 Juli 2021, berlatih dialog-dialog dengan lawan

main dengan intonasi diksi dan pressing yang sesuai. membangun tangga

dramatic dialog dengan membaca naskah dari awal hingga akhir.

5) , membaca dan memahami dialog nomer 001-153

secara berulang kali dan membangun tangga dramatic.

6) , membaca dan memahami dialog no 153-

306 berulang kali dan membangun tangga dramatic.

7) , membaca dan memahami dialog no 153-306 berulang

kali dan membangun tangga dramatic.

8) Selama bulan latihan penggarapan blocking dari dialog

pertama hingga akhir yang dibagi menjadi beberapa adegan supaya

mempermudah proses penggarapan.

9) ,running adegan dengan blocking

moffing aktor dengan dialog ,penggarapan teknik muncul aktor dan

penggarapan bisnis ackting aktor.


10) , penggarapan blocking dan moffing

serta suasana aktor dengan music dari opening, lalu beberapa adegan hingga

ending.

11) ,Running adegan dari awal hingga akhir beserta

musik

12) Di bulan latihan running memperbaiki hasil evaluasi dari

Konsultasi dan UAS beserta musik. Pembenahan dialog, blocking, moffing

serta motivasi dari tiap adegan.

4.1.1 Casting

Casting adalah proses penyaringan untuk menentukan pemeran (pemain)


berdasarkan hasil analisa naskah untuk diwujudkan dalam pertunjukan. Macam-
macam casting ialah sebagai Berikut:

a. Casting berdasarkan kecakapan;

b. Casting berdasarkan tipe (kecocokan fisik) pemain;

c. Casting berdasarkan pertentangan watak atau fisik pemain;

d. Casting berdasarkan kesamaan emosi dan temperamen yang

dimiiki pemain

e. Casting berdasarkan terapi.

Dalam naskah Orang Kasar proses casting yang dilakukan adalah

1. Berdasarkan fisik
2. Berdasarkan bentuk dialog

3. Berdasarkan emosi dan karakter (Psikis aktor)

4. berdasarkan usia

Proses pengkastingan calon aktor di suruh untuk beberapa arahan sutradara


sebagai berikut:

1. Membaca naskah

2. Membaca naskah dengan tokoh yang berbeda dari yang sudah

dibaca

3. Melihat dari cara baca dan pola ekspresinya

4. Melihat efect yang ditimbulkan oleh tubuhnya dari membaca

Dalam naskah ini terdapat 3 tokoh sentral yang muncul, tetapi

dalam undian sutradara mendapatkan pemeran Perempuan dengan atas


nama . Ketika sutradara menganalisa tekhnik dan gaya pula

postur pemeranannya, cukup mendukung dalam tokoh seorang istri


pemilik perkebunan yang ditinggal mati suaminya.

 Penagih hutang – M. Nur kholis

Alasan: postur tubuh yang kurus dan gaya vokal atau gaya dialog

yang lantang, namun memiliki kekurangan terhadap intonasi dan diksi

selama ini.

 Asisten ny Martopo- Kukuh


Alasan: dari gaya dialog yang lucu dan terlihat lembeng membuat peran ini
sangat cocok karena ia berperan sebagai penasihat dari Ny Martopo

4.1.2 Reading

Proses Reading yang dilakukan adalah

1. Proses reading sesuai dengan keinginan aktor

2. Proses reading cepat

3. Proses reading persuku kata

4. proses reading dilagukan

4.1.3 penghayatan

Dalam tahap penghayatan, sutradara memberikan tugas terhadap aktor


wajib dan afif, bagaimana caranya agar mereka pernah merasakan berpacaran,
hingga di pada waktu 1 hari mereka berpacaran dan besoknya tidak, pendalaman
karakter hal yang sulit ketika dilakukan dengan hal dipaksa, namun sutradara
menyuruh agar ikhlas

4.1.4 Blocking

Blocking dalan naskah orang kasar sebagai berikut:


4.1.5 observasi

Observasi adalah sebuah tekhnik untuk memotivasi aktor supaya dapat


menimbulkan suasana yang ingin di adakan, dalam naskah ini banyak yang
menjadi catatan untuk di coba mencari atau di observasi, seperti dari segi setting
saya mencoba mengunjungi rumah tua yang bisa dikatakan sudah cukup lama,
begitu pula hasilnya kurang bisa mendukung, maka hal lain mencari revrensi yang
lain.Dari segi setting bergeser dalam segi keaktoran, sulit memunculkan suasana
di daerah perkebunan kopi, namun beberapa aktor mencoba untuk observasi
terhadap suasana saat di kampung yang di tinggali ny Martopo

4.1.6 Time schedule

Time schedule

Naskah Orang Kasar

Karya Anton Chekov Saduran Ws Rendra Sutradara Lia amanda

Tanggal Proses Latihan Capaian


-memahami cerita dalam naskah
-1 jam di gunakan untuk olah -memahami latar tempat
tubuh, dan olah vocal suasana, arti, symbol symbol
-2 jam di gunakan untuk reading yang ada dalam naskah
Penjabaran soal naskah -pembedahan bersama tentang
naskah
-Membaca full dialog awal
hingga akhi
-1 jam di gunakan untuk olah -memahami dialog secara
tubuh, dan olah vocal bersama sama
-2 jam di gunakan untuk reading -memahami dialog lawan main
-memahami dialog dialog
-memahami arti dialog dan
symbol simbolnya
-Membaca full dialog awal
hingga akhir
1 jam di gunakan untuk olah -mengerti maksud dan tujuan
tubuh, dan olah vocal dialog yang dilontarkan kepada
2 jam di gunakan untuk reading pemain
-merespon dialog lawan main
dengan intonasi
yang sesuai
-Membaca full dialog awal
hingga akhir
1 jam di gunakan untuk olah -merespon dialog dialog lawan
tubuh, dan olah vocal dengan intonasi
2 jam di gunakan untuk reading diksi dan pressing yang sesuai
-membangun tangga dramatic
dialog
-Membaca full dialog awal
hingga akhir
1 jam di gunakan sebagai olah -membaca, dan memahami
tubuh dan olah vocal dialog nomer
2 jam di lakukan sebagai 001-153 berulang kali
pembangunan motivasi dalam -membangun tangga dramatic
berdialog dialog
1 jam di gunakan sebagai olah -membaca dan memahami
tubuh dan olah vocal dialog no 306-4061
2 jam di lakukan sebagai Berulang kali
pembangunan motivasi dalam -Membaca full dialog awal
Berdialog hingga akhir
Lepas Naskah -membangun tangga dramatic
dialog
Konsultasi reading naskah
1 jam di gunakan sebagai olah -pembangunan motivasi gerak
tubuh dan olah vocal aktor dialog
2 jam di lakukan sebagai nomer 001-153 berulang kali
pembangunan motivasi gerak -membangun tangga dramatic
dalam beracting dialog
1 jam di gunakan sebagai olah -penggarapan blocking moffing
tubuh dan olah vocal aktor dialog
2 jam di lakukan sebagai nomer 001-153 berulang kali
pembangunan motivasi
mofing dan blocking
1 jam di gunakan sebagai olah -penggarapan blocking moffing
tubuh dan olah vocal aktor dialog
2 jam di lakukan sebagai no 153-306 berulang kali
pembangunan motivasi
mofing dan blocking
1 jam di gunakan sebagai olah -2 jam di lakukan sebagai
tubuh dan olah vocal pembangunan motivasi
2 jam di lakukan sebagai mofing dan blocking
pembangunan motivasi -penggarapan blocking moffing
mofing dan blocking aktor dialog
no 306-406 Berulang kali
1 jam di gunakan sebagai olah -running adegan dengan
vocal blocking moffing aktor dengan
2 jam di lakukan sebagai dialog
pembangunan motivasi gerak -penggarapan teknik muncul
dalam beracting aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor
1 jam di gunakan sebagai olah -running adegan dengan
vocal blocking moffing aktor dengan
2 jam di lakukan sebagai dialog
pembangunan motivasi gerak -penggarapan teknik muncul
dalam beracting aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor
1 jam di gunakan sebagai olah -running adegan dengan
vocal blocking moffing aktor dengan
2 jam di lakukan sebagai dialog
pembangunan motivasi gerak -penggarapan teknik muncul
dalam beracting aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor
1 jam di gunakan sebagai olah -penggarapan suasana aktor
vocal dengan music
2 jam di lakukan sebagai -penggarapan music opening
penyatuan musik dengan
aktor
1 jam di gunakan sebagai olah -penggarapan suasana aktor
vocal dengan musc
2 jam di lakukan sebagai -penggarapan music pertengahan
penyatuan musik dengan aktor dan clossing
1 jam di gunakan sebagai olah -full Running music dengan
vocal aktor
2 jam running adegan
1 jam di gunakan sebagai olah -full Running music dengan
vocal aktor
2 jam running adegan
1 jam di gunakan sebagai olah -full Running music dengan
vocal aktor
2 jam running adegan

Blocking

Tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai

aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi

aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu

diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas

aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit,

maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang

terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan

ditampilkan. Fungsi blocking secara mendasar adalah sebagai berikut. x

Menerjemahkan naskah lakon ke dalam sikap tubuh aktor sehingga penonton

dapat melihat dan mengerti.

x Memberikan pondasi yang praktis bagi aktor untuk membangun

karakter dalam pertunjukan.

x Menciptakan lukisan panggung yang baik.

Dengan blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi

lebih mudah dipahami oleh penonton. Di samping itu, blocking dapat

mempertegas isi kalimat tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka
karakter tokoh yang dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup.

FOKUS

Dalam mengatur blocking, hal yang paling utama untuk diperhatikan

sutradara adalah perhatian penonton. Setiap aktivitas, karakter, perubahan

ekspresi dan aksi di atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan

jelas. Oleh karena itu, pengaturan blocking harus mempertimbangkan pusat

perhatian (fokus) penonton. Hal ini dapat dikerjakan dengan menempatkan

pemain dalam posisi dan situasi tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih

kuat dari yang lainnya.

Prinsip Dasar

Pada dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh

mata penonton. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat

digunakan sebagai petunjuk dalam menempatkan posisi dan mengatur pose

pemain.

x Kurangilah menempatkan pemain dalam posisi menghadap lurus ke arah

penonton atau menyamping penuh. Usahakan pemain menghadap diagonal


(kurang

lebih 45 derajat) ke arah penonton. Menghadap lurus ke arah penonton akan

memberikan efek datar dan kurang memberikan dimensi kepada pemain,


sedangkan

menyamping penuh akan menyembunyikan bagian tubuh yang lain. Dengan


menghadap secara diagonal, maka dimensi dan keutuhan tubuh pemain akan
dilihat

dengan jelas oleh mata penonton. Gambar di bawah memperlihatkan pemain


dengan

pose menyamping, diagonal, dan ke depan. Jika diperhatikan dengan seksama,


pemain

dengan pose diagonal lebih memiliki dimensi dibandingkan pemain dengan pose
yang

lain.

4.3 Tata Panggung

4.3.1 setting

Setting Panggung

Setting dalam panggung adalah penentuan latar tempat adegan yang

terjadi dalam sebuah naskah, dan dalam naskah mainan dari gelas karya

Tennessee Williams ini berlatar di daerah depok dengan perkotaan yang penuh

rumah. Berikut gambar setting dalam pertunjukan kali ini


4.3.2 property

Property adalah srtistik panggung penunjang suasana, dalam hal ini

properti berarti perlengkapan yang ada didalam ruangan losmen ada beberapa

jenis dari property dan propeti setting, dalam hal ini property adalah benda mati

yang berada di dalam losmen. Seperti:

Properti = gelas dan teko berisi air, wadah jajan, berkas berkas, buku

pada rak buku, figora dengan foto foto,

Set property = meja kursi, lemari buku, fas bunga, meja pemilik losmen,

dll
4.3.3 Hand property

Hand property sebagai pendukung akting para aktor, agar dalam bermain

memiliki otifasi bergerak yang natural

Ny Martopo ; Perhiasan

Asisten rumah tangga: kemoceng Serbet

Penagih hutang : rokok dan korek, buku,topi

4.3.4 Lighting

Lighting sebagai pendukung suasana dslam pertunjukan kali ini dengan

pemakaian filter biru antara lampu setwing dan 1 spot di tengah kemudian

pemakaian lampu back denga filter orange, dan berikut spot lighting dalam

4.4 Musik

Musik terbagi menjadi beberapa, seperti musik latar, musik effeck, musik
ilustrasi

dalam naskah orang kasar terdapat beberapa musik sebagai mendukung

pertunjukan . Adapun acuan musik sutradara mencari revrensi beberapa musik


sebagai pondasi

penggarapan musik, seperti halnya musik latar yang sutradara jadikan bahan
obserfasi

adalah film “jendela pak broto” yang dui produksi oleh TVRI pada tahun 1962,
begitupun musik effek dan ilustrasi tegang yang dipakai seperti hentakan kaki,
dan

juga suara bantingan pintu.

Adapun beberapa adegan yang diberikan musik latar maupun effeck sebagai
berikut:

Berikut beberapa alat alat musik yang dibutuhkan:

Bas dram

Gitar

Violin

Cello

Kaju

Piano

4.5 Make up

Make up sebagai pendukung karakter tokoh dimana ke 3 tokoh ini memiliki

karakter yang berbeda beda makeup pemeran dalam naskah orang Kasar

sutradara Lia Amanda sebagai berikut:

Ny. Martopo

make up natural

Dengan alis yang natural

Mata yang cekung kedalam

Umur 42 tahun

Bilal
alis meruncing keatas dengan sifatnya yang licik

komis tebal

mata yang tajam

Darmo

kerutan di kening umur 45

wajah agak pucat

alis yang natural

4.6 Kostum

Kostum sebagai pendukung karakter tokoh selain make up dimana naskah


ini berlatar

di tahun 19480 maka, kostum yang dipakai terlihat masih seperti tren pedesaan
pada eranya, seperti berikut:

Ny. Martopo

Pemakaian baju kutu baru

jarik batik

selendang
dengan sepatu wanita

Bilal

Kaos yang berwarna hitam dan jas hiitam

Celana cream

Dengan kaos kaki hingga lutut

Sepatu boat

Darmo
Pemakaian Celana di tambah sarung

Dengan sandal jepit

Baju abu abu zaman dulu


BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa,

5.2 Saran

Dalam setiap penggarapan semua karya seni pertunjukan yang tujuan akhirnya

adalah dipertontonkan untuk umum, maka selayaknya pertunjukan itu dapat


dijadikan

konsumsi yang enak, baru dan menarik sehingga tuntutan sebagai penampil
adalah:

a. Intensitas dan keseriusan dalam berproses ditambah (daya juang)

b. Kerja kelompok dalam setiap proses harus ditambah (komunal)

c. Berdasarkan pada teori, pengalaman dan aplikasi didalam mengkaji naskah


DAFTAR PUSTAKA

Anirun, Suyatna. Menjadi Sutradara. STSI press BANDUNG : 2002

Andy Asmara, dr; Cara Menganalisa Drama. Nur cahaya. Yogyakarta. 1983.

El Saptaria,Rikrik; paduan praktis akting untuk film dan teater “AKTING


“HAND

BOOK.Rekatasa Sains. Bandung. 2006

Hamzah, A.A. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda.

Hasanuddin. 1996. Drama, Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa

Harymawan, RMA; Drama Turgi. CV. Rosyda. Bandung. 1988.

J. Waluyo Herman, Prof, Dr; Drama (Teori dan Pengajarannya). PT. Manindita
Graha

Widya. Yogyakarta. 2001.

Prasmadji R.H, B.A; Teknik Menyutradarai (Drama Konvensional), PN. Balai


Pustaka.

Jakarta. 1984.

Rozuqi, Nur, SPd, Simpul mat pelajaran paket seni Teater alam semesta, N Yes,
2005.
Tambajong Japi; Dasar-dasar Drama Turgi. CV. Pustaka Prima. Bandung. 1981.

Yudiarini, M.A Drs; Panggung Teater Dunia. Pustaka Gendho Suli. Jogjakarta.
2002.

Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto


sutradara

A. Fatah Jaelani

2017

69

Jakob Sumardjo 1983 “Peta Bumi Sastra Drama Indonesia” dalam Bagi Masa
Depan Teater

Indonesia.

Sutardjo. Eds. Bandung: Granesia.

Kuntowij oyo 1981 “Peristiwa Sejarah dan Sejarah Sastra”. Jakarta: Tifa Sastra,
41/XI.

Nuryanto 1992 “Penerapan Metode Content analysis dalam Bidang Penelitian


Bahasa dan

Seni”, Yogyakarta:

Makalah Lokakarya Fak. Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Yogyakarta, 11-13
Mei.

Ongkhoham 1978 “Pemberontakan Madiun 1948: Drama Manusia Dalam


Revolusi”. Jakarta:

Prisma 7/VII/08, Jakarta.

Sartono Kartodirdjo 1975 Sejarah nasional IV. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan
Kebudayaan RI

1981 “Wajah Revolusi Indonesia Dipandang

dari Perspektif Struktural. Jakarta:

8/ Jurnal Prisma X08.

Dokumentasi Proses

Anda mungkin juga menyukai