Dosen Pengampu :
Oleh:
2091251040006
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Ketika manusia diberi akal dan pikiran, dari setiap langkah yang akan
dilakukan selalu memiliki tujuan. Namun demi melangkah menuju apa yang
menjadi target tentunya tidak dalam keadaan mulus dan lancar, hambatan dan
kendala disetiap detail langkah. Penulis merasa yakin apabila kendala tersebut
muncul dalam setiap proses latihan hingga penggarapan dari masing-masing
aspek yangmendukung pementasan ini berlangsung. Tujuan penulis agar
terlaksana dan suksesnya pementasan ini adalah sebagai berikut :
1.4. Manfaat
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Jurusan
Ketertarikan penulis pada naskah ini salah satunya terhadap karakter tokoh
yang dapat dikatakan tokoh tidak dapat lepas pada naskah teater pada
umumnya, tokoh merupakan penggerak cerita dengan berbagai karakter
dan sifat dari yang antagonis, tritagonis, protagonis dan lain
sebagainya.Dalam naskah Orang Kasar terdapat 3 tokoh yang memiliki
karakter berbeda, dari segi karakter tokoh ini penulis memiliki
ketertarikan, ketika dibaca sekilas beberapa karakter memang terlihat
biasa, namun ketika memasuki pemeranan karakter tokoh akan muncul
dimana terdapat, pemilik Perkebunan, pembantu atau Asisten,Penagih
hutang , begitupun ketika dianalisis bukan hanya sebuah nama
namundibalik nama nama yang karang oleh penulis Ws Rendra terlihat
mengkritik masalah masalah Kehidupan di tahun 1930, dimana pada masa
itu terdapat kemerosotan ekonomi yang sangat dahsyat. Dan melalui tokoh
tokoh inilah Ws Rendra mengapresiasikan karyanya, dibalik konflik
permasalahan antara Janda martopo dan Penagih hutang Sifat dan karakter
per tokoh sudah terlihat jelas pada naskah,namun terdapat pula beberapa
kesulitan dimana bahasa yang dipakai oleh para tokoh dalam naskah bisa
dibilang sulit, dengan bahasa Indonesia baku dengan gaya panggilannya
bung dan nona.
Kondisi sosial naskah ini yang dapat dikatakan begitu mencekam, saat ny.
Martopo adu argument dengan Bilal,dan terjadi melodrama saat
ny.Martopo menginggat suaminya yang telah meninggal
1.6.1. Ketertarikan
Pertama sekali ketika membaca naskah drama Orang Kasar ini memiliki
nilai menarik yang dapat dikembangan dalam hal pementasan baik jika dilihat dari
bentuk pembawaan psikis aktor, juga secara tema dapat dikerjakan semenarik
mungkin yang tentu saja dengan aktor yang siap dan mumpuni, walaupun secara
bentuk pembawaan aktor yang di haruskan memiliki bentuk tubuh yang berbeda-
beda dan karakter begitu pula sosiologi para aktor, hal itu tidak mengurangi ide
kreatif yang kan tergali dari Sutradara untuk membentuk aktor namun yang jelas
kesan pertama dalam naskah ini ada pada nilai sosial, Psiksis, tema dan bisa
diolah dalam pertunjukan
Kontribusi pada naskah ini adalah: Informasi pada pengarang naskah Secara tidak
langsung seorang yang akan menggarap naskah jika memberikan informasi
kepada seorang pengarang naskah bisa dikatakan itu adalah royalti yang diberikan
oleh pengaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1 Konsep Realisme
a. Drama yang tidak menghadirkan unsur visual secara artifisial tetapi logis
c. Memilki jalinan peristiwa (alur) yang berakar pada unsur kausalitas (sebab
akibat).
d. Konvensi panggung yang terdiri dari konvensi yang dikenal empat dinding.
e. Memiliki dramatik yang jelas.
yaitu :
1. Aktor harus memiliki fisik prima, fleksibel dan vokal yang terlatih agar
dapat memainkan berbagai peran.
yang artifisial.
Naskah Orang kasar adalah naskah yang termasuk dalam genre realisme
psikologis. Realisme psikologis adalah bagaimana melukiskan kehidupan manusia
secara psikis yang di jadikan sebagai pandangan dalam sebuah perjalanan
hidupnya, disini realisme psikologis yang di spesifikan terhadap sebuah konflik
sosial, Realisme psikologis dalam teater akan melahirkan pergolakan psikis antar
tokoh melalui sebuah naskah maupun pertunjukan. Ciri-ciri Realisme psikologis
yaitu;
1. Aktor
2. Stage Man
3. Artistik
4. Lighting
5. Pemusik
7. Hand Properti
Hal yang di lakukan yang sesuai dengan metode dari Suyatna Anitrun :
1. Mengkajji Sumber
Dalam hal ini suuttradara mencobaa mengkaji sumber dari beberapa referensi
entah it youtube, Buku, dan pengadaptasi naskah sendiri. Menurut suyatna anirun,
Penulis naskah drama modern di Indonesia sudahh mulai berfikir bebas dan tidak
terikat dengan pengalaman batin penulis, sehingga apa yang di tulis atau di
adaptasi oleh ciitra pratiwi ini di temukan tambaahantambahan yang tidak sesuai
dengan orisinalitas naskah
3. Penampilan Fisik
Sikap, Gesture dan respon dari seorang tokoh harus memiliki takaran tertentu
sesuai dengan takaran emosi. Respon seorang aktor membutuhkan intelegensi
yang kuat dalam menempatkan timing dialog. Dalam hal ini sutradara
memberikan bentuk pelatihan dengan melakukan dialog terserah namun tetap
mengarah pada inti cerita untuk dapat mereeka gunakan sebagai bahan
improvisasi pada saat di atas panggung
Ruang tempat pertunjukan berlangsung adala suatuu hal dimana itu adalah hal
yang terbatas dan mampu memberikan banyak kemungkinan.
3. Teknik Pengembangan
3.1 Sinopsis
Naskah Orang Kasar tahun 2010 karya Anton Chekov saduran W.S.
Rendra, menceritakan tentang hidupnya seorang janda kaya raya di Jawa Timur
yang ditinggal mati oleh suaminya. Dia adalah Nyonya Martopo yang mengurung
diri di dalam rumah, sejak kematian Tuan Martopo. Kematian Tuan Martopo,
membuatnya tidak lagi memiliki semangat untuk hidup. Hal tersebut dikarenakan,
belahan jiwanya telah meninggal dunia kurang lebih tujuh bulan lamanya. Ia
tampak murung dan gelisah, bahkan terlalu larut dalam kesedihan. Semenjak
kematian Tuan Martopo pula, ia tidak ingin keluar rumah hingga menerima tamu
sekalipun. Nyonya Martopo berdiam diri dalam rumah dengan terus-menerus
mengenakan pakaian berwarna hitam. Sebagai tanda berkabung dan membuktikan
kesetiaan cintanya terhadap Tuan Martopo. Ia akan terus setia kepada arwah Tuan
Martopo, meskipun ia mendapatkan fakta bahwa suaminya tidak setia. Akan
tetapi, Nyonya Martopo ingin membuktikan pada arwah suaminya bahwa ia
adalah wanita yang setia. Mengurung luka dan cinta bersamaan dalam satu
tempat, membuat jiwa Nyonya Martopo bagai mati dalam peti. Suatu hari, ada
yang menemukan jiwa itu, tergores-gores, bersimbah luka, namun ia tetap Tempat
tinggal. Ia keras kepala, meskipun hatinya malu dan ingin memiliki. Temboknya
kokoh, akan tetapi mulai kikis dengan setangkai bunga dari tangan penagih utang
Baitul Bilal. Nyonya Martopo tetap pada pendirian untuk setia kepada suaminya.
Tidak bergeming dengan iming-iming yang dijanjikan oleh penagih hutang Baitul
Bilal. Kegelisahan yang dialami seseorang timbul sebagai akibat adanya rasa
kesedihan akan suatu hal. Adapun kegelisahan yang dialami oleh tokoh utama
Nyonya Martopo, ia mengalami kegelisahan semenjak ditinggal mati oleh
suaminya. Kegelisahannya semakin bertambah ketika ia mengetahui bahwa
suaminya adalah lelaki yang tidak setia. Ia juga mendapati bahwa Baitul Bilal,
seorang penagih hutang jatuh hati padanya. Karena keadaannya yang pelik,
peristiwa seperti ini sangat memengaruhi kondisi psikis Nyonya Martopo. Oleh
karena itu, perlu dilakukan investigasi secara mendalam dan menyeluruh terkait
dengan kondisi kejiwaan suatu individu melalui psikologi sastra, serta dampak
yang ditimbulkannya. Di samping itu, juga bertujuan untuk memberikan
pandangan terhadap masyarakat luas.
3.2 Tema
a. Pengenalan
pengenalan para tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan
masalah yang akan dihadapi penonton
BILAL : Almarhum suami nyonya, denga siapa saya merasa beruntung bisa
bersahabat, meninggalkan kepada saya dua buah bon yang jumlahnya
duabelas ribu rupiah. Berhubung saya harus membayar bunga untuk sebuah
hutang di Bank Rakyat besok pagi, maka saya akan memohon kepada nyonya,
hendaknya nyonya suka membayar hutang tersebut, hari ini.
NYONYA : Dua belas ribu, suami saya ngebon apa saja pada tuan?
DARMO KELUAR
Nyonya : (KEPADA BILAL) Bila mas Martopo berhutang kepada tuan, tentu
saya akan membayarnya, tapi sayang hari ini uangnya tidak ada pada saya.
Besok pagi bendahara saya akan kembali dari kota, dan saya akan memintanya
untuk membayar apa yang sepantasnya harus tuan terima, tapi, pada saat ini
saya tidak bisa memenuhi permintaan tuan. Lebih daripada itu, baru tepat
tujuh bulannya suami saya meninggal dunia dan saya tidak bernafsu untuk
membicarakan masalah uang.
b.Pertikaian
NYONYA : Saya menyesal, tapi hari ini saya tak bisa membayar.
NYONYA : Tapia pa daya saya kalau memang tak punya uang hari ini?
BILAL : Sungguh-sungguh.
NYONYA : Sungguh-sungguh.
BILAL : Terima kasih (MENGANGKAT BAHU)
Dan mereka mengharapkan saya untuk menahan diri. Penagih Pajak di jalan
tadi bertanya kepada saya, kenapa saya selalu kuatir? Saya membutuhkan
uang, saya merasa leher saya terjerat. Sejak kemarin pagi saya meninggalkan
rumah saya di waktu hari masih subuh dan menagih hutang kesana kemari.
Seandainya ada saja yang membayar hutangnya kan lumayan juga! Tapi tidak!
Saya telah berusaha keras. Setanpun menyaksikan bagaimana aku terpaksa
menginap di penginapan terkutuk itu. Di dalam kamar yang sempit dengan
balai-balai penuh kepiding! Dan akhirnya sekarang saya mengharap untuk
menerima uang sekedarnya dan nyonya Cuma bilang “tidak bernafsu”.
Kenapa saya tidak boleh khawatir begini halnya?
BILAL : Saya datang tidak untuk bertemu dengan bendahara nyonya, saya
datang untuk bertemu dengan nyonya. Saya tak peduli pada bendahara itu!
Demi syetan tidak peduli! – Maafkan bahasa saya ini!
c. Puncak
Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan
dibina untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang
hingga menjadi krisis.
petikan naskah berikut ini!
NYONYA : Tuan, selama hidup saya sepi ini saya tak bisa mendengar suara
manusia dan saya tak bisa tahan mendengar bicara orang keras-keras. Saya
minta kepada tuan, sukalah hendaknya supaya tidak menggangu kedamaian
saya.
BILAL : Bayarlah saya dan saya akan pergi.
NYONYA : Tadi sudah saya katakana dengan jelas, dalam bahasa Indonesia
bahwa saya tak punya uang kontan, tunggulah sampai besok lusa.
NYONYA : Tapi apa daya saya, bila saya tak punya uang?
BILAL : Kalau begitu saya akan duduk di sini sampai saya mendapat uang.
(IAPUN DUDUK)
Nyonya akan membayar besok lusa? Bagus sekali! saya akan tinggal di sini
sampai besok lusa. (MELOMPAT BANGKIT) Saya Tanya kepada nyonya, saya
harus membayar bunga besok pagi, bukan? Ataukah nyonya kira saya Cuma
berolok-olok?
NYONYA : Tuan, saya minta tuan jangan berteriak. Ini bukan kandang kuda!
NYONYA : Tidak! Tuan tidak tahu! Tuan ini orang kampung, orang tak tahu
adat! Seorang tuan yang terhormat tak akan bicara seperti itu di depan seorang
wanita!
BILAL : Wah, hebat betul! Nyonya tau, bagaimana seharusnya orang bicara
kepada nyonya dalam bahasa Inggeris, barangkali? Dear lady, would yau like
to lend me your beautiful eyes? Pardon me for having disturb you! What a
beautiful wheather
We are having today! Shell we meet again tomorrow?
(MEMBUNGKUK MEMBERI HORMAT DENGAN CARA MENGEJEK)
d. Penyelesaian
3.4 Penokohan
Dalam naskah ini, sosok antagonis sangat tepat disarangkan pada tokoh
ini. Kelicikanya terhadap ucapan yang di lontarkan pada semua orang
Tokoh Nyonya Martopo dan Baitul Bilal yang menimbulkan Relasi dalam
kehidupan sehari-hari Nyonya Martopo adalah Janda muda yang sangat setia
kepada suaminya walaupun suaminya telah meninggal memiliki sifat yang sangat
berbeda dengan sebelumnya,dia tidak ingin menerima tamu,tidak ingin keluar
rumah dalam keadaan apapun keluar mungkin hanya setahun sekali,dia selalu
mengenakan pakaian berwarna hitam sepanjang masa sampai dia pun yang
meninggaldan dia memutuskan untuk tidak akan jatuh cinta lagi kepada lelaki
lain.Dia merasa sudah meninggal semenjak ditinggal suaminya meninggal,merasa
sudah tidak ada kehidupan di dalam rumahnya. Bukti Dialog : NYONYA : Dan
saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah
tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya
sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati. Dia duduk
di sudut ruang tamu dengan 4 tembok sambil memandangi foto almarhum
suaminya dengan perasaan yang sangat sedih dan terpukul,pembantunya sudah
mengingatkan beberapa kali untuk keluar rumah supaya berjalan di kebun melihat
perkebunan atau kuda-kudanya,tetapi nyonya Martopo malah menangis karena
ingat kuda Tobby adalah kuda kesayangan suaminya saat masih hidup.Lalu
nyonya Martopo mmerintahkan Darmo untuk memberi rumput dua kali lipat
kepada kuda Tobby kesayangan Tuan Martopo semasa hidupnya.
Drama orang kasar ini memiliki hubugan yang sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari,terdapat nilai-nilai yang disampaikan dalam naskah
drama ini yang mempunyai hubungan erat dengan kehidupan sehari-hari.Realita
dalam kehidupan sehari-hari yaitu seorang istri akan merasa terpuruk jika
suaminya meninggal.Akan banyak hal yang dilakukan yaitu tidak akan keluar dari
rumah dalam keadaaan apapun,menutup diri dari kehidupan di luar. Realita yang
lain yaitu cinta dapat berawal dari kebencian.Melalui perdebatan satu sama
lain,disitulah proses cinta dan rasa akan tumbuh dengan sendirinya tanpa
disengaja Adapun banyak nilai-nilai juga yang terkadung dalam naskah dr ama
orang kasar yaitu terdapat nilai dramatik,nilai emosional,nilai sosial,nilai
budaya,nilai moral,nilai agama atau religius dan nilai ekonomi
3.7 Tekstur Naskah
3.7.1 Dialog
Naskah ini memiliki model dialog yang sangat kaku dimana, semua
maksud dan tujuan pembahasan semua terdapat pada dialog tokoh, gaya dialog
yang ketika di ucapkan mudah dipahami bagi pembaca tapi sulit dipahami bagi
penonton
3.7. 2 Spektakel
d. Permaina property
3.7.3 Setting
3.7.4 Property
properti yang akan mendukung dan menjadi simbol bahwa keadaan saat
itu berada pada tera milenium, serta menjadikan aktor atau aktris kaya dalam
mengeksplorasi dan menghidupkan properti yang dihadirkan.
3.7.4 Make Up
PENCIPTAAN
Selain proses latihan pribadi ,proses latihan dengan sutradara juga sangat
penting, karena saat proses latihan dengan sutradara dapat memunculkan ide-ide
baru serta dapat menyatukan proses penggarapan naskah secara menyeluruh.
Peran sutradara sangat dominan ,aktor harus menuruti keinginan dan arahan dari
sutradara dalam latihan demi terciptanya pertunjukan sesuai konsep garap
sutradara. Setelah mengetahui paparan identitas diri dalam peran, perlu adanya
sebuah schedule untuk memberikan isi dalam setiap latihan maka dari itu progress
dalam latihan sangatlahdiperlukan , berikut tahapan yang dilalui penulis dalam
setiap lagtihan individu:
perankan
tokoh,
bahagia.
setiap dialog dengan mengolah rasa sedih, bahagia, takut, dan lain
sebagainya
dengan lawan main ,dan mencari arti dialog serta symbol dalam naskah.
main dengan intonasi diksi dan pressing yang sesuai. membangun tangga
serta suasana aktor dengan music dari opening, lalu beberapa adegan hingga
ending.
musik
4.1.1 Casting
dimiiki pemain
1. Berdasarkan fisik
2. Berdasarkan bentuk dialog
4. berdasarkan usia
1. Membaca naskah
dibaca
Alasan: postur tubuh yang kurus dan gaya vokal atau gaya dialog
selama ini.
4.1.2 Reading
4.1.3 penghayatan
4.1.4 Blocking
Time schedule
Blocking
aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi
aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu
diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas
aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit,
maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang
terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan
Dengan blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi
mempertegas isi kalimat tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka
karakter tokoh yang dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup.
FOKUS
ekspresi dan aksi di atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan
pemain dalam posisi dan situasi tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih
Prinsip Dasar
Pada dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh
mata penonton. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat
pemain.
dengan pose diagonal lebih memiliki dimensi dibandingkan pemain dengan pose
yang
lain.
4.3.1 setting
Setting Panggung
terjadi dalam sebuah naskah, dan dalam naskah mainan dari gelas karya
Tennessee Williams ini berlatar di daerah depok dengan perkotaan yang penuh
properti berarti perlengkapan yang ada didalam ruangan losmen ada beberapa
jenis dari property dan propeti setting, dalam hal ini property adalah benda mati
Properti = gelas dan teko berisi air, wadah jajan, berkas berkas, buku
Set property = meja kursi, lemari buku, fas bunga, meja pemilik losmen,
dll
4.3.3 Hand property
Hand property sebagai pendukung akting para aktor, agar dalam bermain
Ny Martopo ; Perhiasan
4.3.4 Lighting
pemakaian filter biru antara lampu setwing dan 1 spot di tengah kemudian
pemakaian lampu back denga filter orange, dan berikut spot lighting dalam
4.4 Musik
Musik terbagi menjadi beberapa, seperti musik latar, musik effeck, musik
ilustrasi
penggarapan musik, seperti halnya musik latar yang sutradara jadikan bahan
obserfasi
adalah film “jendela pak broto” yang dui produksi oleh TVRI pada tahun 1962,
begitupun musik effek dan ilustrasi tegang yang dipakai seperti hentakan kaki,
dan
Adapun beberapa adegan yang diberikan musik latar maupun effeck sebagai
berikut:
Bas dram
Gitar
Violin
Cello
Kaju
Piano
4.5 Make up
karakter yang berbeda beda makeup pemeran dalam naskah orang Kasar
Ny. Martopo
make up natural
Umur 42 tahun
Bilal
alis meruncing keatas dengan sifatnya yang licik
komis tebal
Darmo
4.6 Kostum
di tahun 19480 maka, kostum yang dipakai terlihat masih seperti tren pedesaan
pada eranya, seperti berikut:
Ny. Martopo
jarik batik
selendang
dengan sepatu wanita
Bilal
Celana cream
Sepatu boat
Darmo
Pemakaian Celana di tambah sarung
PENUTUP
5.1Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam setiap penggarapan semua karya seni pertunjukan yang tujuan akhirnya
konsumsi yang enak, baru dan menarik sehingga tuntutan sebagai penampil
adalah:
Andy Asmara, dr; Cara Menganalisa Drama. Nur cahaya. Yogyakarta. 1983.
J. Waluyo Herman, Prof, Dr; Drama (Teori dan Pengajarannya). PT. Manindita
Graha
Jakarta. 1984.
Rozuqi, Nur, SPd, Simpul mat pelajaran paket seni Teater alam semesta, N Yes,
2005.
Tambajong Japi; Dasar-dasar Drama Turgi. CV. Pustaka Prima. Bandung. 1981.
Yudiarini, M.A Drs; Panggung Teater Dunia. Pustaka Gendho Suli. Jogjakarta.
2002.
A. Fatah Jaelani
2017
69
Jakob Sumardjo 1983 “Peta Bumi Sastra Drama Indonesia” dalam Bagi Masa
Depan Teater
Indonesia.
Kuntowij oyo 1981 “Peristiwa Sejarah dan Sejarah Sastra”. Jakarta: Tifa Sastra,
41/XI.
Seni”, Yogyakarta:
Makalah Lokakarya Fak. Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Yogyakarta, 11-13
Mei.
Dokumentasi Proses