Anda di halaman 1dari 7

Nama : Lia Amanda Pravitasari

Nim: 2091251040006

Jurusan : Prodi Teater

Mata Kuliah : Dasar Penulisan kreatif

BAYANGAN MASA DEPAN

Namaku Bima Septian Adji. Aku tinggal bersama orang tuaku di suatu
daratan. Sekarang bumi telah mencapai usia ke 2123. Sungguh tak
terbayangkan dibenakku. Karena daratan ini adalah salah satu daratan yang
masih tersisa di bumi. Banyak daratan yang telah tenggelam akibat dari
pemanasan global yang mencairkan kedua kutub bumi ini. Kotaku ini sangat
istimewa, hanya ada gedung bertingkat, rumah-rumah dan tempat wisata yang
ada hanyalah pusat perbelanjaan dan kebun binatang. Binatang yang ada bukan
binatang biasa, melainkan hanyalah sebuah robot. Mereka hanya bersuara
dengan nada yang sama, gerakan yang sama dan tidak dapat diberi makan.
Sungguh membosankan bukan ?

Nenek buyutku pernah bercerita, sewaktu ia kecil terdapat banyak sekali


binatang yang dapat bergerak, berkembang biak, bernafas, makan, juga dapat
tumbuh tinggi. Udara yang sangat sejuk, serta banyaknya makhluk hidup yang
bernama tumbuhan. Sebenarnya aku ingin bertanya lebih lanjut mengenai masa
lalu. Tapi, nenek buyutku meninggal seminggu setelahnya. Maklum saja,
usianya sudah 101 tahun.

Tak banyak keluarga yang seberuntung keluargaku. Karena kami membayar


pajak untuk oksigen buatan dalam radius 2 km, air bersih, dan makanan.
Oksigen telah tercemar oleh kegiatan industri, air telah berubah warna karena
deterjen juga limbah, dan makanana sudah hampir habis karena para hewan dan
tumbuhan telah pada punah. Kata nenek buyutku, tumbuhanlah yang bisa
mengolah CO2 menjadi O2. Tetapi, sepanjang hidupku yang lamanya sudah 13
tahun.. Aku tak pernah melihat satu batang pun tanaman. Televisi sering
menyiarkan tentang sejarah kehidupan masa lalu yang begitu nyaman. Aku
benar benar sangat iri.

“Sayang.” panggil ibuku dengan suara samar-samar. Mungkin ia menyuruhku


melakukansesuatu. Karena dari tadi aku hanya berbaring santai di ranjang.
“Iya !” seruku pada ibu.
“Pergilah jalan-jalan daripada dirumah terus” saran ibuku.

Aku bergegas menuju garasi untuk mengambil kendaraan berupa motor


berbahan bakar matahari. Kata nenek dulu orang sering menggunakan motor,
mobil dan kendaraan yang banyak memicu semakin tercemarnya udara di bumi
kita. Tapi, sekarang ilmuwan-ilmuwan sudah banyak memunculkan teknologi
yang dapat sedikit mengurangi pemanasan global. Diantaranya seperti O2
buatan, alat penjernih air, bahkan motor tanpa bahan bakar fosil. Karena bahan
bakar di Bumi ini sudah hampir tak bersisa. Bahkan sumber bahan bakar yang
tersisa dijaga ketat oleh pasukan militer elit dari seluruh dunia. Aku tau,
teknologi buatan para ilmuwan tak dapat bertahan lama. Setidaknya untuk
beberapa tahun kedepan masih ada. Apabila air, udara dan makanan buatan itu
hilang. Itu akan memicu punahnya bangsa manusia.

Sebenarnya aku ingin ke perpustakaan untuk meminjam buku sejarah kehidupan


tumbuhan dan hewan. Hanya untuk mengobati rasa penasaranku. Tetapi aku
membatalkan niatku untuk ke perpustakaan dan beralih menuju alun alun kota.
Kata ibuku, disana akan dipamerkan hewan langka pada masa lalu. Tapi,
sepertinya aku kurang cepat. Sudah banyak sekali orang berkerumun disana.
Dan penjagaannya pun sangat ketat. Karena ini sudah keluar dari wilayah
pajak O2 kami, aku harus mengenakan helm oksigen yang memang sudah
disiapkan oleh ibu. Orang-orang rela berdesakan hanya untuk melihat makhluk
langka itu. Katanya makhluk itu hanya tersisa 2/3 ekor di dunia ini dan 1 di
antaranya sudah hampir sekarat setelah berkembang biak, dan 1 ekor lagi ada di
alam liar yang yang entah di mana tempatnya.

“Saudara sekalian, inilah spesies langka yang kami temukan dari alam liar..
Hanya 3 populasi di dunia ini.”

Astaga! Makhluk itu amat cantik. Bulu putih menyelimuti tubuhnya dan ia
nampak sangat anggun. Tapi aku kasihan padanya. Tubuhnya kurus kering dan
rantai menghalangi geraknya. Dia hanya diam, dan sekali-kali bergerak untuk
menghela nafas dalam kandang sempitnya yang berada di tengah alun-alun.

“Ini dia si cantik! Dia telah berhasil berkembang biak 10


hari lalu.” Kuda? Nenek pernah bercerita perihal kuda, ia berkata kalau dulu
ia pernah punya kuda.. Mungkinkah binatang itu akan punah? Sepulangnya di
rumah aku berusaha mencari foto-foto nenek buyutku di loteng, semoga saja
ibu masih menyimpannya.

“Bimm!” panggil ibuku. Aku langsung turun untuk


menghampirinya. “Nenek.!” ternyata itu nenekku.
Aku langsung memeluknya.
“Nenek ke sini untuk tinggal dengan kalian.” jelas nenekku.

Aku senang ia akan tinggal di sini, jadi aku bisa bertanya tentang masa lalu.
Walau tidak tau sebanyak nenek buyutku. “Ku antar ke kamar ya nek?” dan
nenek hanya mengangguk menunjukan senyum hangatnya. Setelah nenek dan
aku rebahan di kasur, aku memulai pertanyaanku yang memang sangat ingin
tau. “Hm… Nenek, apa waktu nenek kecil masih ada tumbuhan?”
“Masih, tetapi hanya tinggal tumbuhan tertentu. Dan sebagian besar tumbuhan
sudah banyak yang punah”
“Nenek punya foto tumbuhan?”
“Tidak, tapi internet pasti ada kan” jawab nenek dengan
“Maksud nenek “browsing”, kenapa itu tak terfikir di pikiranku dari tadi?”
kuraih ponselku dan mencoba mencari gambar dan informasi tumbuhan.

Aku pun merenung, untuk dapat merubah dunia yang menyeramkan ini. Walau,
tidak seluas dahulu, tidak ada banyak hewan, tetapi masih layak untuk kami
huni. Mungkin yang dapat kulakukan yang pertama kali adalah kita harus
menanam tanaman di lingkungan pajak O2 dari bibit tanaman yang tinggal
sedikit. Dan mengembangbiakkan hewan yang ada, karena semuanya telah
punah. Membuat lautan menjadi jernih dengan mengembangkan teknologi. Ya
mungkin, aku akan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Agar dunia
menyeramkan ini bisa terlelap.

Tiba-tiba saja bunyi alarm terdengar, aku pun terbangun. Ternyata itu semua
hanyalah mimpi. Aku bersyukur karena itu hanyalah mimpi. Mungkin sekarang
aku akan menjaga lingkungan dengan baik. Apakah itu pesan dari masa depan
? Apakah itu peringatan dari aku di masa depan
?. Semoga itu tak akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai