Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

DRAMATURGI REALIS

Dramaturgi
Dalam teori Dramaturgi menurut ( Goffman ) manusia adalah aktor yang berusaha
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain. Teori melihat manusia
sebagai individu dan masyarakat. Dalam teori ini manusia berbeda dengan binatang karena
mempunyai kemampuan berpikir, bisa mempelajari dan mengubah makna dan simbol,
melakukan tindakan dan berinteraksi.
Ketegangan berasal dari perbedaan antara harapan orang terhadap apa yang mesti kita
harapkan.Pendekatan dramaturgi adalah bukan apa yang orang lakukan, atau mereka
melakukan tetapi bagaimana mereka melakukannya. Kehidupan menurut teori dramaturgi
adalah ibarat teater, interaksi sosial yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran.
Kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan (front region) yang merujuk
peristiwa sosial bahwa individu bergaya menampilkan perannya dan wilayah belakang ( back
region) yang merujuk tempat dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan perannya di
wilayah depan.

Realisme
Realisme dalam teater yaitu dapat menciptakan sesuatu di atas panggung seperti
“kenyataan” yang ada, menciptakan ilusi di atas panggung seolah-olah penonton
menyaksikan apa yang terjadi seperti dalam kenyataan sehari-hari yang kemudian dituangkan
ke dalam cerita di atas panggung. Begitupun dengan akting realis, dalam memerankan tokoh
di naskah realis, akting yang disuguhkan haruslah seperti manusia di kesehariannya,
memainkan tokoh, blocking, movement, gestur dan karakter dengan natural dan wajar seperti
yang ada di lingkungan masyarakat

Aliran realisme menampilkan sisi lain kehidupan yang biasanya jarang diketahui
masyarakat umum. Ataupun permasalahan hidup yang terjadi pada individu namun tidak
diketahui masyarakat. Realisme menyajikan gambaran nyata dari kehidupan seperti naskah
yang berceritakan tentang konflik kehidupan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat
dengan satu kurun waktu yang sama.

Realisme, seperti gerakan seni lainnya, senantiasa bergerak dan berkembang. Awal
gagasan realisme dalam teater adalah keinginan untuk menciptakan ilusion of reality di
panggung. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa realisme awal ingin membuat penontonnya
lupa bahwa mereka sedang menonton drama. Untuk itu, adegan dalam kamar tidak lagi cukup
ada layar yang diberi gambar, akan tetapi perlu diciptakan kamar yang sebenarnya. Inilah
yang mengawali tumbuhnya realisme: convention of the fourth wall. Tampaknya, realisme
ingin menyajikan kehidupan langsung di panggung.

Realisme dalam teater berkembang sejak 1850-an di Perancis. Penulis drama harus
menggambarkan kenyataan hidup seobjektif mungkin. Untuk itu diperlukan observasi
terhadap masyarakat, obyek dan cara menuangkannya secara obyektif tanpa mengubah
kebenarannya (distorasi). Akibatnya pentas penuh dengan gambaran-gambaran detail
kehidupan nyata sehari-hari. Mereka tidak menggarap lagi masa lampau, tetapi hanya
menggambarkan masyarakat sekarang.

Yang muncul adalah gambaran masyarakat sekarang dekaden yang kadang-kadang


menyinggung perasaan moral umum. Tetapi kaum Realis membela diri bahwa itulah
masyarakat apa adanya, kalau penonton tidak menyukai tontonan masyarakatnya yang
dekaden, ubahlah masyarakat itu, maka di panggung akan muncul pertunjukan yang lain.

Ruang Lingkup Dramaturgi


Ruang lingkup dramaturgi meliputi cerita dalam bentuk dialog yang
menyuguhkan human konflik. Dramaturgi merupakan sumber bahan pementasan untuk
menjadi tontonan (theatre atau theatron). Oleh karena itu drama bisa diartikan dengan naskah
lakon atau kisah yang dipentaskan atau pementasan naskah lakon drama.
Dalam pengertian luas, ruang lingkup dramaturgi meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia. Sedangkan dalam pengertian sempit, ruang lingkup dramaturgi meliputi aspek
teoritik seperti teori, sejarah, dan macam dramaturgi yang telah dijelaskan dalam materi
sebelumnya.
Unsur-unsur drama:
-     Naskah drama (tema) atau Drama Skrip
-       Alur
-       Pemain (aktris atau aktor)
-       Tempat pertunjukan (teater)
-       Amanat
-       Penonton

Formula Dramaturgi
Dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga
pementasan. Menulis tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi disebut dengan formula
dramaturgi. Formula dramaturgi disebut dengan formula 4 M yang terdiri dari, menghayal ,
menuliskan, memainkan, dan menyaksikan.
A. Menghayalkan
Tahapan pertama proses penciptaan teater terkait dengan intuisi dan imajinasi.
Mengingat bahwa bahan dasar ekspresi astisitik teater adalah cerita atau naskah lakon, maka
hal pertama yang harus dilakukan adalah menulis cerita. Akan tetapi gagasan atau ide cerita
tidak bisa datang begitu saja. Bagi penulis yang berpengalaman, tentu itu merupakan hal yang
mudah, namun bagi pemula tentu itu merupakan hal yang sulit.
penulis membutuhkan waktu khusus untuk menghayalkan atau mengimajinasikan cerita yang
akan ditulis. Proses menghayal bisa berjalan sangat lama namun bisa juga tidak, semuanya
tergantung daya imajinasi penulis. Langkah atau kegiatan yang dapat dijadikan pancingan
atau stimulus gagasan pembuatan cerita yaitu, mengamati, mengingat, dan menyusun cerita
secara imajinatif
 Mengamati
 Mengingat
 Menyusun cerita imajinatif

B. Menuliskan
Proses mengubah cerita imajinatif ke dalam naskah lakon harus dilakukan dengan
hati-hati. Hal ini karena adanya perbedaan mendasar antara bayangan imajinasi dengan
pengungkapan melalui kata-kata. Tidak semua bayangan imajinasi bisa diwakili kata-kata.
 Menuliskan sinopsis cerita
 Menyusun kerangka lakon
 Menulis lakon

C. Memainkan
Tahap memainkan dalam proses penciptaan teater membutuhkan kerjasama dari
berbagai aspek. Tidak hanya sutradara dan pemain yang bekerja, tetapi tim tata artistik dan
tim produksi. Pada bahasan ini hanya tim artistik pertunjukan teater yang akan dibahas
terutama kerja pemain (aktor).
 Membaca dan memahami lakon
 Melatih Peran
 Menggabungkan Unsur-unsur
 Mementaskan

D. Menyaksikan
Tahap atau kegiatan terakhir dalam formula dramaturgi adalah menyaksikan.
Kegiatan menyaksikan berbeda dengan ketiga kegiatan sebelumnya. Menyaksikan dilakukan
oleh konsumen pertunjukan (penonton), sementara kegiatan menghayal, menuliskan, dan
memainkan dilakukan oleh produsen (pelaku) pertunjukan.
 Mengapresiasi
 Mengevaluasi
 Penyutradaraan
 Pemeranan
 Tata artistik

SELESAI !

NAMA : LIA AMANDA


NIM : 2091251040006
JURUSAN : PRODI TEATER
STKW SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai