Anda di halaman 1dari 2

Ujian Akhir Semester 2022

Sastra Lakon
1.Boen. S. Oemarjati, memberikan periodisasi sastra drama menjadi 5, yakni masa melayu rendah (1918-
1940), Pujangga Baru (1926-1939), zaman Jepang (1941-1945), pasca kemerdekaan ( 1945-1970) dan
masa mutakhir (1970-sekarang). Apa yang membedakan dan menjadi ciri khas sastra drama pada masing-
masing periode tersebut?
2.Berilah contoh naskah / sastra lakon yang anda ketahui (minimal 5 judul) sertakan deskripsi singkat.
3.Apa faktor yang menyebabkan sastra lakon kurang populer?
4.Naskah drama dikategorikan sebagai genre sastra. Tapi ada beberapa ciri khas yang membedakan antara
sastra drama dengan puisi, cerpen dan novel.
a.Jelaskan perbedaan tersebut?
b.Dimana letak ‘kekuatan’ sastra lakon?
5.Sastra lakon anak berbeda dengan sastra lakon dewasa. Bagaimana pandangan anda?

Awaban :
1. Periode merupakan istilah yang cukup luas (sudah termasuk soal angkatan di dalamnya)
menekankan rentang perkembangan sebuah karya sastra pada masa tertentu dari berbagai sudut
pandang; pengaruh politik, perubahan paradigma sastrawan, dan perkembangan sastrawan.
2. Topeng Banjet adalah:

-Kegegabahan dalam bertindak akan menimbulkan penderitaan.


-Yang jahat akhirnya menemui nasib yang mengenaskan.
Sementara itu, topik kriminalitas adalah cerita tentang Si Ridon, seorang jawara yang suka
memamerkan kejawaraannya dan suka memeras orang lain, tetapi akhirnya ia terbunuh karena
ulahnya sendiri melalui tangan teman seperguruannya yang bernama Camang.
Lakon tragedi, biasanya mengandung unsur sejarah perjuangan, memiliki pola penceritaan kejayaan
dan keruntuhan dan ciri-ciri lain bahwa peran utama mengalami irama tragis; poima (itikad peran
utama), mathema (peran utama mengalami hambatan), pathema (klimaks peran utama) berujung
tragis, yakni mengalami kecacatan (fisik – psikis) atau kematian. Beberapa contoh bentuk lakon
tragedi; Si Ridon Jago Karawang, Janur Kuning, Tragedi Marsinah, Tragedi Jaket Kuning, Bandung
Lautan Api,dan lain-lain.
Bentuk lakon komedi, biasanya pola penceritaaan diulang-ulang, menjadi bahan tertawaan,
menghibur orang lain, penuh dengan satir (sindiransindiran) dan berujung peran utama mengalami
kebahagian atau tragis akibat perbuatan dirinya sendiri. Contohnya; Si Kabayan, Karnadi Bandar
Bangkong, Warkop Dono Indro Kasino, dan lain-lain.
Pada Lakon tragedi komedi, peran utama akan mengalami atau menjadi bahan tertawaan orang lain
berujung dengan tragis atau mengalami penderitaan atau kematian. Contohnya lakon; Si Pitung Jago
Betawi, Samson Betawi, Mat Peci, Robin Hood, dan lain-lain.
Lakon melodrama, biasanya mengangkat tema-tema keluarga, percintaan atau kisah-kisah dua sejoli
yang berjuang dalam memadu kasih, berujung dengan kebahagian atau happy ending. Contohnya;
Romi dan Juli, Gita Cinta dari SMA, Si Doel Anak Sekolahan, dan lain-lain.
3. Sebagian besar anak muda menganggap kesenian tradisional nggak nge-tren dan terkesan kuno.
Konsep cerita yang ditawarkan pun dianggap nggak sesuai dengan perkembangan zaman.
4.

Anda mungkin juga menyukai