Anda di halaman 1dari 12

Bab 8

Naskah Lakon Seni Teater Modern.


Nama anggota kelompok

 Angeline Tanyawan(3)
 Tanaya Widi (29).
A. Pengertian Drama

 Kata drama berasal dari kata Yunani Kuno draomai yang berarti ‘bertindak
atau berbuat’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
drama adalah ‘komposisi syair atau prosa, cerita atau kisah, terutama
yang melibatkan konflik atau emosi yang menggambarkan kehidupan dan
watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan’.
 Contoh lakon-lakon drama modern adalah ”Hedda Gabler”,”Musuh
Masyarakat”,”Brand”,”Boneka Mainan”,”Tiang-tiang Masyarakat”,”Hantu-
Hantu” (Hendrik Ibsen), “Domba-domba. Revolusi” (B.Sularto), dan. “Titik-
titik Hitam” (Nasjah Djamin).
B. Ciri-ciri Naskah Drama

Ciri-ciri teks drama antaralain :


 Harus memiliki sebuah konflik
 Harus memiliki aksi
 Harus dilakonkan/diperagakan
 Memiliki waktu tak lebih dari 3 jam
 Tidak ada pengulangan dalam satu masa
C. Elemen Drama

1. Isi Drama
 Drama merupakan. sarana bagi pembuatnya untuk menyampaikan pesan
moral atau pemandangannya terhadap berbagai hal kepada para
penonton dan masyarakat sehingga setiap isi drama memiliki temanya
tersendiri.
 Tema merupakan sasaran, pesan, atau pemandangan yang ingin
disampaikan oleh seorang penulis drama.
 Tema dapat saja tertulis dalam naskah atau bisa juga hanya tersirat dalam
dialog-dialognya.
2. Bentuk Drama

Dari bentuknya, dikenal tiga jenis penyajian drama, yaitu sebgai berikut.
 a. Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Bahasa
Bentuk penyajian dialog dalam drama dapat dibedakan dari jenis Bahasa
yang digunakan, yaitu gaya atau susunan kalimat yang dipakai dalam
penulisan dialog.
1. Bentuk lirik musik
Dalam bentuk ini, gaya bahasanya mirip dengan gaya Bahasa puisi, bedanya
pada lirik diikat oleh bar, yaitu potongan birama dalam setiap baris atau
dialognya berbentuk nyanyian. Pertunjukan yang menampilkan lirik sebagai
dialog disebut opera atau operet. Di Jawa, ada jenis pertunjukan seperti ini,
disebut dengan Langendriyan dan Lagenmandra Wanara.
2. Bentuk dialek
Dalam bentuk ini, gaya Bahasa yang dipakai dalam penyajian drama diambil
atau menggunakan Bahasa sehari-hari, yaitu logat daerah tertentu.
Kebanyakan drama menggunakan dialek sebagai Bahasa ungkapnya.
3. Bentuk puisi
Dalam bentuk ini, gaya Bahasa yang digunakan dalam penyajian drama
berupa susunan puisi, baik yang terikat maupun tidak terikat pada rima.
Naskah drama Yunani Kuno yang terkenal, Oidipus, juga menggunakan
barisan-barisan puisi dalam penyajian dialognya.
 b. Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Aloran
Aliran dalam drama adalah gaya atau bentuk penyajian yang ditentukan
oleh kecenderungan sikap atau pandangan yang tumbuh pada kurun waktu
tertentu, yang kemudian berkembang menjadi pola.
1. Klasisme, yaitu aliran drama yang memiliki aturan sangat ketat
dibandingkan dgn drama yang lain dengan lakon 5 babak. Tema drama
pada umumnya bercerita tentang kutukan yang akan jatuh kepada
manusia yang bebal. Pengarang drama dari aliran ini Sophocles dan
Aristophanes.
2. Neoklasisme, yaitu aliran drama yang memiliki bentuk dengan 3 segi yang
mendesar, yakni kebenaran, kesusilaan, dan kegaiban.
3. Romantisme, yaitu aliran drama yang muncul sekitar abad ke-18.
Pengarang dari aliran ini James Sheridan Knowles, Friedrich von Schiller,
dan Johann Wolfgang von Goethe.
4. Realisme, yaitu aliran drama yang muncul sekitar abad ke-19. Bentuk drama ini
dipengaruhi tata nilai yang dibangun berdasarkan pemikiran kaum positivisme.
5. Simbolisme atau neoromantisme dan impresionisme, yaitu drama yang
menampilkan tema-tema terkait dengan kehidupan bersejarah seseorang atau
tokoh. Dibuat untuk menampilkan persoalan-persoalan yang dianggap samar
atau misterius, tetapi mengandung kenyataan yang mungkin dapat dipahami.
6. Ekspresionisme, yaitu aliran dari abad ke-20 yang menentang keampuhan
realisme. Mula-mula aliran ini berkembang dari seni lukis (Vincent van Gogh)
setelah itu berkembang di seni musik pada diri Schonberg.
7. Epik teater, yaitu bentuk drama dari sekitar perang dunia kedua yang dibenahi
oleh Bertolt Brecht.
8. Absurdisme, yaitu aliran yang muncul sekitar tahun 1950-an. Muncul karena
adanya ketidakpuasan terhadap aliran-aliran sebelumnya dan bersifat tidak
rasional, tidak akan pernah terjadi, atau tidak bisa dipikirkan. Ciri khas drama ini
biasanya menampilkan segala dialog yang melompat-lompat dan tidak ada
alur kalaupun ada alur akan berputar-putar tanpa ada pemecahan masalah.
c. Penyajian Drama Berdasarkan Jenis Sajian

Sifat-sifat dramatik lakon dalam drama yang menjadi pedoman dalam


mengklasifikasikan jenis sajian drama
Terdapat 5 bentuk drama berdasarkan jenis sajiannya, yaitu:
1. Tragedi, berasal dari kata tragoidia (Bahasa Yunani), tragedy (Bahasa
Inggris), tragedie (Bahasa Prancis). Kata tragoidia berasal dari kata tragos
yang berarti ‘kambing dan aeidein’ yang berarti nyanyian atau kidung.
Jadi tragoiddia adalah kidung kambing yang merupakan ritus keagamaan
yang didasarkan pada mitologi Yunani. Menurut Aristoteles, lakon tragedi
adalah lakon yang meniru sebuah aksi dari seorang tokoh yang besar.
Bertujuan membuat penonton merasakan pengalaman emosi melalui
pengidentifikasian diri para tokoh.
2. Komedi, berasal dari kata comoedia (Bahasa Latin) yang berarti ’lakon
yang berakhir dengan kebahagian’. Menurt Aristoteles lakon komedi
merupakan perwujudan keburukan manusia ketika menjalankan
kehidupan sehingga menumbuhkan tertawaan dan cemoohan.
3. Drama, berasal dari kata Yunani Kuno, draomai yang berarti ‘bertindak
atau berbuat’. Drama berarti lakon serius yang menggarap suatu masalah
yang mempunyai arti penting, yang memiliki segala rangkaian peristiwa
yang tampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya tarik memikat, serta
tidak diakhiri dengan kematian tokoh utamanya.
4. Satir, berasal dari kata satura (Bahasa Latin) yang berarti ‘sindiran’. Lakon
satir adalah lakon yang mengemas perlakuan kejam, kelemahan
seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu
keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan. Tujuannya sebgai
sebuah kritik terhadap seseorang atau kelompok masyarakat dengan cara
yang sangat cerdik.
5. Melodrama, berasal dari kata melos yang diturunkan dari kata melodi
(Inggris) yang berarti ‘lagu’. Melodrama adalah sebuah lakon yang isinya
mengupas suka-duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa
haru kepada penonton.
3. Kerangka Drama
 Kerangka atau struktur drama merupakan bagian dari plot sebuah drama.
Fungsinya adalah sebagai perangkat untuk dapat mengungkapkan
pikiran pengarang dan melibatkan pikiran serta perasaan penonton
kedalam pelaku cerita. Alur lakon dari awal sampe akhir bergerak melalui
bagian-bagian tertentu yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Exposition adalah penggambaran awal dari sebuah lakon. Bagian ini berisi
tentang perkenalan karakter dan masalah yang akan digulirkan.
2. Complication(rising action), pada bagian ini, mulai timbul kerumitan atau
komplikasi dari jalinan peristiwa yang terjadi.
3. Climax adalah puncak dari laku lakon dan mencapai titik kulminasinya
4. Reversal(falling action) adalah penurunan emosi lakon. Penurunan ini tidak saja
berlaku bagi emosi lakon, tetapi juga emosi penonton.
5. Denouement adalah penyelesaian dari lakon tersebut.

Anda mungkin juga menyukai