Anda di halaman 1dari 45

APRESIASI DRAMA

A. BEBERAPA PENGERTIAN DRAMA


1. Kalau Anda membuka kamus Websters New World Dictionary (1989) Anda akan
menjumpai entri atau lena drama (hlm. 413) dan theater or theatre (hlm. 1386).
Drama diartikan sebagai a literary composition that tell a story, usually of human
conflict, by means of dialogue and action, to be performed by actors. Atau disalin
secara bebas suatu karangan yang mengisahkan suatu cerita yang mengandung
konflik yang disajikan dalam bentuk dialog dan laga, dan dipertunjukkan ole para
aktor di atas pentas, sedangkan kata theater diartikan sebagai a place where plays,
operas, films, etc. are presented, atau suatu tempat di mana lakon-lakon, operaopera, film-film, dsb. dipertunjukkan.
2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian.
Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat
menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang
dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi,
yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yang menyedihkan.
3. Dalam sejarahnya (Barranger, 1994) kata drama dan teater memiliki arti yang
berbeda. Drama berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti to do atau to act
(berbuat). Kata teater juga erasal dari Yunani theatron yang berarti a place for
seeing (tempat untuk menonton), dengan demikian kata teater mengacu pada suatu
tempat di mana aktor-aktris mementaskan lakon. Dengan kata lain, secara lebih
mudah, kata drama diartikan sebagai lakon yang dipertunjukkan oleh para aktor di
atas pentas, sedangkan teater diartikan sebagai tempat lakon itu dipentaskan. Dengan
demikian, seyogyanya kita bukan mengajak bermain teater tetapi bermain drama,
dan bukan menonton teater tetapi menonton drama di teater.
4. Pengertian lain, drama adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas
berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu
(dekor, kostum, rias, lampu, musik), serta disaksikan oleh penonton.
5. Ada sejumlah istilah yang memiliki kedekatan makna dengan drama, yaitu
a.

Sandiwara. Istilah ini diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kata
bahasa Jawa sandhi ang berarti rahasia, dan warah yang berarti pengajaran. Ole Ki

Hajar Dewantara, istilah sandiwara diartikan sebagai pengajaran yang dilakukan


dengan perlambang, secara tidak langsung.
b.

Lakon. Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang
dimainkan dalam drama, wayang, atau film (2) karangan yang berupa cerita
sandiwara, dan (3) perbuatan, kejadian, peristiwa.

c.

Tonil. Istilah ini berasalh dari bahasa Belanda toneel, yang artinya
pertunjukan. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.

d.

Teater. Istilah ini berasal dari kata Yunani theatron, yang arti sebenarnya
adalah dengan takjub memandang, melihat. Pengertian dari teater adalah (1)
gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya
dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.

e.

Pentas. Pengertian sebenarnya adalah lantai yang agak tinggi, panggung,


tempat pertunjukan, podium, mimbar, tribun.

f.

Sendratari. Kepanjangan akronim ini adalah seni drama dan tari, artinya
pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari
dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan percakapan.

g.

Opera. Artinya drama musik, drama yang menonjolkan nyanyian dan musik.

h.

Operet. Opera kecil, singkat, dan pendek.

i.

Tablo. Yaitu drama yang menampilkan kisa dengan sikap dan posisi pemain,
dibantu oleh pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.

B. BENTUK-BENTUK DRAMA
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
a.

Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam
bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.

b.

Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.

2. Berdasarkan sajian isinya


a.

Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau
muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak
menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan
kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara
tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau
kesedihan.

b.

Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun
selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan
bahagia.

c.

Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan


alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya


a.

Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata

b.

Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.

c.

Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.

4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya


a.

Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.

b.

Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.

c.

Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.

5. Bentuk-bentuk lain
a.

Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar


konversi alur, penokohan, tematik.

b.

Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.

c.

Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kam bangsawan


(muncul abad ke-18).

d.

Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.

e.

Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau


keruntuhan tokoh utama

f.

Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara


kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).

g.

Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu
tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.

h.

Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan
festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).

C. PERBEDAAN DRAMA DAN TEKS SASTRA LAINNYA


1. Apa yang membedakan teks drama dengan teks cerita rekaan?
Anda tentu saja masih ingat bahwa dalam novel Belenggu karya Armijn Pane,
pengarangnya menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh-tokoh Tono, Tini,
Yah lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sementara itu, dalam teks drama yang
3

lebih mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan
yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan
dicetak miring) itulah pengaranag naskah drama memberi arahan penafsiran agar
tidak terlalu melenceng dari apa yang sebenarnya dikehendaki.
2. Ciri khas apa yang terdapat dalam drama?
Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan
demikian, penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca.
Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Penulis lakon
membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian
paling penting dalam drama. Lewat dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran,
karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton
menyebut drama sebagai life presented in action, alias drama adalah hidup yang
ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah
satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan
tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di
panggung (Sudjiman, 1990).
D. UNSUR-UNSUR DRAMA
1. Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon haruslah bergerak maju dari
suatu beginning (permulaan), melalui middle (pertengahan), dan menuju pada ending
(akhir). Dalam teks drama disebut sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
Eksposisi, adalah bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang
diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokohtokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan
suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguangangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami
tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat diketahui bagaimana watak tokoh
utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama. Resolusi haruslah
berlanagsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan apa-apa yang
terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en atau unhappy-end.

2. Karakter merupakan sumber konflik dan percakapan antartokoh. Dalam sebuah drama
harus ada tokoh yang kontra dengan tokoh lain. Jika dalam drama karakter tokohnya
sama maka tidak akan terjadi lakuan. Drama baru akan muncul kalau ada karakter
yang saling berbenturan.
3. Dialog merupakan salah satu unsur vital. Oleh karena itu, ada dua syarat pokok yang
tidak boleh diabaikan, yaitu (1) dialog harus wajar, menarik, mencerminkan pikiran
dan perasaan tokoh yang ikut berperan, (2) dialog harus jelas, terang, menuju sasaran,
alamiah, dan tidak dibuat-buat.
E. UNSUR-UNSUR PEMENTASAN
1. Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang perlu dikenal, yaitu (1)
naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4) panggung, (5) perlengkapan panggung :
cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6) penonton.
2. Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama
dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang
lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan
yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata
panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa
yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koortarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas, misalnya
drama karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan
mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan tujuan pementasan
tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang
dibayangkannya.
3. Sutradara. Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting.
Sutradara inilah yang bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar
pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari
pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon
penonton.
4. Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang
diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa kepiawaian
dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan sutradara
berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.

5. Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori.
Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga
semua penonton dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung.
Kedua, panggung berbentuk arena, sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar
penonton.
6. Cahaya. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton
terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung penciptaan
suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat mendukung keratistikan set yang
dibangun di panggung.
7. Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan
secara langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman
yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab
mengurusnya.
8. Pakaian. Sering disebut kostm (costume), adalah pakaian yang dikenakan para pemain
untuk

membantu

pemeran

dalam

menampilkan

perwatakan

tokoh

yang

diperankannya. Dengan melihat kostum yang dikenakannya para penonton secara


langsung dapat menerka profesi tokoh yang ditampilkan di panggung (dokter,
perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya (rakyat jelata, punggawa, atau raja), dan
sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).
9. Rias. Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18 tahun dapat berubah wajah
seakan-akan menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga wajah tampan dapat dipermak
menjadi tokoh yang tampak kejam dan jelek. Semua itu diusahakan untuk lebih
membantu para pemeran untuk membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang
diinginkan naskah dan tafsiran sutradara.
10. Penonton. Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu dipikirkan juga. Jika drama
yang dipentaskan untuk para siswa sekolah sendiri, faktor mpenonton tidak begitu
merisaukan. Apabila terjadi kekeliruan, mereka akan memaafkan, memaklumi, dan
jika pun mengkritik nadanya akan lebih bersahabat. Akan tetapi, dalam pementasan
untuk umum, hal seperti tersebut di atas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, jauh
sebelum pementasan sutradara harus mengadakan survei perihal calon penonton. Jika
penontonnya ganas awak pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak
mengecewakan para penonton.

F. PEMBAGIAN TUGAS DALAM PEMENTASAN


1. Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, terlebih dahulu perlu
kita kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja
pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim
penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan
adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan "acara" pementasan. Tim
penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan produksi), sekretasis, bendahara, sie
dana, sie publikasi, sie perlengkapan, sie dokumentasi, si konsumsi, dam masih
banyak lagi. Tim ini berperan dalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya
acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan
finansial minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang bagus)
bergantung pada tim ini.
2. Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah
sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton. Tim
pementasan terdiri dari sutradara, penulis naskah, tim artistik, tim tata rias, tim
kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua
kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage
(belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan
pertunjukan/pementasan.
3. Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta tugas dan kewenangannya.
a.

Sutradara. Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan


pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemain sesuai peran dalam
naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain dalam mendukung
pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus
bertanggung jawab mutlak atas pementasan.

b.

Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk


dipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak memiliki hak lagi
untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada
sutradara. Biasanya, dalam perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya
diminta sebagai komentator.
7

c.

Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan


latar (setting panggung) seperti yang diinginkan oleh sutradara. Biasanya
sutradara akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan setting
panggung yang mendukung cerita.

d.

Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan


sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan
mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu
berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memiliki
pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.

e.

Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah
mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang
dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat
dengan sutradara.

f.

Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan sound


effect yang mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata
panggung, dan penata cahaya, penata suara menciptakan latar yang mendukung
pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memiliki
kemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.

g.

Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan


kepadanya oleh sutradara.

4. Tim penyelenggaran dan kewenangannya adalah sebagai berikut.


a.

Ketua Panitia

b.

Sekretaris

c.

Bendahara

d.

Sie Acara

e.

Sie Dana

f.

Sie Dokumentasi

g.

Sie Perlengkapan

h.

Sie Konsumsi

i.

Sie Tempat

NASKAH DRAMA
Drama sebagai sebuah proses pementasan tentunya tidak terlepas dari naskah dan lakon,
di samping unsur-unsur pendukung yang lainnya. Naskah berbeda dengan lakon. Naskah
merupakan urutan cerita sebelum dipentaskan. Urutan itu dalam drama modern berbentuk
tulisan sedangkan dalam drama tradisional biasanya berbentuk lisan (ludruk, ketoprak,
lenong, kaba, dan lain-lain). Sedangkan lakon adalah cerita dari naskah yang terlihat saat
dipentaskan. Dengan begitu, meskipun naskah drama yang sama dipentaskan dalam waktu
yang berlainan atau oleh grup drama yang berbeda, lakon yang muncul akan berbeda.
Perbedaan itu lebih ditentukan oleh imajinasi sang sutradara, gaya para aktor, tatapentas,
tatarias, dan sebagainya. Lebih-lebih pada lakon dari naskah terjemahan, perbedaan akan
lebih tampak mencolok. Yang tidak berbeda dalam naskah dan lakon adalah tema dasar cerita.
Naskah drama terjemahan Hamle jika dipentaskan oleh Rendra dan Putu Wijaya, pastilah
akan terdapat dua lakon yang berbeda tetapi tema dasarnya akan sama. Tentunya, pada
awalnya dibutuhkan naskah sebagai dasar penentuan Lakon. Namun, naskah yang baik belum
tentu memunculkan lakon yang baik pula. Bisa jadi, naskah buruk kalau dipentaskan
(dilakonkan) akan menjadi baik apabila dikemas dan digarap oleh sutradara baik. Naskah
dikatakan baik apabila terdapat konflik, emotif, dan gambaran laku yang mampu memberikan
inspirasi baru bagi yang menerapkan naskah tersebut. Naskah drama dikerjakan oleh penulis
naskah sedangkan lakon dikerjakan oleh sutradara.
Naskah atau lakon tersebut tidak terlepas dari warna dan gaya yang dibangun oleh
penulis atau sutradara. Warna dan gaya itu biasanya berbentuk komedi, tragedi, tragekomedi,
repertoar, dan parodi. Kemudian berdasarkan panjang pendeknya, ada drama berbentuk
multibabak, satu babak, cuplikan (fragmen). Berdasarkan jenis gerak dan musik, muncul
drama pantomim, tablo, sendratari atau opera, dan operette (opera yang pendek). Semua itu
tentunya berpengaruh terhadap bentuk naskah drama yang dibuat untuk itu.

A. RAGAM NASKAH DRAMA.


Dalam dunia lakon ada beberapa ragam pementasan. Dengan begitu, dalam naskah juga
ada beberapa ragamnya. Ragam naskah itu antara lain bergantung pada konteks dan suasana
drama tersebut dilakonkan. Berikut beberapa ragam naskah drama berdasarkan konteks
pementasannya.

10

1. Naskah Drama Panggung


Naskah drama panggung dibuat atas dasar wujud pementasan di panggung. Naskah
tersebut sangat mementingkan dialog dan gerak para pelakunya. Penonton dapat secara bebas
mengamati gerak yang dilakukan pemain dari berbagai sudut. Adegan tidak dapat diulang
atau dipindahkan dalam waktu cepat dan singkat. Untuk itu, kekuatan alur dan sudut pandang
sangat dipentingkan.
Kemudian, fokus terhadap gerak mimik sulit ditonjolkan. Untuk itu, dalam naskah
drama panggung keterangan tentang penonjo(an fokus yang perlu dilihat penonton tidak perlu
dicantumkan. Begitu pula, keterangan tentang pergeseran fokus juga tidak perlu ada. Dalam
naskah brama panggung, yang perlu muncul hanyalah dialog dan keterangan perubahan fisik
pemain. Dari dia(og' itulah sutradara menerjemahkan lebih jauh melalui pementasan. (Contoh
drama panggung dapat dilihat pada bagian unsur-unsur drama haiaman berikutnya)
2. Naskah Drama Radio
Naskah drama radio lebih berpusat ke arah audio. Aspek pendengaran yang menjadi
pusat garapan. Naskah drama radio bukanlah naskah yang dipentaskan di atas panggung
tetapi naskah yang dilakonkan hanya cukup di studio radio.
Para pemain, dalam drama radio tidak dituntut untuk melakukan akting, blokin, atau
prinsip drama panggung yang lainnya kecuali keharusan mengekspresikan laku melalui suara
yang ditampilkan. Kemudian, lakon drama radio dapat diulang jika terjadi kekeliruan ucapan.
Imajinasi pendengar dalam drama radio dibangun lewat kekuatan suara yan~
dimunculkan. Pendengar dapat larut dengan drama radio apabila ekspresi ucap yang
ditampilkan terpadu, memberi kesan sesungguhnya, dan memberi nuansa dramatis yang
mampu membangun emosi pendengar.
Untuk itu; naskah drama radio tidak perlu keterangan laku tetapi memerlukan
keterangan ucap. Unsur musik dan bunyi imitasi pertu dicantumkan dalam naskah itu.
Umpamanya, bunyi 'kuda, kereta lewat, pintu yang dibuka, piring, dan seterusnya. Penulis
.

naskah harus tanggap akan efek bunyi ini.

11

Contoh Drama Radio.


WANITA
1. Operator

: MUSIK LEMBUT-BG

2. TUNING : ECHO
Sebenarnya... memang tak ada alasan bagiku untuk menyeleweng dengan bekas
pacarku... hingga rumah tanggaku berantakan. Kini aku dicekam rasa bersalah dan
penyesalan, yang membuatku hampir ingin bunuh diri karena beratnya tekanan batin
yang aku rasakan.
3. JAKA

: (membuka pintu keras)


Tuning! Jangan kau lakukan itu ... gila!
4. TUNING : Biar, Biar aku bebas. Semua ini aku yang memulai. Dan kini
akulah yang akan menyelesaikannya (terengah-engah).
5. JAKA

: Tidak! Bukan dengan cara seperti itu. Le..le..iekas berikan

gelas itu. Bukan racun yang akan menghabisi nyawamu untuk saat ini.
6. TUNING : Ini uuurusanku... lepaskan... lepaskan.... Ti...tinggalkan
...aku...lekas tinggalkan aku!
7. Operator : SMASH MUSIK- TUNE PEMBUKA (dst.)
(Sumber: Utari Putranto, iVanita, S3ndiwara Radio RRI Surabaya)
3. Naskah Drama Televisi dan Film
Naskah drama televisi dan film berbeda dengan naskah drama panggung dan drama
radio. Perbedaan itu didasari oleh karakter televisi dan film yang mempunyai ruang tampilan
yang terbatas. Seting dapat dikembangkan secara bebas berdasarkan kemauan penulis atau
sutradara. Kemudian, gerak dan mimik sekecil apapun dapat ditonjolkan secara baik dari
berbagai sudut penaambilan gambar. Penonton tidak bebas untuk mengamati suasana yang
sedang berlangsung karena terikat pada gambar yang ada. Penulis naskah dengan bebas pula
menonjolkan efek yang akan dibangunnya.
Oleh karena kerja pementasan drama televisi dan film sanagat rumit karena bergantung
pada sudut pengambilan, penulis naskah perlu menuliskan dengan jelas tanda-tanda
pengambilan. Tanda-tanda itu ialah close up, super close up, zoom in, zoom out, disolve, dan
seterusnya. Atas dasar hal itu tentunya, penulis naskah juga perlu mempunyai wawasan
tentang pertetevisian dan perfilman agaF naskah yang diciptakan sesuai dengan nuansa
televisi dan film.
12

Contoh Naskah Televisi dan film.


MBAH BOLO
CUT TO
SCENE : 02
INT. RUANG TAMU DI RUMAH KASMINAH PAGI
BU JUPRI yang ingin pergi ke pasar dan telah siap dengan tas belanjaannya
sedang menasihati KASMINAH di ruang tamu. KASMINAH kelihatan baru bangun
tidur, namun sudah duduk di kursi tamu sambil makan jajan khas Surabaya.
BU JUPRI:
Nah, dadi wedok iku ojo males-males. Yok opo iso payu. (zoom in)
KASMINAH:
Sing males yo sopo Bu.
BU JUPRI:
Yo kon iku. Durung sikatan wis mangan jajan koyok arek cilik ae. (dst.)
(Sumber: Ricky Machmud. Mbah Bolo, Komedi Jawa).

B. UNSUR-UNSUR NASKAH DRAMA


Naskah drama mempunyai beberapa unsur pendukung. Unsur-unsur itu adalah bahasa,
karakter (pelaku), konflik antarpelak, alur, dan tema. Bahasa terdiri atas pilihan kata,
penyusunan dialog, ujaran (pernyataan) pelaku, dan gambaran aksi pemain. Unsur bahasa
tersebut harus tampak menarik dalam setiap naskah drama. Di samping itu, karakter, konflik,
alur, dan tema sangat diperlukan dalam naskah drama: Konflik digunakan untuk
menegembangkan karakter tokoh. Alur dikembangkan untuk memberikan inspirasi situasi
(setting). Sedangkan tema menandakan karakteristik ide dalam naskah.
Jika unsur-unsur itu diperhatikan oleh penulis naskah drama, naskah yang diciptakan
akan mampu membantu pementasan drama secara menarik dan kreatif. Naskah masih
berbentuk kerangka pementasan. Sedangkan keutuhan laku setiap naskah akan terlihat saat
dipentaskan. Dengan begitu, naskah harus mampu membantu sang sutradara, pemain, dan
13

pekerja drama yang lainnya (penata pentas, penata rias, penata musik, t.) untuk
menginterpretasi naskah tersebut.
Banyak naskah drama yang panjang tetapi tidak memberikan nuansa kreatif bagi
penginterpretasi. Sebaliknya, banyak pula naskah ~yang hanya berbentuk puisi atau lirik
mampu memberikan inspirasi pementasan yang sempurna. Seakan-akan naskah itu hidup dan
menakjubkan setelah dikembangkan dalam bentuk lakon pementasan. Naskah yang mampu
memberikan inspirasi kreatif tentunya naskah yang mempunyai unsur drama yang len~kap
bukan pada panjang-pendek naskah. Berikutnya, dalam naskah drama, dialog dan keterangan
laku (stage direction), sangat membantu pengembangan karakter, nlot, dan tema. Selain itu,
keduanya dapat memberikan masukan bagi penentuan lakon (pementasan) yang dilakukan
oleh sutradara. Dialog mert~pakan pernyataan timbal balik atas dasar stimulus dan respons
yang muncul dan para pelaku. Sedangkan keterangan laku mengacu kepada perintah yang
menyuruh pelaku untuk berbuat hal-hal yang bersifat lahiriah. Dalam naskah drama,
keterangan laku sering mengawali dialog, menerangkan laku dalam dialoj, dan dicetak dalam
tanda kurung. Dialog dan keteransan laku berkaitan dan saling melengkapi.
Berikut ini contoh dialog dan keterangan laku dalam naskah drama.
Contoh l.
Pelamar II

: Berapa orang saingan yang musti saya hadapi?

Bapak

: Hanya seorang laki-laki.

Pelamar II

: Jika tidak keliru, sainganku adalah itu, sarjana ekonomi made in USA.

Bapak

: Dugaanmu tidak keliru lagi. Apakah kalian tidak berpapasan tadi?

Pelamar II

: Ya. Jadi, apakah tadi dia sudah lebih dulu mem-berikan lamaran?
Bapak mengangguk-angguk

Pelamar II

: Kawan, eh, Bapak sudah berikan jawaban?


Bapak mengangguk-angguk

Pelamar II

: Apakah jawaban itu sudah merupakan keputusan sidang, eh keputusan resmi?


Bapak mengangguk-angguk
(Sumber: B. Sularto, lnsan-lnsan Malang dalam Lima Drama)

Contoh 2.
Laki-Laki II : Saudara, selama dua puluh empat tahun yang terakhir ini, aku selalu
berjualan sirop di kota; apakah kau kira aku tidak dapat memahami yang
kaucapkan? (mereka keluar)
Sanyasi

: Apa yang sedang kau kerjakan, Nak?


14

Vasanti

: Saya sedang memeperhatikan telapak tangan Bapak yang lebar.Tangan saya


adalah burung kecil yang menemukan sarangnya di sini. Telapak tangan
Bapak sangat luas, bagaikan jagat raya yang merangkum segalanya. Garisgaris ini ialah sungai-sungai, dan ini ialah bukit-bukit. (Dia meletakkan
pipinya di atas telapak tanagan itu)
(Sumber: Rabindranath Tagore, Sanyasi, terjemahan Toto Sudarto Bachtiar)

Contoh 3.
Prabu
Ramanda Resi, Ramanda ulanglah hendaknya perkataan Ramanda
agar tercerna perkataan itu
tidak tinggal bermain

seperti bayangan yar.g lincah


di hadapan pikiran
Resi
Dengarlah, ananda prabu
Ramanda ulang:
Bahagia dan tidak-bahagia tidak ada
Ketidakadaan lenyap di muka adanya yang ada
Prabu
(bermenung, lalu berkatd dengan sendirirrya)
Bahagia tidak ada
Dan tidak bahagia pun tidak ada
Dari contoh di atas, terlihat jelas bahwa dialog dibantu oleh keterangan laku.
Keterangan laku selalu menerangkan pernyataan dialog pelaku. Kemudian, ada beberapa
macam dialog. Ada dialog yang ditandai oleh nama (penanda) pelaku di kiri pernyataan (lihat
contoh 1 dan 2). Ada pula dialog yang ditandai dengan keterangan pelaku yang berada
sebelum pernyataan dialog (lihat contoh 3). Di samping itu, terdapat pula pernyataan dialog
15

berbentuk puisi atau lirik (lihat contoh 3) dan terdapat pula pernyataan percakapan biasa
(lihat contoh 1 dan 2).
Beberapa variasi dialog di atas menandakan bahwa naskah drama dapat dikembangkan
dengan berbagai gaya. Gaya tersebut dimaksudkan untuk memunculkan kesan estetis dan
karakteristik naskah yang diciptakan. Kesan itu ditandai oleh pilihan kata, bahasa, tata letak
dialog, prinsip aliran (romantis, klasik, modern, dsb.), dan panjang pendek pernyataan dialog.

C. CARA MEMBUAT NASKAH


Seperti halnya membuat cerpen dan puisi, naskah drama sangat membutuhkan tingkat
kekreatifan pengarang. Penentuan pelaku yang akan dimunculkan, tema dasar yang perlu
dikembangkan, dan alur yang akan terjadi sangat diperhatikan. Namun, saat akan membuat
naskah, sebaiknya pengarang tidak terjebak dalam syarat-syarat yang diharapkan itu. Yang
sangat dipentingkan sebenarnya niat dasar pengarang naskah drama. Meskipun unsur itu
terasa penting.
Banyak cara gampang untuk menulis naskah drama. Tulis saja peristiwa yang akan
ditampilkan. Peristiwa apa saja. Kemudian, dalam peristiwa itu tentunya ada tokoh yang
terlibat di dalamnya. Hidupkan tokoh tersebut dengan jalinan hubungan dengan tokoh
lainnya. Agar tampak menarik, jalinan yang dibangun diksmbangkan menjadi konflik. Tulis.
terus jalinan itu lewat beberapa tokoh yang pantas berada dalam peristiwa yang dimunculkan.
Jangan berpikir akan bergaya apa, alur bagaimana, konflik model apa, dan panjangnya
seberapa.
Yang penting peristiwa yang muncul dan telah mempunyai tokoh itu terus dijalin
dengan dialog sebagai wujud terjadi konflik. Ingat konflik bukan berarti ada perselisihan
antartokoh tetapi terdapat lalulintas pernyataan yang berasal dari pikiran masing-masing
tokoh. Alirkan terus dialog itu. Kalau sudah, tahap berikutnya, dilakukan pemilihan dialog
yang bagus dan tepat. janagan ragu mencoreti konsep naskah yang dibuat. namun, sebaiknya,
mencoreti naskah itu di akhir penuangan agar ide yang sedang berjalan tidak berhenti karena
terganggu.
Naskah yang sudah dicoreti itu belum tentu jadi naskah sesungguhnya. Selang beberapa
hari, bisa jadi muncul ide baru lagi tentang pernyataan dialog, konflik, dan alur yang akan
digunakan. Kalau memang muncul, jangan ragu-ragu mencoba menggantinya. Renungkan
pergantian itu. Konsultasikan ke teman lain atau peragakan dengan pikiran gerak yang
sesungguhnya seandainya naskah itu dipentaskan. Kadang ada naskah yang beberapa tahun
16

dibuat belum selesai-selesai juga. Namun, ada juga penulis naskah yang hanya membutuhkan
waktu yang singkat dalam menulis naskah drama. Semua itu tidak menjadi hambatan. Yang
terpenting, naskah yan dibuat dapat jadi dan layak untuk dipentaskan.
Penulis naskah tentunya pelu memahami ragam naskah yang dibuat agar tepat sasaran.
Buatlah kerangka naskah terlebih dahulu dengan menuliskan alur penting saja. Bisa pula,
penulis menuliskan pernyataan penting terlebih dahulu dan tokoh yang memunculkan
pernyataan itu belum ada. Modifikasikan naskah yang dibuat dengan konteks pementasan
(panggung, radio, atau televisi dan film).
Yang perlu diingat, penulis naskah harus yakin bisa mewujudkan naskah. Hal itu perlu
didukung oleh niat dan kemauan. Di samping itu, pengalaman, wawasan, dan pengetahuan
yang bersumber dari membaca, mengamati, merenung dan berdialog dengan sesama teman
sanagat diperlukan. Yang terakhir, semangat untuk bisa mewujudkan naskah harus terus ada.
Ingat, Romrr tidak dibangun hanya sehari, peribahasa itu menunjukkan bahwa dalam
membuat naskah pelu mencoba, berkali-kali, berkelanjutan, dan serius. Putu Wijaya, Rendra,
Arifin C. Noor, dan pengarang naskah drama lainnya tentunya tidak langsung ahli seperti itu.
Pastilah mereka berangkat dari mencoba, berkali-kali, berkelanjutan, dan sukses.
Selain membuat naskah yang baru sama sekali, penulis naskah bisa pula
mengadaptasikan cerita drama dari cerpen, novel, atau puisi. Ide dasar bersumber dari penulis
sastra itu, sedangkan penulis drama tinggal memberi dan menguatkan nuansa dramatisnya.
Ada pula, penulis naskah yang menerjemahkan naskah drama dari negara lain. Naskah drama
asing itu juga diadaptasikan kembali ke dalam naskah yang bernuansa keindonesiaan. Itu
semua kerja kreatif dan bisa dilakukan.

17

PERGELARAN DRAMA
Bermain peran, sandiwara, atau teater bukanlah hal yang asing bagi siscva di sekolah.
Dewasa ini dengan banyaknya teve swasta drama telah menjadi hal yang amat umum, tidak
seperti masa lalu. drama telah memasyarakat. Bahkan di samping melalui kegiatan kurikuler,
banyak sekolah menyelenggarakan pendidikan teater pada kegiatan ekstrakurikuler. Ada
kalanya

sekolah

tertentu

dikenal

karena

teaternya.

Banyak

fungsi

pedagogisyangdapatdikenakan pada kegiatandrama. Fungsi itu antara lain:


1. melatih anak berani dan tidak malu
2. melatih anak mandiri
3. Melatih anak mandiri
4. Melatih anak disiplin
5. Melatih anak menghargai semuanya
6. Melatih kepekaan estetika anak
Betapa berfaedahnya drama bagi pendidikan sosio-psikologis anak. Seorang pembina
teaterhendaknya memiliki bekal pengetahuan minimal yang cukup untuk menjalankan
tugasnya dengan baik. Apalagi pendidikan teater atau drama berhubungan dengan
perkembangan insani, dari alam kejiwaan yang belum matang sampai mencapai kedewasaan
bernalar.
Oleh karenanya, pembina drama harus peka terhadap kesenian dan memiliki rasa
apresiatif terhadap nilai-nilai artistik dan aspek-aspekseni yang mendukung seni drama.
Misalnya seni rupa, seni sastra, seni musik, dan sebagainya. Seorang pembina drama tentu
saja harus memiliki wawasan teater yang luas, mengenal hukum-hukum panggung, dan
sebagainya. Selanjutnya pembelajaran pada bagian ini akan akan membahas lebih jauh
subtopik "Hakikat Pergelaran Drama, Drama Radio,dan Drama Panggung".
1) Hakikat Pergelaran Drama
Pergelaran drama bukanlah sebuahacara kesenian yang asing bagi Anda, bahkan tidak
asing pula bagi para siswa di sekolah. Setiap kali ada acara Malam Kesenian selalu
ditampilkan pula pertunjukan drama. Bahkan acapkali terdapatpula lomba-lombadramadi
lingkungan terbatas,bersifatlokal, regional, mungkin pula nasional. Apa yang dimaksudkan
dengan pergelaran drama?

18

Drama menurut buku Websters Dictionary of 77ie American Lan~~age diartikan


sebagai hasil karya sastra dalam bentuk prosa atau puisi yang ditujukan untuk dipentaskan
atau dimainkan di atas panggung. Sedangkan Harymawan (1988:2) menvebutkan bahwa
drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada
pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapanpenonton. Kedua
pendapattersebuttampaksalingmelengkapi. Berdasarkan uraian di atas pergelaran drama itu
memiliki beberapa komponen yang harus dipenuhi.
a.Hasil karya sastra
Hasil karya sastra tersebut dapat berupa prosa maupun puisi, baik lisan maupun tulisan.
Dalam drama tradisional karya sastra yang hendak dipentaskan itu berbentuk lisan,
sedangkan dalam drama modern karya sastra yang akan dipergelarkan itu berbentuk tulisan.
Oleh karena itu, pergelaran drama modern selalu bermula dari adanya naskah drama. Karena
naskah drama tersebut merupakan karya sastra, maka unsur-unsur yang terdapat dalam
naskah drama tidaklah jauh berbeda dengan unst~r-unsur karya sastra prosa. Di dalamnya
terdapat alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan sebagainya. Perbedaan penulisan karya
sastra prosa dan karya sastra drama hanya terdapat dalam persoalan teknis semata.
Secara teknis naskah drama menurut Japi Tambajong selalu dibangun oleh dua
komponen penting yaitu wawancang dan kramagung (1981:21-22). Wawancang atau dialog
merupakan percakapan yang harus dihafal aktor. Ntenghafal wawancang sekaligus
menciptakan intonasi yang tepat. Untuk itu, di perlukan vokal yang baik bagaimana
men~ucapkan diksi dan artikulasi secara jelas. Dalam wawancang terkandung semua
perasaan: marah, jengkel fbimbang, riang, sedih, takut, bangga, dan sebagai Sedangkan
kramagung itu ibarat perintah yang menyuruh aktor berbuat halhal lahiriah. Bahasa
Inggrisnya stage direction atau business. Kramagung ini ji:~ga merupakan petunjuk bagi
penata panggung untuk merripersiapkan panggung sesuai dengan latar cerita.
Perhatikan penggalan naskah drama berikut ini.
LISAWATI DUDUK DI KURSI BELAKANG. IA ADALAH GADIS JELITA,
BERUSIA

SEKITAR

20

TAHUN,

MENGENAKAN

PAKAIAN

DANDANAN

NIUTAKHIR.TAS DANSATU EKS BUKU DIKTAT YANG DIBAWA,TERLETAK DI


KURSI KIRI. SEKARANG IA SEDANG MEMBACA KORAN SAMBIL SESEKALI
MENOLEH ARAH PINTU KE BELAKANG.
KEMUDIAN

SAPARI

MUNCUL

DARI

PINTU

BELAKANG

TERSENYUM. IA BERUSIA LEBIH KURANG 27 TAHUN.


Lisaw

Bagaimana si orok? Tak perlu bantuanku,bukan?


19

DENGAN

Sapari
O, tidak. Sudah beres. Tidur pulas ia sekarang. Jadinya lega
Lisaw
Tak kusangka engkau seterampil itu.
. :
aku.
Sapari
(MELANGKAH KE KURSI DEKAT MEJA) ucapan orang
. ati :
bijaksana memang selalu benar.
. .
(Tanpa pentbanh~, Drama Pendek A. Adjib Hamzah)
Bagian naskah di atas yang ditulis denga~l huruf kapital dan atau di dalam kurung
itulah yang dimalsud dengan kramagung, sedangkan yangberupa kutipan langsung
merupakan wawancang. Bahasa yang dipakai dalam naskah drama itu bervariasi. Kita
perhatikan contoh berikut ini.
Mak saleha Wak Salihun Mak Saleha Waksalihun
mau pergi ke langgar, Bang? Iye gitu deh Pok Leha.
Ape ude lohor ni Bang. Rasanya ye ampir juga.
(NYAI DASIMA karya S.Nl.Ardan)
Mira = Saya tidak senang. Gayanya terlampau dibuat-buat. Skenario pun buruk. Mana
ada anak Lurah naik k~da Australi, dengan tampang macam anak raja.
Rudi = Kau nggak bilang sama sutradaramu?
(N1IMI PELACURKU karya N. P.iantiarno)
Adik

: Aku takut, Yu

Yu

: Ada apa?

Adik

: Dikawinkan si mbok

Yu

: Sapa karo sapa?

Adik

: Aku karo juragan pabrik. Bojone wis telu.

(RUMAH TAK BERATAP, RUMAH TAK BERASAP karya Akhadiat)


Nyanyian = Beratus-ratus tahun sudah Kita tak pernah istirahat Betapa panjang ini
perjalanan Betapa panjang ba,yangan Tuhan Betapa menyilaukan cahaya Tuhan Kadang
membutakan
Kadang membutakan
(DALAM BAYANGANTUHAN karya Arifin C. Noer)
Kalau kita perhatikan keempat penggalan di atas memiliki perbedaan dalam memilih
ragam bahasa. NYAI DASINIA banyak menggunakan bahasa daerah Betawi. Penggunaan
bahasa daerah juga terdapat dalam RUMAH TAK BERATAP. Penggunaan bahasa daerah itu
dimaksudkan untuk mempertajam latar sosial dan subkultur tokoh-tokohnya. Hal itu tentu
saja berpengaruh terhadap penggarapan gerak, kostum, ucapan, dan sebagainya.
20

Sedangkan NIINtt PELACURKU memakai ragam bahasa Indonesia nonbaku. DALAM


BAYANGAN TUHAN memakai ragam sastra tinggi, penuh kontemplasi dan renungan. Hal
itu menpengaruhi suasana pentas yang diinginkan.
b. Aktor
Drama adalah karya sastra yang dipentaskan. Dalam naskah drama terdapat tokoh.
Apabila naskah tersebut dipentaskan sang tokoh harus diperankan oleh seseorang.
Seseorangitu disebutaktor.
Asrul Sani menyebutkan bahwa untuk menjadi bintang film tidak perlu pendidikan dan
kerja keras seperti yang dikehendaki dari seorang aktor. Seorang bintang adalah hasil
perpaduan nasib dan publisitet yang sebanyak-banyaknya dan sehebat-hebatnya (dalam
Boleslavski,1960:8).
Diskusikan dengan teman-teman Anda perbedaan aktor dan bintang film. Menurut
Rendra(1993:7-8) seorang aktor yang baik akan mampu menjelmakan peran yang hidup
sekali. Ia bisa menjelma seorang dokter dengan cara yang meyakinkan. la juga bisa menjelma
menjadi raja dari negeri dongeng atau menjadi pemimpin gerombolan perampok atau menjadi
seorang ulama besar yang terpandang, dengan cara yang sungguh-sungguh meyakinkan.
Tentu saja untuk dapat mencapai mutu permainan semacam itu tidak cukup bila ia sekadar
berpura-pura saja. Ia harus benar-benar bisa menghayati peran itu. Oleh karena itu, seorang
aktor harus menelaah lebih dulu tokoh yang hendak ia perankan agar sempurna
penghayatannya.
Diskusikan dengan teman-teman Anda telaah apa saja yang harus dilakukan oleh
seorang aktor bila harus memerankan tokoh Pangeran Diponegoro agar ia mampu
menghayati tokoh tersebut.
Misalnya saja andaikan aktor tersebut harus memerankan tokoh seorang gila maka ada
baiknya ia pergi ke Rumah Sakit Jiwa, melakukan pengamatan di sana. Ia harus mengamati
secara dekat bagaimana perilaku orang gila pada umumnya. Semakin teliti pengamatannya,
akan semakin hidup penggambarannya nanti di atas pentas. Seorang aktor yang baik
merupakan seorang pengamat kehidupan yang baik pula.
Di samping itu menurut Adjib Hamzah (1985) aktor mempunyai posisi unik
dibandingkan dengan pekerja teater yang lain (penata panggung, penata lampu, penata musik,
dan sebagainya). Alat ekspresi seorang aktor tak dapat dicopot dan dipindah seperti properti
misalnya, sebab alat ekspresinya adalah tubuh dan suaranya sendiri. Oleh karena itu, Asrul
Sani (dalam Stanislavski,1980:7) menulis seorang aktor harus melatih tubuhnya dan suaranya
untuk dapat menjadi instrumen seni peran yang baik.
21

c. Sutradara
Ada beberapa pertanyaan mendasar sehubungan dengan pergelaran drama. Siapakah
yang memilih naskah yang akan dipentaskan? Bagaimana cara memindahkan naskah yang
berupa karya sastra kebentuk dialog dan akting? Siapa yang merancang pemindahan itu?
Siapa yang akan melatih para aktor supaya penghayatannya benar-benar tepat? Siapa yang
bertanggung jawab secara menyeluruh pergelaran itu? Jawabannya ialah sang sutradara.
Dengan demikian kedudukan sutradara amatlah penting.
Untuk pergelaran drama di sekolah siapakah sutradara yang cocok?Guru atau siswa?
Diskusikan dengan teman kelompok Anda persoalan tersebut. Menurut Japi Tambajong
secara teknis sutradara bertanggung jawab terhadap beberapa hal, karena ia amat menentukan
keberhasilan pergelaran drama itu.
1. Memilih naskah Pemilihan naskah hendaknya didasarkan pada segi falsafi naskah yakni
naskah tersebut mengandung perenungan dan pemikiran; segi artistik naskah yakni
naskah tersebut memiliki nilai-nilai seni yang dalam dan luhur; segi etis yakni naskah
tersebut secara moral bermanfaat bagi umat manusia; segi komersial yakni naskah itu
harus mampu memancing perhatian orang untuk menontonnya.
2. Menentukan penafsiran naskah; Secara keseluruhan penafsiran naskah dalam sebuah
pergelaran memakai penafsiran sutradara. la yang bertanggung jawab terhadap penafsiran
itu. Diskusikan dengan teman-teman Anda apa yang terjadi bila setiap aktor boleh
menafsirkan naskah sesuai dengan kemauannya sendiri-sendiri. Oleh sutradara naskah
drama tersebut harus ditafsirkan dari sisi tema dan amanat

oleh si penulis naskah,

konflik-konflik yang muncul dan berkembang, gaya ekspresi, dan sebagainya. Di


samping itu sutradara harus menafsirkan karakter tokoh dari sudut psikologis,sosiologis,
danhistoris, serta fisiknya.
3. Memilih aktor; Setelah naskah ditafsirkan, kemudian sutradara memilih aktor. Pemilihan
tersebut didasarkan kesesuaian tokoh dan aktor, kemampuan aktor, serta keadaan fisik
sang aktor. Untuk pergelaran komersial acap kali juga harus diperhatikan nama aktor.
Aktor yang terkenal tentu akan lebih besar peluangnya untuk menarik perhatian penonton.
Dalam kasus tertentu aktor mampu jadi pusat segala potensi yang ada.
4. Bekerja dengan staf; Sutradara juga harus menentukan siapa-siapa yang akan
membantunya sebagai penata panggung, penata lampu, penata musik, penata busana,
penata rias, dan sebagainya. Staf tersebut harus memiliki wawasan seni yang luas agar
dapat berjalan sendiri tanpa terlempar atau terikat pada konsep sutradara sendiri. Seorang
pekerja teater harus aktif yaitu mempunyai etos kerja yang tinggi; kreatif yaitu memiliki
22

inisiatif, tanpa harus menunggu dan bergantung kepada sutradara; kritis yakni peka
terhadap persoalan estetika yang muncul.
5. Melatih pemain; Sutradara menentukan hari-hari latihan setelah berembuk dengan
pemain kapan harus berlatih dan berapa hari dalam seminggu. Ia membuat buku daftar
hadir, menyiapkan segala fasilitas supaya jalannya latihan tidak awut-awutan. Setiap
selesai berlatih, ia menyediakan waktu untuk berdiskusi, membuka kemungkinan agar
terjadi kritik, baik antara sesama pemain maupun terhadap sutradara sendiri.
2. Drama Radio Dan Drama Panggung
Berdrama sebenarnya juga berlatih berkomunikasi. Diskusikan bersama teman-teman
Anda mengapa berdrama juga berarti berlatih berkomunikasi. Drama radio merupakan drama
yang dipergelarkan dengan memakai radio sebagai mediatornya, bukan panggung. Karena
itulah drama radio agak berbeda dengan drama panggung. Radio merupakan media audio,
jadi hanya untuk didengar. Dengan demikian keberhasilan drama radio sangat ditentukan oleh
kemampuan drama radio tersebut membangun imajinasi pendengar tentang gerak-gerik
tokoh, tentang latar cerita, tentang suasana cerita, tentang konflik, dan sebagainya melaluj
suara.
a. Fungsi Musik dalam Drama Radio
Jika dalam drama panggung lakon dibuka dan ditutup dengan pemanfaatan layar atau
lampu, dalam drama radio peran layar atau lampau diganti dengan musik. Ntusik sebagai
penanda bahwa drama itu dimulai atau selesai tentu saja harus dirancangsecermat-cermatnya.
Demikian pula pada saat pergantian adegan dan pergantian babak, musik amat besar
fungsinya. Musik juga berfungsi sebagai penanda atau penonjolan ciri-ciri tempat. Misalnya
jika cerita terjadi dengan latar Solo atau Yogya bisa saja kita menggunakan gamelan gaya
jawa Tengah, bila terjadi di Bandung kita gunakan gamelan Sunda. Bila peristiwa terjadi di
Denpasar kita pakai gamelan Bali, bila terjadi di Arab kita pakai irama padang pasir.
Musik berfungsi pula sebagai pembangun suasana hati atau emosi. Dalam adegan sedih
hendaknya kita tampilkan musik yang lembut,dalam suasana riang kita tampilkan musik yang
bernada gembira.
b. Fungsi Sound-Effect dalam Drama Radio
Sound-effcct merupakan sarana estetik yang berupa suara-suara tertentu untuk
membangun suasana dalam drama radio. Efek suara itu bisa berupa kicau burung pagi hari,
suara kuda berlari. Suara derit pintu, suara mobil, suara hujan, dan sebagainya.
berguna untuk membangun imaji tertentu dalam benak pendengar.
23

tersebut

Perbedaan babak satu dengan yang lain ditunjukkan dengan pemakaian sound effect.
Misalnya adegan disebuah stasiun kereta api kita tunjukkan dengan suara hiruk pikuk orang
di stasiun tersebut yang ditingkahi suara jerit loko dan gerakan roda kereta. Adegan di tepi
pantai ditunjukkan dengan suara ombak dan gelombang.
Pendek kata menurut Adjib Hamzah semakin pandai kita menemukan ciri suasana, ciri
suatu lokasi, kita akan semakin berhasil membentuk "panggung khayal" dalam benak para
pendengar. Semakin jeli kita memilih efek suara semakin hidup drama radio itu dalam daya
bayang pendengar.
c. Dialog dalam Drama Radio
Dialog dalam radio amatlah dominan. Perlukah seorang a ktor drama radio hafal
dialog? Bermain drama radio tidak dituntut hafal dialog. Tetapi-hal itu bukan berarti aktor
drama tidak hafal sama sekali naskah yang hendak dibawakannya. Karena bila aktor tersebut
benar-benar tidak hafal, penghayatannya akan kurang. Seorang aktor drama radio harus tahu
benar apa yang hendak diucapkannya. ltu diperlukan agar ia mampu menjiwai tokoh yang ia
perankan melalui pengucapan dialog.
Menurut Adjib Hamzah kelemahan dialog dalam drama panggung masih dapat ditutup
dengan mimik dan akting yang berhasil. Tidak demikian dalam drama radio. Karena
pemilihan pemain lebih ditekankan pada perbedaan karakter dan volume suara yang amat
kontras. Karakter suara yang hampir sama, diksi yang mirip-mirip, logat atau dialek yang
mirip-mirip, akan mengacaukan imaji pendengar. Hal itu harus dihindari.
Jarak mulut pemain dengan mikrofon harus pula diperhatikan. Jarak ideal harus dicari,
kemudian ditetapkan. Pencarian jarak ideal itu tentu saja melalui coba-coba dulu. Setelah
ditemukan jarak ideal kemudian dijadikan patokan yang baku tiap kali merekam suara.
Masing-masing mikrofon mungkin memiliki kepekaan yang berbeda, sehingga perlakuan
terhadap masing-masing mikrofon tidaklah sama. Mengatur jarak ideal masing-masing
mikrofon dapat dilakukan dengan menggeser tempat berdiri. Andaikan kita harus berteriak
hendaknya kita mundur selangkah atau menoleh ke samping agar suara yang dihasilkan tidak
pecah.
d. Movement dalam Drama Radio
Movement adalah gerakan atau perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Movement
terjadi bila seorang pemain ingin mengungkapkan perasaan dalam hubungannya dengan suatu
alasan hingga melahirkan suasana baru. Bagaimana dengan movement dalam drama radio?
Movement pun diproyeksikan lewat suara. Orang berjalan diwujudkan dengan
memperdengarkan tapak langkahnya saja. Demikian pula bila orang tersebut naik kuda, maka
24

tapak kaki kuda kita perdengarkan. Orang duduk dengan memperdengarkan kursi digeser.
Orang minum ditampilkan dengan suara meneguk minuman atau menyentuhkan.gelas pada
lepek.
Orang berjalan menjauh atau mendekat diwujudkan dengan suara langkah kaki yang
makin menjauh atau makin mendekat. Orang yang akan pergi dengan mengendarai mobil
akan diperdengarkan lewat suara tapak sepatu menuju pintu mobil, suara pintu mobil yang
dibuka, suara pintu mobil vang ditutup, suara mesin mobil yang sedang dihidupkan, dan suara
deru mobil yang makin lama makin jauh, kemudian tak terdengar.
e. Penghayatan Aktor Drama Radio
Agar sang aktor bisa bermain dengan baik, tentu pertama-tama harus menguasai isi
naskah drama itu. Para aktor harus cermat menemukan makna apa yang terkandung dalam
tiap kalimat. Perwatakan tokoh yang diperankannya hendaknya ditemukan dengan cara
mencoba-coba lewat tampilan lagu bicara atau intonasi. Di dalam memproyeksikan jangan
memakai ukuran suara drama panggung. Dalam drama radio dituntut suara yang wajar
dengan artikulasi jelas, namun kaya akan penampilan warna. Suku kata terakhir harus jelas
terdengar. Dalam hal itu banyak aktor yang gagal atau sekadar tersandung.
Hindari dialog yang mor.oton karena akan membosankan. Jika berulang kali masih
terasa monoton, cobalah dengan membacannya keras-keras dengan berbagai variasi diksi.
Setelah ditemukan ucapan yang benar mulailah berucap secara wajar sesuai dengan konteks
dan kebutuhan. Di samping itu jangan terlalu banyak jeda seperti drama panggung. Dalam
drama panggung jeda akan diisi oleh akting atau perubahan bloking. Dalam drama radio jeda
yang terlalu lama membuat suasana menjadi terpenggal dan irama keseluruhan pertunjukan
menjadi pelan, lalu membosankan.
f. Naskah Drama Radio
Dalam banyak hal naskah drama radio tidak jauh berbeda dengan naskah drama
panggung. Perbedaannya terletak pada pemanfaatan unsur suara yang merupakan media
pokok. Dalam naskah drama radio petunjuk mengenai sound-effect dan jenis musik yang
diperlukan harus dituliskan secara jelas. Bahkan keterangan kapan musik itu "masuk'', kapan
musik itu "mati", bagaimana cara musik itu "dihilangkan" dan sebagainya harus jelas tertutis
dalam naskah itu. Pada saat membuat naskah drama radio kita harus pula memperhatikan
nama-nama tokoh. Jangan mempergunakan nama-nama yang mirip. Nama
Ahmad dengan Somad, Harno dengan Parno, Tiwi dengan Dewi akan terdengar sama.
Akibatnya akan mengganggu imaji pendengar. Lain halnya bila nama itu adalah Ahmad,
Burhan, Indra, Tesa, dan sebagainya. Semua nama harus cukup jelas terdengar bedanya. Jika
25

perlu nama-nama itu diulang-ulang disebut dalam dialog, asal tidak menjemukan. Aktor
drama radio perlu mengetahui dan menguasai penggunaan istilah yang dipakai dalam drama
radio. Berikut ini beberapa istilah yang sering dipergunakan.
Background

= latar be(akang. Ntisalnya musik keras sebagai background


perkelahian Herman dengan Yudi.

Cut

= cepat hilang, lenyap seketika.

Dissolve in

= suara atau musik perlahan dicampur dengan suara atau musik baru,
dan yang baru itu akhirnya yang terdengar.

Echo

= suara menggema

Fade in

= musik yang makin lama makin jelas

Fade out

= musik yang makin lama makin tak terdengar

Filter

= suara yang terdengar seperti dalam pesawat telepon

Out

= cepat berhenti

Tune

= pembukaan

Berikut ini mohon Anda perhatikan penggalan naskah drama radio.


Drama radio PENIBURUAN oleh: A. Adjib Hamzah
Fadein BABAK I
1. MUSIK

: Tune

2. SUARA

: Dissolve in. Kicau burung dari jauh, gelas diletakkan di lepek.


Dissolveout.

3. Kasmidi

: Semua sudah kausiapkan?

4. Ratna

: Sudah. O, ya, surat-surat yang Mas perlu kan? Kemarin sudah mas

siapkan belum?
5. Kasmidi

: Cobalah periksa di tasku?

Begitulah sepintas mengenai drama radio. Lalu. bagaimana dengan drama panggung?
Drama panggung adalah drama yang dipentaskan di atas panggung. Drama jenis ini sangat
dikenal siswa di sekolah karena hampir pada setiap kegiatan Malam Kesenian drama
panggung selalu muncul.

Apa saja yang mesti dipersiapkan dalam pementasan drama

panggung oleh sutradara?


3. Naskah Drama
Terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan naskah dan lakon. Naskah adalah
bentuk atau rencana tertulis dari cerita drama. Sedangkan lakon adalah hasil perwujudan dari
naskah yang dimainkan. Naskah cerita drama karya William Shakespeare yang berjudul "
26

Hamlet" misalnya akan selalu tetap. Tetapi lakon, yakni naskah ~~ang dipertunjukkan akan
berubah atas dasar konsep sutradara.
Lakon cerita drama "Hamlet" hanya terwujud pada saat terbuka hingga ditutupnya tirai
pertunjukkannya. Sebetum dan sesudah saat memainkannya tidak ada lakon "Hamlet" yang
ada adalah naskah "Hamlet".-Lakon "Hamlet" yang berkali-kali dimainkan selalu berubahubah kondisi kualitas artistiknya, bergantung pada siapa dan dimana memainkannya.
Sedangkan naskah "Hamlet" tetap kualitas artistiknya.
Cerita drama digubah dengan tiga bahan pokok, yaitu: tema, tokoh dan alur. Tema ialah
rumusan intis~ri cerita sebagai landasan idiel dalam menentukan arah tujuan ceritera. Tema
merupakan landasan pola bangunan lakon. Tidak ada cerita drama yang baik tanpa tema.
Misalnya saja Macbeth (William Shakespeare) temanya nafsu angkara murka bisa
membinasakan diri sendiri. Ari (Usmar Ismail) bertemakan ambisi angkara murka akan
membinasakan diri sendiri.
Sutradara harus mampu menangkap temasebuah naskahdrama. ~emahaman yang benar
mengenai tema akan mengarahkan sutradara untuk memilih bentuk dan gaya lakon yang akan
ditampilkan.

Sedangkan tokoh merupakan bahan yang paling aktif. Tokoh merupakan

motorpenggerakalur.Tokohmerupakan pribadi yanghidup, bukan pribadi yang mati. karena


tokoh itu berpribadi, dia memiliki tiga dimensi sifat yaitu dimensi fisiologis, dimensi
sosiologis, dan dimensi psikologis.
Dimensi fisiologis meliputi; (1) usia (tingkat kedewasaan), (2) jenis kelamin, (3)
keadaan tubuhnya, (4) ciri-ciri muka, dan sebagainya.

Dimensi sosiologis meliputi: (1)

status sosial, (2) pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, (3) pendidikan, (4)
kehidupan pribadi, (5) pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, (6) aktivitas sosial,
organisasi, hobi, bangsa, suku, keturunan.

Dimensi psikologis meliputi: (1) mentalitas,

ukuran moral/ membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, (2) temperamen, keinginan
dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, (3) I.Q. (Intelligence Quotient), tingkat kecerdasan,
kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu.
Jika salah satu dari ketiga dimensi tersebut terabaikan, maka tokoh tersebut akan hadir
sebagai tokoh yang timpang, cenderung menjadi tokoh yang mati. Bagi seorang sutradara
analisis tokoh itu penting sekali. Dengan memahami keadaan tokoh sang sutradara akan bisa
memilih aktor yang sesuai, melatih aktor sesuai dengan tuntutan karakter tokoh, dan
sebagainya.

Bagaimanakah tokoh Hendrapati dalam drama Api karya Usmar Ismail?

Berdasarkan data pada naskah tersebut mungkin saja kita bisa menemukan dimensi-dimensi
sebagai berikut.
27

Hendrapati itu merupakan sosok yang berusia 48 tahun dan bertubuh tinggi kurus. Ia
seorang apoteker yang tidak lulus dalam pendidikan tingginya di Rotterdam. Walaupun bukan
keturunan bangsawan ia termasuk orang kaya. Hanya sayang kehidupan pribadinya dan
kehidupan keluarganya penuh pertentangan. Dia memiliki dua orang anak yang sudah dewasa
dan seorang istri. Kepandaian dan kecakapannya tanggung sekali. Akibatnya ia selalu rendah
diri, walaupun kemauannya keras sekali. Ia ingin termasyhur dan terhormat. Dengan
beberapa kelemahan yang dimiliki jadilah ia orang yang mau menang sendiri, tak kenal
kasihan, dan materialistis. Watak dan standar moralnya amat rendah.
Kemudian apa yang dimaksud dengan alur? Alur merupakan kerangka kejadian tempat
para tokoh berbuat. Alur merupakan keseluruhan peristiwa di dalam naskah yang saling
berhubungan secara kausalitas. Dengan pertimbangan-pertimbangan yang masak, serentetan
peristiwa itu ditampilkan di atas panggung. Peristiwa-peristiwanya memang menarik,
menggerakkan perbuatan menuju klimaks setelah melalui pelbagai krisis untuk akhirnya
mencapai kesimpulan.
Alur merupakan rangkaian konflik. Konflik itu muncul dari adanya tokoh-tokoh vang
saling memiliki kepentingan berbeda, kemauan berbeda, kehendak berbeda, pikiran berbeda,
dan sebagainya. Bagi seorang sutradara pemahaman mengenai alur ini amat penting. Lebih-lebih dalam menentukan konflik apa yang muncul, dan di adegan mana konflik itu berada.
Pemahaman yang benar terhadap konflik akan menentukan cara su tradara meletakkan fokus
adegan, mengatur bloking dan moving, dan sebagainya.
a. Aktor dan Akting
Tentang aktor telah dibahas pada kegiatan belajar terdahulu. Pada bagian ini akan
dibahas bagaimana seorang aktor bermain dalam drama panggung. Aktor tak dapat
dilepaskan dari persoalan akting karena tugas aktor memang memerankan seorang tokoh.
Ommanney merumuskan akting dengan keselarasan yang sempurna antara suara dan tubuh
untuk menciptakan satu tokoh. Tujuan akting adalah menampilkan orang sebagaimana
adanya.

Di tempat lain Usmar Ismail mengatakan bahwa seni berperan adalah seni

menafsirkan bukan seni mencipta. Seorang pemain menafsirkan secara kreatif kehidupan
dalam segala bagian dan seginya dengan-mempergunalcan peralatan tubuhnva, peralatan
pikirannnva, dan peralatan perasaannya.
Menurut Adjib Hamzah akting adalah peragaan, penampilan satu peran yang
menyebabkan penonton dapat tersangkut pada ~jusi yang dibangun oletl aktor. Apabila aktor
berhasil memerankan seorang tokoh, reaksi emotif penonton akan diproyeksikan kepada sang
tokoh bukan si aktor. Dengan demikian akting dapat dikatakan sebagai penciptaan ilusi sang
28

tokoh oleh aktor. Sarana untuk menghasilkan akting adalah movement, gesture, business,
ritmik, suara, sebagainya. Movement adalah gerakan atau perpindahan aktor dari satu
tempat ke tempat lain saat bermain. Movement tentu saja harus didasarkan pada motif atau
alasan tertentu. Jangan melakukan gerakan tanpa tujuan.
Sedangkan gesture tidak jauh berbeda dengan busmess. Kedua-duanya merupakan
gerak-gerak kecil yang dilakukan aktor. Misalnya saja gerakan tangan waktu menjelaskan
suatu hal, gerakan kepala saat menunjukkan rasa heran, dan sebagainya. Hanya saja dalam
business gerakan tersebut dibantu dengan hands properhf (peralatan tangan) seperti rokok,
tas, gelas, dan sebagainya.
Mimik atau ekspresi wajah juga harus diperhatikan oleh seorang aktor. Mata merupakan
pusat ekspresi. Rasa marah, cinta, benci, cemburu, culas, dan sebagainya akan terpancar
lewat mata. Meskipun bermacam gerakan telah benar, suara telah bagus, tetapi ekspresi
matanya kosong saja, dialog yang diucapkan tidak akan mampu meyakinkan penonton.
Dalam kegiatan berperan kita mengenal istilah over-acting yaitu akting yang berlebihan.
Akting yang berlebihan ini tentu saja membuat gerakan aktor menjadi tidak wajar, buruk.
Suara dan ucapan pun merupakan sarana penting dalam berperan karena dalam drama selalu
ada dialog. Artikulasi bunyi yang diucapkan oleh seorang aktor harus jelas dan indah. Iru
berarti seorang aktor dituntut memiliki suara yang bermutu. Latihan membangun suara yang
bagus harus selalu dilakukan oleh aktor. Lebih-lebih dalam drama ucapan memiliki beberapa
Eungsi. Menurut Adjib Hamzah fungsi ucapan itu adalah: (1) menyalurkan kata dari drama
kepada penonton; (2) memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara; (3)
memuat informasi tentang sifat dan perasaan tokoh; (4) mengendalikan perasaan penonton
seperti dilakukan oleh musik; (5) melengkapi variasi.
b. Tata panggung
Panggung merupakan kanvas besar bagi sutradara. Pada saat ia menyu tradarai pada
hakikatnya ia sedang melukis. Bagi aktor, selain tubuh dan suaranya sebagai alat ekspresi,
maka panggung menjadi wadah untuk berekspresi. Wilayah bermain dibagi menjadi enam
petak. Tiap petak mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Petak itu dapat digambarkan sebagai
berikut:

29

Kiri

Atas

Tengah

Atas

Kanan

Atas

Kiri

Bawah

Tengah

Bawah

Kanan

Bawah

Adapun kualitas dan watak petak itu adalah:


Kanan Atas

= Adegan-adegan kecil yang tidak penting, baik dilakukan di sini.


Watak wilayah ini bersifat lembut,lemah, dan jauh.

Tengah Atas

= Meski jauh dan dingin tapi tetap kuat. Daerah ini baik
memulai

suatu

adegan

penting

yang

bakal

untuk

bergerak

ke arah bawah. Untuk memulai suatu yang baru.


Kiri Atas

= Lembut, jauh, lemah. Untuk a degan-adegan tidak penting. Sama


seperti Kanan Atas, tapi lemah. Daerah ini amat efektif untuk adegan
horor, hantu, sebab daerah ini mengungkapkan kualitas dunia
abstrak.

Kanan Bawah = Akrab,hangat,


percintaan

kuat.

Tepat

maupun

sekali

untuk

perikemanusiaan,

cinta

adegan-adegan
kasih.

Karena

konotasinya dengan hati dan iklim rumah tangga, setting


pada

banyak

repertoire

barat

menempatkan

perapian

di

daerah ini.
Tengah Bawah = Daerah ini paling kuat, penuh tekanan, agung. Bidang ini
biasa

dipergunakan

pada

saat

kekuatan-kekuatan

cerita

saling berhadapan.
Kiri Bawah

= Petak ini sebenarnya juga berkualitas seperti Kanan Bawah,


akan

tetapi

lebih

lemah

dibandingkan

dengan

Kanan

Bawah. Amat baik untuk tindak lanjut dari adeganadegan


yang

sudah

petak

ini

dimulai
adalah

dengan

untuk

cemburu, dan sebagainya.

30

Kanan

adegan

Bawah.

penuh

Namun

rahasia,

ciri

skandal,

Dalam menyusun properti di atas panggung kita harus memahami prinsip-prinsip


komposisi pentas. Prinsip tersebut tidak jauh berbeda dengan prinsip komposisi pada seni
lukis. Komposisi pentas menurut Harymawan adalah penyusunanyang fungsional dan artistik
atas bahan-bahan perlengkapan pada pentas. Aktor adalah bahan yang bergerak, dekorasi
serta peralatan panggung yang lain merupakan bahan bahan statis yang tidak bergerak.
Komposisi pentas hendaklah direncanakan, dan dicoba dengan memperhatikan aktor dan
properti itu; bahan bergerak dan bahan tidak bergerak.
Yang harus diperhatikan pada saat merencanakan komposisi pentas adalah: (1)
komposisi harus tampak wajar, (2) komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah, (3)
komposisi

hendaklah

menggambarkan

suatu

emosi,

menggambarkan hubungan tokoh satu dengan yang lain.

31

(4)

komposisi

hendaklah

c. Tata Lampu,Tata Suara dan Tata Musik


Lampu dalam drama panggung memiliki dua fungsi yaitu sebagai penerangan dan
sebagai pencahayaan. Sebagai penerangan lampu berfungsi semata-mata menghapus suasana
gelap sehingga seluruh benda di atas panggung terlihat jelas, yang penting maupun yang tak
penting. Sebagai pencahayaan lampu berfungsi menimbulkan sugesti emosi tertentu sesuai
dengan tuntutan dramatik lakon. Karena itulah lampu harus sungguh-sungguh disiapkan pada
setiap pemanggungan lakon. Diskusikan dengan teman-teman Anda untuk adegan romantis,
pembunuhan, pertengkaran, dan percakapan biasa warna lampu apa yang diperlukan.
d. Tata Rias danTata Busana
Tata rias merupakan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan
wajah peranan. Tata rias berfungsi memberikan bantuan dengan jalan menampilkan dandanan
atau perubahan-perubahan pada para pemain hingga terbentuk dunia panggung dengan
suasana yang tepat dan wajar. Tata rias memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan. Fungsi
pokok misalnya bila mengubah seorang aktor muda menjadi tokoh yang amat tua. Sedangkan
fungsi tambahan tidak mengubah apa-apa. Misalnya saja bila seorang aktor muda memainkan
karakter muda, tata riasnya hanya berfungsi tambahan yaitu semata-mata untuk menampilkan
keindahan atau kecantikannya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan tata busana? Tata busana adalah segala sandangan dan
perlengkapannya yang dikenakan aktor di atas pentas.

Busana pentas yang tepat akan

membantu penonton mendapatkan suatu ciri atas pribadi tokoh. Di samping itu, busana
pentas dapat membantu memperlihatkan adanya hubungan tokoh satu dengan tokoh yang
lain. Tata busana berfungsi membantu menghidupkan perwatakan tokoh. Artinya, sebelum
dia berdialog, busana sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, bagaimana hubungannya
dengan tokoh lain, umurnya, kepribadiannya, dan sebagainya.
Selain itu tata busana berfungsi memberikan fasilitas dan membantu gerak pelaku. tata
busana harus mampu menambah efek visual gerak, menambah keindahan dan menyenangkan
setiap posisi yang diambil aktor setiap saat. Anda tentu saja pernah menonton wayang orang,
bukan? Diskusikan dengan kelompok Anda apa fungsi tata rias dan tata busana dalam
pagelaran wayang orang?

32

BAB VI
PEMBELAJARAN APRESlASI DRAMA
Setiap saat manusia adalah pelaku atau tokoh yang memerankan sikap dan perilaku tertentu.
Keterampilan berperan dan memerankan tokoh tertentu dalarn kehidupan, akan sangat menentukan
keberhasilan seseorang di tengah-tengah masyarakat. Siswa adalah individu yang nantinya akan
mengambil bagian dalam memainkan perannya di ,masyarakat. Oleh karena itu,. siswa perlu
mendapatkan pengalaman dalatn bermain peran dan memerankan tokoh-tokoh tertentu. Kesempatan
bermain peran dan memahami peran yang dimainkan dalam drama misalnya, akan dapat adalah
cermin konflik-konflik membentuk jati dici siswa. Mengingat, pada hakikatnya drama kehidupan.
Sumber utama dalam drama adalah permasalahan dan kehidupan manusia.

A. Nilai-nilai Pendidikan dalam Drama


Manusia adalah makhluk yang sanggup mengenal dan berbuat susila. Manusia mempunyai sifat
dapat salah, tetapi dapat diperbaiki atau mendekati baik. Oleh karena itu manusia merupakan makhluk
yang dapat dididik (animal educadice) dan yang harus mendapat pendidikan (animal educandum)
(Brahim, 1968:129). Sebagai makhluk susila, rnanusia sanggup mengenal kaidah-kaidah susila dan
mengambil keputusan susila serta bertindak melaksanakan keputusan itu.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa kesanggupan untuk berbuat susila dan mengambil
keputusan susila tidak serta merta secara langsung dimiliki oleh manusia. Untuk dapat melakukan
perbuatan di atas sejak dini seorang anak harus sudah dikenalkan dengan norma-norma susila. Salah
satu cara pengenalan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan.
Pemahaman nilai-nilai serta unsur-unsur budi pekerti dapat dilakukan melalui pendidikan
agama. Di samping melalui pendidikan agama, perlu diperhatikan juga pendidikan kesenian dalam
upaya penanaman nilai-nilai dan norma tersebut. Kegiatan kesenian merupakan salah satu upaya
mempersiapkan siswa agar tidak merasa canggung terlibat dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehubungan dengan pentingnya pendidikan dalarr penanaman nilai-nilai dan pembentukan tingkah
laku, (1993: 49) n-.engemukakan suatu fenomena yang pendidikan di jenjang T'aman Kanak-Kanak.
TK bukanlah sekolah kesenian, bukanlah pula suatu akademi yang diharapkan menghasilkan
seniman kreatif, namun tampaknya kegiatan yang sangat menonjol sehari-hari di sekolah adalah
wsaha g;~tw mendorong murid-muridnya agar mau, berani, dan mampu menyatakan diri dalam
berbagai bentuk kesenian. Di sini siswa didorong untuk mengekspresikan diri (Sapardi, 1993:49-50).
Termasuk dalam kalimat tersebut-salah satunya adalah pengajaran sastra, khususnya drama.
MeIalui pendidikan; pengenalan dan pemahaman terhadap drama, akari dapat memparkaya siswa
sebagai pribadi dalam keberadaannya di antara sesamanya, antara siswa satu dengan siswa yang lain.

33

Mengingat, bahwa kesenian dalam proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber
penulisan drama adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia_ Oleh karena itu
dapat dikatakan bal3wa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari kehidupan nyata. Dengan
memahami dan merrgapresiasi permasalahn yang disampaikan dalam drama, siswa dilatih untuk
memecahkan masalah, yang mungkin akan ditemui dalam kehidupan di masyarakat nanti.
Ditinjau dari segi perkembangan jiwa, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada
tahap yang disebut tahap realistik (Rahmanto, 1988:30). Dari segi usia., anak SMP berada pada usia
antara 12 - 15 tahun. Pada masa ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan
sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha mengetahui dan siap
mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalal? masalah daiam kehidupan nyata.
Sesuai dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti bagi pemupukan
sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa perlu dilatih untuk hidup secara
bersama dan bertanggung jawab terhadap kewajiban yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup
mandiri, belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang
bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial
(untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
pengajaran drama, yaitu:
1. melibatkan para pelajar pada persoalan hidup,
2. memberi kesempatan "biidung",
3. para pelajar dapat memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya ndiri,
4. dapat menghargai golongan lain,
5. rnempunyai peranan dalam pernbentukan pribadi sendiri,
6. merupakan latihan memperguoakan bahasa dengan teratur dan baik,
7. melatih anak berpikir cepat,
8. melatih pelajar-pelajar yang lain sebagai penonton,
9. murid-rnurid dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis itu,
10. menimbulkan diskusi yang hidup, dan
11. mendidik berani mengemukakan pendapat.
12. menghargai pendirian orang lain,

34

B. Pengajaran Drama sebagai Upaya Mengembangkan Kreativitas Siswa


Manusia sering disebut juga "homo sapiens", yaitu makhluk yang suka berpikir,
mempertirqbangkan, menilai dan mengevaluasi. Di samping itu manusia juga dikenal sebagai "homo
tudens", yaitu makhluk yang suka berimajinasi, bermain dan berkreasi (Darma, 1990). Dari sifat-sifat
itulah dimungkinkan
Dengan kreativitas, pemikiran manusia selalu menjadi dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman. Manusia selalu mencari kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan diri, Manusia kreatif
adalah manusia yang selalu mempertanyakan sesuatu, menyangsikan sesuatu, karena merasa yakin
bahwa dibalik apa yang diketahui ada sesuatu yang tidak diketahui. Naluri keingintahuan itulah yang
mendorong manusia mengembangkan potensi kreativitas diri. Semua itu juga terjadi pada diri siswa.
Oleh karena itu, potensi kreativitas yang dimiliki oleh siswa perlu mendapatkan perhatian dan
disalurkan dengan baik.
Menurut Munandar (1993:20), proses kreatif merupakan suatu fenomena intrapsikis, dan bagian
dari suatu sistem terbuka. Dalam arti bahwa, kreativitas bukanlah semata-mata p~mbawaan sejak lahir
yang melekat pada iiiri seseorang. Kreativitas dapat ditumbuhkan melalui penciptaan suasana,
masukan dari dunia luar dan sangat dibantu dan dimudahkan oleh iklim atau lingkungan yang tepat.
Proses kreatif adalah suatu proses yang mulai kelihatan sejak kecil, sejak kesdaran pertama.
Faktor lingkungan pun merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan kreativitas seorang
anak. Masa kecil adalah pesemaian bagi intuisi kreatif (Gerson Poyk dalam Eneste, 1984:71).
Pendidikan

sebagai

institusi

formal

merupakan

lingkungan

yang

kandusif

dalam

menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang detnikian, pelaksanaan
proses belajar mengajar sedapat mungkin dipusatkan psda aktivitas belajar siswa. Siswa secara
langsung mengalami keterlibatan intelektual dan emosional dalam proses belajar mengajar.
Salah satu kompcnen dalam pendidikan formal tersebut adalah pengajaran sastra (temasuk
drama). Pengajaran drama yang diberikan seuara problematis dan menekankan pada aktivitas
bersastra, akan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Bersastra artinya melakukan proses kreatif
menikmati dan dapat juga mencipta sastra secara aktif. Dengan demikian akan terjadi keterlibatan
mental spiritual siswa terhadap karya sastra. Di sinilah guru memegang peranan penting dalam
posisinya sebagai pengajar untuk menciptakan suasana yang kondusif agar dapat memberi
kesempatan siswa mengembangkan diri.
Drama sebagai karya sastra, merupakan pengungkapan dunia batin pengarang yang
merefleksikan kebebasan pribadi dalam berkreasi. Penghayatan terhadap kebebasan pribadi akan
mendcrong pembaca (siswa) untuk bersikap kreatif. Drama juga menampilkan tokoh dengan segala
problema, watak, kejadian dan konflik. Semua itu diatasi dengan cara kreatif oleh pengarang.

35

Seseorang yang terlibat dalam drama akan menghayati penemuan-penemuan baru, kemungkinankemungkinan baru sehingga berpengaruh terhadap jiwa kreativitasnya.
Melalui kegiatan ekspresi yang berupa pementasan drama, suasana yang kondusif benar-benar
tercipta untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pada saat melakukan kegiatan pementasan itulah
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan
bekerja sama untuk persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan
pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan
tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan
sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti.
Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata
panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya.
Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya,
siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar
menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
Idealnya agar siswa dapat mempunyai kesempatan lebih luas, sebaiknya pengajaran drama tidak
hanya melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, tetapi ditunjang dengan kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler akan memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan,
peningkatan nilai dan sikap siswa dalam menerapkan pengatahuan dan kemampuan yang telah
dipelajari. Apabila proses pengajaran drama dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan efektif, akan
memberi kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses berapresiasi dan berekspresi drama. Hal yang
perlu ditekankan adalah bagaimana agar sekolah tetap dapat menjadi tempat pesemaian potensipotensi kreatif siswa lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk
persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan
pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan
tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan
sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti.
Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata
panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya.
Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya,
siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar
menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.

C. Prosedur Pembelajaran Apresiasi Drama


36

Apakah beda antara drama dan novel? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sapardi
(1983:150) menyebut satu hal, yaitu drama dimaksudkan untuk dibawa ke pentas sedangkan
novel untuk dibaca. Istilah drama secara umum mengandung pengertian semua bentuk
pertunjukan yang bnersifat peniruan atau menirukan sesuatu (imitation of life action). Di
dalam kesusastraan, secara khusus drama merupakan bentuk cerita yang digubah dan
disusun untuk dimainkan atau dilakonkan. Seluruh cerita atau lakon drama disusun dalam
bentuk dialog atau percakapan antar pelaku.
Dari uraian di atas tampak bahwa drama mempunyai dua dimensi, yaitu
1
2

sebagai
seni sastra, dan sebagai seni pentas
sebagai
seni sastra drama adalah bacaan sedangkan
sebagai
seni pentas drama adalah suatu pertunjukkan atau tontonan.
Dengan memperhatikan kedudukan drama yang demikian itu, memberi penjelasan

bahwa drama bukan merupakan seni yang berdiri sendiri (individual). Dalam suatu
pementasan drama, tidak dapat dilaksanakan secara individual tetapi senantiasa bersama
dengan orang lain. Suasana itulah yang menyebabkan drama juga disebut sebagai seni
kolektif (collective art). Selain sebagai seni kolektif, drama juga merupakan seni campuran
(synthetic art). Disebut demikian oleh karena untuk kepentingan pementasan dalam drama
memerlukan keterlibatan unsur-unsur seni lain seperti tari (gerak), Seni musik (suara), seni
lukis (dekorasi/panggung), seni sastra (kata). Unsur-unsur tersebut terangkum menjadi satu
di dalam memberi ciri drama.
Unsur utama yaqg terdapat daiam drama adalah lakuan. Hal itu bertolak dari wawasan
klasik yang dinyatakan oleh Aristoteles yakni drama adalah tiruan dari kehidupan
(imitcrllon of life ent action) (Ichsan; 1990:214). Sebagai suatu realita, drama adalah cerita
mengenai koriflik dalam kehidupan manusia. Memahami drama pada akhirnya tidak
berbeda jauh dengan upaya memahami manusia, yuang melalui prosws atau tahapantahapan.

Selanjutnya secara rinci disajikan tahap-tahap pembelajaran apresiasi drama.

Tahapan tersebut, yaitu:


1. pelacakan pendahuluan,
2. penentuan sikap praktis,
3. introduksi,
4. penyajian,
5. diskusi,
6. dan pengukuhan (Rahmanto, 1988:43).

37

Pada tahap pendahuluan guru melakukan kegiatan pemahaman sederhana terhadap


naskah drarna yang dijadikan bahan pengajaran. Pada tahap ini guru berupaya memahami
tema, hal yang menarik, nilai-nilai yang ada, dan sebagainya. Guru dengan sejumlah bekal
yang dimiliki berusalra "mengenali" dulu naskah drarna yang akan dibahas bersama siswa.
Pada tahap penentuan sikap praktis, guru menentukan langkah-langkah praktis yang
akan ditempuh dalam proses pembelajaran. Mencatat hal-hal penting yang perlu mendapat
perhatian misalnya menyangkut tokoh-tokoh yang terlibat dalam drama, peralatan yang
dibutuhkan, cara atau metode apa yang akan digunakan untuk mengajarkan drama tersebut
dan sebagainya. Kernudian juga rnelakukan pengenalan dengan mencari sejumlah informasi
pendukung berkaitan dengan keberadaan naskah. Siapa pengarangnya, siapa penerbitnya,
jumlah halaman, kadar atau kandungan isinya.
Tahap introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada
penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat
pengalaman-pengalaman yang berkesan masing-masing siswa. Agar dapat teraran,
pengalaman-pengalaman siswa tersebut sedapat mungkin dihubungkan dengan tema atau
pokok permasalahan yang ada dalam drama yang akan dijadikan bahan pengajaran. Setelah
melakukan introduksi atau pengantar, guru dapat langsung masuk pada tahapan penyajian
materi. Berdasarkan strategi yang telah dipilih, proses pembelajaran dapat langsung
dilaksanakan. Pada tahap penyajian perlu dipertimbangkan waktu yang tersedia, berapa
pertemuan yang diperlukan untuk membahas drama tersebut.
Tahap selanjutnya adalah tahap diskusi. Pada tahap ini guru bersama-sama siswa
mendiskusikan permasalahan yang muncul selama proses belajar mengajar. Siswa diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapatnya. Guru dapat memberikan
sejumlah pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dengan siswa. Pada
prinsipnya, tahap diskusi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai upaya pengukuhan terhadap
perolehan belajar siswa. Hal-hal pokok yang mendapatkan perhatian, dibahas dan diulas
kembali oteh guru. Kegiatan pengukuhan perlu dilakukan untuk menguatkan perolehan
pengejahuan dalam diri siswa.
Contoh Pengajaran Drama
Sebagai bahan latihan,berikut ini disajikan contoh pengajaran drama sesuai dengan
tahapan-tahapn di atas. Drama yang dijadikan bahan pengajaran berjudul "Desir Cemara di
Tingkap", karya Ustaji PW. Naskah drama itu dimuat pada Antologi Naskah Drama, yang
diterbitkan oleh Balai Bahasa Yogyakarta.

38

1) Pelacakan Pendahuluan
Drama ini bercerita tentang kehidupan sekelompok orang yang tergabung dalam
rombongan sirkus atau akrobatik. Sebagai rombongan sirkus maka mereka harus selalu siap
untuk memberi hiburan kepada para penonton. Itulah masalah menarik yang ingin
ditampilkan oleh drama ini. Setiap saat mereka selalu tampil gembira dan bahagia di
hadapan penonton, namun sebenarnya dibalik panggun6, dibalik k.egernbiraan tersebut
banyak masalah yang harus dihadapi.
Hidup ini adalah sandiwara, Kita harus pandai memainkan peran kita masingmasing.
Menurut para penonton, setelah layar panggung dibuka, saat itulah sandiwara dimulai.
Anggapan itu salah. Bagi kelompok sirkus itu, setelah layar diturunkan dan penonton bubar,
dan para pemain sirkus sibuk dengan urusan hidup masing-masing, barulah sandiwara yang
sebenarnya dimulai.
Drama ini bercerita tentang persekongkolan antara Si Bos dengan Si Tua untuk
mencelakai Si Buruk dan adiknya, Natalia. Si Bos ingin menguasai harta warisan milik Si
Buruk dan Natalia. Pada malam itu Si Buruk dipilih untuk bermain akrobatik. tali dan Si
Bos sudah merencanakan untuk rnembuat jebakan-jebakan agar Si Buruk terbunuh. Namun
niat jahat itu tidak berhasil karena dibongkar oleh Si Manis.
Pelaku dalam drama ini berjumlah 10 orang. Peran-peran yang ada adalah
a. Si Tua,
b. Si Buruk,
c. Si Manis,
d. Si Centil,
e. Si Pincang,
f. Si Beo,
g. bak Yu,
h. Carfa,
i. Pedro,
j. Natalia.
Ditambah satu tokoh yaitu Si Bos, tetapi tokoh Si Bos hanya disebut-sebut dalam cerita dan
tidak pernah dimunculkan ditengah tokoh-tokoh yang lain.
2. Penentuan Sikap Praktis

39

Naskah drama yang herjudul "Desir Cemara di tingkap adalah naskah yang masuk
nominasi sepuluh besar pada lomba penulisan naskah yang diselenggarakan oleh Balai
Bahasa Yogyakarta. Dengan mempertimbangkan proses penjurian dan kriteria penilaian,
dapat dijadikan salah satu ukuran bahwa naskah drama ini dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran.
Setelah guru mengenal dengan sungguh-sungguh naskah drama ini, selanjutnya guru
menandai hal-hal yang dianggap menarik dari drama tersebut. Melakukan identiftkasi
terhadap tokoh-tokoh yang ada, seperti bagaimana watak dan sifat Si Tua, orang tua yang
scring menasehati tetapi terlibat dalam persengkokolan. Si Beo yang mempunyai.sifat egois,
selalu ingin menunjukan kekuatannya. Si Centil adalah orang suka mencampuri urusan
orang lain, mau tahu urusan orang lain. Guru, juga perlu rnenandai kata-kata atau dialog
yang mengandung nilai dan menjadi kekuatan drama. Dialog-dialog yang mengandung
pokok pikiran, perlu dipikirkan bagaimana cara pengucapannya, lagu kalimatnya,
pelafalannya dan sebaginya.
Pada tahap penentuan sikap praktis ini, guru sudah mulai memikirkan cara yang efektif
agar siswa dapat mengikuti pembelajaran drama dengan baik. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah menugaskan siswa untuk membaca naskah drama itu di rumah, bisa
seminggu sebelum pelajaran dimulai. Dengan demikian siswa sudah pernah tahu dan
mengenal wujud naskah yang dijadikan bahan pengajaran.
3. Introduksi
Tahap introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada
penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat
pengalman-pengalaman yang berkesan yang pernah dialami. Guru dapat mulai dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti, Siapakah yang pernah rnelihat pertunjukkan sirkus? Apakah
anak-anak pernah tahu kehidupan para pemain sirkus itu.
4. Penyajian
Setiap siswa sudah memhaca dan mempelajari naskah drama di rumah. Pada saat di
kelas, guru sebaiknya menunjuk beberapa siswa untuk rnenjadi peraga dan membaca di
depan. Naskah yang dibaca di depan kelas, dipilih pada bagian yang menarik baik dari
dialognya maupun dari isinya. tentunya siswa yang dipilih yang dapat membaca dengan
baik. Setelah dirasa cukup, dilanjutkan dengan pembacaan secara bersama-sama seluruh
siswa. Pada saat pembacaan ini, sambil dibayangkan kira-kira bagaimana kata, dialog atau
kalimat itu harus dibaca. Bagaimana suasana pembacaan yang tepat dengan isi dialog
tersebut. Apabila terjadi kesalahan dalam membaca, sebaiknya guru jangan langsung
40

mengberikan pembacaan untuk membenahi kesalahan. Sernentara waktu kesalahan itu


dibiarkan saja, dan siswa disuruh terus membaca dengan disertai beberapa contoh dari guru.
Kemudian guru memilih bagian atau penggalan dialog tertentu dalam drarna untuk
dicoba dimainkan atau diperagakan di kelas. Penyajian selanjutnya, guru menyuruh
beberapa siswa untuk tampil di kelas. Siswa-siswa tersebut disuruh me!akukan adeganadegan yang ada dalam drama. Karena siswa belum menghafal naskah, masih mungkin
pada latihan bermain peran ini siswa masih membaca naskah. Akan tetapi pembacaannya
sudah disertai dengan penjiwaan terhadap tokoh yang diperankan. Tentu saja peran guru
sebagai pembirnbing dan pengatur laku (sutradara) masih dibutuhkan.
5. Diskusi
Setelah diadakan proses pembacaan dan peragaan singkat, kemudian siswa diajak untuk
membicarakan unsur-unsur drama seperti tema, alur, tokoh, latar, pesan dan sebaginya.
Tentu saja proses pembicaraan terhadap unsur-unsur tersebut tetap dilandasi pengetahuan
tentang drama yang dimiliki oleh guru. Siswa langsung belajar tentang unsur-unsur drama
dengan melakukan identifikasi terhadap naskah drama tersebut.
Pada tahap diskusi ini guru menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk mempermudah
membangkitkan partisipasi siswa. Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat dijadikan
bahan diskusi.
1. Megapa tiba-tiba Si Pincang marah-marah?
2. Siapakah yang dipilih Si Bos untuk bermain akrobatik tali pada malam itu?
3. Apakah pekerjaan mereka sehari-hari?
4. Apakah rnaksud Si Beo dengan mengatakan bahwa hidup ini penuh dengan
permaianan?
5. Si Beo juga berkata bahwa hidup ini sandiwara. Apa maksudnya?
6. Mengapa kita tidak boleh membenci dan mendendam?
7. Siapakah yang bersekongkol untuk mencelakai Si Buruk?
8. Mengapa Carla ingin pulang kampung?
9. Bagaimanakah watak Si Centil?
10. Bagiamanakah akhir cerita drama ini?
11. Mungkinkah peristiwa yang dialami tokoh-tokoh dalam drarna itu terjadi dalam
kenyataan hidup sehari-hari?
12. Jika Anda mengalami masalah seperti yang dialami oleh tokoh Si Buruk, apa yang
akan Anda lakukan?
6. Pengukuhan
41

Dalarn proses belajar mengajar, upaya pengukuhan dilakukan agar sesuatu yang
telah diperoleh siswa dapat menjadi "miliknya". Dengan pengukuhan itu sejumlah informasi
dan pengetahuan dapat benar-benar dipahami oleh siswa. Pada akhirnya siswa dapat
dinyatakan telah menguasai materi yang diajarkan.
Pada tahap pengukuhan dalarn proses pembelajaran drama ini, yang dapat dilakuka.n
oleh guru antara lain dengan memberi penegasan kembali terhadap nilai-nilai, yang ada
dalam drama tersebut. Siswa diajak untuk merenungi dan meneliti masalah tersebut
dikaitkan dengan kehidupan mereka masing-masing. Apakah yang harus dilakukan dan
sikap yang bagaimana yang harus diambil bila menghadapi masalah seperti yang
ditampilkan dalam drama. Idealnya, siswa dapat mengidentifikasikan dirinya, dihubungkan
dengan tokoh-tokoh yang ada dalam drama. Hal yang berhubungan dengan pengetahuan
atau teori drama, juga perlu mendapat perhatian dalam tahap pengukuhan ini. Guru perlu
memberi penekanan dengan ,memberi penjelasan ulang secara singkat mengenai unsurunsur drama yang sudah dipelajari bersama.

D. Proses Pementasan Drama


1. Pengantar
Pada akhirnya puncak dari belajar drama adalah upaya pementasan. Hal itu sesuai
dengan hakikat drama yang merupakan seni pentas. Dalam arti bahwa proses belajar
mengajar tidak hanya berhenti pada pembelajaran yang bersifat reseptif atau pemaharnan
tetapi juga diupayakan ke arsh produktif-kreatif. Untuk kepentingan pembelajaran drama,
pementasan yang dilakukan tentu alam pengertian pemeritasan sederhana. Dalam persiapan
pementasan tidak arus seluruh kelengka;aan panggung disediakan. Sebagai latihan tahap
awal guru dapat rnengambil bagian atau babak dalam drama yang mungkin untuk
dipentaskan. agar setiap siswa dalam kelas dapat memperoleh kesempatan berproses, guru
dapat rnembentuk kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
pemain yang dibutuhkan. Yang penting, adalah guru harus bertindak sebagai sutradara yang
baik. ersama-sama siswa mempersiapkan pementasan sederhana. Sebaiknya tidak perlu
terlalu khawatir dengan keberadaan fasilitas. Pasalnya, tidak ada gedung atau aula yang
baik, maka guru dapat mencari alternatif tempat lain yang sekiranya memadai untuk
melakukan latihan.
b. Pemilihan Naskah

42

Naskah yang akan dijadikan bahan pementasan hendaknya yang dapat dan mungkin
untuk dimainkan (Actable). Naskah yang dipilih juga sedapat mungkin disesuaikan dengan
kebutuhan pendidikan serta sesuai dengan alam jiwa siswa (Brahim, 1968:158). Lebih
lanjut Brahim rnenjelaskan bahwa naskah yang dapat dimainkan terutama ditinjau dari segi
praktisnya. Tidak membutuhkan dekorasi yang sukar dan tidak berubah-ubah setingnya,
serta tidak membutuhkan perlengkapan yang tidak mungkin dibawa ke panggung. Hal yang
lebih penting naskah tersebut sesuai dengan kesanggupan pemain dan sutradara (dalam hal
ini guru). Dari segi bahasa, pilihan katanya, bentuk-bentuk dialog yang ada berupa kata-kata
yang hidup, lancar, dan cair.
Barangkali permasalahan klasik yang sering ditemui adalah permasalahan nanaskah.
Sulit mendapatkan naskah yang baik. Kalau naskah tidak ada, ya harus cari. Idealnya
seharusnya Anda sebagai guru sekaligus menjadi pemburu naskah. pabila. memungkinkan,
dalam upaya mendapatkan naskah dapat melibatkan swa. Dengan melibatkan siswa dalam
pencarian naskah, memberi kesempatan swa untuk melakukan apresiasi sederhana.
Pada prinsipnya untuk mengatasi kekurangan naskah, guru harus dapat rtindak kreatif.
Bahkan juga sangat mungkin guru membuat naskah sendiri.
Dalam pembuatan naskah itu pun dapat dilakukan bersama-sama siswa. Yang penting,
sebagai guru jangan cepat merasa putus asa. Tidak ada kata menyerah untuk melakukan
pembelajaran apresiasi drama.
c. Penentuan Pemain
Sesuai dengan tujuan pementasan yaitu dalam rangka proses pembelajaran drama,
maka pertimbangan utama dalam penetuan pemain adalah supaya seluruh siswa dapat
terlibat dan menikmati pementasan. Oleh karena itu, dalam menentukap pemain atau
pemeran yang cocok dengan tokoh yang akan dimainkan, guru dapat menggunakan kriteria
sederhana yaitu keadaan fisik dan kejiwaan. Pertimbangan fisik dan kejiwaan siswa,
disesuaikan dengan karakter tokoh yang akan dibawakan. Tentu saja sebelum menentukan
siapa pemeran tokoh tertentu, guru harus sudah memiliki interpretasi terhadap watak, sifat,
dan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama. Dalam tahapan pembelajaran,
pengenalan siapa sebenarnya tokoh-tol:oh dalam naskah dilakukan pada saat pelacakan
pendahuluan. Sebagai contoh, untuk berperan sebagai tentara, dipilih siswa yang metniliki
postur tubuh tinggi dan badan tegap serta suara yang keras. Untuk tokoh seorang guru,
dipilih siswa yang punya sifat pendiam, sabar dan sebagainya.
Di samping masa!at pemain, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kerabat kerja.
Drama merupakan pekerjaan kolektif, karena drama merupakan sebuah seni pentas. Oleh
43

karena itu, selayaknya dalam proses pementasan ini juga dikembangkan organisasi
pelaksana pementasan yang mencerminkan kepaduan seni tersebut (Ardiana, 1993:231}.
Sekaligus juga memberi kesempatan kepada siswa untuk ber!atih bekerja sama dan
bertanggung jawab terhadap tugas tnasingmasing.
d. Latihan-Latihan Dasar Drama
Sebelum masuk pada latihan ini untuk penggarapan naskah pementasan, sebaiknya
siswa juga dikenalkan dengan dasar-dasar bermain drama secara praktis. Latihan dasardasar bermain drama biasanya meliputi
(1) latihan gerak,
(2) latihan suara/bunyi, dan
(3) latihan akting.
Seorang pemain agar dapat membawakan perannya dengan baik harus dapat menguasai
urat-urat tubuhnya sehingga dapat digerakkan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang
baik (Brahim, 1968:160). Untuk itu perlu diadakan latihan-latihan gerak agar dapat
menghasilkan kelenturan gerakan tubuh serta kekuatan otot tubuh. Banyak cara yang dapat
dilakukan utnuk latihan dasar ini. Misalnya, latihan rnenari dengan musik, olah raga (silat),
karate, senam dan sebagainya. Dengan latihan itu diharapkan siswa memiliki gerakangerakan tubuh yang reflek berdasarkan tuntutan naskah, dan tidak merasakan canggung
untuk melakukan sesuatu.
Sehubungan dengan latihan dasar suara atau bunyi bertujuan agar siswa dapat
merasakan perasaan yang terkandung dalam suatu 4capan dan mengucapkannya sesuai
dengan perasaan. Dalarn percakapan rnemperlihatkan pembelajaranasi dan intonasi yang
jelas dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaklah jelas artikulasinya. Latihanlatihan bunyi dapat dilakukan dalam alam terbuka, seperti di pantai, di daerah pegunungan
dan sebagainya. Berikut ini disajikan latihan suara yang dikemukakan oleh Adjib Hamzah
(1985:216-128). latihan suara terkait erat dengun organ tenggorokan. Ikutilah urutan latihan
berikut ini vokal dan konsonan tertentu.
a. Menguaplah dengan bebas; terasa tenggorokan terbuka dan tidak tegang
b. Tariklah nafas dalam-dalam, rahang tetap rileks, dan berpikirlah bahwa tenggorokan
Anda terbuka lebar. Kemudian hembuskan nafas perlahan.
c. Katatan: Aku dapat berkata seolah-olah aku akan menguap. Dengarlah aku berkata
seolah-olah aku akan menguap.

44

d. Ucapkanlah lo-la-le-la-lo dengan lambat laun bertenaga untuk tiap pengulangan. Bunyi
huruf hidup harus jelas. Rahang rileks. Kemudian nyanyikanlah. Tinghatkan volume
suara dengan bernafas dalam-dalam, namun tenggorokar. jangan tegang.
e. Ucapkanlah vokal a, i, u, e, o berulang-ulang terus. Setiap pengulangan volume suara
dan kecepatan ditambah. Ulangi terus dengan tetap menambah volume dan kecepatan
suara sampai puncak volume dan kecepatan suara Anda. Pada saat latihan di alam
terbuka seperti di pantai, ucapkanlah dengan suara yang sekeras-kerasnya seakan-akan
Anda ingin mengalahkan suara deburan ombak.
Selanjutnya latihan akting digunakan untuk kepentingan rnembawakan dan
menghidupkan dialog teks. Untuk rnembawakan dan menghidupkan dialog perlu diolah
gerak dan ekspresi wajah para pemain. Latihan ini sebaiknya dilaksanakan setelah siswa
yang memegang peran sudah hafal dengan naskah drama. Dalarn latihan akting, siswa
dikenalkan dengan berbagai contoh ekspresi gerak wajah yang rnenggambarkan sikap,
watak, perilaku dari tokoh yang diperankan.
e. Pementasan dan Evalauasi
Hari pementasan biasanya sangat menegangkan. Semua berharap-harap cemas.
Berhasilkah, atau gagalkah? Sebelum diadakan pementasan perlu diadakan pengecekan
secara keseluruhan. Bila perlu dilakukan kegiatan pementasan pendahuluan atau
pementasan gladi resik sebelum pementasan yang sesungguhnya. Setelah pementasan usai
pertu dilakukan evaluasi sampai di manakah hasil pementasan itu. Bahkan bila perlu guru
dapat menghadirkan ahli dari luar atau meminta masukan dari guru-guru lain tentang
pementasan tersebut. Masukan dan kritikan rnerupakan hal yang penting untuk proses
belajar selanjutnya.
Yang perlu diingat bahwa target pementasan yang dilakukan tetap dalam rangka
pembelajaran drama. Pelaksanaan kegiatan berekspresi drama di sekolah bukan untuk
mencetak aktor atau produser melainkan dalam rangka membantu anak didik berkembang
menjadi manusia yang matang seutuhnya (Ardiana, 1993:232). Oleh karena itu,
bagaimanapun hasilnya, bukan merupakan tujuan utama. Tujuan utama adalah agar siswa
dapat melakukan kegiatan apresiasi secara langsung dalam rangka mencari pengalaman
baru.

45

Anda mungkin juga menyukai