Sandiwara. Istilah ini diciptakan oleh Mangkunegara VII, berasal dari kata
bahasa Jawa sandhi ang berarti rahasia, dan warah yang berarti pengajaran. Ole Ki
Lakon. Istilah ini memiliki beberapa kemungkinan arti, yaitu (1) cerita yang
dimainkan dalam drama, wayang, atau film (2) karangan yang berupa cerita
sandiwara, dan (3) perbuatan, kejadian, peristiwa.
c.
Tonil. Istilah ini berasalh dari bahasa Belanda toneel, yang artinya
pertunjukan. Istilah ini populer pada masa penjajahan Belanda.
d.
Teater. Istilah ini berasal dari kata Yunani theatron, yang arti sebenarnya
adalah dengan takjub memandang, melihat. Pengertian dari teater adalah (1)
gedung pertunjukan, (2) suatu bentuk pengucapan seni yang penyampaiannya
dilakukan dengan dipertunjukkan di depan umum.
e.
f.
Sendratari. Kepanjangan akronim ini adalah seni drama dan tari, artinya
pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok orang penari
dan mengisahkan suatu cerita dengan tanpa menggunakan percakapan.
g.
Opera. Artinya drama musik, drama yang menonjolkan nyanyian dan musik.
h.
i.
Tablo. Yaitu drama yang menampilkan kisa dengan sikap dan posisi pemain,
dibantu oleh pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.
B. BENTUK-BENTUK DRAMA
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
a.
Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam
bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b.
Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau
muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak
menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan
kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara
tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau
kesedihan.
b.
Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun
selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan
bahagia.
c.
b.
c.
b.
c.
5. Bentuk-bentuk lain
a.
b.
Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c.
d.
e.
f.
g.
Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu
tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h.
Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan
festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).
lebih mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan
yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan
dicetak miring) itulah pengaranag naskah drama memberi arahan penafsiran agar
tidak terlalu melenceng dari apa yang sebenarnya dikehendaki.
2. Ciri khas apa yang terdapat dalam drama?
Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan
demikian, penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca.
Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Penulis lakon
membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian
paling penting dalam drama. Lewat dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran,
karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton
menyebut drama sebagai life presented in action, alias drama adalah hidup yang
ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah
satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan
tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di
panggung (Sudjiman, 1990).
D. UNSUR-UNSUR DRAMA
1. Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon haruslah bergerak maju dari
suatu beginning (permulaan), melalui middle (pertengahan), dan menuju pada ending
(akhir). Dalam teks drama disebut sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
Eksposisi, adalah bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang
diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokohtokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan
suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguangangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami
tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat diketahui bagaimana watak tokoh
utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama. Resolusi haruslah
berlanagsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan apa-apa yang
terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en atau unhappy-end.
2. Karakter merupakan sumber konflik dan percakapan antartokoh. Dalam sebuah drama
harus ada tokoh yang kontra dengan tokoh lain. Jika dalam drama karakter tokohnya
sama maka tidak akan terjadi lakuan. Drama baru akan muncul kalau ada karakter
yang saling berbenturan.
3. Dialog merupakan salah satu unsur vital. Oleh karena itu, ada dua syarat pokok yang
tidak boleh diabaikan, yaitu (1) dialog harus wajar, menarik, mencerminkan pikiran
dan perasaan tokoh yang ikut berperan, (2) dialog harus jelas, terang, menuju sasaran,
alamiah, dan tidak dibuat-buat.
E. UNSUR-UNSUR PEMENTASAN
1. Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang perlu dikenal, yaitu (1)
naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4) panggung, (5) perlengkapan panggung :
cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6) penonton.
2. Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama
dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang
lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan
yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata
panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa
yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koortarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas, misalnya
drama karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan
mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan tujuan pementasan
tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang
dibayangkannya.
3. Sutradara. Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting.
Sutradara inilah yang bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar
pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari
pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon
penonton.
4. Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang
diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa kepiawaian
dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan sutradara
berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.
5. Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori.
Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga
semua penonton dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung.
Kedua, panggung berbentuk arena, sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar
penonton.
6. Cahaya. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton
terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung penciptaan
suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat mendukung keratistikan set yang
dibangun di panggung.
7. Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan
secara langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman
yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab
mengurusnya.
8. Pakaian. Sering disebut kostm (costume), adalah pakaian yang dikenakan para pemain
untuk
membantu
pemeran
dalam
menampilkan
perwatakan
tokoh
yang
b.
c.
d.
e.
Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah
mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang
dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat
dengan sutradara.
f.
g.
Ketua Panitia
b.
Sekretaris
c.
Bendahara
d.
Sie Acara
e.
Sie Dana
f.
Sie Dokumentasi
g.
Sie Perlengkapan
h.
Sie Konsumsi
i.
Sie Tempat
NASKAH DRAMA
Drama sebagai sebuah proses pementasan tentunya tidak terlepas dari naskah dan lakon,
di samping unsur-unsur pendukung yang lainnya. Naskah berbeda dengan lakon. Naskah
merupakan urutan cerita sebelum dipentaskan. Urutan itu dalam drama modern berbentuk
tulisan sedangkan dalam drama tradisional biasanya berbentuk lisan (ludruk, ketoprak,
lenong, kaba, dan lain-lain). Sedangkan lakon adalah cerita dari naskah yang terlihat saat
dipentaskan. Dengan begitu, meskipun naskah drama yang sama dipentaskan dalam waktu
yang berlainan atau oleh grup drama yang berbeda, lakon yang muncul akan berbeda.
Perbedaan itu lebih ditentukan oleh imajinasi sang sutradara, gaya para aktor, tatapentas,
tatarias, dan sebagainya. Lebih-lebih pada lakon dari naskah terjemahan, perbedaan akan
lebih tampak mencolok. Yang tidak berbeda dalam naskah dan lakon adalah tema dasar cerita.
Naskah drama terjemahan Hamle jika dipentaskan oleh Rendra dan Putu Wijaya, pastilah
akan terdapat dua lakon yang berbeda tetapi tema dasarnya akan sama. Tentunya, pada
awalnya dibutuhkan naskah sebagai dasar penentuan Lakon. Namun, naskah yang baik belum
tentu memunculkan lakon yang baik pula. Bisa jadi, naskah buruk kalau dipentaskan
(dilakonkan) akan menjadi baik apabila dikemas dan digarap oleh sutradara baik. Naskah
dikatakan baik apabila terdapat konflik, emotif, dan gambaran laku yang mampu memberikan
inspirasi baru bagi yang menerapkan naskah tersebut. Naskah drama dikerjakan oleh penulis
naskah sedangkan lakon dikerjakan oleh sutradara.
Naskah atau lakon tersebut tidak terlepas dari warna dan gaya yang dibangun oleh
penulis atau sutradara. Warna dan gaya itu biasanya berbentuk komedi, tragedi, tragekomedi,
repertoar, dan parodi. Kemudian berdasarkan panjang pendeknya, ada drama berbentuk
multibabak, satu babak, cuplikan (fragmen). Berdasarkan jenis gerak dan musik, muncul
drama pantomim, tablo, sendratari atau opera, dan operette (opera yang pendek). Semua itu
tentunya berpengaruh terhadap bentuk naskah drama yang dibuat untuk itu.
10
11
: MUSIK LEMBUT-BG
2. TUNING : ECHO
Sebenarnya... memang tak ada alasan bagiku untuk menyeleweng dengan bekas
pacarku... hingga rumah tanggaku berantakan. Kini aku dicekam rasa bersalah dan
penyesalan, yang membuatku hampir ingin bunuh diri karena beratnya tekanan batin
yang aku rasakan.
3. JAKA
gelas itu. Bukan racun yang akan menghabisi nyawamu untuk saat ini.
6. TUNING : Ini uuurusanku... lepaskan... lepaskan.... Ti...tinggalkan
...aku...lekas tinggalkan aku!
7. Operator : SMASH MUSIK- TUNE PEMBUKA (dst.)
(Sumber: Utari Putranto, iVanita, S3ndiwara Radio RRI Surabaya)
3. Naskah Drama Televisi dan Film
Naskah drama televisi dan film berbeda dengan naskah drama panggung dan drama
radio. Perbedaan itu didasari oleh karakter televisi dan film yang mempunyai ruang tampilan
yang terbatas. Seting dapat dikembangkan secara bebas berdasarkan kemauan penulis atau
sutradara. Kemudian, gerak dan mimik sekecil apapun dapat ditonjolkan secara baik dari
berbagai sudut penaambilan gambar. Penonton tidak bebas untuk mengamati suasana yang
sedang berlangsung karena terikat pada gambar yang ada. Penulis naskah dengan bebas pula
menonjolkan efek yang akan dibangunnya.
Oleh karena kerja pementasan drama televisi dan film sanagat rumit karena bergantung
pada sudut pengambilan, penulis naskah perlu menuliskan dengan jelas tanda-tanda
pengambilan. Tanda-tanda itu ialah close up, super close up, zoom in, zoom out, disolve, dan
seterusnya. Atas dasar hal itu tentunya, penulis naskah juga perlu mempunyai wawasan
tentang pertetevisian dan perfilman agaF naskah yang diciptakan sesuai dengan nuansa
televisi dan film.
12
pekerja drama yang lainnya (penata pentas, penata rias, penata musik, t.) untuk
menginterpretasi naskah tersebut.
Banyak naskah drama yang panjang tetapi tidak memberikan nuansa kreatif bagi
penginterpretasi. Sebaliknya, banyak pula naskah ~yang hanya berbentuk puisi atau lirik
mampu memberikan inspirasi pementasan yang sempurna. Seakan-akan naskah itu hidup dan
menakjubkan setelah dikembangkan dalam bentuk lakon pementasan. Naskah yang mampu
memberikan inspirasi kreatif tentunya naskah yang mempunyai unsur drama yang len~kap
bukan pada panjang-pendek naskah. Berikutnya, dalam naskah drama, dialog dan keterangan
laku (stage direction), sangat membantu pengembangan karakter, nlot, dan tema. Selain itu,
keduanya dapat memberikan masukan bagi penentuan lakon (pementasan) yang dilakukan
oleh sutradara. Dialog mert~pakan pernyataan timbal balik atas dasar stimulus dan respons
yang muncul dan para pelaku. Sedangkan keterangan laku mengacu kepada perintah yang
menyuruh pelaku untuk berbuat hal-hal yang bersifat lahiriah. Dalam naskah drama,
keterangan laku sering mengawali dialog, menerangkan laku dalam dialoj, dan dicetak dalam
tanda kurung. Dialog dan keteransan laku berkaitan dan saling melengkapi.
Berikut ini contoh dialog dan keterangan laku dalam naskah drama.
Contoh l.
Pelamar II
Bapak
Pelamar II
: Jika tidak keliru, sainganku adalah itu, sarjana ekonomi made in USA.
Bapak
Pelamar II
: Ya. Jadi, apakah tadi dia sudah lebih dulu mem-berikan lamaran?
Bapak mengangguk-angguk
Pelamar II
Pelamar II
Contoh 2.
Laki-Laki II : Saudara, selama dua puluh empat tahun yang terakhir ini, aku selalu
berjualan sirop di kota; apakah kau kira aku tidak dapat memahami yang
kaucapkan? (mereka keluar)
Sanyasi
Vasanti
Contoh 3.
Prabu
Ramanda Resi, Ramanda ulanglah hendaknya perkataan Ramanda
agar tercerna perkataan itu
tidak tinggal bermain
berbentuk puisi atau lirik (lihat contoh 3) dan terdapat pula pernyataan percakapan biasa
(lihat contoh 1 dan 2).
Beberapa variasi dialog di atas menandakan bahwa naskah drama dapat dikembangkan
dengan berbagai gaya. Gaya tersebut dimaksudkan untuk memunculkan kesan estetis dan
karakteristik naskah yang diciptakan. Kesan itu ditandai oleh pilihan kata, bahasa, tata letak
dialog, prinsip aliran (romantis, klasik, modern, dsb.), dan panjang pendek pernyataan dialog.
dibuat belum selesai-selesai juga. Namun, ada juga penulis naskah yang hanya membutuhkan
waktu yang singkat dalam menulis naskah drama. Semua itu tidak menjadi hambatan. Yang
terpenting, naskah yan dibuat dapat jadi dan layak untuk dipentaskan.
Penulis naskah tentunya pelu memahami ragam naskah yang dibuat agar tepat sasaran.
Buatlah kerangka naskah terlebih dahulu dengan menuliskan alur penting saja. Bisa pula,
penulis menuliskan pernyataan penting terlebih dahulu dan tokoh yang memunculkan
pernyataan itu belum ada. Modifikasikan naskah yang dibuat dengan konteks pementasan
(panggung, radio, atau televisi dan film).
Yang perlu diingat, penulis naskah harus yakin bisa mewujudkan naskah. Hal itu perlu
didukung oleh niat dan kemauan. Di samping itu, pengalaman, wawasan, dan pengetahuan
yang bersumber dari membaca, mengamati, merenung dan berdialog dengan sesama teman
sanagat diperlukan. Yang terakhir, semangat untuk bisa mewujudkan naskah harus terus ada.
Ingat, Romrr tidak dibangun hanya sehari, peribahasa itu menunjukkan bahwa dalam
membuat naskah pelu mencoba, berkali-kali, berkelanjutan, dan serius. Putu Wijaya, Rendra,
Arifin C. Noor, dan pengarang naskah drama lainnya tentunya tidak langsung ahli seperti itu.
Pastilah mereka berangkat dari mencoba, berkali-kali, berkelanjutan, dan sukses.
Selain membuat naskah yang baru sama sekali, penulis naskah bisa pula
mengadaptasikan cerita drama dari cerpen, novel, atau puisi. Ide dasar bersumber dari penulis
sastra itu, sedangkan penulis drama tinggal memberi dan menguatkan nuansa dramatisnya.
Ada pula, penulis naskah yang menerjemahkan naskah drama dari negara lain. Naskah drama
asing itu juga diadaptasikan kembali ke dalam naskah yang bernuansa keindonesiaan. Itu
semua kerja kreatif dan bisa dilakukan.
17
PERGELARAN DRAMA
Bermain peran, sandiwara, atau teater bukanlah hal yang asing bagi siscva di sekolah.
Dewasa ini dengan banyaknya teve swasta drama telah menjadi hal yang amat umum, tidak
seperti masa lalu. drama telah memasyarakat. Bahkan di samping melalui kegiatan kurikuler,
banyak sekolah menyelenggarakan pendidikan teater pada kegiatan ekstrakurikuler. Ada
kalanya
sekolah
tertentu
dikenal
karena
teaternya.
Banyak
fungsi
18
SEKITAR
20
TAHUN,
MENGENAKAN
PAKAIAN
DANDANAN
SAPARI
MUNCUL
DARI
PINTU
BELAKANG
DENGAN
Sapari
O, tidak. Sudah beres. Tidur pulas ia sekarang. Jadinya lega
Lisaw
Tak kusangka engkau seterampil itu.
. :
aku.
Sapari
(MELANGKAH KE KURSI DEKAT MEJA) ucapan orang
. ati :
bijaksana memang selalu benar.
. .
(Tanpa pentbanh~, Drama Pendek A. Adjib Hamzah)
Bagian naskah di atas yang ditulis denga~l huruf kapital dan atau di dalam kurung
itulah yang dimalsud dengan kramagung, sedangkan yangberupa kutipan langsung
merupakan wawancang. Bahasa yang dipakai dalam naskah drama itu bervariasi. Kita
perhatikan contoh berikut ini.
Mak saleha Wak Salihun Mak Saleha Waksalihun
mau pergi ke langgar, Bang? Iye gitu deh Pok Leha.
Ape ude lohor ni Bang. Rasanya ye ampir juga.
(NYAI DASIMA karya S.Nl.Ardan)
Mira = Saya tidak senang. Gayanya terlampau dibuat-buat. Skenario pun buruk. Mana
ada anak Lurah naik k~da Australi, dengan tampang macam anak raja.
Rudi = Kau nggak bilang sama sutradaramu?
(N1IMI PELACURKU karya N. P.iantiarno)
Adik
: Aku takut, Yu
Yu
: Ada apa?
Adik
: Dikawinkan si mbok
Yu
Adik
c. Sutradara
Ada beberapa pertanyaan mendasar sehubungan dengan pergelaran drama. Siapakah
yang memilih naskah yang akan dipentaskan? Bagaimana cara memindahkan naskah yang
berupa karya sastra kebentuk dialog dan akting? Siapa yang merancang pemindahan itu?
Siapa yang akan melatih para aktor supaya penghayatannya benar-benar tepat? Siapa yang
bertanggung jawab secara menyeluruh pergelaran itu? Jawabannya ialah sang sutradara.
Dengan demikian kedudukan sutradara amatlah penting.
Untuk pergelaran drama di sekolah siapakah sutradara yang cocok?Guru atau siswa?
Diskusikan dengan teman kelompok Anda persoalan tersebut. Menurut Japi Tambajong
secara teknis sutradara bertanggung jawab terhadap beberapa hal, karena ia amat menentukan
keberhasilan pergelaran drama itu.
1. Memilih naskah Pemilihan naskah hendaknya didasarkan pada segi falsafi naskah yakni
naskah tersebut mengandung perenungan dan pemikiran; segi artistik naskah yakni
naskah tersebut memiliki nilai-nilai seni yang dalam dan luhur; segi etis yakni naskah
tersebut secara moral bermanfaat bagi umat manusia; segi komersial yakni naskah itu
harus mampu memancing perhatian orang untuk menontonnya.
2. Menentukan penafsiran naskah; Secara keseluruhan penafsiran naskah dalam sebuah
pergelaran memakai penafsiran sutradara. la yang bertanggung jawab terhadap penafsiran
itu. Diskusikan dengan teman-teman Anda apa yang terjadi bila setiap aktor boleh
menafsirkan naskah sesuai dengan kemauannya sendiri-sendiri. Oleh sutradara naskah
drama tersebut harus ditafsirkan dari sisi tema dan amanat
inisiatif, tanpa harus menunggu dan bergantung kepada sutradara; kritis yakni peka
terhadap persoalan estetika yang muncul.
5. Melatih pemain; Sutradara menentukan hari-hari latihan setelah berembuk dengan
pemain kapan harus berlatih dan berapa hari dalam seminggu. Ia membuat buku daftar
hadir, menyiapkan segala fasilitas supaya jalannya latihan tidak awut-awutan. Setiap
selesai berlatih, ia menyediakan waktu untuk berdiskusi, membuka kemungkinan agar
terjadi kritik, baik antara sesama pemain maupun terhadap sutradara sendiri.
2. Drama Radio Dan Drama Panggung
Berdrama sebenarnya juga berlatih berkomunikasi. Diskusikan bersama teman-teman
Anda mengapa berdrama juga berarti berlatih berkomunikasi. Drama radio merupakan drama
yang dipergelarkan dengan memakai radio sebagai mediatornya, bukan panggung. Karena
itulah drama radio agak berbeda dengan drama panggung. Radio merupakan media audio,
jadi hanya untuk didengar. Dengan demikian keberhasilan drama radio sangat ditentukan oleh
kemampuan drama radio tersebut membangun imajinasi pendengar tentang gerak-gerik
tokoh, tentang latar cerita, tentang suasana cerita, tentang konflik, dan sebagainya melaluj
suara.
a. Fungsi Musik dalam Drama Radio
Jika dalam drama panggung lakon dibuka dan ditutup dengan pemanfaatan layar atau
lampu, dalam drama radio peran layar atau lampau diganti dengan musik. Ntusik sebagai
penanda bahwa drama itu dimulai atau selesai tentu saja harus dirancangsecermat-cermatnya.
Demikian pula pada saat pergantian adegan dan pergantian babak, musik amat besar
fungsinya. Musik juga berfungsi sebagai penanda atau penonjolan ciri-ciri tempat. Misalnya
jika cerita terjadi dengan latar Solo atau Yogya bisa saja kita menggunakan gamelan gaya
jawa Tengah, bila terjadi di Bandung kita gunakan gamelan Sunda. Bila peristiwa terjadi di
Denpasar kita pakai gamelan Bali, bila terjadi di Arab kita pakai irama padang pasir.
Musik berfungsi pula sebagai pembangun suasana hati atau emosi. Dalam adegan sedih
hendaknya kita tampilkan musik yang lembut,dalam suasana riang kita tampilkan musik yang
bernada gembira.
b. Fungsi Sound-Effect dalam Drama Radio
Sound-effcct merupakan sarana estetik yang berupa suara-suara tertentu untuk
membangun suasana dalam drama radio. Efek suara itu bisa berupa kicau burung pagi hari,
suara kuda berlari. Suara derit pintu, suara mobil, suara hujan, dan sebagainya.
berguna untuk membangun imaji tertentu dalam benak pendengar.
23
tersebut
Perbedaan babak satu dengan yang lain ditunjukkan dengan pemakaian sound effect.
Misalnya adegan disebuah stasiun kereta api kita tunjukkan dengan suara hiruk pikuk orang
di stasiun tersebut yang ditingkahi suara jerit loko dan gerakan roda kereta. Adegan di tepi
pantai ditunjukkan dengan suara ombak dan gelombang.
Pendek kata menurut Adjib Hamzah semakin pandai kita menemukan ciri suasana, ciri
suatu lokasi, kita akan semakin berhasil membentuk "panggung khayal" dalam benak para
pendengar. Semakin jeli kita memilih efek suara semakin hidup drama radio itu dalam daya
bayang pendengar.
c. Dialog dalam Drama Radio
Dialog dalam radio amatlah dominan. Perlukah seorang a ktor drama radio hafal
dialog? Bermain drama radio tidak dituntut hafal dialog. Tetapi-hal itu bukan berarti aktor
drama tidak hafal sama sekali naskah yang hendak dibawakannya. Karena bila aktor tersebut
benar-benar tidak hafal, penghayatannya akan kurang. Seorang aktor drama radio harus tahu
benar apa yang hendak diucapkannya. ltu diperlukan agar ia mampu menjiwai tokoh yang ia
perankan melalui pengucapan dialog.
Menurut Adjib Hamzah kelemahan dialog dalam drama panggung masih dapat ditutup
dengan mimik dan akting yang berhasil. Tidak demikian dalam drama radio. Karena
pemilihan pemain lebih ditekankan pada perbedaan karakter dan volume suara yang amat
kontras. Karakter suara yang hampir sama, diksi yang mirip-mirip, logat atau dialek yang
mirip-mirip, akan mengacaukan imaji pendengar. Hal itu harus dihindari.
Jarak mulut pemain dengan mikrofon harus pula diperhatikan. Jarak ideal harus dicari,
kemudian ditetapkan. Pencarian jarak ideal itu tentu saja melalui coba-coba dulu. Setelah
ditemukan jarak ideal kemudian dijadikan patokan yang baku tiap kali merekam suara.
Masing-masing mikrofon mungkin memiliki kepekaan yang berbeda, sehingga perlakuan
terhadap masing-masing mikrofon tidaklah sama. Mengatur jarak ideal masing-masing
mikrofon dapat dilakukan dengan menggeser tempat berdiri. Andaikan kita harus berteriak
hendaknya kita mundur selangkah atau menoleh ke samping agar suara yang dihasilkan tidak
pecah.
d. Movement dalam Drama Radio
Movement adalah gerakan atau perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Movement
terjadi bila seorang pemain ingin mengungkapkan perasaan dalam hubungannya dengan suatu
alasan hingga melahirkan suasana baru. Bagaimana dengan movement dalam drama radio?
Movement pun diproyeksikan lewat suara. Orang berjalan diwujudkan dengan
memperdengarkan tapak langkahnya saja. Demikian pula bila orang tersebut naik kuda, maka
24
tapak kaki kuda kita perdengarkan. Orang duduk dengan memperdengarkan kursi digeser.
Orang minum ditampilkan dengan suara meneguk minuman atau menyentuhkan.gelas pada
lepek.
Orang berjalan menjauh atau mendekat diwujudkan dengan suara langkah kaki yang
makin menjauh atau makin mendekat. Orang yang akan pergi dengan mengendarai mobil
akan diperdengarkan lewat suara tapak sepatu menuju pintu mobil, suara pintu mobil yang
dibuka, suara pintu mobil vang ditutup, suara mesin mobil yang sedang dihidupkan, dan suara
deru mobil yang makin lama makin jauh, kemudian tak terdengar.
e. Penghayatan Aktor Drama Radio
Agar sang aktor bisa bermain dengan baik, tentu pertama-tama harus menguasai isi
naskah drama itu. Para aktor harus cermat menemukan makna apa yang terkandung dalam
tiap kalimat. Perwatakan tokoh yang diperankannya hendaknya ditemukan dengan cara
mencoba-coba lewat tampilan lagu bicara atau intonasi. Di dalam memproyeksikan jangan
memakai ukuran suara drama panggung. Dalam drama radio dituntut suara yang wajar
dengan artikulasi jelas, namun kaya akan penampilan warna. Suku kata terakhir harus jelas
terdengar. Dalam hal itu banyak aktor yang gagal atau sekadar tersandung.
Hindari dialog yang mor.oton karena akan membosankan. Jika berulang kali masih
terasa monoton, cobalah dengan membacannya keras-keras dengan berbagai variasi diksi.
Setelah ditemukan ucapan yang benar mulailah berucap secara wajar sesuai dengan konteks
dan kebutuhan. Di samping itu jangan terlalu banyak jeda seperti drama panggung. Dalam
drama panggung jeda akan diisi oleh akting atau perubahan bloking. Dalam drama radio jeda
yang terlalu lama membuat suasana menjadi terpenggal dan irama keseluruhan pertunjukan
menjadi pelan, lalu membosankan.
f. Naskah Drama Radio
Dalam banyak hal naskah drama radio tidak jauh berbeda dengan naskah drama
panggung. Perbedaannya terletak pada pemanfaatan unsur suara yang merupakan media
pokok. Dalam naskah drama radio petunjuk mengenai sound-effect dan jenis musik yang
diperlukan harus dituliskan secara jelas. Bahkan keterangan kapan musik itu "masuk'', kapan
musik itu "mati", bagaimana cara musik itu "dihilangkan" dan sebagainya harus jelas tertutis
dalam naskah itu. Pada saat membuat naskah drama radio kita harus pula memperhatikan
nama-nama tokoh. Jangan mempergunakan nama-nama yang mirip. Nama
Ahmad dengan Somad, Harno dengan Parno, Tiwi dengan Dewi akan terdengar sama.
Akibatnya akan mengganggu imaji pendengar. Lain halnya bila nama itu adalah Ahmad,
Burhan, Indra, Tesa, dan sebagainya. Semua nama harus cukup jelas terdengar bedanya. Jika
25
perlu nama-nama itu diulang-ulang disebut dalam dialog, asal tidak menjemukan. Aktor
drama radio perlu mengetahui dan menguasai penggunaan istilah yang dipakai dalam drama
radio. Berikut ini beberapa istilah yang sering dipergunakan.
Background
Cut
Dissolve in
= suara atau musik perlahan dicampur dengan suara atau musik baru,
dan yang baru itu akhirnya yang terdengar.
Echo
= suara menggema
Fade in
Fade out
Filter
Out
= cepat berhenti
Tune
= pembukaan
: Tune
2. SUARA
3. Kasmidi
4. Ratna
: Sudah. O, ya, surat-surat yang Mas perlu kan? Kemarin sudah mas
siapkan belum?
5. Kasmidi
Begitulah sepintas mengenai drama radio. Lalu. bagaimana dengan drama panggung?
Drama panggung adalah drama yang dipentaskan di atas panggung. Drama jenis ini sangat
dikenal siswa di sekolah karena hampir pada setiap kegiatan Malam Kesenian drama
panggung selalu muncul.
Hamlet" misalnya akan selalu tetap. Tetapi lakon, yakni naskah ~~ang dipertunjukkan akan
berubah atas dasar konsep sutradara.
Lakon cerita drama "Hamlet" hanya terwujud pada saat terbuka hingga ditutupnya tirai
pertunjukkannya. Sebetum dan sesudah saat memainkannya tidak ada lakon "Hamlet" yang
ada adalah naskah "Hamlet".-Lakon "Hamlet" yang berkali-kali dimainkan selalu berubahubah kondisi kualitas artistiknya, bergantung pada siapa dan dimana memainkannya.
Sedangkan naskah "Hamlet" tetap kualitas artistiknya.
Cerita drama digubah dengan tiga bahan pokok, yaitu: tema, tokoh dan alur. Tema ialah
rumusan intis~ri cerita sebagai landasan idiel dalam menentukan arah tujuan ceritera. Tema
merupakan landasan pola bangunan lakon. Tidak ada cerita drama yang baik tanpa tema.
Misalnya saja Macbeth (William Shakespeare) temanya nafsu angkara murka bisa
membinasakan diri sendiri. Ari (Usmar Ismail) bertemakan ambisi angkara murka akan
membinasakan diri sendiri.
Sutradara harus mampu menangkap temasebuah naskahdrama. ~emahaman yang benar
mengenai tema akan mengarahkan sutradara untuk memilih bentuk dan gaya lakon yang akan
ditampilkan.
status sosial, (2) pekerjaan, jabatan, peranan di dalam masyarakat, (3) pendidikan, (4)
kehidupan pribadi, (5) pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, (6) aktivitas sosial,
organisasi, hobi, bangsa, suku, keturunan.
ukuran moral/ membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, (2) temperamen, keinginan
dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, (3) I.Q. (Intelligence Quotient), tingkat kecerdasan,
kecakapan, keahlian khusus dalam bidang-bidang tertentu.
Jika salah satu dari ketiga dimensi tersebut terabaikan, maka tokoh tersebut akan hadir
sebagai tokoh yang timpang, cenderung menjadi tokoh yang mati. Bagi seorang sutradara
analisis tokoh itu penting sekali. Dengan memahami keadaan tokoh sang sutradara akan bisa
memilih aktor yang sesuai, melatih aktor sesuai dengan tuntutan karakter tokoh, dan
sebagainya.
Berdasarkan data pada naskah tersebut mungkin saja kita bisa menemukan dimensi-dimensi
sebagai berikut.
27
Hendrapati itu merupakan sosok yang berusia 48 tahun dan bertubuh tinggi kurus. Ia
seorang apoteker yang tidak lulus dalam pendidikan tingginya di Rotterdam. Walaupun bukan
keturunan bangsawan ia termasuk orang kaya. Hanya sayang kehidupan pribadinya dan
kehidupan keluarganya penuh pertentangan. Dia memiliki dua orang anak yang sudah dewasa
dan seorang istri. Kepandaian dan kecakapannya tanggung sekali. Akibatnya ia selalu rendah
diri, walaupun kemauannya keras sekali. Ia ingin termasyhur dan terhormat. Dengan
beberapa kelemahan yang dimiliki jadilah ia orang yang mau menang sendiri, tak kenal
kasihan, dan materialistis. Watak dan standar moralnya amat rendah.
Kemudian apa yang dimaksud dengan alur? Alur merupakan kerangka kejadian tempat
para tokoh berbuat. Alur merupakan keseluruhan peristiwa di dalam naskah yang saling
berhubungan secara kausalitas. Dengan pertimbangan-pertimbangan yang masak, serentetan
peristiwa itu ditampilkan di atas panggung. Peristiwa-peristiwanya memang menarik,
menggerakkan perbuatan menuju klimaks setelah melalui pelbagai krisis untuk akhirnya
mencapai kesimpulan.
Alur merupakan rangkaian konflik. Konflik itu muncul dari adanya tokoh-tokoh vang
saling memiliki kepentingan berbeda, kemauan berbeda, kehendak berbeda, pikiran berbeda,
dan sebagainya. Bagi seorang sutradara pemahaman mengenai alur ini amat penting. Lebih-lebih dalam menentukan konflik apa yang muncul, dan di adegan mana konflik itu berada.
Pemahaman yang benar terhadap konflik akan menentukan cara su tradara meletakkan fokus
adegan, mengatur bloking dan moving, dan sebagainya.
a. Aktor dan Akting
Tentang aktor telah dibahas pada kegiatan belajar terdahulu. Pada bagian ini akan
dibahas bagaimana seorang aktor bermain dalam drama panggung. Aktor tak dapat
dilepaskan dari persoalan akting karena tugas aktor memang memerankan seorang tokoh.
Ommanney merumuskan akting dengan keselarasan yang sempurna antara suara dan tubuh
untuk menciptakan satu tokoh. Tujuan akting adalah menampilkan orang sebagaimana
adanya.
Di tempat lain Usmar Ismail mengatakan bahwa seni berperan adalah seni
menafsirkan bukan seni mencipta. Seorang pemain menafsirkan secara kreatif kehidupan
dalam segala bagian dan seginya dengan-mempergunalcan peralatan tubuhnva, peralatan
pikirannnva, dan peralatan perasaannya.
Menurut Adjib Hamzah akting adalah peragaan, penampilan satu peran yang
menyebabkan penonton dapat tersangkut pada ~jusi yang dibangun oletl aktor. Apabila aktor
berhasil memerankan seorang tokoh, reaksi emotif penonton akan diproyeksikan kepada sang
tokoh bukan si aktor. Dengan demikian akting dapat dikatakan sebagai penciptaan ilusi sang
28
tokoh oleh aktor. Sarana untuk menghasilkan akting adalah movement, gesture, business,
ritmik, suara, sebagainya. Movement adalah gerakan atau perpindahan aktor dari satu
tempat ke tempat lain saat bermain. Movement tentu saja harus didasarkan pada motif atau
alasan tertentu. Jangan melakukan gerakan tanpa tujuan.
Sedangkan gesture tidak jauh berbeda dengan busmess. Kedua-duanya merupakan
gerak-gerak kecil yang dilakukan aktor. Misalnya saja gerakan tangan waktu menjelaskan
suatu hal, gerakan kepala saat menunjukkan rasa heran, dan sebagainya. Hanya saja dalam
business gerakan tersebut dibantu dengan hands properhf (peralatan tangan) seperti rokok,
tas, gelas, dan sebagainya.
Mimik atau ekspresi wajah juga harus diperhatikan oleh seorang aktor. Mata merupakan
pusat ekspresi. Rasa marah, cinta, benci, cemburu, culas, dan sebagainya akan terpancar
lewat mata. Meskipun bermacam gerakan telah benar, suara telah bagus, tetapi ekspresi
matanya kosong saja, dialog yang diucapkan tidak akan mampu meyakinkan penonton.
Dalam kegiatan berperan kita mengenal istilah over-acting yaitu akting yang berlebihan.
Akting yang berlebihan ini tentu saja membuat gerakan aktor menjadi tidak wajar, buruk.
Suara dan ucapan pun merupakan sarana penting dalam berperan karena dalam drama selalu
ada dialog. Artikulasi bunyi yang diucapkan oleh seorang aktor harus jelas dan indah. Iru
berarti seorang aktor dituntut memiliki suara yang bermutu. Latihan membangun suara yang
bagus harus selalu dilakukan oleh aktor. Lebih-lebih dalam drama ucapan memiliki beberapa
Eungsi. Menurut Adjib Hamzah fungsi ucapan itu adalah: (1) menyalurkan kata dari drama
kepada penonton; (2) memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara; (3)
memuat informasi tentang sifat dan perasaan tokoh; (4) mengendalikan perasaan penonton
seperti dilakukan oleh musik; (5) melengkapi variasi.
b. Tata panggung
Panggung merupakan kanvas besar bagi sutradara. Pada saat ia menyu tradarai pada
hakikatnya ia sedang melukis. Bagi aktor, selain tubuh dan suaranya sebagai alat ekspresi,
maka panggung menjadi wadah untuk berekspresi. Wilayah bermain dibagi menjadi enam
petak. Tiap petak mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Petak itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
29
Kiri
Atas
Tengah
Atas
Kanan
Atas
Kiri
Bawah
Tengah
Bawah
Kanan
Bawah
Tengah Atas
= Meski jauh dan dingin tapi tetap kuat. Daerah ini baik
memulai
suatu
adegan
penting
yang
bakal
untuk
bergerak
kuat.
Tepat
maupun
sekali
untuk
perikemanusiaan,
cinta
adegan-adegan
kasih.
Karena
banyak
repertoire
barat
menempatkan
perapian
di
daerah ini.
Tengah Bawah = Daerah ini paling kuat, penuh tekanan, agung. Bidang ini
biasa
dipergunakan
pada
saat
kekuatan-kekuatan
cerita
saling berhadapan.
Kiri Bawah
tetapi
lebih
lemah
dibandingkan
dengan
Kanan
sudah
petak
ini
dimulai
adalah
dengan
untuk
30
Kanan
adegan
Bawah.
penuh
Namun
rahasia,
ciri
skandal,
hendaklah
menggambarkan
suatu
emosi,
31
(4)
komposisi
hendaklah
membantu penonton mendapatkan suatu ciri atas pribadi tokoh. Di samping itu, busana
pentas dapat membantu memperlihatkan adanya hubungan tokoh satu dengan tokoh yang
lain. Tata busana berfungsi membantu menghidupkan perwatakan tokoh. Artinya, sebelum
dia berdialog, busana sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, bagaimana hubungannya
dengan tokoh lain, umurnya, kepribadiannya, dan sebagainya.
Selain itu tata busana berfungsi memberikan fasilitas dan membantu gerak pelaku. tata
busana harus mampu menambah efek visual gerak, menambah keindahan dan menyenangkan
setiap posisi yang diambil aktor setiap saat. Anda tentu saja pernah menonton wayang orang,
bukan? Diskusikan dengan kelompok Anda apa fungsi tata rias dan tata busana dalam
pagelaran wayang orang?
32
BAB VI
PEMBELAJARAN APRESlASI DRAMA
Setiap saat manusia adalah pelaku atau tokoh yang memerankan sikap dan perilaku tertentu.
Keterampilan berperan dan memerankan tokoh tertentu dalarn kehidupan, akan sangat menentukan
keberhasilan seseorang di tengah-tengah masyarakat. Siswa adalah individu yang nantinya akan
mengambil bagian dalam memainkan perannya di ,masyarakat. Oleh karena itu,. siswa perlu
mendapatkan pengalaman dalatn bermain peran dan memerankan tokoh-tokoh tertentu. Kesempatan
bermain peran dan memahami peran yang dimainkan dalam drama misalnya, akan dapat adalah
cermin konflik-konflik membentuk jati dici siswa. Mengingat, pada hakikatnya drama kehidupan.
Sumber utama dalam drama adalah permasalahan dan kehidupan manusia.
33
Mengingat, bahwa kesenian dalam proses Sapardi Joko Damono menarik yaitu tentang proses sumber
penulisan drama adalah segala permasaiahan dan konflik yang dialami manusia_ Oleh karena itu
dapat dikatakan bal3wa apa yang ada dalam drama merupakan cermin dari kehidupan nyata. Dengan
memahami dan merrgapresiasi permasalahn yang disampaikan dalam drama, siswa dilatih untuk
memecahkan masalah, yang mungkin akan ditemui dalam kehidupan di masyarakat nanti.
Ditinjau dari segi perkembangan jiwa, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada
tahap yang disebut tahap realistik (Rahmanto, 1988:30). Dari segi usia., anak SMP berada pada usia
antara 12 - 15 tahun. Pada masa ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan
sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha mengetahui dan siap
mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalal? masalah daiam kehidupan nyata.
Sesuai dengan perkembangan jiwa dan perkembangan kemampuan bersosialisasi dengan
masyarakat, maka penyelenggaraan pengajaran drama di sekolah mempunyai arti bagi pemupukan
sikap hidup bergotong royong dan belajar tanggung jawab. Siswa perlu dilatih untuk hidup secara
bersama dan bertanggung jawab terhadap kewajiban yang diserahkan kepadanya. Dilatih untuk hidup
mandiri, belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan.
Selanjutnya, menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Brahirn, 1968:155), sandiwara (drama)
merupakan alat pandidikan yang baik. Dalam sandiwara itu terdapat dasar-dasar pendidikan yang
bersifat kesenian (aesthetisch), kebajikan (ethisch) dan religius (uniuk mengajarkan agama), sosial
(untuk mengajarkan laku bermasayarakat). (Brahim, 1968:155).
Secara terperinci Brahim (1968:161) mengemukakan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
pengajaran drama, yaitu:
1. melibatkan para pelajar pada persoalan hidup,
2. memberi kesempatan "biidung",
3. para pelajar dapat memperdekatkan nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya ndiri,
4. dapat menghargai golongan lain,
5. rnempunyai peranan dalam pernbentukan pribadi sendiri,
6. merupakan latihan memperguoakan bahasa dengan teratur dan baik,
7. melatih anak berpikir cepat,
8. melatih pelajar-pelajar yang lain sebagai penonton,
9. murid-rnurid dapat mengerti secara intelektual dan merasakan persoalan social psycholgis itu,
10. menimbulkan diskusi yang hidup, dan
11. mendidik berani mengemukakan pendapat.
12. menghargai pendirian orang lain,
34
sebagai
institusi
formal
merupakan
lingkungan
yang
kandusif
dalam
menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang detnikian, pelaksanaan
proses belajar mengajar sedapat mungkin dipusatkan psda aktivitas belajar siswa. Siswa secara
langsung mengalami keterlibatan intelektual dan emosional dalam proses belajar mengajar.
Salah satu kompcnen dalam pendidikan formal tersebut adalah pengajaran sastra (temasuk
drama). Pengajaran drama yang diberikan seuara problematis dan menekankan pada aktivitas
bersastra, akan dapat mengembangkan kreativitas siswa. Bersastra artinya melakukan proses kreatif
menikmati dan dapat juga mencipta sastra secara aktif. Dengan demikian akan terjadi keterlibatan
mental spiritual siswa terhadap karya sastra. Di sinilah guru memegang peranan penting dalam
posisinya sebagai pengajar untuk menciptakan suasana yang kondusif agar dapat memberi
kesempatan siswa mengembangkan diri.
Drama sebagai karya sastra, merupakan pengungkapan dunia batin pengarang yang
merefleksikan kebebasan pribadi dalam berkreasi. Penghayatan terhadap kebebasan pribadi akan
mendcrong pembaca (siswa) untuk bersikap kreatif. Drama juga menampilkan tokoh dengan segala
problema, watak, kejadian dan konflik. Semua itu diatasi dengan cara kreatif oleh pengarang.
35
Seseorang yang terlibat dalam drama akan menghayati penemuan-penemuan baru, kemungkinankemungkinan baru sehingga berpengaruh terhadap jiwa kreativitasnya.
Melalui kegiatan ekspresi yang berupa pementasan drama, suasana yang kondusif benar-benar
tercipta untuk menumbuhkan kreativitas siswa. Pada saat melakukan kegiatan pementasan itulah
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan
bekerja sama untuk persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan
pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan
tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan
sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti.
Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata
panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya.
Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya,
siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar
menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
Idealnya agar siswa dapat mempunyai kesempatan lebih luas, sebaiknya pengajaran drama tidak
hanya melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, tetapi ditunjang dengan kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler akan memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan,
peningkatan nilai dan sikap siswa dalam menerapkan pengatahuan dan kemampuan yang telah
dipelajari. Apabila proses pengajaran drama dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan efektif, akan
memberi kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses berapresiasi dan berekspresi drama. Hal yang
perlu ditekankan adalah bagaimana agar sekolah tetap dapat menjadi tempat pesemaian potensipotensi kreatif siswa lainnya saling berinteraksi dengan berdiskusi, berdislog dan bekerja sama untuk
persiapan pementasan.
Pertumbuhan dan perkembangan potensi kreatif siswa akan tampak pada proses persiapan
pementasan drama. Siswa yang melibatkan diri secara langsung dalam drama akan merasakan
pengaruh nilia-nilai drarna terhadap hidup mereka. Siswa yang mendapat kesempatan memerankan
tokoh tertentu, akan memperoleh rasa puas yang sesungguhnya apabila permainannya berhasil dan
sekaligus memiliki pengalaman menghayati peran yang mungkin akan dialami di masyarakat nanti.
Sementara itu, siswa-siswa yang terlibat dalam persiapan perancang kostum, seting dekorasi, tata
panggung, tata lampu, musik dan sebagainya akan dapat mengernbangkan selera dan pengetahuannya.
Mereka diberi kesempatan untuk berkreasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya,
siswa yang bertugas mempersiapkan kostum, dituntut untuk mengembangkan daya kreatifnya agar
menghasilkan tata kostum yang baik dan menarik disesuaikan dengan tuntutan pentas.
Apakah beda antara drama dan novel? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Sapardi
(1983:150) menyebut satu hal, yaitu drama dimaksudkan untuk dibawa ke pentas sedangkan
novel untuk dibaca. Istilah drama secara umum mengandung pengertian semua bentuk
pertunjukan yang bnersifat peniruan atau menirukan sesuatu (imitation of life action). Di
dalam kesusastraan, secara khusus drama merupakan bentuk cerita yang digubah dan
disusun untuk dimainkan atau dilakonkan. Seluruh cerita atau lakon drama disusun dalam
bentuk dialog atau percakapan antar pelaku.
Dari uraian di atas tampak bahwa drama mempunyai dua dimensi, yaitu
1
2
sebagai
seni sastra, dan sebagai seni pentas
sebagai
seni sastra drama adalah bacaan sedangkan
sebagai
seni pentas drama adalah suatu pertunjukkan atau tontonan.
Dengan memperhatikan kedudukan drama yang demikian itu, memberi penjelasan
bahwa drama bukan merupakan seni yang berdiri sendiri (individual). Dalam suatu
pementasan drama, tidak dapat dilaksanakan secara individual tetapi senantiasa bersama
dengan orang lain. Suasana itulah yang menyebabkan drama juga disebut sebagai seni
kolektif (collective art). Selain sebagai seni kolektif, drama juga merupakan seni campuran
(synthetic art). Disebut demikian oleh karena untuk kepentingan pementasan dalam drama
memerlukan keterlibatan unsur-unsur seni lain seperti tari (gerak), Seni musik (suara), seni
lukis (dekorasi/panggung), seni sastra (kata). Unsur-unsur tersebut terangkum menjadi satu
di dalam memberi ciri drama.
Unsur utama yaqg terdapat daiam drama adalah lakuan. Hal itu bertolak dari wawasan
klasik yang dinyatakan oleh Aristoteles yakni drama adalah tiruan dari kehidupan
(imitcrllon of life ent action) (Ichsan; 1990:214). Sebagai suatu realita, drama adalah cerita
mengenai koriflik dalam kehidupan manusia. Memahami drama pada akhirnya tidak
berbeda jauh dengan upaya memahami manusia, yuang melalui prosws atau tahapantahapan.
37
38
1) Pelacakan Pendahuluan
Drama ini bercerita tentang kehidupan sekelompok orang yang tergabung dalam
rombongan sirkus atau akrobatik. Sebagai rombongan sirkus maka mereka harus selalu siap
untuk memberi hiburan kepada para penonton. Itulah masalah menarik yang ingin
ditampilkan oleh drama ini. Setiap saat mereka selalu tampil gembira dan bahagia di
hadapan penonton, namun sebenarnya dibalik panggun6, dibalik k.egernbiraan tersebut
banyak masalah yang harus dihadapi.
Hidup ini adalah sandiwara, Kita harus pandai memainkan peran kita masingmasing.
Menurut para penonton, setelah layar panggung dibuka, saat itulah sandiwara dimulai.
Anggapan itu salah. Bagi kelompok sirkus itu, setelah layar diturunkan dan penonton bubar,
dan para pemain sirkus sibuk dengan urusan hidup masing-masing, barulah sandiwara yang
sebenarnya dimulai.
Drama ini bercerita tentang persekongkolan antara Si Bos dengan Si Tua untuk
mencelakai Si Buruk dan adiknya, Natalia. Si Bos ingin menguasai harta warisan milik Si
Buruk dan Natalia. Pada malam itu Si Buruk dipilih untuk bermain akrobatik. tali dan Si
Bos sudah merencanakan untuk rnembuat jebakan-jebakan agar Si Buruk terbunuh. Namun
niat jahat itu tidak berhasil karena dibongkar oleh Si Manis.
Pelaku dalam drama ini berjumlah 10 orang. Peran-peran yang ada adalah
a. Si Tua,
b. Si Buruk,
c. Si Manis,
d. Si Centil,
e. Si Pincang,
f. Si Beo,
g. bak Yu,
h. Carfa,
i. Pedro,
j. Natalia.
Ditambah satu tokoh yaitu Si Bos, tetapi tokoh Si Bos hanya disebut-sebut dalam cerita dan
tidak pernah dimunculkan ditengah tokoh-tokoh yang lain.
2. Penentuan Sikap Praktis
39
Naskah drama yang herjudul "Desir Cemara di tingkap adalah naskah yang masuk
nominasi sepuluh besar pada lomba penulisan naskah yang diselenggarakan oleh Balai
Bahasa Yogyakarta. Dengan mempertimbangkan proses penjurian dan kriteria penilaian,
dapat dijadikan salah satu ukuran bahwa naskah drama ini dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran.
Setelah guru mengenal dengan sungguh-sungguh naskah drama ini, selanjutnya guru
menandai hal-hal yang dianggap menarik dari drama tersebut. Melakukan identiftkasi
terhadap tokoh-tokoh yang ada, seperti bagaimana watak dan sifat Si Tua, orang tua yang
scring menasehati tetapi terlibat dalam persengkokolan. Si Beo yang mempunyai.sifat egois,
selalu ingin menunjukan kekuatannya. Si Centil adalah orang suka mencampuri urusan
orang lain, mau tahu urusan orang lain. Guru, juga perlu rnenandai kata-kata atau dialog
yang mengandung nilai dan menjadi kekuatan drama. Dialog-dialog yang mengandung
pokok pikiran, perlu dipikirkan bagaimana cara pengucapannya, lagu kalimatnya,
pelafalannya dan sebaginya.
Pada tahap penentuan sikap praktis ini, guru sudah mulai memikirkan cara yang efektif
agar siswa dapat mengikuti pembelajaran drama dengan baik. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah menugaskan siswa untuk membaca naskah drama itu di rumah, bisa
seminggu sebelum pelajaran dimulai. Dengan demikian siswa sudah pernah tahu dan
mengenal wujud naskah yang dijadikan bahan pengajaran.
3. Introduksi
Tahap introduksi atau pengantar merupakan tahapan pembuka sebelum masuk pada
penyajian. Pada tahap introduksi ini guru dapat mengajak siswa untuk mengingat
pengalman-pengalaman yang berkesan yang pernah dialami. Guru dapat mulai dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti, Siapakah yang pernah rnelihat pertunjukkan sirkus? Apakah
anak-anak pernah tahu kehidupan para pemain sirkus itu.
4. Penyajian
Setiap siswa sudah memhaca dan mempelajari naskah drama di rumah. Pada saat di
kelas, guru sebaiknya menunjuk beberapa siswa untuk rnenjadi peraga dan membaca di
depan. Naskah yang dibaca di depan kelas, dipilih pada bagian yang menarik baik dari
dialognya maupun dari isinya. tentunya siswa yang dipilih yang dapat membaca dengan
baik. Setelah dirasa cukup, dilanjutkan dengan pembacaan secara bersama-sama seluruh
siswa. Pada saat pembacaan ini, sambil dibayangkan kira-kira bagaimana kata, dialog atau
kalimat itu harus dibaca. Bagaimana suasana pembacaan yang tepat dengan isi dialog
tersebut. Apabila terjadi kesalahan dalam membaca, sebaiknya guru jangan langsung
40
Dalarn proses belajar mengajar, upaya pengukuhan dilakukan agar sesuatu yang
telah diperoleh siswa dapat menjadi "miliknya". Dengan pengukuhan itu sejumlah informasi
dan pengetahuan dapat benar-benar dipahami oleh siswa. Pada akhirnya siswa dapat
dinyatakan telah menguasai materi yang diajarkan.
Pada tahap pengukuhan dalarn proses pembelajaran drama ini, yang dapat dilakuka.n
oleh guru antara lain dengan memberi penegasan kembali terhadap nilai-nilai, yang ada
dalam drama tersebut. Siswa diajak untuk merenungi dan meneliti masalah tersebut
dikaitkan dengan kehidupan mereka masing-masing. Apakah yang harus dilakukan dan
sikap yang bagaimana yang harus diambil bila menghadapi masalah seperti yang
ditampilkan dalam drama. Idealnya, siswa dapat mengidentifikasikan dirinya, dihubungkan
dengan tokoh-tokoh yang ada dalam drama. Hal yang berhubungan dengan pengetahuan
atau teori drama, juga perlu mendapat perhatian dalam tahap pengukuhan ini. Guru perlu
memberi penekanan dengan ,memberi penjelasan ulang secara singkat mengenai unsurunsur drama yang sudah dipelajari bersama.
42
Naskah yang akan dijadikan bahan pementasan hendaknya yang dapat dan mungkin
untuk dimainkan (Actable). Naskah yang dipilih juga sedapat mungkin disesuaikan dengan
kebutuhan pendidikan serta sesuai dengan alam jiwa siswa (Brahim, 1968:158). Lebih
lanjut Brahim rnenjelaskan bahwa naskah yang dapat dimainkan terutama ditinjau dari segi
praktisnya. Tidak membutuhkan dekorasi yang sukar dan tidak berubah-ubah setingnya,
serta tidak membutuhkan perlengkapan yang tidak mungkin dibawa ke panggung. Hal yang
lebih penting naskah tersebut sesuai dengan kesanggupan pemain dan sutradara (dalam hal
ini guru). Dari segi bahasa, pilihan katanya, bentuk-bentuk dialog yang ada berupa kata-kata
yang hidup, lancar, dan cair.
Barangkali permasalahan klasik yang sering ditemui adalah permasalahan nanaskah.
Sulit mendapatkan naskah yang baik. Kalau naskah tidak ada, ya harus cari. Idealnya
seharusnya Anda sebagai guru sekaligus menjadi pemburu naskah. pabila. memungkinkan,
dalam upaya mendapatkan naskah dapat melibatkan swa. Dengan melibatkan siswa dalam
pencarian naskah, memberi kesempatan swa untuk melakukan apresiasi sederhana.
Pada prinsipnya untuk mengatasi kekurangan naskah, guru harus dapat rtindak kreatif.
Bahkan juga sangat mungkin guru membuat naskah sendiri.
Dalam pembuatan naskah itu pun dapat dilakukan bersama-sama siswa. Yang penting,
sebagai guru jangan cepat merasa putus asa. Tidak ada kata menyerah untuk melakukan
pembelajaran apresiasi drama.
c. Penentuan Pemain
Sesuai dengan tujuan pementasan yaitu dalam rangka proses pembelajaran drama,
maka pertimbangan utama dalam penetuan pemain adalah supaya seluruh siswa dapat
terlibat dan menikmati pementasan. Oleh karena itu, dalam menentukap pemain atau
pemeran yang cocok dengan tokoh yang akan dimainkan, guru dapat menggunakan kriteria
sederhana yaitu keadaan fisik dan kejiwaan. Pertimbangan fisik dan kejiwaan siswa,
disesuaikan dengan karakter tokoh yang akan dibawakan. Tentu saja sebelum menentukan
siapa pemeran tokoh tertentu, guru harus sudah memiliki interpretasi terhadap watak, sifat,
dan karakter tokoh-tokoh yang ada dalam naskah drama. Dalam tahapan pembelajaran,
pengenalan siapa sebenarnya tokoh-tol:oh dalam naskah dilakukan pada saat pelacakan
pendahuluan. Sebagai contoh, untuk berperan sebagai tentara, dipilih siswa yang metniliki
postur tubuh tinggi dan badan tegap serta suara yang keras. Untuk tokoh seorang guru,
dipilih siswa yang punya sifat pendiam, sabar dan sebagainya.
Di samping masa!at pemain, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kerabat kerja.
Drama merupakan pekerjaan kolektif, karena drama merupakan sebuah seni pentas. Oleh
43
karena itu, selayaknya dalam proses pementasan ini juga dikembangkan organisasi
pelaksana pementasan yang mencerminkan kepaduan seni tersebut (Ardiana, 1993:231}.
Sekaligus juga memberi kesempatan kepada siswa untuk ber!atih bekerja sama dan
bertanggung jawab terhadap tugas tnasingmasing.
d. Latihan-Latihan Dasar Drama
Sebelum masuk pada latihan ini untuk penggarapan naskah pementasan, sebaiknya
siswa juga dikenalkan dengan dasar-dasar bermain drama secara praktis. Latihan dasardasar bermain drama biasanya meliputi
(1) latihan gerak,
(2) latihan suara/bunyi, dan
(3) latihan akting.
Seorang pemain agar dapat membawakan perannya dengan baik harus dapat menguasai
urat-urat tubuhnya sehingga dapat digerakkan untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang
baik (Brahim, 1968:160). Untuk itu perlu diadakan latihan-latihan gerak agar dapat
menghasilkan kelenturan gerakan tubuh serta kekuatan otot tubuh. Banyak cara yang dapat
dilakukan utnuk latihan dasar ini. Misalnya, latihan rnenari dengan musik, olah raga (silat),
karate, senam dan sebagainya. Dengan latihan itu diharapkan siswa memiliki gerakangerakan tubuh yang reflek berdasarkan tuntutan naskah, dan tidak merasakan canggung
untuk melakukan sesuatu.
Sehubungan dengan latihan dasar suara atau bunyi bertujuan agar siswa dapat
merasakan perasaan yang terkandung dalam suatu 4capan dan mengucapkannya sesuai
dengan perasaan. Dalarn percakapan rnemperlihatkan pembelajaranasi dan intonasi yang
jelas dan irama yang hidup. Konsonan dan vokal hendaklah jelas artikulasinya. Latihanlatihan bunyi dapat dilakukan dalam alam terbuka, seperti di pantai, di daerah pegunungan
dan sebagainya. Berikut ini disajikan latihan suara yang dikemukakan oleh Adjib Hamzah
(1985:216-128). latihan suara terkait erat dengun organ tenggorokan. Ikutilah urutan latihan
berikut ini vokal dan konsonan tertentu.
a. Menguaplah dengan bebas; terasa tenggorokan terbuka dan tidak tegang
b. Tariklah nafas dalam-dalam, rahang tetap rileks, dan berpikirlah bahwa tenggorokan
Anda terbuka lebar. Kemudian hembuskan nafas perlahan.
c. Katatan: Aku dapat berkata seolah-olah aku akan menguap. Dengarlah aku berkata
seolah-olah aku akan menguap.
44
d. Ucapkanlah lo-la-le-la-lo dengan lambat laun bertenaga untuk tiap pengulangan. Bunyi
huruf hidup harus jelas. Rahang rileks. Kemudian nyanyikanlah. Tinghatkan volume
suara dengan bernafas dalam-dalam, namun tenggorokar. jangan tegang.
e. Ucapkanlah vokal a, i, u, e, o berulang-ulang terus. Setiap pengulangan volume suara
dan kecepatan ditambah. Ulangi terus dengan tetap menambah volume dan kecepatan
suara sampai puncak volume dan kecepatan suara Anda. Pada saat latihan di alam
terbuka seperti di pantai, ucapkanlah dengan suara yang sekeras-kerasnya seakan-akan
Anda ingin mengalahkan suara deburan ombak.
Selanjutnya latihan akting digunakan untuk kepentingan rnembawakan dan
menghidupkan dialog teks. Untuk rnembawakan dan menghidupkan dialog perlu diolah
gerak dan ekspresi wajah para pemain. Latihan ini sebaiknya dilaksanakan setelah siswa
yang memegang peran sudah hafal dengan naskah drama. Dalarn latihan akting, siswa
dikenalkan dengan berbagai contoh ekspresi gerak wajah yang rnenggambarkan sikap,
watak, perilaku dari tokoh yang diperankan.
e. Pementasan dan Evalauasi
Hari pementasan biasanya sangat menegangkan. Semua berharap-harap cemas.
Berhasilkah, atau gagalkah? Sebelum diadakan pementasan perlu diadakan pengecekan
secara keseluruhan. Bila perlu dilakukan kegiatan pementasan pendahuluan atau
pementasan gladi resik sebelum pementasan yang sesungguhnya. Setelah pementasan usai
pertu dilakukan evaluasi sampai di manakah hasil pementasan itu. Bahkan bila perlu guru
dapat menghadirkan ahli dari luar atau meminta masukan dari guru-guru lain tentang
pementasan tersebut. Masukan dan kritikan rnerupakan hal yang penting untuk proses
belajar selanjutnya.
Yang perlu diingat bahwa target pementasan yang dilakukan tetap dalam rangka
pembelajaran drama. Pelaksanaan kegiatan berekspresi drama di sekolah bukan untuk
mencetak aktor atau produser melainkan dalam rangka membantu anak didik berkembang
menjadi manusia yang matang seutuhnya (Ardiana, 1993:232). Oleh karena itu,
bagaimanapun hasilnya, bukan merupakan tujuan utama. Tujuan utama adalah agar siswa
dapat melakukan kegiatan apresiasi secara langsung dalam rangka mencari pengalaman
baru.
45