Anda di halaman 1dari 10

MATERI DRAMA

A. Pengertian Drama
Karya sastra fiksi terbagi atas prosa, puisi, dan drama. Sedangkan karya sastra nonfiksi di
antaranya adalah biografi, autobiografi, esai, dan kritik sastra. Pada kesempatan ini, kami akan
menitik beratkan penjelasan mengenai drama dan isinya.
Berikut ini adalah pengertian drama menurut para ahli:
1. Drama adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang disajikan dalam dialog atau
pantomim, suatu cerita yang mengandung konflik atau kontras seorang tokoh, terutama
sebagai suatu cerita yang diperuntukkan untuk dipentaskan di panggung dramatik. (Benhart)
2. Drama adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh, meniru gerak
pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari perangkat yang dibayangkan,
penggunaan pengalaman yang selalu serta pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu
lakuan, dialog, monolog, guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita-cerita tertentu.
(Wood dan Attfield)
3. Drama merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur intrinsik, satu kesatuan karya
itu membentuk kesatuan atau totalitas. (Erwan Juhara)
4. Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan
seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama
yang dipentaskan. (Seni Handayani dan Wildan)
5. Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
menampilkan pertikaian/konflik dan emosi lewat adegan dan dialog. (Wahono dan
Rusmiyanto)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan pengertian drama adalah sebuah karya sastra
yang dibuat oleh penulis dalam wujud tulisan atau karya sastra tulis dengan memiliki tujuan
dipentaskan dalam sebuah panggung pertunjukan.
http://semikansa.blogspot.com/2017/03/pengertian-drama.html

B. Ciri-ciri drama:
 Drama terdiri dari pada dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang diwujudkan.
 Harus ada konfliks
 Harus ada aksi
 Harus dilakonkan
 Tempo masa kurang daripada 3 jam

C. Jenis-jenis drama Indonesia


Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang dipakainya. Dalam pembagian jenis drama,
biasanya digunakan ada tiga dasar, yakni: berdasarkan penyajian lakon drama, berdasarkan
sarana, dan berdasarkan keberadaan naskah drama.
1. Berdasarkan bentuk cakapannya
a. Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau
menggunakan unsur-unsur puisi.
b. Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
2. Berdasarkan kuantitas cakapannya
a. Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c. Dialog-monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
3. Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu:
a. Opera: drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
b. Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan
c. Komedi: drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
d. Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
e. Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
f. Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
g. Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog,
tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
h. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.
i. Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari.
4. Berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis drama dibagi antara lain:
a. Drama Panggung: drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.
b. Drama Televisi: hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya drama televisi tak
dapat diraba.
c. Drama Film: drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
d. Drama Wayang: drama yang diiringi pegelaran wayang.
e. Drama Radio: drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh
penikmat.
f. Drama Boneka: para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh
beberapa orang.
5. Berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama.
a. Drama Tradisional: tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
b. Drama Modern: tontonan drama menggunakan naskah.
6. Bentuk-bentuk lain
a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, dan
tematik.
b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul abad ke-18).
d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh
utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di
Abad Pertengahan).
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu tema dengan
sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada
(terutama di perdesaan).
https://majalahpendidikan.com/drama-pengertian-struktur-ciri-ciri-jenis-dan-unsur-drama/

D. Struktur Drama
Berikut merupakan 3 struktur drama:
 Prolog (adegan pembukaan).
 Dialog (percakapan).
 Epilog (adegan akhir atau penutup).

a. Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian
utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
b. Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama
menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman
dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintanganini.
c. Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di
dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks
(turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh.
Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai- tidaknya perubahan itu
dengan yang mereka harapkan.
Pengarang dapat mempergunakan teknik flashback atau sorot balik untuk memperkenalkan
penonton dengan masa lalu sang pahlawan, menjelaskan suatu situasi, atau untuk memberikan
motivasi bagi aksi-aksinya.

E. Unsur-unsur Naskah Drama


Drama dibangun atas beberapa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan
unsur yang membangun sebuah karya sastra yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri.
Sebelum menulis naskah drama ada beberapa hal yang sebaiknya dipahami terlebih dahulu yaitu
unsur yang membangun naskah drama. Menurut Herman J. Waluyo, unsur drama tersebut
meliputi:
1. Plot/alur. Plot atau kerangka cerita, yaitu jalinan cerita atau kerangka cerita awal hingga akhir
yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh atau lebih yang saling berlawanan.
2. Penokohan dan perwatakan. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan
merupakan susunan tokoh-tokoh yang berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya
akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki watak atau karakter yang
berbeda-beda.
3. Dialog(percakapan). Ciri khas naskah drama adalah naskahnya berbentuk percakapan atau
dialog. Dialog dalam naskah drama berupa ragam bahasa yang komunikatif sebagai tiruan
bahasa sehari-hari bukan ragam bahasa tulis.
4. Setting (tempat, waktu dan sarana). Setting disebut juga latar cerita yaitu penggambaran
waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita.
5. Tema (dasar cerita). Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita dalam
drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh antagonis
dan protogonis dengan perwatakan yang berlawanan sehingga memungkinkan munculnya
konflik diantara keduanya.
6. Amanat atau pesan pengarang. Pesan dalam sebuah drama dapat tersirat dan tersurat.
Pembaca yang jeli akan mampu mencari pesan yang terkandung dalam naskah drama. Pesan
dapat disampaikan melalui percakapan antartokoh atau perilaku setiap tokoh.
7. Petunjuk teknis/teks samping. Dalam naskah drama diperlukan petunjuk teknis atau teks
samping yang sangat diperlukan apabila naskah drama itu dipentaskan. Petunjuk itu berguna
untuk petunjuk teknis tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, musik, keluar masuk tokoh, keras
lemahnya dialog, warna suara, dan sebagainya.
http://ofteachers.blogspot.com/2017/04/pengertian-dan-struktur-naskah-drama.html

F. Istilah-istilah dalam drama


1. Drama : berasal dari bahasa Yunani, yaitu dramoi yang berarti berbuat, bertindak, dan
sebagainya. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan atau
pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau dipertunjukkan di depan
khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti sempit ialah sebuah kisah hidup
manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung. Pementasan drama dikenal
juga dengan istilah teater. dan sebuah produksi pementasan drama bisa berangkat dari sebuah
naskah (dikategorikan juga sebagai bentuk Drama Modern) ataupun tanpa naskah hanya
dengan bentuk improvisasi atau menggunakan plot saja (dikategorikan sebagai Drama
Tradisional).
2. Babak : Babak, merupakan bagian dari lakon drama. Dalam satu lakon drama mungkin saja
terdiri dari satu, dua atau tiga babak bahkan mungkin lebih. Batas antara babak satu dengan
babak selanjutnya ditandai dengan turunnya layer atau matinya penerangan lampu
pementasan. Bila lampu dinyalakan kembali atau layer diangkat kembali biasanya ada
perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda.
3. Adegan : Adegan adalah bagian dari babak. Sebuah adegan hanya bagian dari rabgkaian
suasana dalam babak.
4. Prolog : Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog biasanya berisi tentang
perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, konflik yang terjadi dan juga synopsis lakon
5. Epilog : Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya kadang berupa
kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang telah disajikan.
6. Dialog : Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memegang peranan penting karena
menjadi pengarah lakon drama. Agar dialog tidak membosankan maka pengucapannya harus
disertai penjiwaan secara emosional, selain itu pelafalannnya harus jelas dan cukup keras.
7. Monolog : Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri.
8. Mimik : Mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami
pemain.
9. Pantomim : Pantomime adalah ekspresi gerak-gerik tubuh untuk menunjukkan emosi yang
dialami pemain.
10. Pantomimik : Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik
tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain.
11. Gestur : Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan kaki, kepala, dan tubuh pada
umumnya yang dilakukan pemain.
12. Bloking : Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat yang satu ke tempat yang lain
agar penampilan pemain tidak menjemukan.
13. Gait : Gait berbeda dengan bloking karena diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan
dan cara bergerak pemain.
14. Akting : Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan
peran yang dimainkan.
15. Aktor : Aktor adalah orang yang melakukan acting yaitu pemain drama. Untuk actor wanita
disebut sebagai aktris.
16. Improvisasi : Improvisasi adalah gerakan-gerakan atau ucapan-ucapan penyeimbang untuk
lebih menghidupkan peran.
17. Musik Ilustrasi : Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang
sedang digambarkan. Istilah ilustrasi juga bias disebut musik pengiring
18. Kontemporer : Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat
aturan.
19. Kostum : Kostum adalah pakaian para pemain yang dikenakan pada saat memerankan tokoh
cerita di panggung.
20. Skenario : Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan
para pemain
21. Panggung : Panggung adalah tempat para aktor memainkan drama.
22. Tirai : Tirai adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup
sesuai dengan kebutuhan.
23. Penonton : Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan
drama.
24. Sutradara : Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam
pementasan drama.
25. Naskah : Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut
termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan
keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga dilengkapi penjelasan
tentang tata busana, tata lampu dan tata suara (musik pengiring)
26. Tata Rias : Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya seorang
pemain memerankan tokoh kakek maka wajah dan rambutnya dibuat tampak tua. Rias
memiliki fungsi pokok, misalnya mengubah seorang gadis belia menjadi nenek tua atau
seorang pria memerankan seorang wanita. Rias memiliki fungsi bantuan, misalnya seorang
gadis muda memang memerankan gadis muda.
27. Tata Busana/kostum : penataan kebutuhan kostum semua pemain. Penata rias dan penata
busana harus bekerjasama saling memahami, saling menyesuaikan, penata rias dan penata
busana harus mampu menafsirkan dan mementaskan rias dan pakaian yang terdapat dalam
naskah cerita, misal tokoh nenek melarat, maka pakaian yang dikenakan tidak menggunakan
pakaian yang bagus dan mahal, karena kesalahan dalam busana dapat juga mengganggu
jalannya cerita.
28. Tata Lampu : Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita
yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita, untuk menggambarkan
kejadian pada malam hari atau siang hari, menggambar kejadian misal di tempat romantis.
29. Tata Suara : penataan kebutuhanMusik dalam pertunjukan drama untuk mendukung
suasana, misal penggambaran kesedihan, ketakutan, kemarahan dan lain-lain misal
penggambaran cerita kesedihan seorang anak, kalau diiringi musik yang sesuai, tentu
kesedihan ini akan lebih terasa diiringi musik berirama lembut, alat musik yang digunakan
hanya seruling yang mendayu-dayu, ketika adegan kemarahan diiringi musik berirama cepat
dan keras, penata musik berirama cepat lagu yang sudah ada ataupun menciptakan lagu
sendiri, penata suara harus memiliki kreativitas yang tinggi.
30. Dekorasi : penataan setting panggung pertunjukan yang berfungsi memperjelas seting /latar
dan konsep pertunjukan drama.
Set dekor realistik : menggunakan unsur-unsur dengan kerupaan yang sebenarnya. Dengan
set ini diharapkan penonton seperti menyaksikan alam sesungguhnya.
Set dekor sugestif : mempergunakan beberapa unsur saja yang menjadi ciri khas suatu
keadaan ruang atau alam tertentu. Contoh: hutan digambarkan dengan
dua bentuk pohon sederhana berakar gantung.
Set dekor stilasi : set dekor yang bentuk unsur-unsurnya digayakan dari bentuk aslinya.
Bentuknya bisa tidak alamiah. Ukurannya bisa jadi tidak rasional.
Set dekor abstrak : tidak menampilkan unsur-unsur yang berbentuk realistis naturalis, tetapi
berbentuk benda sederhana tidak lengkap. Penonton dituntun untuk
menerka-nerka secara terarah.
https://www.kolomdrama.site/2017/01/istilah-istilah-dalam-drama.html

G. Kebahasaan dalam drama


Drama dinikmati dengan cara dipentaskan. Ceritanya disampaikan dengan dialog antar-
pemain. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan untuk menuliskan percakapan dalam drama
yaitu bahasa lisan. Jadi, percakapan dalam drama tidak perlu menggunakan bahasa baku. Bahasa
dalam drama sebaiknya menggunakan bahasa lisan sehari-hri. Dengan demikian, percakapan
dalam drama tidak kaku.

Teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut:


1. Teks drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya. Atau
dalam narasi. Penggunaan kata ganti orang ketiga ini dimaksudkan karena drama melibatkan
banyak pelaku (tokoh). Kata ganti yang lazim digunakan adalah , ia, dia, beliau, -nya, dan
mereka.
2. Teks drama menggunakan kata-kata sapaan dan kata ganti orang pertama dan kedua pada
bagian dialognya. Kata ganti orang pertama yang sering digunakan adalah saya, aku, daku, -ku,
ku-, kami, kita. Sementara itu kata ganti orang kedua yang sering digunakan adalah engkau,
kamu, Anda, dikau, kau, -mu, -mu, kalian.
3. Teks drama menggunakan kosa kata sehari-hari dan kadang-kadang tidak baku. Kosa kata
tersebut antara lain oh, ya, aduh, dong, gitu, sih.
4. Teks drama menggunakan kata seruan, perintah, dan pertanyaan.
5. Teks drama menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis),
misalnya; sekarang, sesudah, setelah, sebelum, mula-mula, kemudian, setelah itu.
6. Teks drama menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi,
misalnya; meminta, menobatkan, menghilangkan, berlari, mendekat.
7. Teks drama menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh, misalnya mendambakan, mengalami, mengharapkan, menginginkan,
merasakan.
8. Teks drama menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, ataun
suasana, misalnya; bagus, ramah, kecil, tampan, gagah, indah.

H. Teknik dan Langkah-langkah Pementasan Drama


Pementasan drama merupakan gabungan antara senin sastra dan seni pertunjukan.
Drama pada awalnya ditulis dalam bentuk naskah atau teks. Naskah tersebut kemudian dijadikan
sebuah pementasan.

Berikut adalah Unsur-unsur pementasan


1. Naskah
Naskah drama merupakan karya sastra yang terdiri atas unsur-unsur pembangun. Naskah
drama mencakup cerota yang ditulis dalam bentuk dialog dan berisi lakon hidup tokoh-
tokohnya. Naskah drama memberikan gambaran pementasan yang akan diakukan, seperti
tema, amanat, tokoh-tokoh yang terlibat, dialog antar tokoh, jalan cerita yang dibangun, dan
latar yang digunakan.

2. Sutradara
Sutradara adalam pemimpin dalam pementasan drama. Sebagai pemimpin yang mempunyai
tanggung jawab dalam kesuksesan pementasan drama, sutradara harus membuat perencanaan
yang matang. Tugas seorang sutradara sangat banyak dan cukup berat, seperti memilih
naskah, menentukan pokok penafsiran naskah, memilih pemain, melatih pemain, bekerja
dengan staf dan mengkoordinasikan setiap bagian.

3. Pemain
Pemain merupakan orang yang memeragakan peran di dalam cerita, atau disebut juga
aktor/aktris. Beberapa pemain dibututhkan dalam drama berdasarkan banyaknya tokoh yang
ada di dalam naskah. Agar berhasil memerankan tokoh dalam pementasan, pemain dipilih
secara tepat sesuai dengan peran yang dibutuhkan.

4. Tata Panggung
Panggung adalah tempat para pemain memeragakan lakon dramanya. Sebagai seni
pertunjukan, biasanya panggung akan di desaign lebih tinggi daripada lantai, lebih tinggi dari
tempat duduk penonton agar penonton yang duduk dibelakang masih mampu menyaksikan
pertunjukan dengan jelas.
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan dalam memainkan pementasan.
Petugas yang menata panggung disebut penata panggung yang terdiri dari tim, supaya dapat
merubah keadaan panggung dengan cepat. Panggung mendeskripsikan tempat, waktu dan
suasana yang terjadi. Setiap peristiwa yang memiliki babak berbeda tempat, waktu dan
suasana membuat penataan panggung harus lebih cekatan untuk merubahnya.

5. Tata Rias
Tata rias adalah penataan riasan para pemain. Orang yang bertanggung jawab terhadap tata
rias adalah penata rias. Tata rias menckup riasan wajah para pemain agar sesuai dengan jalan
cerita.
6. Tata Busana
Tata busana adalah penataan kostum, yang digunakan para pemain. Tata busana mencakup
baju dan perhiasan yang akan digunakan pemain selama pementasan. Tata busana harus
mendukung cerita yang telah ditulis dalam naskah.

7. Tata Suara
Tata suara adalah penataan suara dan musik yang digunakan dalam pementasan drama. Orang
yang bertanggung jawab tata suara adalah penata suara. Penata suara harus menentukan keras
lebutnya suara para pemain dan musik yang mengiringi pementasan.

8. Tata Lampu
Tata lampu adalah pengaturan cahaya yang digunakan selama pementasan berlangsung.
Penataan cahaya di atas panggung harus disesuaikan dengan cerita yang diperankan tokoh.

9. Penonton
Penonton adalah unsur penting dalam pementasan drama. Semua unsur drama yang disiapkan,
tentu dibuat untuk penonton. Kesuksesan sebuah drama dapat diukur dari respon para
penonton yang menyaksikannya. Penonton drama terdiri dari berbagai latar belakang
pendidikan, ekonomi maupun kemampuan mengapresiasi atau motivasi.
Fungsi penonton yang meminati seni tentu sangat dibutuhkan disetiap pementasan drama,
agar drama terasa hidup dengan apresiasi yang penonton berikan.

I. Langkah-langkah pementasan
1. Menyusun Naskah
Idenya bisa merupakan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.
2. Lakukan Pembedahan
Secara Bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan. Tujuannya agar semua
pemain memahamu isi naskah yang akan dimainkan.
3. Reading.
Calon pemain membaca keseluruhan naskah sehingga sehingga dapat mengenal masing-
masing perannya
4. Casting.
Melakukan pemilihan peran
5. Mendalami peran yang dimainkan.
Pendalaman peran perlu dilakukan dengan mengadakan pengamatan di lapangan
6. Blocking.
Sutradara mengatur teknis pentas yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain
7. Running.
Pemain menjalani latihan secara lengkap mulai dari dialog sampai pengaturan pentas.
8. Gladi Resik / Latihan terakhir sebelum pentas.
Semua pemain dari awal sampai akhir pementasan tanpa ada kesalahan lagi.
9. Pementasan,
Semua pemain sudah siap dengan kostumnya.

J. Teknik pementasan dalam drama


Drama adalah karangan yang berupa dialog sebagai bentuk alurnya, hal-hal yang perlu
diperhatikan.
1. Vokal
Dalam suatu pementasan, vokal sangatlah penting karena dengan vocal ini para penonton tau
maksud dari cerita yang dipentaskan. Aspek vokal yaitu sebagai berikut :
a. Volume
Dalam vokal kita mengenal volume dimana volume yang dimaksudkan adalah volume kuat
atau lemah.
b. Intonasi
Intonasi mencakup tentang naik atau turunnya suara yang diucapkan, serta tinggi
rendahnya suara agar drama yang kita ceritakan tidak monoton sehingga membuat
penonton merasa bosan.
c. Artikulasi
Dalam bermain drama khusunya dialog atau mengucapakan kata-kata pada naskah drama
yang diperankan haruslah jelas kelafalanya supaya yang mendengar dapat mengerti apa
yang dimaksudkan kata-kata yang disampaikan oleh seorang tokoh dalam drama.
d. Tempo
Tempo yang dimaksudkan adalah cepat dan lambatnya vokal yang diucapkan.
2. Mimik
Supaya cerita dalam drama dapat dihayati maka penting sekali untuk menampilkan ekspresi
yang sesuai dengan cerita tokoh dalam dram tersebut. Contohnya : seseorang yang dihianati
oleh kekasihnya maka ekspresi yang tepat adalah ekspresi marah, kecewa dan lain sebagainya.
3. Gestur
Gestur atau gerak tubuh juga penting dalam pementasan drama, agar peran yang dimainkan
oleh tokoh lebih hidup lagi perlu adanya gerak tubuh seorang tokoh agar peran yang
dimainkan tersampaikan pada para penonton.
4. Blocking
Blocking yaitu tidak membelakangi penonton, jadi dalam sebuah pementasan para tokoh
dilarang untuk blocking, karena nantinya cerita yang disampaikan tidak akan sampai pada
para penonton karena blocking tersebut. Dan dalam pementasan perlu juga untuk menguasai
panggung supaya para tokoh tidak hanya diam di satu titik itu saja.

K. Menampilkan Satu Tokoh dalam Drama!


Tokoh merupakan individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain
drama disebut aktor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam drama dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi:
1) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang
bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian maupun dikenai kejadian.
2) Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak
dipentingkan dan hadir hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung
ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.

2. Dilihat dari watak atau sifat tokoh dapat dibedakan ke dalam:


1) Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia
merupakan tokoh pengejawantahan/perwujudan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi
klita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro 2004: 178). Identifikasi tokoh yang demikian
merupakan empati dari pembaca.
2) Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai
tokoh jahat. Tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca
mata si penjahat itu sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan
visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat.
3) Tokoh mirawan/Tritagonis adalah tokoh tokoh penting disamping tokoh protagonis dan
antagonis. Pada umumnya tokoh wirawan mempunyai pikiran yang luhur dan mempunyai
budi budi pekerti yang luhur dan baik yang diwujudkan dalam pandangan dan tindak
tanduknya yang mulia.

Untuk dapat memerankan tokoh dalam drama, ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh
seorang pemain peran. Agar lebih memahami bagaimana cara agar dapat memerankan tokoh
dengan sempurna, pelajari terlebih dahulu materi berikut ini.
Pengekspresian watak dan dialog dalam drama.
1. Perwatakan / penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan. Perwatakan/penokohan adalah penggambaran sifat
batin seseorang tokoh yang disajikan dalam cerita. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama
digambarkan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut.
a. Keadaan fisik
Keadaan fisik tokoh meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas
yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, atau
suka senyum/cemberut.
b. Keadaan psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral, temperamen,
ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.
c. Keadaan sosiologis
Keadaan sosiologis tokoh meliputi, jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, dan
ideologi.
2. Dialog / percakapan
Ciri khas naskah drama bebentuk cakapan atau dialog inilah yang akan diucapkan
pemeran di atas panggung.
Beberapa hal yang berkaitan dengan dialog dalam naskah drama sebagai berikut.
a. Dialog mencerminkan percakapan sehari-hari karena drama merupakan mimetik
(tiruan) dari kehidupan sehari-hari.
b. Ragam bahasa yang digunakan dalam adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan
ragam bahasa tulis.
c. Diksi (pilihan kata) yang digunakan dalam drama berhubungan dengan konfluik dan
plot.
d. Dialog dalam naskah drama bersifat estetis, artinya memiliki bahasa yang mudah
digemari dan dipahami.
e. Dialog dapat mewakili watak tokoh yang dibawakan, baik secara psikologis, sosiologis,
maupun fisiologis.
Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, Anda harus menghayati terlebih
dahulu peran tersebut. Dengan demikian, Anda akan bermain dengan sangat baik. Setelah
Anda memahami dan menghayati peran dalam drama, Anda perlu melatih gerak-gerik
(gestur), mimik (ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar
penonton dapat menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.
Sebelumnya, telah dikemukakan bahwa untuk melatih penghayatan diperlukan latihan
olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, Anda perlu melakukan latihan olah
tubuh, sedangkan untuk melatih intonasi Anda memerlukan latihan olah vokal. Latihan-
latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung, tubuh aktor
akan siap secara keseluruhan. Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.

Latihan –latihan tersebut adalah:


1. Gerak-Gerik (Gestur)
Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan
peran yang akan diperankannya. Misalnya, saat Anda berperan sebagai seorang guru
yang berwibawa tentunya berbeda gestur saat Anda berperan sebagai seorang kakek
renta. Contoh lainnya adalah saat Anda berperan sebagai seorang siswa yang baik dan
pintar, tentunya berbeda dengan gestur siswa badung yang pemalas.
Untuk dapat menguasai gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, Anda perlu
melakukan latihan olah tubuh. Di samping itu, Anda pun perlu melakukan observasi atau
pengamatan terhadap figur tokoh yang akan Anda perankan. Misalnya, saat Anda
ditugasi berperan sebagai seorang guru, Anda dapat melakukan pengamatan terhadap
guru Anda.

2. Mimik atau Ekspresi


Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya.
Penonton dapat mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang
diperlihatkan oleh pemain. Contohnya, saat pemain berperan sebagai seseorang yang
sedang bersedih, tidak mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagia.
Agar mimik Anda dapat terlatih dengan baik, Anda dapat melakukan kegiatan
senam wajah setiap hari. Caranya, yaitu menggerak-gerakkan seluruh otot wajah Anda
hingga terasa pegal. Hal ini dapat membantu Anda melenturkan otot-otot wajah Anda
sehingga mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.

3. Intonasi
Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan
membuat penonton tidak jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat
dilakukan dengan cara:
a. menaik-turunkan volume suara;
b. merendah-tinggikan frekuensi nada bicara;
c. mengatur tempo pengucapan;
d. mengatur dan menolah warna serta tekstur suara;

Dalam menghayati karakter, Anda perlu melakukan kegiatan olah sukma. Adapun tahapan-
tahapan latihan olah sukma adalah sebagai berikut.
1. Konsentrasi, yakni pemusatan pikiran dalam mempelajari sebuah karakter. Seorang
aktor harus dapat berkonsentrasi penuh seakan mengubah keseluruhan dirinya
menjadi peran tersebut.
2. Imajinasi, yakni kemampuan mengembangkan daya khayal. Hal ini sangat
diperlukan dalam pendalaman sebuah peran untuk menghidupkan sesuatu yang
tidak ada menjadi ada. Misalnya, membayangkan panggung sebagai sebuah taman
yang dikelilingi pepohonan rindang. Latihan pengembangan imajinasi dapat
dilakukan dengan cara:
a. Membayangkan benda yang tidak ada dan tidak dapat disentuh menjadi seolah-
olah ada dan dapat disentuh.
b. Membayangkan sosok orang yang tidak ada menjadi seolah-olah ada dan dapat
berinteraksi.
c. Membayangkan kejadian yang belum pernah ada dan dialami.
d. Misalnya, membayangkan rasa sedih saat kehilangan seseorang yang kita sayangi.
3. Ingatan emosi, yakni meningkatkan kepekaan terhadap emosiemosi alamiah yang
mungkin terjadi. Caranya adalah dengan mengingat emosi-emosi dasar seperti
tertawa, menangis, dan marah. Kemudian, mengombinasikan emosi, yakni tertawa,
tiba-tiba marah, lalu menangis.
4. Relaksasi, yakni meringankan ketegangan pada tubuh akibat lelah saat latihan.
5. Observasi, yakni meninjau secara langsung karakter tokoh yang akan diperankan.
Misalnya, mengamati kehidupan orang gila saat aktor akan bermain drama sebagai
orang gila.

Anda mungkin juga menyukai