Anda di halaman 1dari 22

1.

Pengertian Drama
 Kata drama dari bahasa Yunani yaitu dromai yang mepunyai makna berbuat, bertindak,
dan bergerak melakukan aksi sesuai naskah. Secara umum, drama merupakan suatu karya
sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor.
 Drama adalah karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusia melalui dialog dan gerak
di atas pentas (buku mandiri kelas XI, halaman 141)
 Pementasan drama dikenal dengan istilah teater. Drama juga bisa dikatakan sebagai cerita
dalam naskah yang diperagakan dalam panggung. Secara umum drama mempunyai dua
makna secra sempit dan secara luas.
 Drama dalam arti luas adalah bentuk tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita
yang dipentaskan di depan khalayak umum. Sedangkan untuk dalam arti sempit yaitu
sebuah kisah hidup seseorang yang di ditampilkan di atas panggung yang ditonton oleh
kalayak umum. (santaidamai.com/pengertian-drama/)
 Drama merupakan salah satu dari bentuk karya sastra yang menggambarkan atau
mengilustrasikan kehidupan dengan menyampaikan konflik dengan melalui dialog.
Didalam sebuah drama terdapat unsur intrinsik, yakni unsur yang membangun sebuah
karya sastra terdapat di dalamnya (pendidikan.co.id/drama/)
 Drama adalah karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam
bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni
teater.
(ardiwasilachandra.blogspot.com/2014/04/pengertian-unsur-ciri-drama)
 Pengertian Drama Menurut Para Ahli
a. Menurut Moulton, Drama adalah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak
(disajikan langsung dalam tindakan).
b. Menurut Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam dan
sifat manusia dalam gerakan.
c. Menurut Ferdinand Brunetierre, Drama adalah seni yang bisa menglahirkan gerakan
dan aksi yang bisa dijadikan pertunjukan.
d. Menurut Budianta, Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik
secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.
e. Menurut Tim Matrix Media Literata, Drama adalah suatu bentuk narasi yang
menggambarkan kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang
dipentaskan.
f. Menurut Seni Handayani, Drama adalah suatu bentuk komposisi berdasarkan dua
cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama sendiri dibagi menjadi
dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
g. Menurut Wildan, Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni,
sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan
drama dipentaskan.
h. Menurut Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-
kata dan diperagakan dengan gerakan.
(santaidamai.com/pengertian-drama/)

2. Unsur-Unsur Drama
 Berikut unsur-unsur drama :
a. Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita drama.
b. Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak pertama sampai
babak terakhir.
c. Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama disebut juga
dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan figuran.
d. Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut. Watak
protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis adalah berwatak baik. Sedangkan
watak antagonis merupakan watak yang jahat.
e. Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah drama yang
berlangsung.
f. Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang cerita drama tersebut
kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan dengan melalui peran para tokoh
drama tersebut.
 Unsur- unsur tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a. Tokoh
Tokoh merupakan orang yang berperan dalam sebuah drama. Tokoh tersebut dapat
dibedakan menjadi berikut.
Berdasarkan sifatnya
tokoh diklasifikasikan diantaranya sebagai berikut.
a) Tokoh protagonis, yakni tokoh utama yang mendukung cerita.
b) Tokoh antagonis, yakni tokoh penentang cerita.
c) Tokoh tritagonis, yakni tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun
untuk tokoh antagonis.
Berdasarkan perannya
tokoh uty diklasifikasikan menjadi tiga (3), yakni sebagai berikut:
a) Tokoh sentral, yakni tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam sebuah drama.
Tokoh sentral adalah penyebab dari terjadinya konflik. Tokoh sentral tersebut
meliputi tokoh protagonis serta juga tokoh antagonis.
b) Tokoh utama, yakni tokoh pendukung ataupun penentang tokoh sentral bisa juga
sebagai perantara dari tokoh sentral. Dalam hal ini ialah tokoh tritagonis.
c) Tokoh pembantu, yakni tokoh-tokoh yang memegang peran sebagai pelengkap
atau tambahan dalam rangkaian cerita
b. Perwatakan/Penokohan
Perwatakan/penokohan merupakan penggambaran sifat batin seseorang tokoh yang
disajikan didalam suatu cerita. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama itu digambarkan
dengan melalui dialog, ekspresi, atau tingkah Iaku sang tokoh. Watak dari para tokoh itu
digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut.
a) Keadaan fisik, diilustrasikan dengan melalui umurjenis kelamin, ciri-ciri tubuh,
cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, suku
bangsa, kurus/ gemuk, atau suka senyum/cemberut.
b) Keadaan psikis, ini melingkupi watak, kegemaran,standar moral, temperamental,
ambisi, psikologis yang dialami, mental, dan keadaan emosi.
c) Keadaan sosiologis, ini melingkupi jabatan, pekeijaan, kelas sosial, ras, agama, dan
ideologi.
c. Setting atau Latar
Setting ataupun tempat kejadian cerita sering disebut juga sebagai latar cerita Setting
melingkupi tiga dimensi, antara lain sebagai berikut
a) Setting tempat merupakan tempat terjadinya cerita didalam sebuah drama, Setting
tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat tersebut berhubungan dengan
setting ruang serta waktu.
b) Setting waktu merupakan waktu/zaman/periode sejarah terjadinya cerita didalam
sebuah drama.
c) Setting suasana merupakan suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting
cerita tersebut dapat didukung dengan tata suara atau juga tata lampu saat
pementasan drama,
d. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau juga ide yang mendasari pembuatan dari sebuah drama.
Tema yang biasa diangkat dalam drama tersebut, melingkupi: masalah percintaan, kritik
sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, keluarga yang retak, patriotisme,
perikemanusiaan,ketuhanan, dan renungan hidup
e. Amanat atau Pesan Pengarang
Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca atau
penonton dengan melalui karyanya (termasuk drama). Amanat tersebut memiliki sifat
kias subjektif dan umum, sedangkan untuk tema bersifat lugas, objektif, serta juga
khusus. Amanat drama itu selalu berhubungan dengan tema
drama.(https://pendidikan.co.id/drama/)

1. Latar
2. Penokohan
 Tokoh gagal/badut (the foil)
Menegaskan tokoh lain
 Tokoh idaman
Sebagai pahlawan
 Tokoh statis
Perannya tidak mengalami perubahan
 Tokoh yang berkembang
Sifat berubah seiring jalannya cerita
3. dialog – alur
4. tema
5. amanat
((buku paket bahasa indonesia , kelas XI,halaman 245-247)
3. Bentuk-Bentuk Drama
 .
a. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi
atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b) Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
b. Berdasarkan sajian isinya, drama dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram,
yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan
tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti
drama serius yang melukiskan pertikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar
biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b) Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan
di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c) Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur
dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
c. Berdasarkan kuantitas cakapannya, drama dibagi menjadi tiga:
a) Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata, hanya menggunakan gerak tubuh untuk
menunjukkan emosi yang dialami pemain.
b) Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c) Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
d. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya, drama terdiri atas tiga bagian:
a) Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau nyanyian dan musik.
b) Sendratari, yaitu pertunjukan serangkaian tari-tarian yang dilakukan oleh sekelompok
orang penari dan mengisahkan suatu dengan cerita dengan tanpa menggunakan
percakapan.
c) Tablo, yaitu drama yang menampilkan kisah dengan sikap dan posisi pemain, dibantu
oleh pencerita. Pemain-pemain tablo tidak berdialog.
 Bentuk-bentuk lain drama, yaitu:
a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur,
penokohan, tematik.
b. Drama baca, yaitu naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
c. Drama borjuis, adalah drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan (muncul
abad ke-18).
d. Drama domestik, yaitu drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau keruntuhan tokoh
utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian
gereja (di Abad Pertengahan).
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan
sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang
ada (terutama di pedesaan).
(Ipass 2004)

 Bentuk-Bentuk Drama
a) Berdasarkan Penyajian Lakon
Menurut Wiyanto (2002:7), dilihat dari cara bagaimana para pemain drama itu
menyajikan cerita di atas panggung dan bagaimana tokoh itu berlakon, drama dapat dibagi
menjadi beberapa bentuk drama yaitu: (1) tragedi (2) komedi (3) tragekomedi (4) opera (5)
melodrama (6) farce (7) tablo, dan (8) sendratari. Dewajati (2010:42): (9) parodi. Semi
(2010): (10) drama heroik (11) komedi tingkah laku (12) komedi sentimantal (13) drama
propaganda (14) drama sejarah, dan (15) pantomime (vulgas sentimental). Suciyanti
(2010): (16) drama misteri dan (17) drama laga atau action. Dan Arif (2009): (18) operet
(19) lelucon dan (20) passie.
a) Tragedi
Wiyanto (2002:7), drama tragedi atau drama duka cerita adalah drama yang penuh
kesedihan. Drama ini menyuguhkan drama yang penuh kesedihan, sering pula drama
jenis ini disebut drama duka cita. Sedangkan menurut Dewojati (2010:42), tragedi tidak
ada hubungannya dengan perasaan sedih, air mata bercucuran, atau kecengengan lain.
b) Komedi
Wiyanto (2002:7), drama komedi atau drama suka cerita adalah drama penggeli
hati. Dewojati (2010:42), Asal kata komedi adalah comoida, yang artinya membuat
gembira. Pelaku utama dalam sebuah lakon komedi biasanya digambarkan sebagai
pembawa ide gembira. Dewojati membagi drama komedi menjadi dua massa, yaitu (1)
komedi lama dan (2) komedi baru.
Menurut Semi (2010), ciri drama komedi adalah: (1) menampilkan tokoh yang
selalu diperlakukan secara rendah, (2) menggambarkan sesuatu yang dekat sekali
hubungannya dengan apa yang kita kenal dalam kehidupan atau setidaknya kita merasa
bahwa hal itu mungkin saja terjadi, (3) apa yang terjadi muncul dari tokoh itu sendiri,
bukan karena ciptaan situasi. Sedangkan situasi hanya merupakan landasan tumpu yang
memberi kemungkinan sesuatu itu terjadi, dan (4) gelak tawa yang muncul oleh lakon ini
adalah merupakan gelak tawa yang dihasilkan oleh tokoh yang mendapatkan segi-segi
lucu dari perilaku mereka.
c) Tragekomedi
Wiyanto (2002:7), drama tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan
drama komedi. Dewojati (2010:42), adanya drama tragedi-tragedi secara terbuka dan
sederhana menggabungkan secara jelas humor dan kesedihan. Jadi drama ini
menggabungkan unsur tawa dan kesedihan yang dibangun dari alur cerita, tokoh,
percakapan, dan tingkah laku pemain drama.
d) Opera
Wiyanto (2002:7), drama opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan
diiringi musik. Sedangkan menurut Arif (2009), drama opera adalah drama yang
mengandung musik dan nyanyian. Para pemain drama ini menggunakan metode
bernyanyi dalam mendramakan alur cerita. Perbedaan dari segi warna suara dan pita
suara mereka ditonjolkan sendiri-sendiri, tidak ada kesamaan dari segi suara. Karakter
yang dimiliki setiap pemainnya berbeda dengan pemain yang lain, begitu juga dengan
musik yang mengiringinya.
e) Melodrama
Wiyanto (2002:7), drama melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan
dengan iringan melodi atau musik. Drama melodrama berasal dari drama opera yang
dikembangkan dengan genre tersendiri, yaitu para pemainnya hanya perlu mengikuti
musik yang mengiringinya. Kadang kala mereka bernyanyi dan kadang kala pula mereka
tidak bersuara atau berdialog, hanya ada gerak-gerik yang dilakonkan. Menurut Dewojati
(2010:42), dalam penyajian drama melodrama berpegang pada keadilan, moralitas yang
keras, yaitu yang baik akan mendapat ganjaran, sedangkan yang jahat akan mendapat
hukuman. Dicirikan oleh Semi (2010), bahwa drama melodrama (1) mengetengahkan
suatu tokoh atau subyek yang serius tetapi tokoh itu merupakan tokoh yang diadakan
tidak outentik, (2) mata rantai sebab-akibatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan,
dalam arti bahwa sesuatu itu muncul secara kebetulan, (3) emosi yang ditimbulkan
cenderung untuk berlebihan bahkan mengarah pada sentmentalis, dan (4) sang pahlawan
senantiasa memenangkan perjuangan.
f) Farce
Wiyanto (2002:7), drama farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi
tidak sepenuhnya berisi dagelan. Menurut Semi (2010), Farce merupakan drama yang
berhubungan erat dengan komedi. Bertujuan memancing tawa dan rasa geli dengan cara
yang berlebih-lebihhan tanpa didukung segi psikologis yang mendalam. Perwatakan dan
kecerdasan tidak begitu penting, yang lebih penting adalah kemampuan menciptakan
secara tepat situasi yang lucu. Umumnya agak kasar dan kurang sopan. Oleh sebab itu
farce cenderung menggambarkan tokoh-tokoh yang bandel dan kurang sopan.
Unsur yang dibawa drama ini tetap tentang tawa dan kebahagiaan penontonnya.
Kelucuan itu berasal dari kata dan perbuatan para pemain drama. Hampir sama dengan
komedi, hanya saja genre yang dibuat dalam drama ini berbeda, hanya mementingkan
kelucuan saja. Semi (2010) mencirikan farce: (1) lebih memperlihatkan plot dan situasi
daripada karakteristik, (2) tokoh-tokoh yang ditampilkan mungkin ada, tetapi
kemungkinan itu tipis, (3) menimbulkan atau memancing tawa secara berlebihan atau
kelucuan yang tidak karuan, dan (4) segala yang terjadi diciptakan oleh situasi bukan
tokoh.
g) Tablo
Wiyanto (2002:7), drama tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak.
Menurut Arif (2009), dalam drama ini para pemainnya lebih mengutamakan segi gerak
dan para pemainnya tanpa mengucapkan dialog. Suara-suara alat musik (seperti
gendang) atau sejenisnya digunakan untuk mempertegas pemainnya, dan drama ini lebih
menonjolkan kekuatan akting para pemainnya.
h) Sendratari
Menurut Wiyanto (2002:7), drama sendratari adalah gabungan antara seni drama
dan seni tari di mana para pemainnya adalah penari-penari berbakat. Dalam drama ini
tidak ada dialog. Sedangkan menurut Infu5 (2011), sendratari merupakan gabungan
drama atau cerita yang disajikan dalam bentuk tarian tanpa adanya dialog, biasanya
diiringi oleh musik (gamelan).
i) Parodi
Menurut Dewojati (2010:42), parodi berasal dari kata Paradia, di mana drama ini
menyajikan lagu-lagu tiruan yang memlesetkan syair atau prosa. Drama ini bersifat
seperti lelucon, yang menghibur para penontonnya. Jadi drama jenis ini hampir mirip
dengan drama komedi atau dagelan, hanya saja dalam drama ini menampilkan dialog
dramanya dengan cara sedikit melagukannya.
j) Drama Heroik
Menurut Kamus Besar (online), drama heroik adalah drama yang merupakan
peniruan bentuk tragedi dan yang selalu bertemakan cinta dan nama baik. Aristoteles
dalam Dewojati (2010:42), menjelaskan hero atau tokoh utama yang menjadi pahlawan
drama jenis ini biasanya diarahkan oleh plot cerita pada jalan menuju penderitaan setelah
itu, sang tokoh digambarkan memiliki kesadaran yang lebih luas baik tentang dirinya
sendiri maupun dunianya. Drama ini merupakan drama yang menceritakan tentang
perjuangan seseorang untuk menggapai cita-cita dan keinginannya yang selama ini
belum tercapai.
k) Komedi Tingkah Laku
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984), mendefinisikan “tingkah” sebagai
olah (perbuatan) yang aneh-aneh atau yang tidak sewajarnya, dan “laku” sebagai
perbuatan, kelakuan; cara menjalankan atau berbuat. Jadi drama komedi tingkah laku
merupakan perbuatan atau kelakuan yang diluar dari kewajaran (aneh-aneh) yang
mengonotasikan kepada tawa atau kelucuan.
l) Komedi Sentimental
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984), medefinisakan sentimentil adalah
mudah merasa, mudah terpengaruh oleh perasaannya. Drama komedi sentimental adalah
drama yang menampilkan lelucon.
m) Drama Propaganda
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984), mendefinisikan propaganda
adalah penyiaran penerangan atau paham yang disiarkan dengan maksud mencari
pengikut atau bantuan. Sapardi Djoko Damono (1994: 3) dalam Hidayat (2011)
menganggap propaganda sebagai bagian dari nasihat atau godaan untuk melakukan
sesuatu
Drama jenis ini dahulu digunakan para penjajah Jepang dalam usahanya
menguasai wilayah jajahannya. Seperti dikutip dari laman milik Ahid Hidayat,
menjelaskan bahwa usaha jepang untuk propagandanya adalah dengan diterbitkannya
drama: Djawa Hookookai Keimin Bunka Shidosho (Rombongan Sandiwara Keliling,
Poesat Keboedajaan) seperti Panggoeng Giat Gembira, Lakon Sandiwara dan Leloetjon.
n) Drama Sejarah
Suciyanti (2010) dalam Elizabeth Lutters (2006:35) drama sejarah adalah drama
yang yang menceritakan tentang kejadian cerita kisah-kisah sejarah di masa lampau, baik
tokoh maupun peristiwanya yang memang terjadi di masa itu.
Sedangkan menurut Cikki (2012), drama misteri adalah drama yang menyajikan
kisah sejarah dengan tokoh dari peristiwanya. Drama ini bertujuan untuk mengenang
peristiwa sejarah yang telah terjadi di suatu tempat
o) Pantomime (vulgas sentimental)
Menurut Arif (2009), pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk
gerakan dan isyarat saja. Jadi Pantomime adalah drama yang menyajikan drama hanya
dengan gerak tubuh dan isyarat saja tanpa ada kata-kata yang melengkapi suatu cerita
drama
p) Drama Misteri
Menurut Suciyanti (2010) dalam Elizabeth Lutters (2006:35), drama misteri dibagi
lagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
o Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan
biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan
menjadi semacam misteri karena penulis skenario memperkuat alibinya. Sering kali
dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh
penonton.
o Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus.
o Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur gaib.
q) Drama Laga atau Action
Menurut Cikki (2012), drama laga adalah drama yang banyak menampilkan
adegan konfrontasi baik dengan sedikit atau banyak thriller, dengan seting tradisional,
modern, maupun fiksi ilmiah. Jadi drama laga adalah drama yang menampilkan tentang
perkelahian dan pertempuran.
Menurut Suciyanti (2010) dalam Elizabeth Lutters (2006:35), drama laga di bagi
lagi menjadi dua, yaitu:
o modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau
pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini
misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan.
o tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas
secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain Misteri
Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis
drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog panjang, tidak
seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada
dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya.
Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini.
r) Drama Operet
Menurut Arif (2009), operet atau operette adalah opera yang ceritanya lebih
pendek. Sedangkan menurut Wiyanto (2002:7), opera yang pendek namanya operet. Jadi
dapat dikatakan bahwa operet tidak lain adalah opera. Hanya saja dalam operet ceritanya
lebih singkat.
s) Lelucon
Menurut Arif (2009), lelucon atau dagelan adalah drama yang lakonnya selalu
bertingkah pola jenaka dan merangsang gelak tawa penonton.
t) Passie
Arif (2009), passie adalah drama yang mengandung unsur agama atau relijius yang
merupakan drama penggugah rohani bagi setiap penontonnya. Drama ini memang
sengaja dibuat untuk dipertunjukkan dalam situasi yang agamis. Misalkan dalam acara
keagamaan di gereja yang menampilkan drama tentang kisah Yesus Kristus.
(artikel-pendidikan-sosial-ilmiah.blogspot.com/2017/07/jenis-bentuk-aliran-drama)

1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya:
a. Drama puisi , sebagian besar cakapannya dalam bentuk puisi
b. Drama prosa, cakapannya disusun dalam bentuk prosa
2. Berdasarkan sajian isinya:
a. Tragedi (daram duka), menampilkan tokoh yang sedih dan muram.
b. Komedi (drama ria), ringan, bersifat menghibur dan berakhir bahagia
c. Tragikomedi (drama duka cita), menggunakan alur duka cita tetapi berakhir
bahagia.
3. Berdasarkan kuantitas cakapannya:
a. Pantomin, yaitu drama tanpa kata – kata
b. Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata – kata
c. Dialog – monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata – kata
4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya:
a. Opera, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik
b. Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari.
c. Tablo, yaitu drama tanpa gerak atau dialog.
5. Bentuk – bentuk lain
a. Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar
konversi alur, penokohan, dan tematik
b. Drama baca, naskah drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan
c. Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kaum bangsawan
(muncul abat ke- 18)
d. Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa
e. Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejahatan atau
keruntuhan tokoh utama.
f. Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara
kebaktian gereja ( di abat pertengahan)
g. Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri atas satu babak, berpusat pada satu
tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang
ringkas.
h. Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival
rakyat yang ada (terutama di perdesaan)
(buku paket bahasa indonesia , kelas XI, halaman 243-245)

4. Ciri-Ciri Drama
 Ciri-ciri drama adalah seperti yang berikut:
a) Harus ada konfliks
b) Harus ada aksi
c) Harus dilakonkan
d) Tempo masa kurang daripada 3 jam
e) Tiada ulangan dalam satu masa
(https://pendidikan.co.id/drama/)

1. Seluruh cerita yang ada didalam cerita drama mengadung bentuk dialog. Ciri utama pada
naskah dialog adalah semua ucapan disusun dalam bentuk teks.
2. Dalam dialog drama tidak menggunakan tanda petik (“…”). Karena dalam dialog drama
tidak menggunakan kalimat langsung. Sehingga dalam drama tidak menggunakan tanda
petik.
3. Dalam suatu drama diengkapi dengan sebuah petunjuk tertentu yang perlu diperhatikan oleh
tokoh pameran yang bersangkutan. Pada umumnya petunjuk ditulis didalam tanda kurung
dan bisa juga menggunakan jenis huruf yang berbeda yang tidak ada pada dialog.
4. Naskah drama terletak pada ditas dialaog atau disamping dialog.
(santaidamai.com/pengertian-drama/)

a. Berbentuk Dialog
b. Memiliki Tokoh / Pelaku
Drama diperankan olen beberapa tokoh baik manusia, boneka ataupun wayang.
Tokoh inilah yang akan membawakan drama dihadapan para penonton.
c. Dipertunjukkan
Biasanya, sebuah drama dipertunjukkan diatas panggung dengan dilengkapi dengan
atribut dan properti pendukung untuk menghidupkan suasana dan menarik minat penonton.
d. Kurang dari 3 Jam
Drama dapat berlangsung selama kurang dari 3 jam.
e. Terdapat Konflik
Didalam sebuah drama, tentu dibutuhkan konfliks cerita sama seperti karya sastra
lainnya.
f. Terdapat Penonton
Pertunjukkan diadakan untuk dihadirkan dihadapan penonton dengan tujuan-tujuan
tertentu seperti hiburan.
(nesabamedia.com/pengertian-drama/)

a. tidak ada pengulangan adegan
b. memerlukan adanya pelatihan khusus
c. terdapat emosi dan konflik
(zenius)

5. Fungsi dan Tujuan Drama



a. Hiburan
Drama dapat dijadikan sebagai sarana hiburan bagi khalayak ramai. Drama yang
bersifat komedi dapat membuat para penontonnya tertawa dan terhibur
b. Menambah Pengetahuan dan Wawasan
Selain menjadi sarana hiburan, drama juga dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan.
Karena dramanya umumnya menceritakan tentang kehidupan atau kisah manusia, tentu
didalamnya terdapat berbagai nilai moral, pengetahuan, wawasan, dan sebagainya
Bukan hanya nilai-nilai kehidupan saja, drama juga sering menyampaikan informasi
berupa pengetahuan kepada penontonnya seperti drama mengenai sejarah, alam, dan yang
lainnya.
c. Menyampaikan Nilai Estetika
Agar drama yang dipertontonkan berjalan dengan maksimal, maka pertunjukan perlu
memenuhi nilai estetikanya. Keindahan didalam seni drama harus dipertunjukkan dengan
baik mulai dari gerakan, dialog, ekspresi, penataan, kostum, dan yang lainnya.
d. Mengajarkan Nilai Sosial
Karena umumnya bercerita tentang kehidupan manusia, drama banyak
menyampaikan nilai-nilai sosial seperti bagaimana cara hidup bermasyarakat yang baik,
cara menghormati orang lain, membangun hubungan yang baik di dalam masyarakat, dan
yang lainnya.
(nesabamedia.com/pengertian-drama/)
 Hjj
a. Melatih kekompakan
b. Melatih kepemimpinan
c. Melatih seseorang bersosialisasi dangan sekitar
d. Melatih motorik dengan cara melakukan banyak gerakan
e. Melatih menejemen diri
f. Mengembangkan kreativitas
g. Memunculkan inisiatif dalam memwujudkan ide
h. Melatih ingatan
i. Media untuk mengekspresikan diri
j. Melatih keberanian
(ditantang. Id, pada kamis, 22/8/2019)

6. Struktur Drama
 Didalam drama terdapat 4 struktur yaitu:
a. Babak atau Episode
Babak atau episode adalah bagian dari naskah drama yang berupa rangkuman sebuah
kisah atau cerita yang terjadi di suatu tempat dengan urutan waktu tertentu.
b. Adegan
Adegan adalah bagian dari babak drama yang menunjukkan adanya perubahan
peristiwa atau cerita dengan diperankan oleh tokoh dalam drama. Satu adegan
menunjukkan perubahan atau transisi didalam satu babak yang ditandai dengan pergantian
tokoh, tempat dan waktu didalam sebuah babak.
c. Dialog
Dialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa interaksi (percakapan) antara
satu tokoh dengan toko yang lainnya atau dengan dirinya sendiri (monolog) dalam satu
babak. Dialog inilah yang akan mendominasi drama dan menjadi pembeda antara drama
dengan jenis karya sastra lainnya.
d. Prolog
Prolog adalah bagian pengantar dari sebuah drama untuk masuk kedalam cerita yang
berisi keterangan dari penulis, pemain dan orang-orang yang terlibat didalam pembuatan
sebuah drama atau gambaran umum dari drama yang akan dipertunjukkan. Prolog
disampaikan oleh seorang narator diatas panggung.
e. Epilog
Jika prolog adalah pembukanya maka epilog adalah bagian penutup dari sebuah
pementasan drama yang berisi kesimpulan (makna dan pesan) dari drama yang dimainkan
serta keterangan semua pemeran didalam sebuah pembuatan sebuah drama.
(nesabamedia.com/pengertian-drama/)

Dalam sebuah teks drama tersusun 3 struktur yaitu
a. Prolog
Prolog adalah bagian pengantar dari sebuah naskah/cerita drama, biasanya ini
digunakan untuk menceritakaan keadaan atau gambaran secara umum dari sebuah cerita.
b. Dialog
Dialog adalah komunikasi antar tokoh atau pemain yang terjadi dalam sebuah drama,
pada umumnya dilakukan oleh dua orang atau lebih.
c. Epilog
Epilog adalah bagian penutup dari sebuah naskah/cerita drama, biasanya ini berisi
kesimpulan, simpulan dan pesan yang bisa diambil dari cerita drama tersebut.
(santaidamai.com/pengertian-drama/)
7. Kaidah kebahasaan teks drama

(1) Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah khusus adalah
istilah yang digunakan untuk bidang tertentu dan pemakainnya hanya dipahami oleh orang
berkecimpung dalam bidang tersebut.
Contoh :
Istilah umum : film, ikan, bunga.
Istilah khusus : komedi, gurame, mawar.
(2) Sinonim dan Antonim
(a) Sinonim adalah kata yang memiliki bentuk yang berbeda, tetapi memiliki arti atau
pengertian yang sama atau mirip. Contoh: "Obrolan orang itu mirip
dengan dialogdalam film Romeo dan Juliet."
(b) Antonim adalah kata yang artinya berlawanan satu dengan yang lain. Contoh:
"besar atau kecil bukanlah jaminan barang itu berharga atau tidak."
(3) Verba / Kata Kerja
(a) Verba Aktif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau menunjukkan
tindakan atau perbuatan. Contoh: "Putra memelihara ikan gurame.
(b) Verba Pasif adalah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran
tindakan, atau hasil. Contoh: "Film horor kini banyak disiarkan televisi indonesia."
(4) Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang,
tempat, atau semua benda atau segala yang dibedakan.
Kata benda dibagi menjadi dua jenis, yaitu kata benda konkret seperti meja,
buku, dan bola serta kata benda abstrak, seperti pikiran dan angin.
Nomina juga dibedakan menjadi dua, yakni Nomina Dasar dan Nomina Turunan.
Contoh :
Nomina Dasar : Rumah | Jalan
Nomina Turunan : Perumahan | Jalanan Imbuhan : Pe - an | -an
(5) Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa
nomina.
Contoh:
a. Kata ganti orang : saudara, bapak, ibu, nyonya, tuan, ia, dia
b. Kata ganti pemilik : ku-, mu-, -nya
c. Kata ganti petunjuk : ini, itu
d. Kata ganti penghubung : yang
e. Kata ganti tak tentu : siapa, barag siapa, sesuatu, masing-masing
(6) Konjungsi
Konjungsi adalah kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi menghubungkan dua
buah klausa, kalimat, atau paragraf.
Konjungsi yang sering digunakan dalam ulasan film atau drama umumnya, berupa:
(a) Konjungsi Koordinatif. Contoh: dan, atau, tetapi
(b) Konjungsi Subordinatif. Contoh: jika, agar, meskipun, alih-alih, sebagai, sebab,
karena, maka, sesudah, sebelum, sementara
(c) Konjungsi Korelatif. Contoh: baik ... maupun ... | bukan ... melainkan ... | tidak hanya
... tetapi ...
(d) Konjungsi AntarKalimat. Contoh: sebaliknya, di samping itu, selanjutnya
(7) Preposisi
Preposis adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional.
Contoh : di, ke, dari, pada, daripada, dengan, secara, tanpa, bagi.
(8) Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina.
Contoh: si, sang
(9) Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat Simpleks adalah kalimat yang memiliki suatu verba utama.
Contoh: "Sinetron pangeran banyak digemari kawula muda."
Kalimat Kompleks adalah kalimat yang memiliki dua verba utama atau lebih.
Contoh: "Sci-Fi adalah jenis film imajinasi pengetahuan
yang dikembangkan untuk mendapatkan dasar pembuatan alur film
yang menitikberatkan pada penelitian dan penemuan biologi."

a. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologia)
Contoh : sebelum, sekarang, setelah itu, mula – mula, kemudian
b. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjdi,
seperti : menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, beristirahat
c. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau
dirasakan oleh tokoh
Contoh : merasakan, menginginkan, mengharapkan, mengalami
d. Menggunakan kata – kata sifat(descritive language) untuk menggambarkan tokoh,
tempat, atau suasana
Contoh : rapi, bersih, gagah, baik, kuat
(buku paket bahasa indonesia kelas XI, halaman 264)

8. Perbedaan drama modern dan klasikal



perbedaan drama tradisional dan modern adalah:
Drama tradisional:
a. menggunakan bahasa lokal
b. jumlah pelakonnya sedikit
c. panggung seadanya, dapat di balai, lapangan, atau pekarangan rumah
d. mengandalkan improvisasi dan interaksi engan penonton
Drama modern:
a. menggunakan bahasa nasional
b. jumlah pelakon lebih banyak
c. dipentaskan di panggung yang tertata dan biasanya di gedung atau tempat tertutup
d. mengacu padda naskah, minim improvisasi dan interaksi
(mamanosz/2016)

Karakter

a. Drama Klasik: Drama klasik biasanya memiliki satu karakter utama.


b. Drama Modern: Drama modern mungkin memiliki lebih dari satu karakter utama.

Tokoh utama

a. Drama Klasik: Protagonis biasanya berasal dari keluarga kaya, bangsawan atau kerajaan.
b. Drama Modern: Protagonis biasanya memiliki latar belakang kelas menengah yang sama.
Sifat Protagonis

a. Drama Klasik: Protagonis biasanya adalah karakter yang mulia dan heroik, tetapi memiliki
kelemahan yang tragis.
b. Drama Modern: Protagonis mungkin karakter putih, hitam atau abu-abu.

Plot

a. Drama Klasik: Drama klasik memiliki satu plot terpadu.


b. Drama Modern: Drama modern mungkin memiliki banyak plot.

Garis waktu

a. Drama Klasik: Drama klasik memiliki satu rentang waktu.


b. Drama Modern: Drama modern memiliki rentang waktu yang lebih realistis; ada jeda dan
kilas balik.

Cerita

a. Drama Klasik: Kisahnya tentang bangsawan atau bangsawan, ambisi mereka, upaya untuk
menyatukan atau menyelamatkan kerajaan, dll.
b. Drama Modern: Kisah ini adalah tentang orang biasa dan masalah, ambisi dan aspirasi
mereka; dengan demikian, ceritanya lebih realistis.

Elemen

a. Drama Klasik: Drama klasik biasanya mengandung unsur-unsur seperti keangkuhan,


hamartia, dan katarsis.
b. Drama Modern: Drama modern menggunakan elemen-elemen seperti ironi dan sarkasme.

Takdir dan kekuatan Ilahi

a. Drama Klasik: Takdir dan kekuatan ilahi adalah elemen penting dalam drama klasik.
b. Drama Modern: Takdir dan kekuatan ilahi jarang berperan dalam drama modern; mereka
lebih peduli dengan masalah yang realistis dan umum.
(perbedaan.budisma.net/2019)
9. Cara membuat naskah drama
a. Pemilihan topik
Amatilah apa yang sering terjadi di sekitar kita. itu bisa menjadi inspirasi untuk menentukan
topik dari drama yang akan kita tampilkan.
b. Penentuan tokoh, latar, dan sudut pandang
Setelah kita menentukan topik dari drama yang akan kita tampilkan, selanjutnya kita
merancang latar, tokoh cerita, dan sudut pandang
c. Tentukan Plot cerita
Cara menulis naskah drama mirip dengan cara menulis cerita lainnya. Untuk menentukan
plot cerita, kita harus menulis ringkasan cerita (yang terdiri dari bagian awal, tengah, dan
akhir). kemudian kita harus mengidentifikasikan unsur drama yang kita tulis. Contoh --->
Tema: Kebiakn dibalas dengan kejahatan. Tokoh: Budi (tokoh utama), Bapak Budi (sedang
sakit), dan pemilik tas yang dicopet. Latar: pasar kecamatan. Sudut pandang cerita: sudut
pandang orang ketiga (Bu Sastro).
d. Membuat rancangan tulisan awal
Setelah semua langkah diatas selesai, kemudian kita harus membuat keragka alur atau
urutan cerita. Pikirkan apa yang akan terjadi, kapan terjadi, dan bagaimana terjadi.
e. Tulis naskah akhir
Setelah selesai menulis naskah, koreksi lah dan lakukan perbaikan bila diperlukan.
Kemudian baca naskah drama tersebut dari awal sampai akhir. Setelah yakin tidak perlu ada
revisi, drama bisa ditampilkan. jangan lupa untuk memilih tokoh yang sesuai dengan
karakter dalam cerita drama tersebut.
(carapedia.com/2015)

10. Teknik bermain drama


a. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah cara seorang pemain tampil pertama kali ke pentas yaitu saat masuk
ke panggung telah ada tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu, setelah muncul,
pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang sudah tercipta di
atas pentas. Kehadiran seorang tokoh harus mendukung perkembangan alur, suasana, dan
perwatakan yang sudah tercipta atau dibangun.
b. Teknik Memberi Isi
Kalimat ”Engkau harus pergi!” mempunyai banyak nuansa. Ucapan tulus mengungkap
keikhlasan atau simpati, sedangkan ucapan kejengkelan atau kemarahan tentu bernada lain.
Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di muka (tekanan dinamik,
tekanan nada, dan tekanan tempo).
c. Teknik Pengembangan
Teknik pengembangan berkait dengan daya kreativitas pemeran, sutradara, dan bagian
estetis. Dengan pengembangan, sebuah naskah akan menjadi tontonan memikat. Bagi
pemain, pengembangan dapat ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya:
a) Pengucapan
Pengembangan pengucapan dapat ditempuh dengan menaikkan – menurunkan volume
dan nada. Dengan demikian setiap kata, frase, atau kalimat dalam dialog diucapkan
dengan penuh kesadaran. Artinya, setiap pemain sadar kapan harus mengucap dengan
keras-cepat-tinggi atau lembut-lambat-rendah.
b) Gesture
Pengembangan gesture dapat dicapai dengan lima cara. Setiap cara, tentu saja, tidak
dapat dipisah-pisahkan sebab saling melengkapi dan menyempurnakan.
(a) Menaikkan posisi tubuh
Menaikkan posisi tubuh berarti ada gerakan baik dari menunduk-menengadah,
tangan terkulai menjadi teracung, berbaring-duduk-berdiri, atau berdiri di lantai-
kursi-meja.
(b) Berpaling
Berpaling mempunyai arti yang spesifik dalam pengembangan dialog: tubuh atau
kepala. Perhatikan dialog berikut ini dan tentukan pada bagian mana kita harus
berpaling.
”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku berpikir untuk keluar saja, lalu buka
bengkel juga. Tidak ada hierarki. Tidak ada rapat-rapat panjang.”
(c) Berpindah tempat
Berpindah tempat dapat terjadi dari kiri-kanan, depan-belakang, bawah-atas.
Tentu, harus ada alasan yang kuat mengapa harus berpindah
(d) Gerakan
Gerakan anggota tubuh: melambai, ,mengembangkan jari-jari, mengepal,
menghentakkan kaki, atau gerakan lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga
kategori melakukan gerakan: a) gerakan dilakukan bersamaan dengan
pengucapan kata, b) gerakan dilakukan sebelum kata diucapkan, c) gerakan
dilakukan sesudah kata diucapkan.
(e) Mimik
Perubahan wajah atau mimik mencerminkan perkembangan emosi. Tanpa
penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah timbul dorongan dari dalam atau
perasaan-perasaan. Justru perasaan inilah yang mendasari raut wajah.
(kelasmayaku.wordpress.com/2011)

11. Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran


a. kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh pemeran dalam pementasan
b. kumpulkan sifat-sifat tokoh, termasuk sifat yang paling menonjol
c. carilah ucapan atau dialog tokoh yang memperkuat karakternya
d. ciptakan gerakan mimik atau gesture yang mampu mengekspresikan watak tokoh
e. ciptakan intonasi yang sesuai dengan karakter tokoh
f. rancanglah garis permainan tokoh untuk mlihat perubahan dan perkembangan karakter
tokoh
g. ciptakan blocking dan internalisasi dalam diri sehingga yang berperilaku adalah tokoh yang
diperankan.
(kelasmayaku.wordpress.com/2011)
12. Langkah – Langkah Memerankan Drama Yang Baik

1. Memahami naskah dan karakter tokoh yang di perankan melalui dialog – dialog
serta kronologis yang dinyatakan langsung oleh pengarang
2. Memerankan tokoh dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu :
a. Lafal, kejelasan dalam mengucapkan kata
b. Intonasi, naik turunya nada
c. Nada / tekanan, buat lemahnya penurunan kata dalam kalimat
d. Mimik, ekspresi / rayt wajah yang menggambarkan emosi, sedih dll
e. Gerak – gerik, gerak anggota tubuh dalam menyertakan maksud tertentu.
(buku paket bahasa indonesia kelas XI, halaman 266)

Anda mungkin juga menyukai