Kelas : 4B/BSA
NIM : 11190210000056
Pertanyaan :
1) Apa yang anda ketahui tentang drama, dan apa yang membedakannya dengan theater ?
2) Jelaskan perkembangan drama pada masa-masa awal (Yunani Kuno, Romawi Kuno, Renaisans,
dan Modern)!. Jelaskan juga genre dan karakter drama yang berkembang pada masing-masing
periode, berikut dengan tokoh-tokoh dan karyanya !
3) Dalam literatur Arab, drama baru dikenal pada paro kedua abad ke-19. Apa yang menyebabkan
drama tidak berkembang dan kurang mendapatkan perhatian dalam khasanah kesusastraan
Arab klasik ?
4) Jelaskan perkembangan drama di beberapa Negara-negara Arab (minimal 3 negara Arab,
seperti: Mesir, Lebanon, Syiria, Aljazair, Maroko, dll). Jelaskan juga fase perkembangan, genre
dan karakteristik drama, serta tokoh dramawan dan karyakaryanya.
5) Dari aspek bentuknya, dalam drama Arab dikenal dua jenis drama, yaitu al-masrahiyyah an-
natsriyyah dan al-masrahiyyah asy-syi’riyyah. jelaskan perbedaan keduanya, serta berikan
masing-masing contoh drama dan juga uraikan unsur intrinsic dari drama tersebut
Jawaban :
1) Drama dan theater adalah 2 hal yang berbeda tetap memiliki hubungan, cakupan
theater memiliki artian yanng lebih luas dibandingkan drama, Jika kita melihat dari
pengertian keduanya maka kita akan menemukan titik terang yang membedakannya.
Drama secara pengertian memiliki 2 arti, arti dalam ruang lingkup luas dan arti dalam
ruang lingkup sempit. Dalam ruang lingkup yang lebih luas drama memiliki arti adalah
semua bentuk tontonan mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan banyak
orang, sedangkan dalam artiang yang lebih sempit drama adalah kisah hidup manusia
dalam masyarakat yang dipertunjukkan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog
dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata lampu, tata panggung, tata rias, tata
musik, tata busana.
Nah sekarang pengertian teather memiliki cakupan yang lebih luas, dalam
pengertiannya, Istilah Teater berasal dari kosakata Yunani, theatron, yang mengacu
pada tempat aktor mementaskan sebuah drama dan ditonton oleh banyak orang. Istilah
teater memiliki arti lebih luas dibandingkan istilah drama. Teater dapat berarti drama,
panggung, gedung, pertunjukkan, dan grup pemain drama. Karena teater memiliki
cakupan arti yang lebih luas, orang ingin membatasi arti tentang teater tersebut. Teater
dalam arti lebih sempit diartikan sebagai drama, yaitu pertunjukkan lakon atau kisah
hidup manusia yang dilakukan di atas pentas dan disaksikan banyak orang.
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa drama memiliki arti yang
lebih luas dan bisa dikatakan drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan
teater modern. Sedangkan drama dalam arti sempitnya hanya mencakup drama modern
saja.
Perbedaan :
Drama adalah salah satu aliran dalam sastra
Teater adalah seni pertunjukan yang melibatkan banya elemen
Semua yang dipertunjukan diatas panggung teater adalah drama
2) Sejarah Drama diketahui kemunculannya pertama kali pada zaman yunani kuno,
kemudian mengalami sejarah yang sangat panjang hingga sekarang, berikut
penjelasannya :
A. Yunani kuno
Perkembangannya
Drama diketahui pertama kali berasal dari yunani kuno, dalam bahasa
yunani kuno yaitu ‘’draomai’ yang berarti berbuat, bertindak, atau bereaksi,
dan berlaku, drama pertama kali hadir dikalangan masyarakat yunani kuno
sebagai sarana untuk menghormati dewa penguasa bumi Dalam upacara-
upacara keagamaan tersebut, mereka mengadakan festival tarian dan
nyanyian. Lakon-lakon drama yang terkenal di Yunani umumnya seputar kisah
tragedi dan komedi.
Di zaman ini drama sudah ditulis dalam bentuk naskah dan lakon tersebut
dipertunjukan di panggung terbuka yang lebih tinggi dari penonton, Panggung
berada di tengah, dikelilingi oleh auditorium kecil. Teater yang terkenal di
Athena pada waktu itu adalah Teater Dionysius di kaki bukit Acropolis, yang
merupakan pusat Kuil Athena dan dapat menampung 14.000 penonton.
Dalam Prosesnya, pementasan drama Yunani seluruh pemain dimainkan
oleh pria. Bahka Peran wanita juga dimainkan oleh pria dengan menggunakan
topeng. Ini disebabkan karena setiap pemain tidak hanya memerankan satu
tokoh saja. Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk kelompok
koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan jalannya
pertunjukkan).
Drama Yunani kuno Ciri-ciri, yaitu:
a. Durasi pementasan sekitar satu jam.
b. Menggunakan prolog yang cukup panjang.
c. Pementasan drama bertujuan sebagai penyuci jiwa melalu rasa takut
dan kasih sayang (katarsis).
d. Pementasan biasanya terdiri atas 3-5 bagian yang diselingi paduan
suara.
Selain drama tragedi dan komedi, jika dilihat dari bentuk dramatiknya,
drama zaman Yunani juga mengenal drama satyr. Drama satyr yakni
drama atau lakon yang berisikan cemohan terhadap tokoh maupun
keadaan yang disajikan dengan penuh kegetiran atau biasa disebut
parodi. Drama satir memiliki durasi yang lebih pendek dari drama tragedi
dan bahasa yang dipakai adalah bahasa sehari-hari. . Struktur drama satir
serupa dengan tragedi, malah terkadang meminjam lakon tragedi, untuk
diolok-olok. Contoh dari drama ini adalah Cinta Yang Serakah, Suksesi
karya N. Riantiarno dan The Cyclops karya Euripides.
B. Romawi
Perkembangan
Drama pada masa Romawi diketahui pertama kali dipentaskan pada tahun
240 SM oleh seniman Yunani bernama Livius Andronicus di Kota Roma. Pada
saat itu Drama yang dipentaskan pada saat itu berbentuk drama tragedi. Tidak
hanya bentuk drama tragedi, drama pada zaman Romawi juga mementaskan
bentuk komedi. Drama Yunani dalam penyajiannya banyak mencontoh dan
mengembangkan komedi baru Yunani.
Menurut Herman J. Waluyo, drama zaman Romawi adalah adaptasi dari
drama Yunani. Konsep pertunjukkan keduanya pun mirip. Drama yang
dipentaskan awalnya bersifat religius, lama-kelamaan bersifat mencari uang.
Akan tetapi, bentuk pentas drama zaman Romawi lebih megah daripada drama
zaman Yunani. Selain itu, drama zaman Romawi mengalami pembaharuan
dalam penggarapan dan penikmatan asli yang dimiliki masyarakat Romawi. Ciri-
ciri drama zaman Romawi:
Koor tidak digunakan untuk mengisi setiap adegan
Seluruh adegan dilengkapi dengan musik
Temanya berupa masalah kesenjangan hidup golongan menengah
Karakteristik tokoh tergantung kelas, yaitu orang tua bermasalah dengan
anak-anaknya atau kekayaan dan anak muda melawan kekuasaan orang
tua
Latar adegan terjadi di rumah, di jalan dan di halaman
C. Renaisans
Perkembangan
Masa renaisans berkisar antara tahun 800 – 1500 M, drama ini awalnya
menampilkan tentang kenaikan Yesus, kisah natal, dan kisah orang-orang
suci , drama ini berada dibawah pengaruh gereja khatolik
Menurut pendapat ahli pada masa Renaisans, gereja Katolik sangat berpengaruh
terhadap drama pada masa itu, dalam pertunjukan ini muncul lagu-lagu yang
dinyanyikan oleh para biarawan, diselingi dengan lagu-lagu paduan suara, dan
kemudian sering dipentaskan ”Pasio”. Sejauh ini diselenggarakan di gereja sebelum
Paskah.
Torquato Tassso dengan karyanya berasal dari drama Liturgis dan Pastoral
D. Modern
Perkembangan
Perkembangan drama pada masa modern diiringi dengan munculnya
beberapa aliran drama yaitu :
a. Neoklasik : Aliran drama ini muncul dan berkembang di masa
neoklasik dan mempunyai dua bentuk genre yaitu drama tragedy dan
komedi. Karakter drama di aliran ini harus bersifat universal, serta
waktu, tempat, dan peristiwa yang masih dipertahankan. Tokoh yang
muncul di aliran drama ini adalah Denis Diderot yang merupakan
orang pertama yang menulis dua karya yang berjudul Le De Per
Famille, dan Le Fils Naturel.
b. Realisme : Aliran realism lahir pada penghujung abad ke-19 yang
dijadikan landas pacu sebagai seni teater modern di dunia barat.
Aliran ini menimbulkan gagasan yang bersifat seolah-olah peristiwa
itu menjadi nyata. Pengarang/tokoh yang muncul di aliran drama ini
adalah Henrik Ibsen, ia memiliki karya yang terkenal yaitu Nora,
Love Comedy, The Pretenders, dan Roshmersholm.
c. Simbolisme : Awalnya aliran ini muncul pada tahun 1180 di Perancis
dan memegang peranan penting pada tahun 19000. Simbolisme adalah
sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan drama melalui emosi tertentu.
Kenyataan drama ini hanya bisa dipahami dengan intuisi dan
diungkapkan hanya dengan symbol. Tokoh yang terkenal di aliran ini
adalah Frederico Garcia Lorca dengan karyanya yang berjudul
Shoemaker’s Prodigius Wife dan The House of Bernarda Alba.
Fase perkembangan
Fase perkembangan teater di Iraq terdiri atas gerakan teatrikal berikut penjelasan
Gerakan teatrikal di Irak pada umumnya, dibangun di atas dua sumbu utama, yaitu:
Sumbu pertama: Berlangsung sejak adanya knjungan rombongan Mesir (George
White) ke Irak pada tahun 1926 , yang berdampak dalam peletakkan fondasi artistik
pertama untuk teater di Irak, mengubah pandangan menjadi seni ini, dan
meningkatkan level amatir Irak yang ingin membangun teater Irak yang berbeda.
Sumbu kedua: mencari penggerak yang bisa mempertemukan para seniman teater
yang hidup di diaspora dan memiliki kedekatan dengan mereka, yaitu (Haqqi Al-Shibli)
adalah penggerak pada sumbu kedua, di mana dia membuat kelompok teater
profesional pertama di Irak pada awal 1927, (Haqqi Al-Shibli Ensemble) kelompok
tersebut partisipasi dari pemuda Irak yang bercita-cita membangun seni teater,
termasuk seniman Arab, Bishara Wakim dan Abdul Nabi Muhammad, dan (Al-Shibli)
bertujuan, melalui partisipasi mereka, untuk menginspirasi seniman Irak untuk
mencapai representasi mereka dan memenuhi tingkat peserta Arab yang berbeda dari
penampilan, ekspresi fisik dan pelafalan vokal mereka. Perjalanan pertama kelompok
tersebut adalah ke Selatan pada tahun 1928, ketika dia (Al-Shibli) menekankan
perlunya aktor mengontrol reinkarnasi karakter dan pertemuan, yang merupakan
penghubung antara karakter dan penonton. Kemudian grup tersebut melanjutkan
produksinya, di mana mereka menampilkan drama (The Punishment of Chivalry) yang
dipresentasikan pada tahun 1927 dan kemudian (Demi Crown), (Salah al-Din al-Ayyubi)
dan (Wahida).
Di antara anggota kelompok yang paling menonjol adalah (Muhammad al-Qumbanji,
Aziz Ali, Yahya Faiq) dan terlihat bahwa sebagian besar anggota kelompok tidak
bertahan hidup dari pendapatan kelompok, tetapi kadang-kadang mendukung mereka
untuk beberapa hari pertunjukan yang tidak melebihi dua hari, karena pertunjukan itu
tidak memiliki elemen wanita Irak, karena peran wanita ini diberikan kepada aktris
Suriah dan Mesir.
Periode antara 1929 dan 1930 menyaksikan gerakan teatrikal yang belum pernah
terjadi sebelumnya, ketika banyak tim mengunjungi Irak dan menampilkan berbagai
pertunjukan yang bervariasi di antara kelompok-kelompok ini (kelompok Amin
Atallah), kelompok Mesir (Artogolik), dan kelompok profesor (Youssef Wahbi).
II. Sudan
Sejarah
Banya ahli berpendapat tentang awal sejarah drama disudan salah satunya
Profesor Badr El-Din, menurutnya sejarah drama di Sudan di mulai pada
tahun 1902, pernyataan ini di perkuat dengan ditemukannya tulisan drama
pertama yang ada di Sudan berjudul “Nectot” aritnya: “uang” yang di karang
oleh Abdul Qadir Mukhtar. Sekitar tahun 1905-1915 kegiatan teater Sudan
berlangsung di sekolah Girls of the Catholic Mission Omdurman.
Kemudian Pada tahun 1905 tanggal 5 Oktober, sebuah surat kabar Sudan
menerbitkan tentang “Love Acting Association” akan mengadakan malam
amal pada kamis malam di Khawaja Loiso, di mana para anggotanya akan
memerankan beberapa drama komedi dalam bahasa Inggris dan Arab serta
1
pertunjukan musik. Pada tanggal 15 November 1909, surat kabar Sudan
menerbitkan berita tentang sebuah drama yang telah dipertunjukkan dengan
judul “Para Raja yang Menyimpang” yang juga di pentas kan di Khawaja
Loiso.
Pada tahun 1903-1915, percobaan dalam mengarang teatrikal dimulai oleh
Profesor Ibrahim Al-Abadi, dan pada tahun 1910 profesor Ibrahim Al-Abadi
berhasil menyelesaikan karangan drama dalam puisi bahasa daerah, berjudul
"Urwa wa Afra", yang materialnya berasal dari warisan Arab kuno.
Profesor Habib Muddatsir memberitahu penelitiannya: “Contoh Drama
Sudan” yang diterbitkan di Majalah Khurtum, bahwa seni teater dibawa ke
Sudan oleh sekelompok profesor Mesir yang bekerja sebagai pengajar di
Gordon Memorial Perguruan tinggi, dan drama pertama mereka berjudul:
“Taubat yang tulus” ditampilkan pada tahun 1912, dan drama tersebut adalah
drama Mesir, para aktornya adalah orang Mesir, dan pahlawannya adalah
seorang hakim Mesir yang mengarahkannya sendiri. Profesor 2Muddatsir
menambahkan: Mereka yang menonton drama ini mengatakan bahwa itu
menciptakan semangat di hati mahasiswa untuk akting, oleh karena itu
sekolah mulai membentuk regu siswa.
Pada tahun 1918, Graduate Club didirikan, dan kelompok Siddiq Farid
drama dibentuk, dan grup ini telah memainkan banyak dramanya selama lima
belas tahun. Dalam bukunya: “Fitur Masyarakat Sudan,” Profesor Hassan
Najila menunjukkan kegiatan kelompok tersebut, menggambarkan
penampilan dari salah satu dramanya pada kamis malam, 9 Desember 1920.
Dia berkata: Kami biasa duduk berkelompok untuk menyaksikan drama yang
dibawakan oleh mahasiswa Fakultas Gordon, yang idenya tentang pendidikan
wanita. Karyawan dan mahasiswa muda terkenal karena penguasaan seni ini,
dan mereka adalah; Siddiq Farid dan Arafat Muhammad Abdullah, profesor
Abdul Rahman Ali Taha, Ali Badri, Awad Satti, Ali Nur Al-Muhandis, dan
Abu Bakr ‘Utsman dan lainnya.
Fase perkembangan
2
Sudan telah mengenal teater dalam bentuk Aristotelian sejak abad ke-20 di
kota Riffa (sebuah kota di Sudan), dan ketentuan ini ditetapkan oleh pelopor
pendidikan perempuan Sudan, profesor besar Babiker Badri, sekitar 1904 M,
dan tokoh utama isi dramanya adalah kalimat berikut: (Jika Perdagangan
pahit atau keledai itu benar.) Pada tahun 1909, al-Maamur al-Qattinah (Kota
Sudan) pada waktu itu, Abdel-Qadir al-Masri menulis sebuah lakon (The
Sudanese Guide) yang membahas tentang pentingnya pendidikan.
Pembentukan rombongan teater di Gordon Memorial College (sekarang
Universitas Khartoum) sampai transformasi besar terjadi ketika mendiang
Profesor Obaid Abdel Nour membawakan dramanya berjudul (The
Rebellious Son). Kegiatan Profesor Obeid terkonsentrasi di Universitas
Khartoum, tetapi pengejaran otoritas kolonial pada saat itu membuatnya
mengalihkan aktivitasnya ke klub alumni di Omdurman dan melakukan
permainan kontroversialnya di sana, yang membuatnya rentan terhadap
tuntutan keamanan yang lebih banyak.
Sekitar tahun 1934, Profesor Khaled Abu Al-Rous menulis drama
terkenalnya (Kematian Tajuj), sebuah drama yang berasal dari kisah terkenal
Tajuj dan Al-Mihaq, diikuti oleh drama The Destruction of Soba, kemudian
penyair Ibrahim Al-. Al-Abadi menulis sebuah drama (King of the Nimer)
yang menyerukan persatuan suku-suku Sudan dan penolakan perpecahan dan
diaspora. Dia pun meninggalkannya untuk mengikuti kantor intelijen Inggris.
Di Bakht al-Rada, sebuah gerakan teatrikal diorganisir, dan kemudian para
pendiri dan mahasiswanya berangkat untuk mendirikan gerakan teatrikal
Sudan. Pelopor gerakan ini adalah Profesor Abd al-Rahman Ali Taha, yang
menulis dan menyutradarai sebuah drama pada tahun 1934 berjudul (Sudan
2000), sebuah drama berdasarkan gelarnya yang mencoba memprediksi nasib
negara setelah hampir 60 tahun tanpa mengabaikannya. . Tentu saja apa yang
terjadi pada saat itu, dan penelitian dengan cepat menyempurnakan
eksperimen ini. Periode Profesor (Ahmed Al-Tayeb) Profesor Bakht Al-Reda
memperoleh gelar doktor di bidang teater, dan itu merupakan pencapaian
yang tidak terulang selama beberapa dekade berikutnya dan untuk waktu
yang lama bahkan setelah berdirinya Institut Tinggi. Untuk musik dan teater
di tahun 1970-an.
Awal dari hasil upaya ini adalah kegiatan teater secara bertahap
mengambil tempat dalam seni ekspresif yang diakui secara luas di Sudan,
dan mendapatkan penerimaan dan persetujuan dari orang-orang yang
mencita-citakan kebebasan pada periode itu, dan tujuan dari kegiatan tersebut
untuk menyebarkan kesadaran dan membangkitkan semangat patriotisme dan
pembebasan.
Pada tahun 1958 didirikan Teater Nasional Sudan, yang merupakan
peristiwa penting karena merupakan lembaga pertama yang menciptakan
hubungan emosional antara massa Sudan dan seni teater.Oleh karena itu,
munculah para pelopor terpenting dari gerakan teater. di Sudan. Hingga hari
ini, penulis dan sutradara seperti Profesor El-Fiqi Abdel-Rahman, Badr Al-
Din Hashem, Al-Taher Shabika, Al-Fadil Saeed, Abu Al-Abbas Muhammad
Taher, Omar Al-Khader, Omar Al-Hamidi. Hashem Siddiq, Profesor Makki
Sanada, Muhammad Sharif Ali, Abdel Hakim Al-Taher, Al-Reeh Abdel
Qader, Al-Sen Abdel Qader, Awad Siddiq, Al-Hadi Al-Siddiq dan aktris
Sarah Mohammed. (Aktris Sudan pertama) Fathia Mohamed Ahmed, Rabiha
Ahmed Mahmoud, Tahia Zarrouk, Asia Abdel Majid, Belqis Awad, Fayza
Amsib, Sumaya Abdel Latif, dan Nadia Babiker. Mereka adalah generasi
baru siswa lulusan Institut Musik dan Teater yang menambah momentum
yang tak tertandingi untuk gerakan ini.
3
III. Tunisia
Sejarah
Drama di Tunisia sempat tertunda hingga setelah Perang Dunia I berakhir.
Selain itu, drama di Tunisia juga dipengaruhi oleh drama Suriah dan Mesir.
Sedangkan, drama yang tidak terpengaruh dengan dua negara tersebut adalah
negara koloni, yaitu Prancis. Kemudian, sekelompok orang yang merupakan
pangeran bernama Dayas dan Bayas menyaksikan pertunjukan drama yang
dimainkan oleh kelompok dari Italia yang diundang secara khusus oleh
pangeran. Sebagian besar dari pertunjukan tersebut merupakan drama komedi
yang baru pertama kali disaksikan oleh masyarakat Tunisia setelah satu
setengah abad kemunculan drama di negara mereka.
Dahulu pada tahun 1908, sebuah kelompok band datang ke Tunisia
dengan membawakan komedi populer yang dipimpin oleh aktor Mesir
Bernama Mohamed Abdel Kadir Maghribi. Kemudian, mereka mementaskan
sebuah drama yang berjudul “The Lover Blows Them” yang menggunakan
bahasa Italia. Kelompok ini memiliki kurang lebih 72 buah kelas untuk
mempelajari drama komedi yang kemudian dibagi menjadi dua bagian.
Kelompok pertama dipimpin oleh Sharafnath, sedangkan kelompok kedua
dipimpin oleh Zaki Mourad yang merupakan ayah dari penyanyi terkenal
bernama Leila Mourad. Tunisia kemudian mencoba membentuk sebuah
kelompok teater yang diawasi oleh sebuah asosiasi bernama “al-Najma”,
tetapi upaya tersebut tidak berhasil. Kemudian pada akhir tahun 1908, sebuah
band yang dipimpin oleh aktor terkenal bernama Sheikh Sulaiman Gardahi
tiba di Tunisia dan membawakan banyak lakon. Hingga akhirnya mereka
membentuk kelompok untuk mendidik dan membangkitkan minat para
masyarakat Tunisia dalam seni akting guna memanfaatkan berbagai potensi
sastra, seni, dan budaya yang mereka miliki, serta sebagai bentuk sarana
untuk mempromosikan dan melestarikan tanah air dan budaya Arab
dihadapan penjajah Prancis yang berupaya menghancurkan negara tersebut.
Kemudian, para pemuda Tunisia bersama para seniman Mesir dan Tunisia
berkumpul untuk membentuk sebuah kelompok paduan suara Mesir-Tunisia.
Dan pa1da tahun 1909, perjuangan mereka dipentaskan dalam sebuah drama
Mesir yang berjudul “Sincerity of Brotherhood”, yang ditulis oleh penulis
Mesir sekaligus pengacara bernama Ismail Assem. Penayangan drama
tersebut diputar ketika kelompok muda Mesir datang berkunjung ke Tunisia
yang dipimpin oleh Ibrahim Hegazy.
Pada tahun yang sama (1909), Band Muhammad al-Maghribi tampil untuk
kedua kalinya pada acara perpisahan kelompok drama komedinya. Kemudian
ia dinobatkan sebagai pemuda Tunisia yang berhasil membuat kemajuan
dalam dunia teater di Tunisia. Setelah itu, pada tahun 1912, kelompok teater
Arab yang paling disanjungi didahului oleh kelompok sastra arab pada tahun
1911. Kedua kelompok tersebut aktif menampilkan lakon yang dimainkan
oleh kelompok teater Mesir. Namun, di antara kedua kelompok hebat tersebut
terdapat persaingan seni dan kesusastraan yang sangat ketat. Baik dari segi
melatih akting para aktor, maupun lainnya. Dengan hadirnya kelompok Mesir
ini, mereka sangat membantu drama Tunisia dalam mencapai kemajuan yang
luar biasa. Kemudian pada tahun 1914, sebuah band yang dipimpin oleh
Sheikh Salama Hegazy mempersembahkan seni menyanyi bersama seniman
elit paling terkemuka pada zaman itu, Ia adalah seorang musisi bernama
Kamel al-Khula’i.
Pada tahun 1927, rombongan Ramses datang ke Tunisia dan menampilkan
karya dramanya yang terkenal. Ia sangat didukung oleh rakyat Tunisia dalam
penampilannya, dikarenakan ia merupakan aktor yang handal, serta memiliki
kelompok aktor dan band dengan kemampuan yang berkualitas. Upaya
Tunisia dalam membentuk berbagai macam kelompok teater terus berlanjut.
Namun, banyak kelompok mereka yang cepat berakhir karna tidak memiliki
hasil yang baik. Hingga akhirnya pada tahun 1932 tercatat terdapat 4
kelompok di Tunisia, di antaranya:
1. المستقبل التمثيلي : Masa Depan Perwakilan
2. فرقة السعادة : Kelompok Kebahagiaan (Happiness Squad)
3. فرقة الشيخ األكودي : Kelompok Sheikh Akoudi
4. جمعية التمثيل العربي : Asosiasi Perwakilan Arab
Namun, setelah itu tidak ada lagi kabar mengenai aktivitas teater di Tunisia,
dikarenakan adanya penegakan aturan negara dan pengusiran penjajah Prancis
dari pusatnya yang berada di Tunisia. Informasi tersebut tertera di sebuah
majalah yang diterbitkan pada bulan Januari tahun 1966 oleh Sinema Tunisia
dan Majalah Teater yang berisi tentang seorang seniman teater bernama
Khalifa Stambouli.
merupakan seorang aktivis teater yang hebat pada tahun sekitar 40-an. Pada
saat itu, Khalifa Stambouli memiliki peran penting dan memiliki banyak
relasi dengan asosiasi teater di Tunisia, di antara lain:
1. اإلتحاد المسرحي : Persatuan Teatrikal / Perserikatan Teatrikal
2. الكوكب التمثيلي : Pertunjukan Bintang
3. تونس المسرحية : Teater Tunisia
Fase perkembangan