Anda di halaman 1dari 21

Nama : Fatih Muhammad Ar-Rasyid

Kelas : 4B/BSA

NIM : 11190210000056

Mata Kuliah : Dirasat Masrahiyyah

UTS Diarasat Masrahiyyah

 Pertanyaan :

1) Apa yang anda ketahui tentang drama, dan apa yang membedakannya dengan theater ?
2) Jelaskan perkembangan drama pada masa-masa awal (Yunani Kuno, Romawi Kuno, Renaisans,
dan Modern)!. Jelaskan juga genre dan karakter drama yang berkembang pada masing-masing
periode, berikut dengan tokoh-tokoh dan karyanya !
3) Dalam literatur Arab, drama baru dikenal pada paro kedua abad ke-19. Apa yang menyebabkan
drama tidak berkembang dan kurang mendapatkan perhatian dalam khasanah kesusastraan
Arab klasik ?
4) Jelaskan perkembangan drama di beberapa Negara-negara Arab (minimal 3 negara Arab,
seperti: Mesir, Lebanon, Syiria, Aljazair, Maroko, dll). Jelaskan juga fase perkembangan, genre
dan karakteristik drama, serta tokoh dramawan dan karyakaryanya.
5) Dari aspek bentuknya, dalam drama Arab dikenal dua jenis drama, yaitu al-masrahiyyah an-
natsriyyah dan al-masrahiyyah asy-syi’riyyah. jelaskan perbedaan keduanya, serta berikan
masing-masing contoh drama dan juga uraikan unsur intrinsic dari drama tersebut

 Jawaban :

1) Drama dan theater adalah 2 hal yang berbeda tetap memiliki hubungan, cakupan
theater memiliki artian yanng lebih luas dibandingkan drama, Jika kita melihat dari
pengertian keduanya maka kita akan menemukan titik terang yang membedakannya.
Drama secara pengertian memiliki 2 arti, arti dalam ruang lingkup luas dan arti dalam
ruang lingkup sempit. Dalam ruang lingkup yang lebih luas drama memiliki arti adalah
semua bentuk tontonan mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan banyak
orang, sedangkan dalam artiang yang lebih sempit drama adalah kisah hidup manusia
dalam masyarakat yang dipertunjukkan di atas panggung, disajikan dalam bentuk dialog
dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata lampu, tata panggung, tata rias, tata
musik, tata busana.
Nah sekarang pengertian teather memiliki cakupan yang lebih luas, dalam
pengertiannya, Istilah Teater berasal dari kosakata Yunani, theatron, yang mengacu
pada tempat aktor mementaskan sebuah drama dan ditonton oleh banyak orang. Istilah
teater memiliki arti lebih luas dibandingkan istilah drama. Teater dapat berarti drama,
panggung, gedung, pertunjukkan, dan grup pemain drama. Karena teater memiliki
cakupan arti yang lebih luas, orang ingin membatasi arti tentang teater tersebut. Teater
dalam arti lebih sempit diartikan sebagai drama, yaitu pertunjukkan lakon atau kisah
hidup manusia yang dilakukan di atas pentas dan disaksikan banyak orang.
Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa drama memiliki arti yang
lebih luas dan bisa dikatakan drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan
teater modern. Sedangkan drama dalam arti sempitnya hanya mencakup drama modern
saja.
Perbedaan :
 Drama adalah salah satu aliran dalam sastra
 Teater adalah seni pertunjukan yang melibatkan banya elemen
 Semua yang dipertunjukan diatas panggung teater adalah drama

2) Sejarah Drama diketahui kemunculannya pertama kali pada zaman yunani kuno,
kemudian mengalami sejarah yang sangat panjang hingga sekarang, berikut
penjelasannya :
A. Yunani kuno
 Perkembangannya
Drama diketahui pertama kali berasal dari yunani kuno, dalam bahasa
yunani kuno yaitu ‘’draomai’ yang berarti berbuat, bertindak, atau bereaksi,
dan berlaku, drama pertama kali hadir dikalangan masyarakat yunani kuno
sebagai sarana untuk menghormati dewa penguasa bumi Dalam upacara-
upacara keagamaan tersebut, mereka mengadakan festival tarian dan
nyanyian. Lakon-lakon drama yang terkenal di Yunani umumnya seputar kisah
tragedi dan komedi.
Di zaman ini drama sudah ditulis dalam bentuk naskah dan lakon tersebut
dipertunjukan di panggung terbuka yang lebih tinggi dari penonton, Panggung
berada di tengah, dikelilingi oleh auditorium kecil. Teater yang terkenal di
Athena pada waktu itu adalah Teater Dionysius di kaki bukit Acropolis, yang
merupakan pusat Kuil Athena dan dapat menampung 14.000 penonton.
Dalam Prosesnya, pementasan drama Yunani seluruh pemain dimainkan
oleh pria. Bahka Peran wanita juga dimainkan oleh pria dengan menggunakan
topeng. Ini disebabkan karena setiap pemain tidak hanya memerankan satu
tokoh saja. Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk kelompok
koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan jalannya
pertunjukkan).
Drama Yunani kuno Ciri-ciri, yaitu:
a. Durasi pementasan sekitar satu jam.
b. Menggunakan prolog yang cukup panjang.
c. Pementasan drama bertujuan sebagai penyuci jiwa melalu rasa takut
dan kasih sayang (katarsis).
d. Pementasan biasanya terdiri atas 3-5 bagian yang diselingi paduan
suara.

 Genre dan karakteristik


Genre drama yang terkenal pada masa Yunani umumnya bergenre tragedi
dan komedi. Drama tragedi pada era ini menyajikan cerita yang mana dapat
memainan perasaan para penonton karena dalamnya emosi. Drama jenis ini
juga biasanya berakhir sedih dimana tokoh utamanya merenggut nyawa.
Drama, biasanya memuat kandungan isi atau struktur:
 Kebangkitan yang terlambat
 Kekerasan dan pembunuhan
 Sering menggunakan Utusan atau Pesuruh, untuk
menghubungkan informasi (menyambung alur dramatik)
 Waktu yang berlanjut dalam pelakonan
 Peristiwa, biasanya terjadi hanya di satu tempat
 cerita berdasarkan dongeng atau sejarah, dengan berbagai tafsir
dari peristiwa
 Fokus pada psikologi dan nilai-nilai etik peran, bukan bertumpu
pada bentuk fisik dan/atau sosiologinya.

Selanjutnya drama komedi yakni drama yang menyajikan kisah-kisah


lucu, penuh suka cita, dan ada pula yang mengkritik tokoh terkenal pada
masanya . Drama serta gerakannya membuat para penonton tertawa.
Contoh drama komedi ini adalah Orang Kaya Baru, Tartuffe karya
Moliere dan Dykolos, The Grouch karya Menander.

Selain drama tragedi dan komedi, jika dilihat dari bentuk dramatiknya,
drama zaman Yunani juga mengenal drama satyr. Drama satyr yakni
drama atau lakon yang berisikan cemohan terhadap tokoh maupun
keadaan yang disajikan dengan penuh kegetiran atau biasa disebut
parodi. Drama satir memiliki durasi yang lebih pendek dari drama tragedi
dan bahasa yang dipakai adalah bahasa sehari-hari. . Struktur drama satir
serupa dengan tragedi, malah terkadang meminjam lakon tragedi, untuk
diolok-olok. Contoh dari drama ini adalah Cinta Yang Serakah, Suksesi
karya N. Riantiarno dan The Cyclops karya Euripides.

 Para tokoh dan karyanya


Para tokoh masa yunani kuno beserta karyanya sebagai berikut :
i. Aeschylos (Aeschylus). (525-456 SM) Ialah seorang bapak yang
dijuluki sebagai bapak drama tragis. Salah satu karya pentingnya
adalah Agamemmon, Drama ini mengisahkan tentang perjalanan
perang disertai romance.
ii. Euripides (480-406 SM) Dikenal sebagai pengarang drama sedih
Yunani. Euripides menulis begitu banyak karya hingga 80 karya,
namun saat ini hanya tersisa 19 judul. Salah satu karya nya adalah
Troades (atau terjemahan dalam bahasa Inggris) “The Trojan
Women”.
iii. Sophocles (Sofokles), (496 - 406 SM) Ia merupakan tokoh penting
pada masa yunani klasik, karya nya hingga 123 judul, namun saat ini
hanya tersisa 7 judul. Salah satu diantaranya adalah berjudul Electra.
perempuan.
iv. Aristophanes (448- 388 SM) Penulis ini popular dikenal sebagai bapak
drama komedi sehingga menjadi penulis drama hiburan terbesar di
zaman Yunani kuno. Karya nya mencapai jumlah 54 judul, tetapi saat
ini hanya tersisa 11 judul drama. Salah satu karya nya adalah
Lysistrata
v. Menander (349-291 SM.). Menander menghilangkan koor dan
menggantinya dengan berbagai watak. Misalnya watak orang tua
yang baik, budak yang licik, anak yang jujur, pelacur yang kurang ajar,
tentara yang sombong dan sebagainya. Karya Manander sangat
berpengaruh pada Drama Zaman Romawi klasik dan drama komedi
Zaman Renaissance dan Elizabethan

B. Romawi
 Perkembangan
Drama pada masa Romawi diketahui pertama kali dipentaskan pada tahun
240 SM oleh seniman Yunani bernama Livius Andronicus di Kota Roma. Pada
saat itu Drama yang dipentaskan pada saat itu berbentuk drama tragedi. Tidak
hanya bentuk drama tragedi, drama pada zaman Romawi juga mementaskan
bentuk komedi. Drama Yunani dalam penyajiannya banyak mencontoh dan
mengembangkan komedi baru Yunani.
Menurut Herman J. Waluyo, drama zaman Romawi adalah adaptasi dari
drama Yunani. Konsep pertunjukkan keduanya pun mirip. Drama yang
dipentaskan awalnya bersifat religius, lama-kelamaan bersifat mencari uang.
Akan tetapi, bentuk pentas drama zaman Romawi lebih megah daripada drama
zaman Yunani. Selain itu, drama zaman Romawi mengalami pembaharuan
dalam penggarapan dan penikmatan asli yang dimiliki masyarakat Romawi. Ciri-
ciri drama zaman Romawi:
 Koor tidak digunakan untuk mengisi setiap adegan
 Seluruh adegan dilengkapi dengan musik
 Temanya berupa masalah kesenjangan hidup golongan menengah
 Karakteristik tokoh tergantung kelas, yaitu orang tua bermasalah dengan
anak-anaknya atau kekayaan dan anak muda melawan kekuasaan orang
tua
 Latar adegan terjadi di rumah, di jalan dan di halaman

 Genre dan karakteristik


Bentuk-bentuk pertunjukkan yang terkenal di Zaman Romawi klasik adalah:
 Tragedi. Satu-satunya bentuk tragedi yang terkenal dan berhasil
diselamatkan adalah karya Lucius Anneus Seneca (4 SM-65 M)
dengan ciri-ciri sebagai berikut.
o Plot cerita terdiri dari 5 babak dengan struktur cerita yang
terperinci jelas.
o Adegan berlangsung dengan ketegangan tinggi.
o Dialog ditulis dalam bentuk sajak.
o Tema cerita seputar hubungan antara alam kemanusiaan dan
alam gaib.
o Menggunakan teknik monolog, bisikan-bisikan pada beberapa
tokoh penting yang mengungkapkan isi hati.
 Farce Pendek. Farce (pertunjukkan jenaka) sejak abad 1 SM menjadi bagian
sastra dan menjadi bentuk drama yang terkenal. Bentuk pertunjukkan
teater tertua pada Zaman Romawi klasik ini ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
o Selalu menggunakan tokoh yang sama dan sangat tipikal.
o Plot cerita berupa tipuan-tipuan dan hasutan-hasutan yang
dilakukan para badut di mana music dan tari menjadi unsur penting
dalam menjaga jalannya cerita.
o Menggunakan latar suasana alam pedesaan.
 Mime. Mime muncul di Zaman Yunani sekitar abad 5 SM dan kemudian
masuk Romawi sekitar tahun 212 SM dengan ciri-cirinya adalah:
o Banyak terdapat adegan-adegan lucu, singkat, dan improvisasi.
o Tokoh wanita dimainkan oleh pemain wanita.
o Para pemainnya tidak mengenakan topeng.
o Cerita yang dibawakan bertema perzinahan, menentang sakramen
dan upacara gereja.
 Para tokoh dan karyanya
Pada zaman romawi memiliki tokoh drama yang hebat bahkan sampai dikenal
hingga sekarang, berikut diantaranya
 Christopher Marlowe (1564 – 93) : Karya dari Marlowe berjudul Dr.
Faustus. Drama ini mengangkat masalah perkembangan insani dalam diri
manusia dan malapetaka yang mestinya sia-sia atas usaha manusia untuk
memiliki kekuatan, pengetahuan, kecantikan, dan berakhir hanya dalam
kutukan.
 William Shakespeare (1564- 1616) : Sudah tidak awam lagi dengan judul
karya sejak zaman Romawi kuno. Dari William Shakespeare popular dengan
tentang cinta, yaitu dengan judul Romeo and Juliet.
 Johann Wolfgang von Ghoethe (1749- 1832) : Karya drama dari Ghoethe
adalah Iphigenia. Drama ini mengisahkan seorang rahib perempuan,
merupakan sosok insani dengan gairah jiwa yang semestinya.
 Moliere atau Jean Baptiste Poquelin (1622-73) : Moleire tak jauh beda
dengan tokoh penting dari bangsa Yunani, ialah Aristophanes. Karya yang
popular dengan komedi.

C. Renaisans
 Perkembangan
Masa renaisans berkisar antara tahun 800 – 1500 M, drama ini awalnya
menampilkan tentang kenaikan Yesus, kisah natal, dan kisah orang-orang
suci , drama ini berada dibawah pengaruh gereja khatolik
Menurut pendapat ahli pada masa Renaisans, gereja Katolik sangat berpengaruh
terhadap drama pada masa itu, dalam pertunjukan ini muncul lagu-lagu yang
dinyanyikan oleh para biarawan, diselingi dengan lagu-lagu paduan suara, dan
kemudian sering dipentaskan ”Pasio”. Sejauh ini diselenggarakan di gereja sebelum
Paskah.

 Genre dan karateristik


Genre drama pada masa renaisan berkisar pada genre tragedi yang
menguras air mata, biografi para nabi dan juga beberapa genre comedy
Sedangkan karateristik drama pada masa ini yaitu ,Pentas kreta. ,Dekorasi
bersifat sederhana dan simbolis, Pementasan stimulus bersifat berbeda
dengan pementasan simultan drama modern.

 Tokoh dan karya

Torquato Tassso dengan karyanya berasal dari drama Liturgis dan Pastoral

Dante, dengan karya-karyanya yang berjudul The Divina Comedy ‘

D. Modern
 Perkembangan
Perkembangan drama pada masa modern diiringi dengan munculnya
beberapa aliran drama yaitu :
a. Neoklasik : Aliran drama ini muncul dan berkembang di masa
neoklasik dan mempunyai dua bentuk genre yaitu drama tragedy dan
komedi. Karakter drama di aliran ini harus bersifat universal, serta
waktu, tempat, dan peristiwa yang masih dipertahankan. Tokoh yang
muncul di aliran drama ini adalah Denis Diderot yang merupakan
orang pertama yang menulis dua karya yang berjudul Le De Per
Famille, dan Le Fils Naturel.
b. Realisme : Aliran realism lahir pada penghujung abad ke-19 yang
dijadikan landas pacu sebagai seni teater modern di dunia barat.
Aliran ini menimbulkan gagasan yang bersifat seolah-olah peristiwa
itu menjadi nyata. Pengarang/tokoh yang muncul di aliran drama ini
adalah Henrik Ibsen, ia memiliki karya yang terkenal yaitu Nora,
Love Comedy, The Pretenders, dan Roshmersholm.
c. Simbolisme : Awalnya aliran ini muncul pada tahun 1180 di Perancis
dan memegang peranan penting pada tahun 19000. Simbolisme adalah
sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan drama melalui emosi tertentu.
Kenyataan drama ini hanya bisa dipahami dengan intuisi dan
diungkapkan hanya dengan symbol. Tokoh yang terkenal di aliran ini
adalah Frederico Garcia Lorca dengan karyanya yang berjudul
Shoemaker’s Prodigius Wife dan The House of Bernarda Alba.

 Tokoh dan karya


o Frederico Garcia Lorca dengan karyanya yang berjudul Shoemaker’s
Prodigius Wife dan The House of Bernarda Alba.
o Henrik Ibsen, ia memiliki karya yang terkenal yaitu Nora, Love
Comedy, The Pretenders, dan Roshmersholm.
o Denis Diderot yang merupakan orang pertama yang menulis dua
karya yang berjudul Le De Per Famille, dan Le Fils Naturel.

3) Berikut beberapa alasan :


I. Drama sebenarnya telah muncul sejak masa jahiliyah dan masa setelah kedatangan agama
islam, akan tetapi pada saat itu drama hanya digunakan untuk sebuah pemujaan kepada
tuhan atau dewa dewa dalam konteks ibadah sehingga membuat masyarakat jazirah Arab
tidak tertarik melalukan drama.
II. Pada masa Arab pra-Islam, masyaraat tidak menganggap serius seni drama dan
mengabaikannya, hal ini karena mereka tidak memiliki keinginan untuk mengetahui
bahkan mengikuti kehidupan di negara lain dengan drama. Dan ini juga sebuah alasan,
karena bangsa Arab sejak dulu hidup secara nomaden (selalu berpindah-pindah tempat
dari tempat satu ke tempat lainnya) dalam artian bangsa arab selalu berpindah pindah dari
suatu kota ke kota lainnya dan juga tidak bisa meninggalkan peninggalan-peninggalan
bersejarah yang sudah mereka temukan.
III. Para sastrawan arab lebih memilih hanya memperhatian filsafat yunani sastra yunani dari
pada drama dan teaternya
IV. Adanya larangan agama pada masa lalu karena drama dulu masih dipakai sebagai sarana
ibadah, sedangan islam melarang hal tersebut
V. Kehidupan sosial dan politi islam tentang perempuan, yang membuat beberapa hambatan
pada berdirinya drama
VI. Komedi drama yang menyinggung tentang pemerintahan, sedangkan pada islam tidak
pernah merendahan pemerintahannya
VII. Pembatasan dalam berekspresi dalam drama karena kepentingan politik
VIII. Masyarakat arab yang lebih suka bernyanyi dan lebih realistis, dan tidak memikiran
akting
IX. Cenderung mengasingkan diri dan menolak pengaruh bangsa bangsa lain
X. Tidak adanya perkembangan drama di bangsa arab
XI. Penyair-penyair Arab masa pra-Islam hanya berfokus pada seni puisi yang mereka miliki,
mereka tidak terpengaruh oleh budaya lain, mereka hanya bangga dengan seni yang
mereka miliki. Meskipun ada banyak puisi dalam drama kuno pada waktu itu.
XII. Alasan umum yang dijelaskan Ihjamul Adab al-Araby adalah bahwa pengenalan awal
drama itu terkait dengan munculnya lakon drama kuno yang penuh dengan mitologi, yang
menggambarkan konflik antara manusia dan kekuasaan Tuhan. Ini adalah tren ibadah
yang tidak akan diterima oleh Islam.
XIII. Pada masa Bani Umayyah, mereka masih percaya bahwa puisi Badui dan Sahara
memiliki kualitas yang lebih tinggi.
XIV. Matinya persepsi orang arab karena yang diungkapkan dalam syair drama hanyalah
perasaan emosional, bukan dalam bentuk berekspresi terhadap drama.

4) perkembangan drama di beberapa Negara-negara Arab


I. Irak
 Sejarah
Sejarah drama di iraq diketahui dimulai pada tahun 1926,saat itu rombongan George
Abyad mengunjungi Irak, dan melakukan penampilan drama di Baghdad dan Basrah,
dan kunjungan ini inti di mana gerakan teatrikal aktif, yang sebelumnya ada di Irak.
Gerakan teater Irak menemukan fokus saat mengunjungi rombongan Mesir itu, yang
berdampak efektif dalam meletakkan fondasi artistik pertama teater di Irak. Adapun
penggeraknya, adalah artis Irak yang antusias: Haqqi Al-Shibli, yang berpartisipasi
dengan band George Abyad dengan memainkan peran putra Oedipus dalam drama:
"Oedipus adalah raja" yang ditampilkan band di salah satu penampilannya.
Kemudian profesor Haqqi Al-Shibli bergegas dalam pembentukan teaternya yang
panjang, jadi dia menggubah rombongan teater profesional Irak pertama pada awal
1927, di mana sekelompok aktor Suriah dan Mesir berpartisipasi di dalamnya
bersama seniman Irak: Bishara Wakim, Abdul Latif Al-Masry, Abdel Nubai
Muhammad, Muhammad Al-Maghribi dan lainnya. Kelompok Haqqi Al-Shibli
berkeliling di Irak menyerukan representasi dan memperkenalkannya kepada publik,
dan perjalanan pertamanya ke selatan pada tahun 1928.
Kelompok teater yang berkunjung setelah itu adalah rombongan Fatimah
Rushdie yang datang pada tahun 1929, dan mempersembahkan sejumlah drama, dan
kemudian disepakati antara rombongan dan Tuan Haqqi Al-Shibli bahwa ia akan
bergabung, maka ia pergi ke Mesir untuk bekerja dan berlatih dibawah pengawasan
Aziz ‘Id, dan Al-Shibli tetap berada di Mesir dalam perjalanan keseniannya, ini
berlangsung hampir setahun.
Ketika dia kembali ke Irak pada tahun 1930 dengan perjalanan lain oleh
rombongan Fatimah Rushdie, rombongan tersebut mempersembahkan
penampilannya di Baghdad, Basra dan Mosul. Profesor Shibli dan seribu
rombongannya, bernama: “Kelompok Haqqi Al-Shibli” tinggal di Irak, yang telah
berjuang selama lima tahun berturut-turut dalam rangka mendukung seni teater di
Irak. Jalur akting di ibu kota dan perjalanan seni ke wilayah Utara dan Selatan."
Kelompok teater terkenal lainnya juga mengunjungi Irak, termasuk: kelompok
Amin Atallah 1931, kelompok Artgrel Bey Turki pada tahun 1932, dan kelompok
Yusef Wehbe. Haqqi Al-Shibli pergi ke Prancis pada tahun 1935 untuk belajar.
Ketika dia kembali pada tahun 1939 , ia mendirikan departemen akting di Institut
Seni Rupa, ia mengambil sendiri untuk mempersiapkan aktor dan sutradara, dan
menampilkan musim teater.
Ini adalah masa emas bagi teater Irak, di mana muncul beberapa kelompok
profesional yang menampilkan produksi teater multi-segi, dan beberapa di antaranya
mampu mendirikan teater pribadi.
Diatas adalah sejarah panjang teataer di Iraq

 Fase perkembangan
Fase perkembangan teater di Iraq terdiri atas gerakan teatrikal berikut penjelasan
Gerakan teatrikal di Irak pada umumnya, dibangun di atas dua sumbu utama, yaitu:
Sumbu pertama: Berlangsung sejak adanya knjungan rombongan Mesir (George
White) ke Irak pada tahun 1926 , yang berdampak dalam peletakkan fondasi artistik
pertama untuk teater di Irak, mengubah pandangan menjadi seni ini, dan
meningkatkan level amatir Irak yang ingin membangun teater Irak yang berbeda.
Sumbu kedua: mencari penggerak yang bisa mempertemukan para seniman teater
yang hidup di diaspora dan memiliki kedekatan dengan mereka, yaitu (Haqqi Al-Shibli)
adalah penggerak pada sumbu kedua, di mana dia membuat kelompok teater
profesional pertama di Irak pada awal 1927, (Haqqi Al-Shibli Ensemble) kelompok
tersebut partisipasi dari pemuda Irak yang bercita-cita membangun seni teater,
termasuk seniman Arab, Bishara Wakim dan Abdul Nabi Muhammad, dan (Al-Shibli)
bertujuan, melalui partisipasi mereka, untuk menginspirasi seniman Irak untuk
mencapai representasi mereka dan memenuhi tingkat peserta Arab yang berbeda dari
penampilan, ekspresi fisik dan pelafalan vokal mereka. Perjalanan pertama kelompok
tersebut adalah ke Selatan pada tahun 1928, ketika dia (Al-Shibli) menekankan
perlunya aktor mengontrol reinkarnasi karakter dan pertemuan, yang merupakan
penghubung antara karakter dan penonton. Kemudian grup tersebut melanjutkan
produksinya, di mana mereka menampilkan drama (The Punishment of Chivalry) yang
dipresentasikan pada tahun 1927 dan kemudian (Demi Crown), (Salah al-Din al-Ayyubi)
dan (Wahida).
Di antara anggota kelompok yang paling menonjol adalah (Muhammad al-Qumbanji,
Aziz Ali, Yahya Faiq) dan terlihat bahwa sebagian besar anggota kelompok tidak
bertahan hidup dari pendapatan kelompok, tetapi kadang-kadang mendukung mereka
untuk beberapa hari pertunjukan yang tidak melebihi dua hari, karena pertunjukan itu
tidak memiliki elemen wanita Irak, karena peran wanita ini diberikan kepada aktris
Suriah dan Mesir.
Periode antara 1929 dan 1930 menyaksikan gerakan teatrikal yang belum pernah
terjadi sebelumnya, ketika banyak tim mengunjungi Irak dan menampilkan berbagai
pertunjukan yang bervariasi di antara kelompok-kelompok ini (kelompok Amin
Atallah), kelompok Mesir (Artogolik), dan kelompok profesor (Youssef Wahbi).

 Genre dan karakteristik :


Genre dan karateristik yang berkembang pada masa ini yaitu, masih genre yang
berhubungan dengan komedi beberapa genre asksi,

 Tokoh dan karyanya


1. Haqqi Al-Shibli
Dia merupakan pelopor gerakan teatrikal di Irak. Ia melakukan peran
akting sejak tahun 1926 di grup Mesir George Abyad. 1 Dia berpartisipasi
dengan band George Abyad dengan memainkan peran putra Oedipus
dalam drama: "Oedipus adalah raja" yang ditampilkan band di salah satu
konsernya.
2. Yusuf al-Ani
Yusuf al-Ani merupakan tokoh terkenal teater Irak pada masanya. Dia
termasuk dalam pelopor generasi pertama Irak, yang secara luas
dianggap sebagai pendiri teater rakyat. Yusuf al-Ani melakukan hal
sebagai penulis naskah bersama al-Muqamirun, dimana pada saat itulah
dia mendapatkan pengakuan abadi dan serangkaian permainan yang
memukau.

II. Sudan
 Sejarah
Banya ahli berpendapat tentang awal sejarah drama disudan salah satunya
Profesor Badr El-Din, menurutnya sejarah drama di Sudan di mulai pada
tahun 1902, pernyataan ini di perkuat dengan ditemukannya tulisan drama
pertama yang ada di Sudan berjudul “Nectot” aritnya: “uang” yang di karang
oleh Abdul Qadir Mukhtar. Sekitar tahun 1905-1915 kegiatan teater Sudan
berlangsung di sekolah Girls of the Catholic Mission Omdurman.
Kemudian Pada tahun 1905 tanggal 5 Oktober, sebuah surat kabar Sudan
menerbitkan tentang “Love Acting Association” akan mengadakan malam
amal pada kamis malam di Khawaja Loiso, di mana para anggotanya akan
memerankan beberapa drama komedi dalam bahasa Inggris dan Arab serta

1
pertunjukan musik. Pada tanggal 15 November 1909, surat kabar Sudan
menerbitkan berita tentang sebuah drama yang telah dipertunjukkan dengan
judul “Para Raja yang Menyimpang” yang juga di pentas kan di Khawaja
Loiso.
Pada tahun 1903-1915, percobaan dalam mengarang teatrikal dimulai oleh
Profesor Ibrahim Al-Abadi, dan pada tahun 1910 profesor Ibrahim Al-Abadi
berhasil menyelesaikan karangan drama dalam puisi bahasa daerah, berjudul
"Urwa wa Afra", yang materialnya berasal dari warisan Arab kuno.
Profesor Habib Muddatsir memberitahu penelitiannya: “Contoh Drama
Sudan” yang diterbitkan di Majalah Khurtum, bahwa seni teater dibawa ke
Sudan oleh sekelompok profesor Mesir yang bekerja sebagai pengajar di
Gordon Memorial Perguruan tinggi, dan drama pertama mereka berjudul:
“Taubat yang tulus” ditampilkan pada tahun 1912, dan drama tersebut adalah
drama Mesir, para aktornya adalah orang Mesir, dan pahlawannya adalah
seorang hakim Mesir yang mengarahkannya sendiri. Profesor 2Muddatsir
menambahkan: Mereka yang menonton drama ini mengatakan bahwa itu
menciptakan semangat di hati mahasiswa untuk akting, oleh karena itu
sekolah mulai membentuk regu siswa.
Pada tahun 1918, Graduate Club didirikan, dan kelompok Siddiq Farid
drama dibentuk, dan grup ini telah memainkan banyak dramanya selama lima
belas tahun. Dalam bukunya: “Fitur Masyarakat Sudan,” Profesor Hassan
Najila menunjukkan kegiatan kelompok tersebut, menggambarkan
penampilan dari salah satu dramanya pada kamis malam, 9 Desember 1920.
Dia berkata: Kami biasa duduk berkelompok untuk menyaksikan drama yang
dibawakan oleh mahasiswa Fakultas Gordon, yang idenya tentang pendidikan
wanita. Karyawan dan mahasiswa muda terkenal karena penguasaan seni ini,
dan mereka adalah; Siddiq Farid dan Arafat Muhammad Abdullah, profesor
Abdul Rahman Ali Taha, Ali Badri, Awad Satti, Ali Nur Al-Muhandis, dan
Abu Bakr ‘Utsman dan lainnya.
 Fase perkembangan

2
Sudan telah mengenal teater dalam bentuk Aristotelian sejak abad ke-20 di
kota Riffa (sebuah kota di Sudan), dan ketentuan ini ditetapkan oleh pelopor
pendidikan perempuan Sudan, profesor besar Babiker Badri, sekitar 1904 M,
dan tokoh utama isi dramanya adalah kalimat berikut: (Jika Perdagangan
pahit atau keledai itu benar.) Pada tahun 1909, al-Maamur al-Qattinah (Kota
Sudan) pada waktu itu, Abdel-Qadir al-Masri menulis sebuah lakon (The
Sudanese Guide) yang membahas tentang pentingnya pendidikan.
Pembentukan rombongan teater di Gordon Memorial College (sekarang
Universitas Khartoum) sampai transformasi besar terjadi ketika mendiang
Profesor Obaid Abdel Nour membawakan dramanya berjudul (The
Rebellious Son). Kegiatan Profesor Obeid terkonsentrasi di Universitas
Khartoum, tetapi pengejaran otoritas kolonial pada saat itu membuatnya
mengalihkan aktivitasnya ke klub alumni di Omdurman dan melakukan
permainan kontroversialnya di sana, yang membuatnya rentan terhadap
tuntutan keamanan yang lebih banyak.
Sekitar tahun 1934, Profesor Khaled Abu Al-Rous menulis drama
terkenalnya (Kematian Tajuj), sebuah drama yang berasal dari kisah terkenal
Tajuj dan Al-Mihaq, diikuti oleh drama The Destruction of Soba, kemudian
penyair Ibrahim Al-. Al-Abadi menulis sebuah drama (King of the Nimer)
yang menyerukan persatuan suku-suku Sudan dan penolakan perpecahan dan
diaspora. Dia pun meninggalkannya untuk mengikuti kantor intelijen Inggris.
Di Bakht al-Rada, sebuah gerakan teatrikal diorganisir, dan kemudian para
pendiri dan mahasiswanya berangkat untuk mendirikan gerakan teatrikal
Sudan. Pelopor gerakan ini adalah Profesor Abd al-Rahman Ali Taha, yang
menulis dan menyutradarai sebuah drama pada tahun 1934 berjudul (Sudan
2000), sebuah drama berdasarkan gelarnya yang mencoba memprediksi nasib
negara setelah hampir 60 tahun tanpa mengabaikannya. . Tentu saja apa yang
terjadi pada saat itu, dan penelitian dengan cepat menyempurnakan
eksperimen ini. Periode Profesor (Ahmed Al-Tayeb) Profesor Bakht Al-Reda
memperoleh gelar doktor di bidang teater, dan itu merupakan pencapaian
yang tidak terulang selama beberapa dekade berikutnya dan untuk waktu
yang lama bahkan setelah berdirinya Institut Tinggi. Untuk musik dan teater
di tahun 1970-an.
Awal dari hasil upaya ini adalah kegiatan teater secara bertahap
mengambil tempat dalam seni ekspresif yang diakui secara luas di Sudan,
dan mendapatkan penerimaan dan persetujuan dari orang-orang yang
mencita-citakan kebebasan pada periode itu, dan tujuan dari kegiatan tersebut
untuk menyebarkan kesadaran dan membangkitkan semangat patriotisme dan
pembebasan.
Pada tahun 1958 didirikan Teater Nasional Sudan, yang merupakan
peristiwa penting karena merupakan lembaga pertama yang menciptakan
hubungan emosional antara massa Sudan dan seni teater.Oleh karena itu,
munculah para pelopor terpenting dari gerakan teater. di Sudan. Hingga hari
ini, penulis dan sutradara seperti Profesor El-Fiqi Abdel-Rahman, Badr Al-
Din Hashem, Al-Taher Shabika, Al-Fadil Saeed, Abu Al-Abbas Muhammad
Taher, Omar Al-Khader, Omar Al-Hamidi. Hashem Siddiq, Profesor Makki
Sanada, Muhammad Sharif Ali, Abdel Hakim Al-Taher, Al-Reeh Abdel
Qader, Al-Sen Abdel Qader, Awad Siddiq, Al-Hadi Al-Siddiq dan aktris
Sarah Mohammed. (Aktris Sudan pertama) Fathia Mohamed Ahmed, Rabiha
Ahmed Mahmoud, Tahia Zarrouk, Asia Abdel Majid, Belqis Awad, Fayza
Amsib, Sumaya Abdel Latif, dan Nadia Babiker. Mereka adalah generasi
baru siswa lulusan Institut Musik dan Teater yang menambah momentum
yang tak tertandingi untuk gerakan ini.

 Genre dan karakteristik


Genre dan karakteristik drama disudan sama seperti negara-negara
tetangganya dalam segi genre masih banya genre comedy, karateristik yang
melekat timur dan berbagai penjelasan lainnya

 Tokoh dan karyanya


a) Abdul Qadhir Mukhtar
Dia merupakan penulis drama pertama di Sudan yaitu “Nuktot” yang
artinya harta benda. Dia merupakan penulis artikel yang mengacu
kepada sejarah yang ada dalam kitab “hayati”,yang merupakan bagian
yang dibuat oleh Prof. Baabiker Badri , dari gambaran simbol drama
yang merupakan hasil pertama drama Sudan, dan setelah itu Ibrahim
al-‘Ibadi memperkuat kenyataan itu, karena menurutnya di dalam
drama itu merupakan berkebalikan dengan kenyataan masyarakat
Sudan dalam sejarah. Dan karena itulah drama itu ada berkat tulisan
pengarang dari barat, yaitu profesor ‘Abdul Qadhir Mukhtar, seorang
utusan al-Fatinah.
b) Profesor Ibrahim al-‘Ibadi
Beliau adalah salah satu penyair Sudanese Dubet dan salah satu
pelopor teater puisi nasional di Sudan. Ibrahim al-‘Ibadi lahir pada
periode Mahdist3. Ia merupakan salah satu penyair yang meletakkan
dasar-dasar nanyian Timur bersama artis Mohamed Ahmed Sorour
dalam mendirikas lagu pada tahun 1914 dan dia pun menulis banyak
lagu sejak 1914. Pada tahun 1903-1915, beliau memlai upaya
mengarangnya dan menulis drama dengan puisi bahasa daerah di
tahun 1910, berjudul “Urwa wa Afra”, yang materialnya berasal dari
Arab Kuno.
c) Ubaid Abd Al-Nur
Bintang baru muncul di cakrawala teater Sudan, ‘Ubaid Abd Al-Nur,
lulusan American University of Beirut. Dan aktivitasnya dimulai di
antara siswa fakultas Gordon, jadi dia mulai mempersembahkan
drama pendek asal asing, yang dia buat master dan disajikan kepada
penggemarnya, dan ini adalah langkah maju dari yang sebelumnya.
Pasalnya, ‘Abdul Nur tidak menggunakan lakon-lakon terkenal yang
pernah dihadirkan sebelumnya, melainkan mencoba melakukan
sesuatu yang baru, yaitu Sudanisasi.

3
III. Tunisia
 Sejarah
Drama di Tunisia sempat tertunda hingga setelah Perang Dunia I berakhir.
Selain itu, drama di Tunisia juga dipengaruhi oleh drama Suriah dan Mesir.
Sedangkan, drama yang tidak terpengaruh dengan dua negara tersebut adalah
negara koloni, yaitu Prancis. Kemudian, sekelompok orang yang merupakan
pangeran bernama Dayas dan Bayas menyaksikan pertunjukan drama yang
dimainkan oleh kelompok dari Italia yang diundang secara khusus oleh
pangeran. Sebagian besar dari pertunjukan tersebut merupakan drama komedi
yang baru pertama kali disaksikan oleh masyarakat Tunisia setelah satu
setengah abad kemunculan drama di negara mereka.
Dahulu pada tahun 1908, sebuah kelompok band datang ke Tunisia
dengan membawakan komedi populer yang dipimpin oleh aktor Mesir
Bernama Mohamed Abdel Kadir Maghribi. Kemudian, mereka mementaskan
sebuah drama yang berjudul “The Lover Blows Them” yang menggunakan
bahasa Italia. Kelompok ini memiliki kurang lebih 72 buah kelas untuk
mempelajari drama komedi yang kemudian dibagi menjadi dua bagian.
Kelompok pertama dipimpin oleh Sharafnath, sedangkan kelompok kedua
dipimpin oleh Zaki Mourad yang merupakan ayah dari penyanyi terkenal
bernama Leila Mourad. Tunisia kemudian mencoba membentuk sebuah
kelompok teater yang diawasi oleh sebuah asosiasi bernama “al-Najma”,
tetapi upaya tersebut tidak berhasil. Kemudian pada akhir tahun 1908, sebuah
band yang dipimpin oleh aktor terkenal bernama Sheikh Sulaiman Gardahi
tiba di Tunisia dan membawakan banyak lakon. Hingga akhirnya mereka
membentuk kelompok untuk mendidik dan membangkitkan minat para
masyarakat Tunisia dalam seni akting guna memanfaatkan berbagai potensi
sastra, seni, dan budaya yang mereka miliki, serta sebagai bentuk sarana
untuk mempromosikan dan melestarikan tanah air dan budaya Arab
dihadapan penjajah Prancis yang berupaya menghancurkan negara tersebut.
Kemudian, para pemuda Tunisia bersama para seniman Mesir dan Tunisia
berkumpul untuk membentuk sebuah kelompok paduan suara Mesir-Tunisia.
Dan pa1da tahun 1909, perjuangan mereka dipentaskan dalam sebuah drama
Mesir yang berjudul “Sincerity of Brotherhood”, yang ditulis oleh penulis
Mesir sekaligus pengacara bernama Ismail Assem. Penayangan drama
tersebut diputar ketika kelompok muda Mesir datang berkunjung ke Tunisia
yang dipimpin oleh Ibrahim Hegazy.
Pada tahun yang sama (1909), Band Muhammad al-Maghribi tampil untuk
kedua kalinya pada acara perpisahan kelompok drama komedinya. Kemudian
ia dinobatkan sebagai pemuda Tunisia yang berhasil membuat kemajuan
dalam dunia teater di Tunisia. Setelah itu, pada tahun 1912, kelompok teater
Arab yang paling disanjungi didahului oleh kelompok sastra arab pada tahun
1911. Kedua kelompok tersebut aktif menampilkan lakon yang dimainkan
oleh kelompok teater Mesir. Namun, di antara kedua kelompok hebat tersebut
terdapat persaingan seni dan kesusastraan yang sangat ketat. Baik dari segi
melatih akting para aktor, maupun lainnya. Dengan hadirnya kelompok Mesir
ini, mereka sangat membantu drama Tunisia dalam mencapai kemajuan yang
luar biasa. Kemudian pada tahun 1914, sebuah band yang dipimpin oleh
Sheikh Salama Hegazy mempersembahkan seni menyanyi bersama seniman
elit paling terkemuka pada zaman itu, Ia adalah seorang musisi bernama
Kamel al-Khula’i.
Pada tahun 1927, rombongan Ramses datang ke Tunisia dan menampilkan
karya dramanya yang terkenal. Ia sangat didukung oleh rakyat Tunisia dalam
penampilannya, dikarenakan ia merupakan aktor yang handal, serta memiliki
kelompok aktor dan band dengan kemampuan yang berkualitas. Upaya
Tunisia dalam membentuk berbagai macam kelompok teater terus berlanjut.
Namun, banyak kelompok mereka yang cepat berakhir karna tidak memiliki
hasil yang baik. Hingga akhirnya pada tahun 1932 tercatat terdapat 4
kelompok di Tunisia, di antaranya:
1. ‫المستقبل التمثيلي‬ : Masa Depan Perwakilan
2. ‫فرقة السعادة‬ : Kelompok Kebahagiaan (Happiness Squad)
3. ‫فرقة الشيخ األكودي‬ : Kelompok Sheikh Akoudi
4. ‫جمعية التمثيل العربي‬ : Asosiasi Perwakilan Arab
Namun, setelah itu tidak ada lagi kabar mengenai aktivitas teater di Tunisia,
dikarenakan adanya penegakan aturan negara dan pengusiran penjajah Prancis
dari pusatnya yang berada di Tunisia. Informasi tersebut tertera di sebuah
majalah yang diterbitkan pada bulan Januari tahun 1966 oleh Sinema Tunisia
dan Majalah Teater yang berisi tentang seorang seniman teater bernama
Khalifa Stambouli.
merupakan seorang aktivis teater yang hebat pada tahun sekitar 40-an. Pada
saat itu, Khalifa Stambouli memiliki peran penting dan memiliki banyak
relasi dengan asosiasi teater di Tunisia, di antara lain:
1. ‫اإلتحاد المسرحي‬ : Persatuan Teatrikal / Perserikatan Teatrikal
2. ‫الكوكب التمثيلي‬ : Pertunjukan Bintang
3. ‫تونس المسرحية‬ : Teater Tunisia

 Fase perkembangan

 Genre dan karateristik :


Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
sejarah dan perkembangan drama di Tunisia tidak terlepas dari dua sisi, yaitu
gagasan yang dibawa oleh para seniman drama Mesir dan juga dari seni
drama Italia. Oleh karena itu, seni drama di Tunisa memiliki karakteristik
tersendiri yang menjadi ciri khas dari seni teater tersebut, diantaranya:
a. Pementasan seni drama dilakukan menggunakan bahasa Arab yang
Fasih atau bahasa Arab fusha. Hal tersebut bisa kita saksikan ketika
seni drama pertama kali muncul di Tunisia dan tidak terlepas dari
pengaruh seniman yang berasal dari Mesir.
b. Tema yang diangkat terkait budaya, perjuangan rakyat Tunisia
melawan penjajah, dan sebagai bentuk perlawanan mereka.
c. Isi dan bentuk drama yang dimainkan menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat di Tunisia yang sangat menyukai kisah-kisah populer.
 Tokoh dan karya
o Izz al-Din al-Madani
Izz al-Din al-Madani merupakan seorang sastrawan yang lahir
pada tahun 1938 di Tunisia. Pekerjaannya sehari-hari adalah sebagai
penulis naskah drama berseri dengan mengangkat tema revolusi.
Beberapa karya drama beliau yang populer, di antara lain: Thawrat
Sahib al-Himar (1974), Rihlat al-Hallaj (1973), Diwan al-Zanj
(1974), dan al-Mawlay as-Sultan al-Hasan al-Hafsi (1977).
o Arusiya an-Naluti
Arusiya an-Naluti merupakan seorang sastrawan perempuan yang
lahir di pulau Djerba, Tunisia, pada tahun 1956. Ia memulai karier
dalam bidang sastra pada tahun 1970. Selain menulis prosa, ia juga
menulis dua naskah drama, yaitu at-Tawba dan Tamashi. Pada tahun
1992, naskah at-Tawba dipentaskan oleh Sinbad Theatre Company,
sedangkan naskah Tamashi dipentaskan oleh Tunisia’s Nation
Theatre Company pada tahun 1995.
o Khalifa Stambouli
Khalifa Stambouli adalah seorang aktivis teater pada tahun 40-an.
Selama menggeluti seni drama, ia telah memiliki banyak relasi dari
berbagai kalangan di kelompok teater. Karya populer yang ia miliki,
yaitu “al-Mu’iz li Dinillahi al-Sinhaji”, “Kejatuhan Granada”, “Ziad
Allah al-Aghlabii”, “Akulah Pelakunya”, dan “Saya Tahu Saya Telah
Percampuran”.
5) Penjelasan
a. Masrahiyyah Natsriyyah
drama prosa atau yag tertuis dijudul Masrahiyyah Natsriyyah dijelaskan sebagai genre
sastra penting dan dianggap merupakan bagian dari warisan sastra arab modern. teater
prosa ini tersebar di dunia Arab modern dan banyak mendominasi karakter teater ini
sebagai liris atas seni akting puitis di negara arab sejak awal.
Hal ini disebaban prosa yang telah sejak lama dekat dengan masyarakat arab
Contoh dramanya :
Amira Al-Andalus
 Judul: Amira AL-Andalus
 Tema: menteri Abu Al-Hazm bin jahoor mengumumkan jatuhnya
Umayyah dan keadaan dimana raja-raja tersebut hidup diatas
kemewahan dan terlibat korupsi diantara mereka
 Tokoh: menteri abu al-hazm bin jahoor, ala-mu’tamid bin abbad, yusef
bin tashfin, raja almoravid
 Alur atau plot: alur mundur
 Latar tempat: Andalusia
 Latar suasana: tegang
b. Masrahiyyah Syi’riyyah
Masrahiyyah syi’riyyah atau dalam bahasa indoesia disebut dengan drama puisi diketahui
sebagai sebuah denominasi yang menggunakan drama yang ditulis didalam puisi atau
prosa dengan memiliki karakter puitis dan digunakan untuk membedakan antara teater
puisi dan teater prosa. Menurut Musthafa Abdul Ghani, “teater puisi adalah sebuah genre
sastra dimana karakteristik puisi liris bertemu dan berbaur dengan seni dramatis”.
Bangsa arab banya yang menerima dengan mudah jenis drama ini dikarenakan mereka
dekat dengan jenis macam ini
Contoh dramanya:
Layla Majnun
 Judul: Layla Majnun
 Tema: kisah cinta sepasang remaja bernama Qays dan Laila Namun, cinta
merekaharus kandas karena ditolak ayahnya.
 Tokoh: Qays Ibn Al-Mulawwah dan Laila Bint Al-Mahdi Al-Amiriy
 Alur atau plot: alur mundur.
 Latar tempat: gurun pasir, di rumah
 latar suasana: kecewa dan galau

END, Mohon maaf bu bila terdapat beberapa kejanggalan

Anda mungkin juga menyukai