Drama Drama adalah suatu cerita konflik sikap dan sifat manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan di hadapan pendengar atau penonton. Jadi, drama memiliki dua dimensi: sastra dan pertunjukan. Meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, namun tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap bisa dipahami, dimengerti, dinikmati dan dikritik. Drama adalah genre sastra yang dianggap paling rumit. Tingkat kompleksitasnya lebih tinggi daripada puisi dan prosa. Ciri khasnya adalah dialog. Seringkali dialog ini menggabungkan puisi dan prosa. Dialog di dalam drama bukanlah dialog yang berbentuk narasi, melainkan dialog dalam rentetan peristiwa yang membentuk plot. Jenis Drama Berdasarkan masanya dibedakan menjadi dua: 1. Drama klasik: drama yang menceritakan tentang kehidupan kerajaan, dewa- dewi, kesaktian, dan lain-lain 2. Drama modern: drama yang mengangkat tema kehidupan sehari-hari dengan tujuan mendidik masyarakat. Berdasarkan isi ceritanya ada beberapa jenis drama: 1. Drama komedi: ceritanya lucu dan penuh keceriaan 2. Drama tragedi: ceritanya sedih dan penuh kemalangan 3. Tragedi komedi: ceritanya gabungan sedih dan lucu 4. Opera: cerita dituturkan dalam bentuk musik dan lagu 5. Operet: opera dengan durasi lebih pendek 6. Pantomim dan Tablau: cerita ditampilkan dalam bentuk gerak tubuh, isyarat, dan mimik wajah, tanpa bicara 7. Passie: cerita dan temanya religius atau unsur agama 8. Wayang: pemain/aktornya adalah bonek/wayang Unsur-unsur Drama Unsur intrinsik dalam drama adalah: 1. Tokoh, peran, dan karakter: protagonis, antagonis, dan tirtagonis 2. Motif, konflik, peristiwa, dan alur: tahap awal (eksposisi), bagian tengah cerita (komplikasi), penyelesaian (denoument) 3. Latar dan ruang: tempat, waktu, suasana/budaya 4. Pengarapan bahasa: stile/style 5. Tema (presmisse) dan amanat 6. Dialog dan kramagung (petunjuk teknis/stage direction) 7. Babak dan adegan Drama Arab Modern Fase Permulaan: Marun Nuqas Al-Lubnani, Abu Khalil Qabbani (1835-1902), Yaqub Sanu (1839-1912) Fase Perkembangan: 1. George Abyad (1880-1959) 2. Youssef Wahbi (1898-1982) 3. Madrasah Al-Misriyah Al-Jadidah: Muhammad Taymur dan Mahmud Taymur (1894-1973) Fase puncak: Tawfiq al-Hakim (1898-1987), penulis drama Arab terbesar Gaya dan Tema Drama Arab Modern Fase Permulaan Marun Nuqas Al-Lubnani: mengadaptasi seni drama Italia. Karya-karya dramanya kebanyakan komedi, opera dan operet. Ditulis dalam campuran bahasa fusha, ammiyah dan Turki. Abu Khalil Qabbani: mengangkat cerita rakyat, seperti Alfu layl wa laylah. Dialog dengan bahasa fusha dan berupa campuran puisi dan prosa. Yaqub Sanu: ceritanya banyak mengangkat kehidupan sehari-hari, dengan tema kritik sosial dan politik. Dialog ditulis dengan bahasa ‘ammiyah. Gaya dan Tema Drama Arab Modern Fase Perkembangan 1. George Abyad: dipengaruhi oleh gaya drama Prancis dan Inggris. Mengadaptasi beberapa drama karya Shakespeare dengan dibantu Khalil Mutran. Juga mengangkat tema kritik sosial dengan mementaskan tulisan Farah Antun, Misr al-Jadidah. 2. Youssef Wahbi: mendirikan grup teater Ramses yang menulis dan mementaskan lebih dari 200 drama. Sebagian besar drama tragedi. Lalu dilengkapi oleh Najib al-Raihani yang menyusun drama komedi bertemakan kritik sosial. 3. Madrasah Al-Misriyah Al-Jadidah: Muhammad Taymur dan Mahmud Taymur menulis drama dengan semangat kebangkitan pasca perang dunia I. Mengangkat berbagai problematika sosial di Mesir ke dalam drama/teater dan memberikan solusi pemecahannya. Gaya dan Tema Drama Tawfiq el Hakim Biographical Theatre (drama biografis), yaitu beberapa drama awal karya Tawfiq yang mengekspresikan pengalaman dan perilaku hidupnya sendiri. Juga berisi opini pribadinya dalam mengkritik kehidupan sosial di sekitarnya. Seperti drama berjudul Ahlu al-Kahf, Syahrazad, dll. Intellectual Theatre (drama intelektual), ini adalah karya drama yang diciptakan untuk dibaca, bukan untuk dipentaskan. Tawfiq menolak menyebutnya sebagai drama. Misal: novel Audat ar-Ruh, ‘Usfur min a-Syarq, ‘Asha al-Hakim, Hadits ma’a al-Kawkab, dll. Objective Theatre (drama Objektif). Menggabungkan antara realisme dengan simbolisme. Inilah yang mendominasi karya-kraya drama Al-Hakim. Di dalamnya dia menawarkan nilai-nilai sosial bagi pembangunan dan kemajuan Mesir. Seperti: Asywak al-Salam, Rihlah ila al-Ghad, Rihlah al-Rabi’ wa al-Kharif, dll. Special Appearance: Ali Ahmad Bakatsir (1910-1969) Lahir di Surabaya. Belajar di hadramaut, Yaman. Menjadi sastrawan di Mesir. Tema dari sebagian besar karya dramanya adalah cinta tanah air dan anti penjajahan. Pelopor drama bertema Palestina. Karya dramanya menggunakan bahasa Arab fusha. Lewat drama berjudul Auda al-Firdaws ikut memperjuangkan (secara diplomatik) kemerdekaan Indonesia. Karya ini turut mempengaruhi sikap para pemimpin dunia Arab untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Karya dramanya yang lain: Al-Ahqaf, Mismar Juha, al- Dudah wa al-Tsa’ban, Ambaraturiyah fi al-Mazad, dll