Anda di halaman 1dari 9

DRAMA ARAB MODERN

Oleh Ahmad Badrus Sholihin


Drama
 Drama adalah suatu cerita konflik sikap dan sifat manusia dalam
bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan
menggunakan percakapan di hadapan pendengar atau penonton.
Jadi, drama memiliki dua dimensi: sastra dan pertunjukan.
 Meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, namun
tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap bisa dipahami,
dimengerti, dinikmati dan dikritik.
 Drama adalah genre sastra yang dianggap paling rumit. Tingkat
kompleksitasnya lebih tinggi daripada puisi dan prosa. Ciri khasnya
adalah dialog. Seringkali dialog ini menggabungkan puisi dan
prosa. Dialog di dalam drama bukanlah dialog yang berbentuk
narasi, melainkan dialog dalam rentetan peristiwa yang membentuk
plot.
Jenis Drama
 Berdasarkan masanya dibedakan menjadi dua:
1. Drama klasik: drama yang menceritakan tentang kehidupan kerajaan, dewa-
dewi, kesaktian, dan lain-lain
2. Drama modern: drama yang mengangkat tema kehidupan sehari-hari dengan
tujuan mendidik masyarakat.
 Berdasarkan isi ceritanya ada beberapa jenis drama:
1. Drama komedi: ceritanya lucu dan penuh keceriaan
2. Drama tragedi: ceritanya sedih dan penuh kemalangan
3. Tragedi komedi: ceritanya gabungan sedih dan lucu
4. Opera: cerita dituturkan dalam bentuk musik dan lagu
5. Operet: opera dengan durasi lebih pendek
6. Pantomim dan Tablau: cerita ditampilkan dalam bentuk gerak tubuh, isyarat, dan
mimik wajah, tanpa bicara
7. Passie: cerita dan temanya religius atau unsur agama
8. Wayang: pemain/aktornya adalah bonek/wayang
Unsur-unsur Drama
 Unsur intrinsik dalam drama adalah:
1. Tokoh, peran, dan karakter: protagonis, antagonis, dan
tirtagonis
2. Motif, konflik, peristiwa, dan alur: tahap awal (eksposisi),
bagian tengah cerita (komplikasi), penyelesaian
(denoument)
3. Latar dan ruang: tempat, waktu, suasana/budaya
4. Pengarapan bahasa: stile/style
5. Tema (presmisse) dan amanat
6. Dialog dan kramagung (petunjuk teknis/stage direction)
7. Babak dan adegan
Drama Arab Modern
 Fase Permulaan: Marun Nuqas Al-Lubnani, Abu Khalil
Qabbani (1835-1902), Yaqub Sanu (1839-1912)
 Fase Perkembangan:
1. George Abyad (1880-1959)
2. Youssef Wahbi (1898-1982)
3. Madrasah Al-Misriyah Al-Jadidah: Muhammad
Taymur dan Mahmud Taymur (1894-1973)
 Fase puncak: Tawfiq al-Hakim (1898-1987), penulis
drama Arab terbesar
Gaya dan Tema Drama Arab Modern
Fase Permulaan
 Marun Nuqas Al-Lubnani: mengadaptasi seni drama
Italia. Karya-karya dramanya kebanyakan komedi,
opera dan operet. Ditulis dalam campuran bahasa
fusha, ammiyah dan Turki.
 Abu Khalil Qabbani: mengangkat cerita rakyat,
seperti Alfu layl wa laylah. Dialog dengan bahasa
fusha dan berupa campuran puisi dan prosa.
 Yaqub Sanu: ceritanya banyak mengangkat
kehidupan sehari-hari, dengan tema kritik sosial
dan politik. Dialog ditulis dengan bahasa ‘ammiyah.
Gaya dan Tema Drama Arab Modern
Fase Perkembangan
1. George Abyad: dipengaruhi oleh gaya drama Prancis dan Inggris.
Mengadaptasi beberapa drama karya Shakespeare dengan
dibantu Khalil Mutran. Juga mengangkat tema kritik sosial dengan
mementaskan tulisan Farah Antun, Misr al-Jadidah.
2. Youssef Wahbi: mendirikan grup teater Ramses yang menulis dan
mementaskan lebih dari 200 drama. Sebagian besar drama
tragedi. Lalu dilengkapi oleh Najib al-Raihani yang menyusun
drama komedi bertemakan kritik sosial.
3. Madrasah Al-Misriyah Al-Jadidah: Muhammad Taymur dan
Mahmud Taymur menulis drama dengan semangat kebangkitan
pasca perang dunia I. Mengangkat berbagai problematika sosial
di Mesir ke dalam drama/teater dan memberikan solusi
pemecahannya.
Gaya dan Tema Drama Tawfiq el
Hakim
 Biographical Theatre (drama biografis), yaitu beberapa drama awal
karya Tawfiq yang mengekspresikan pengalaman dan perilaku
hidupnya sendiri. Juga berisi opini pribadinya dalam mengkritik
kehidupan sosial di sekitarnya. Seperti drama berjudul Ahlu al-Kahf,
Syahrazad, dll.
 Intellectual Theatre (drama intelektual), ini adalah karya drama
yang diciptakan untuk dibaca, bukan untuk dipentaskan. Tawfiq
menolak menyebutnya sebagai drama. Misal: novel Audat ar-Ruh,
‘Usfur min a-Syarq, ‘Asha al-Hakim, Hadits ma’a al-Kawkab, dll.
 Objective Theatre (drama Objektif). Menggabungkan antara
realisme dengan simbolisme. Inilah yang mendominasi karya-kraya
drama Al-Hakim. Di dalamnya dia menawarkan nilai-nilai sosial
bagi pembangunan dan kemajuan Mesir. Seperti: Asywak al-Salam,
Rihlah ila al-Ghad, Rihlah al-Rabi’ wa al-Kharif, dll.
Special Appearance: Ali Ahmad
Bakatsir (1910-1969)
 Lahir di Surabaya. Belajar di hadramaut, Yaman. Menjadi
sastrawan di Mesir.
 Tema dari sebagian besar karya dramanya adalah cinta
tanah air dan anti penjajahan. Pelopor drama bertema
Palestina.
 Karya dramanya menggunakan bahasa Arab fusha.
 Lewat drama berjudul Auda al-Firdaws ikut
memperjuangkan (secara diplomatik) kemerdekaan
Indonesia. Karya ini turut mempengaruhi sikap para
pemimpin dunia Arab untuk mendukung kemerdekaan
Indonesia.
 Karya dramanya yang lain: Al-Ahqaf, Mismar Juha, al-
Dudah wa al-Tsa’ban, Ambaraturiyah fi al-Mazad, dll

Anda mungkin juga menyukai