Anda di halaman 1dari 18

BIOGRAFI SASTRAWAN ARAB MODERN TAUFIQ AL-

HAKIM DAN YUSUF IDRIS

Makalah Ditulis untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Al-
Adab Al-Mua’sir yang Dibina Dr. Laily Fitriani,M.Pd

Oleh:
1. Insan Alifaridho (17310006)
2. Aprilianing Tyas Tri Tungga Dewi (17310013)
3. Etsha Ari Kusuma Dianti (17310130)
4. Chilmi Laily Sitta Fariza (17310133)
5. Nihayatul Khusna (17310086)

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Oktober, 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era modern ini, sedikit sekali yang mulai menikmati karya sastra.
Karya sastra dianggap sebagai hal yang semu yang diyakini tidak bisa
mnyelesaikan masalah didalam kehidupan. Hal ini disebabkan karena sekarang
mayoritas sudah mulai memasuki kea rah masyarakat industri. Sehingga
pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan hal yang berupa fisik, sains, dan
berbagai macam teknologi dianggap lebih penting untuk dikuasai. Masyarakat
lebih cenderung berfikir bahwa hal tersebutlah yang dapat dijadikan solusi untuk
menyelesaikan permasalahan mereka. Akan tetapi, layak untuk diketahui bahwa
karya sastra pada zaman jahiliyah dan modern masih dianggap memiliki kekuatan
untuk menaklukan system kehidupan. Dari kehebatan tersebutlah mulai muncul
sastrawan-sastrawan Arab yang hebat yang menjadi pelopor dalam penciptaan
karya sastra yang banyak mengandung banyak pesan dan hikmah yang tinggi.
Kelahiran dalam karya sastra tidak bisa terlepas dari keberadaan seorang
pencipta. Sebagai pencipta karya sastra, pengarang memasukkan realitas yang
terjadi di kehidupan masyarakat ke dalam sebuah karyanya. Realitas ini terkang
tidak didasarkan sepenuhnya terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, namun berdasarkan realitas yang diinginkan oleh pengarang tersebut.
Bahkan bisa jadi sang pengarang juga mencampuradukkan antara imajinasi
dengan realitas, bisa dari pengalaman hidup pengarang atau hasil interaksi
pengarang dengan orang-orang disekitarnya, sehingga dari hal tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap daya kreatifitas dan imajinasi pengarang, juga
imajinasi bisa lahir dari keterampilan pengarang dalam menyusun kembali unsur-
unsur penceritaan. Imajinasi menjadi hal yang sangat pentig dalam terciptanya
sebuah karya sastra. Diantara sastrawan Arab yang imajinatif ialah Taufiq el-
Hakim dan Yusuf Idris.
Ada banyak sastrawan Arab modern, yang karya-karyanya tidak hanya
berkualitas di wilayahnya saja, bahkan kualitasnya telah mencapai taraf
internasional, sehingga karya-karya sastra tersebut dapat menumbuhkan kembali
minat baca masyarakat terhadap karya sastra.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diuraikan ke dalam beberapa
rumusan masalah, diantaranya:
1. Bagaimana biografi Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris?
2. Bagaimana karakteristik secara umum dari Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris?
3. Apa saja karya-karya Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris?
4. Bagaimana karakteristik karya sastra Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris?
5. Apa aliran karya Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui rincian bografi dari Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris
2. Agar mengetahui bentuk karakter karya sastra dari Taufiq el-Hakim dan
Yusuf Idris
3. Untuk menambah wawasan mengenai karya-karya apa saja yang telah
diciptakan oleh Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris
4. Menegtahui bentuk karakteristik karya sastra Taufiq el-Hakim dan Yusuf
Idris
5. Memahami aliran karya sastra Taufiq el-Hakim dan Yusuf Idris
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Taufiq Al-Hakim


Taufiq Al-Hakim yang dikenal sebagai sastrawan Mesir dan melahirkan
banyak karya sastra tersebut lahir di Dlahiyatu Ar Raml, Iskandaria, Mesir pada 9
Oktober 1898 yang saat itu sedang musim panas di Mesir. Taufiq Al-Hakim
sendiri memiliki darah keturunan Arab-Turki. Darah Arab berasal dari ayahnya
yang merupakan anak petani kaya raya di Mesir dan bekerja sebagai hakim di
pengadilan desa Al- Delnegat di Baheira Tengah, sedangkan darah Turki dari
ibunya Ismail el-Beik yang sangat cantik jelita dan ibunya merupakan anak
pensiunan perwira Turki . Riwayat pendidikan Taufiq Al-Hakim diawali dengan
jenjang Sekolah Dasar di Damanhur pada tahun 1915 di usianya ke 7 tahun.
Setelah lulus di Damanhur beliau melanjutkan pendidikan di sekolah menengah
“Muhammad Ali” di Kairo atas permintaan ayahnya. Selama mengenyam
pendidikan di sekolah menengah di Kairo beliau tinggal bersama paman dan
bibinya.

Di usianya yang masih muda saat itu, Taufiq Al-Hakim dijebloskan ke


penjara dengan tuduhan afiliansi serta fitnah pada pemerintahan Mesir dibawah
pimpinan Sa’ad Zaglul. Kabar berita tersebut sampai di telinga ayah Taufiq Al-
Hakim dan beliau secepat nya mengurus tuntutan pembebasan Taufiq Al-Hakim
namun hal itu sangat sulit. Taufiq Al-Hakim sendiri di dalam penjara merenungi
dan mengeluarkan segala imajinasinya dalam bentuk karya sastra. Setelah ia
keluar dari penjara dan di tahun 1920 Taufiq Al-Hakim mendapat ijazah kafaah di
Mesir dan melanjutkan pendidikannya di Eropa mengambil konsentrasi hukum.
Paris adalah domisili beliau saat sekolah hukum dan disana beliau menulis banyak
sekali naskah drama yang beliau tulis dan diperankan oleh Teater Uzbek. Dalam
perjalanan hidupnya Taufiq Al-Hakim menyadari bahwa ilmu yang ditekuni di
sekolah bukan hambatan untuk berkembang di bidang lain. Pemikirannya tersebut
menurut ( Anis Sirsaeba , 2008 ) memunculkan idenya untuk mengembangkan
bakatnya di dunia sastra hingga di tahun 1932 Taufiq Al-Hakim merilis teater nya
berjudul “Ashabul Kahfi”yang termotivasi dari Surat Al Kahfidalam al-Quran.
Namanya kian dikenal di seluruh pelosok Mesir karena di tahun 1934 Taufiq Al-
Hakim mempersembahkan drama berjudul “Syahrazad” yang dikenal sebagai
(KIsah Seribu Satu Malam). Hal itu menjadikan beliau dikenal sebagai pelopor
drama kontemporer. Di tahun 1935 beliau mengundurkan diri dari pekerjaan di
Departemen Kehakiman dan berpindah ke Departemen Pendidikan namun tak
berselang lama beliau pindah ke Departemen Sosial dan di tahun 1943 beliau
bertekad mengembangkan sastra di mesir dan mengabdikan dirinya menjadi
sastrawan Mesir. Beliau wafat pada 26 Juli 1987 di Kairo, Mesir.

a. Karakteristik Karya Taufiq Al-Hakim


Karakteristik karya Taufiq Al-Hakim banyak yang menggambarkan hal
gaib atau mistis dan direalisasikan ke dunia nyata. Tema-tema nya pun membahas
hal-hal yang membahas ghaib, metafisis, religi dan filsafat. Meski ada beberapa
karya yang membahasa percintaan namun bumbu-bumbu khas karya Taufiq Al-
Hakim tetap ada.hal tersebut dilatarbelakangi oleh masa mudanya yang menjadi
tahanan penjara kemudian mengubah imajinasinya menjadi seperti hasil
renungannya di penjara.
Teater beliau sendiri memiliki 3 tujuan yang menjad ciri khasnya, antara
lain :
Teater biografi : menjelaskan riwayat kehidupan tokoh dari awal hingga
pengalaman berharga tokoh hinggat wafatnya, contoh Al-Aizs dan Amama
Shibbak al Tzakir.
Teater Intelektual : Jenis ini dengan memerankan sebuah lakon untuk
dibaca buka untuk diperankan.
Teater Objektif : Teater ini memiliki ciri khas yaitu memberi motivasi dan
pesan kepada masyarakat tentang hal positif tentang nilai-nilai kehidupan. Beliau
menggunakan alira simbolisme dan realisme pada karya teater jenis ini, contoh
Yaa Tali al-Shajarah.
b. Karya-karya Taufiq Al-Hakim
Karya beliau sangatlah banyak dan beragam seperti drama, novel atau
cerpen.
Drama
1. Ahlul Kahfi (1932)
2. Syahrazad (1934)
3. A Bullet in Heart (1933)
4. Leaving Paradise (1926)
5. A Man without Soul (1937)
6. Braksa aw Mushkilat Al-Hukm/ Masalah Pemerintahan (1939)
7. Al Malik Udib (1949)
8. Al-Safqa (1956)
9. Sulayman Al-Hakim (1943)
10. Al-Aydi Al-Na’ima (1959)
11. ISIS (1955)
12. Masrah Al-Mugtama’ (1950)
13. Lau Arafa asy-Syabab
14. Bank al-qalaq
15. Majlis Al-Adl
16. Shahibaat al –Jalaalah
17. As-Shultan Al-Haair
18. Al-Zalzal
19. Al-Khuruj min al-Jannah
20. Al-warathah
21. Al-Aizs
22. Yaa Tali al-Shajarah .

Novel

1. Awdat Al-Ruh (1933)


2. Usfour min Al Sharq (1938)
3. Raqisat Al-Ma’bad (1939)
4. Yamiyat Naib fil-Aryaf (1937)
5. Al-Ribat Al-Muqoddas (1944)
6. Al-Qasr Al-Mashour (1957)
7. Ashab Malik Al-Tufaylayin (1938)
8. Rihlat Ilal Ghad
9. Tahya Mishbah Al-Ahdhar
10. Zahratu Al-Umri
11. Nasyid Al-Ansyad
12. Rashashas fii Qalbi
13. Malik Thifiliin
14. Mashir Sharshar
15. Ladzat Shidqi

Cerpen

1. Arinillah (1953)
2. Ahd Al-Syaithan (1938)
3. Adalah wa Fann (1953)
4. Madrasit Al-Mughafiliin (1953)
5. Laiyat Al-Zifaf (1966)
6. Sultan al-Zalam (1941)
7. Ahl Al-Fann (1934)
c. Karakteristik Karya Sastra Cerpen Taufiq Al-Hakim

Pada tahun 1987 Masehi Taufiq Al-Hakim meninggal dunia dengan


meninggal karya-karya yang sangat populer. Beliau mewariskan 2 kumpulan
cerpen, 20 novel bermutu tinggi, dan lebih dari 60 naskah drama Arab modern.
Adapun karya-karya Taufiq al-Hakim yang masyhur (Firdaus, 2017, h. 7)
diantarnya ialah antologi cerpen yang terkenal berjudul “Arinillah” di dalamnya
berisi berbagai macam cerita pendek salah satunya berjudul “Dalam Perjamuan
Cinta”.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas salah satu contoh karya cerpen
milik Taufik Hakim yang kemudian akan dianalisis berdasarkan unsur
intrinsiknya. Cerpen yang akan diangkat berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”,
adapun cuplikan ceritanya sebagai berikut.
“Suatu hari di tepi sungai Nil, empat orang sedang duduk melingkar
sambil meminum kopi dan memandang sunset dalam diam. Tak seorangpun
diantara mereka yang membuka pembicaraan. Mereka nampak merenungi
sesuatu. Mereka berempat adalah seorang wartawan, seorang penyair, seorang
musisi, dn seorang gadis. Dari sikap ketiga orang lelaki itu nampak sedang
berharap si Gadis untuk menjadi kekasihnya, tetapi mereka tidak berani berbicara.
Sementara di Gadis belum menjatuhkan pilihannya di antara ketiga lelaki itu.
Sudah cukup lama mereka terdiam membisu, hingga salah seorang di antara
mereka membangunkan dan menyuruh mereka buka mulut, dan membahas satu
tema yag tepat pada waktu itu.
Penyair menawarkan tema kampanye, si wartawan menawarkan politik,
namun dua tema itu dirasa kurang cocok oleh si penyair dengan memberikan
saran agar tema yang dibicarakan saat itu adalah tema yang sangat penting bagi
mereka semua. Cinta, tiba-tiba kata itulah yang keluar dari mulut si gadis yang
begitu meyakinkan dan langsung menembus jantung sasaran laksana peluru yang
muntah dari selongsong senapan. Si Gadis memberikan alasannya bahwa cinta
sangat penting bagi mereka semua, baik untuk wartawan karena berita paling
menghebohkan di abad keduapuluh adalah cinta Raja Inggris kepada Lady
Simpson, cinta yang membuatnya harus turun dari singgasana kerajaannya; bagi
penyair, cintalah yang menyebabkan terjadinya perang Troya dan memberi
inspirasi Homerus untuk membuat syair perang yang selalu dikenang sepanjang
zaman; dan penting pula buat Musisi, sejak ditemukannya seruling dan biola,
maka keduanya tak pernah berhenti menyenandungkan lagu cinta. Kemudin
mereka menjawab benar dan setuju, lalu disertai pertayaan kepada gadis tentang
kepentingan cinta baginya, namun si Gadis menjawab bahwa dia tidak tahu apa
arti cinta malah si Gadis balik bertanya kepada mereka apa arti cinta seraya
memberikan imbalan bagi yang memberikan jawaban yang tepat maka dialah
yang akan menjadi kekasihnya.
Ketiga lelaki itu satu persatu memberikan jawaban mengenai arti cinta
dengan begitu indah akan tetapi bukan arti cinta yang dikehendaki oleh si Gadis
melainkan apa yang mereka rasakan jika dia memilih salah seorang di antara
mereka menjadi kekasihnya. Maka mulailah si Wartawan memberikan
jawabannya yang panjang lebar yang kemudian si Gadis menyimpulkan bahwa
cintanya berdasar atas asas kepemilikan. Si Penyair pun demikian setelah
memberikan jawabannya, si Gadis menyimpulkan bahwa cintanya berdasar atas
asas kepemilikan bersama. Begitupun dengan si Musisi, setelah selesai menjawab
lalu si Gadis menyimpulkan bahwa cintanya berdasar atas asas seni.
Si Gadis mulai putus asa dan terdiam cukup lama sehingga membuat
ketiga lelaki itu tak kuasa menahan sabar dan akhirnya mereka berkata,” katakan
siapa yang kau pilih di antara kami bertiga?”, lalu si gadis menjawab bahwa dia
tidak akan memilih laki-laki yang lebih mencintai kepemilikannya dari pada
mencintainya, tidak akan memilih laki-laki yang menghamba kepada dirinya lebih
dari penghambaan terhadap dirinya sendiri, juga tidak akan memilih laki-laki yan
lebih mementingkan seni dari pada dirinya. Lalu si Gadis memalingkan
pandangannya dari ketiga lelaki itu dan kemudian menatap semburat merah di
ufuk barat yang disisakan sang surya saat terbenam. Suasana ketika itu menjadi
hening.
Namun tak lama kemudian si Wartawan memecah keheningan itu dan
mengingatkan mereka bahwa ngobrol masalah politik lebih baik, si Musisi pun
mengangguk tanda setuju akan tetapi si Penyair memberitahu mereka bahwa
obrolan tadi itu tidak menyimpang dari politik dan mengingatkan bahwa
perempuan itu laksana dunia dan tidak tahu cara mengerti hatinya dan tidak pula
menguasainya. Berbagai suku dan negara saling berperang dan berbagai teori
saling membantah tetapi tidak ada seorangpun yang mengerti sabda-sabda cinta,
membuka kunci-kunci rahasianya, mengurai rantai-rantainya, dan idak pula yang
bisa membaca tanda-tanda dan misterinya. Lalu kemudian si Gadis memandang
mereka sambil mengatakan karena sesungguhnya perempuan itu lebih luas – lebih
misterius dari pada semua itu, jika kalian mengetahui.”
Dari kutipan cerpen diatas dapat dilihat karakter dari cerpen yang berjudul
“Dalam Perjamuan Cinta” yaitu mengusung kisah tentang percintaan yang
dibubuhi dengan unsur filosofisnya yang menggambarkan bahwa wanita itu
misterius. Selain itu untuk mengupas lebih jauh tentang karakter cerpen diatas
maka akan dijelaskan mengenai unsur yang membangun karya sastra di atas
(Nurgiantoro, 2010, h. 23) yang kita kenal dengan istilah unsur intrinsik yang
mencakup tema, penokohan, alur, latar, dan amanat.
Tema yang diangkat oleh Taufik Al-Hakim dalam cerpen “Dalam
Perjamuan Cinta” adalah makna, penting, dan misteriusnya cinta. Adapun alur
yang terdapat pada cerpen diatas mengandung alur yang bersifat tradisional, erat,
tunggal, dan lurus. Hal ini tergambar dari konflik yang muncul , diantaranya:
Konflik internal yaitu keputus asaan atas jawaban dari ketiga tokoh pria yang
tidak sesuai dengan harap si tokoh wanita, dan konflik eksternal yaitu perdebatan
dari penafsiran cinta antara ketiga tokoh pria dan pemilihan kekasih.
Dari segi penokohan dan perwatakan sudah tergambar jelas empat tokoh
utama dengan spesifikasi seorang wartawan yang plin-plan juga tergesa-gesa,
seorang penyair yang cenderung bijaksan, seorang musisi yang terbilang pasra
dengan keadaan, dan seorang wanita yang cerdas juga misterius. Adapun setting
atau latar yang diambil dalam cerpen di atas adalah di tepi sungai Nil.
Tidak lupa cerpen ini memiliki amanat bahwa wanita itu misterius, lebih
jelasnya pesan tersebut tersirat dalam paragraf terakhir sehingga si tokoh wanita
memberikan statement bahwa perempuan itu lebih luas, lebih misterius dari pada
semua itu, jika mereka mengetahuinya.

d. Aliran Karya Sastra Taufiq Al-Hakim


Aliran realisme merupakan aliran yang berusaha untuk menggambarkan
objek seperti apa adanya (realis). Kenyataan yang dikemukakan oleh aliran ini
yaitu secara objektif, dimana pengarang melukiskan dunia kenyataan dan segala-
galanya seperti apa yang terlihat. Apa yang dituliskan oleh para pengarang realis
merupakan hal-hal yang nyata, yang pernah terjadi. Sebab, seluruh karya tersebut
haruslah fakta atau realita yang kemudiandikarang kembali menggunakan bahasa
sastrawi. Dalam hal ini Taufik Al-Hakim dalam kesuastraan Arab termasuk yang
menganut aliran sastra realism (realisme). Sebab ia dianggap sebagai puncak
prestasi aliran realisme sastra di Mesir.
Aliran inipun juga tergambar dalam karya cerpen Taufik Al-Hakim yang
berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”. Dalam cerpen ini Taufik memberikan
gambaran bahwa tokoh gadis mewakili bentuk keegoisan perempuan dengan
seluruh sifatnya yang ingin selalu menguasai kaum laki-laki dan bertindak
semaunya. Tokoh ketiga laki-laki (tiga pemuda) mewakili bentuk ketundukan dan
kepatuhan yang mudah diperdaya oleh kaum perempuan. Dengan kata lain, pada
umumnya kaum laki-laki tidak kuasa untuk menolak dan menghindar dari kaum
perempuan. Dalam kondisi ini laki laki diposisikan sebagai mahluk yang lemah
jika berada di samping kaum perempuan.

B. Profil Yusuf Idris


Yusuf Idris merupakan salah satu sastrawan yang berkebangsaan Mesir. Ia
lahir di Bairum, Distrik Faqous, Provinsi Sharqiva pada tanggal 19 Mei 1927. Ia
lahir dari seorang ayah yang merupakan seorang spesialis dalam reklamasi lahan.
Karena ayahnya terpengaruh oleh jaraknya dari kota, akhirnya ia mengirim Yusuf
untuk tinggal bersama neneknya di desa. Sejak awal, Yusuf menyukai kimia dan
sains dan ingin menjadi seorang dokter. Memang, ia bergabung dengan College of
Medicine, dan saat belajar di sana, ia berpartisipasi dalam banyak demonstrasi
melawan penjajah Inggris dan rezim Raja Farouk. Karena cintanya dengan
Sciences, ia bergabung dengan Fakultas Kedokteran di Universitas Fuad I
(Universitas Kairo sekarang).

Pada tahun 1951, ia menerima gelar sarjana dalam kedokteran khusus di


bidang psikiatri (M.D), dan dokter menunjuk rumah sakit Kasr, tetapi ia
mengundurkan diri pada tahun 1960 dan memutuskan untuk menulis penuh
waktu. Diangkat sebagai editor surat kabar Republik, kemudian menjadi penulis
surat kabar Al-Ahram pada tahun 1973. Ia bergabung dengan sejumlah organisasi
yang peduli dengan penulisan, seperti: Klub Cerita, Asosiasi Penulis, Serikat
Penulis, dan Klub Pena Internasional. Ia juga telah melakukan perjalanan
beberapa kali ke sebagian besar dunia Arab dan mengunjungi (antara 1953 dan
1980) Prancis, Inggris, Amerika, Jepang, Thailand, Singapura, dan Asia Tenggara.

Saat kuliah ia juga menjadi Sekretaris Eksekutif Komite Pertahanan


Mahasiswa, kemudian Sekretaris Komite Mahasiswa. Dalam kapasitas ini, ia
menerbitkan majalah revolusioner, dipenjara dan tidak bersekolah selama
beberapa bulan. Ia mulai menulis cerita pendek pertamanya saat belajar
kedokteran dan sangat populer dengan rekan-rekannya. Setelah itu, cerpennya
mulai bermunculan di Al-Masry dan Rose Al-Youssef.

Pada tahun 1954 koleksinya yang pertama terbit dengan judul Arkhas
Layali yang berarti Malam Termurah. Salah satu cerita paling menyentuh dalam
koleksi ini adalah "Kematian dari Zaman Tua". Ia juga merupakan salah satu
penulis dan novelis terpenting yang dibawa Mesir dan dunia Arab, dan novelis
adalah yang paling dekat dengan desa Mesir. Itulah mengapa dia dijuluki
"Chekhov dari Arab", dalam kaitannya dengan penulis besar Rusia, "Anton
Chekhov".

Ciri khas Yusuf Idris adalah individualismenya. Individualisme inilah


yang membuat tulisannya sangat modern. Ia bukanlah mata yang netral terhadap
masyarakat dan individu. Tidak ada kamera yang dibiarkan berputar tanpa
pengawasan. Ia disengaja dan fokus, mengarahkan pandangan pembacanya untuk
melihat karakternya berjuang untuk bertahan hidup di tengah kondisi tragis Mesir.
Ia membawa kita ke “ampas kota” untuk melihat dan menciumnya, tetapi juga
untuk menghasut kita untuk mencari jalan keluar.

Pada tahun 1957 ia menikah dengan Sayyidah Rajaa Al-Rifai dan


memiliki tiga orang anak, yaitu Ir. Sameh, almarhum Bahaa, dan Sayyidah
Nessma. Pada tahun 1963, ia dianugerahi Order of the Republic dan diakui
sebagai salah satu penulis terpenting pada masanya. Namun, kesuksesan dan
apresiasi atau pengakuan tidak menghilangkan kesibukannya dengan masalah
politik. Ia tetap gigih dalam mengungkapkan pendapatnya secara terbuka, dan
pada tahun 1969 Ia menerbitkan perencana yang mengkritik rezim Nasser dan
drama itu dilarang, meskipun cerpen dan drama non-politiknya masih diterbitkan
di Kairo dan Beirut.

Pada tahun 1972, ia menghilang dari arena publik, menyusul komentar


publiknya yang menentang situasi politik di era Sadat, dan baru muncul setelah
Perang Oktober 1973, ketika ia menjadi salah satu penulis utama surat kabar Al-
Ahram. Ia menutup usia pada tahun 1991 M.

a. Penghargaan yang Pernah Diperoleh Yusuf Idris)


1. Penerima Order of Algeria (1961)
2. Medal of the Republic (1963 dan 1967)
3. Medal of Sciences and Arts (1980)
b. Karya-karya Yusuf Idris
Yusuf Idris memiliki perjalanan panjang dalam dunia kesusastraan Arab
modern, berikut merupakan karya-karya yang pernah lahir dari pemikiran dan
tulisannya:
Cerita pendek
1. The Cheapest Nights. ‫أرخص ليالى‬
2. Isn't it ? ‫أليس كذلك ؟‬
3. Dregs of the city. X‫قاع المدينة‬
4. The Hero. ‫البطل‬
5. An incident of Honour. ‫حادثة شرف‬
6. The End of the world. ‫آخر الدنيا‬
7. Tha Language of Oh Oh. ‫لغة اآلى آى‬
8. The summons. ‫النداهة‬
9. A House of Flesh. ‫بيت من لحم‬
10. I am Sultan of the law of existence. ‫أنا سلطان قانون الوجود‬
11. The Freak
Drama
1. The Cotton King & Farahat's republic. ‫ملك القطن و جمهورية فرحات‬
2. The Critical Moment.‫اللحظة الحرجة‬
3. Al-Farafir. ‫الفرافير‬
4. Earthly Comedy. ‫المهزلة األرضية‬
5. The striped Ones. ‫المخططين‬
6. The Third Sex. ‫الجنس الثالث‬
7. Towards an Arabic Drama ‫نحو مسرح عربى‬
8. The Harlequin ‫البهلوان‬
Novel dan Novella
1. Farahat's Republic & A Love story. ‫جمهورية فرحات و قصة حب‬
2. The Sin. ‫الحرام‬
3. The Disgrace. ‫العيب‬
4. Men and Bulls, The Black Soldier, Mrs. Vienna. (Novella) -‫رجال وثيران‬
‫ السيدة فيينا‬-‫العسكرى األسود‬
5. The White. ‫البيضاء‬
Tulisan lainnya
1. Not very frankly speaking. ‫بصراحة غير مطلقة‬
2. Discovery of a continent. ‫إكتشاف قارة‬
3. The Will. ‫اإلرادة‬
4. Diary of Dr. yusuf Idris. ‫مفكرة الدكتور يوسف إدريس‬
5. The '60s Gabarty. ‫جبرتى الستينات‬
c. Karakteristik Karya Sastra Yusuf Idris
Yusuf Idris merupakan seorang penulis cerpen ulung, dia memulai
menerbitkan cerita pendeknya sejak tahun 1950, tetapi dia merilis kumpulan cerita
pendek pertamanya The Cheapest Nights ‫الى‬XX‫ )أرخص لي‬pada tahun 1954, dan
bakatnya terbukti dalam kumpulan cerita keduanya, "Republik Farhat" pada tahun
1956, yang mendorong sastrawan Arab Thaha Hussein, untuk mengatakan: "Saya
menemukan di dalamnya kesenangan dan kekuatan, kehalusan rasa, kelembutan
rasa, ketulusan pengamatan dan kehebatan pertunjukan, seperti yang saya
temukan dalam buku pertamanya tentang kedalaman hidup dan yurisprudensi
ceritanya dan rekaman kuat tentang apa yang terjadi di dalamnya.
Ini adalah kelompok yang sama yang digambarkan oleh seorang kritikus pada
saat itu, dengan mengatakan: "Ini menggabungkan karakteristik Dostoevsky dan
karakteristik Kafka bersama-sama." Kreativitasnya tidak berhenti pada batas-batas
cerpen yang di dalamnya ia menjadi ilmu, sehingga hampir dikenal dan dikaitkan
dengan namanya, melebarkan revolusi kreatifnya ke dunia novel dan teater.
Yusuf Idris adalah sastrawan terkemuka Mesir yang menulis dalam berbagai
macam genre: novel, kritik sastra, jurnalisme, drama, dan tentunya cerita pendek.
Mulanya ia merupakan seorang dokter juga kolumnis di harian terbesar Mesir, al-
Ahram. Ia aktif di pergerakan nasionalis serta giat menentang penjajahan. Karya-
karyanya bersinggungan dengan isu-isu sosial kemiskinan bangsa serta isu-isu
sosial realisme, dan pesimisme yang sentimentil. Perihal gaya kepenulisan, Yusuf
Indris dikenal sebagai pelopor dalam memadukan bahasa Arab klasik baku
dengan bahasa arab dialek Mesir. Nampan dari Surga merupakan terjemahan dari
cerpen Yusuf Idrsi yang berjudul ‫ طبلية من السماء‬yang terdapat di buku kumpulan
cerpen ‫ حادثة شرف‬yang terbitan ulang oleh Hindawi pada tahun 2017.
Tulisan-tulisan Yusuf sangat kental dan menggambarkan peristiwa
pemberontakan yang terjadi dalam hidupnya. Kedekatannya dengan masyarakat
golongan bawah berhasil merekam kehidupan mereka secara imajinatif dan
sensitif. Cerita Yusuf dapat dibuat dalam skenario film tanpa banyak dilakukan
penyuntingan. Beberapa cerpen bisa menjadi satu skenario penuh, lainnya bahkan
memiliki karakter yang sangat kuat.
Dalam salah satu novel karyanya, al-Ayb merefleksikan potret baru dalam
kehidupan rakyat Mesir, fokusnya mengungkap fakta korupsi dalam sistem sistem
pemerintahannya, dimana hal tersebut masih tidak banyak dilakukan oleh penulis
lain, khususnya pada penulisan karya-karya sastra Arab modern. Peritiwa
maraknya korupsi dalam masyarakat Mesir masih berkaitan erat dengan bentuk
birokrasi pemerintahan di bawah kekuasaan Raja Farouk yang sangat masyhur
dengan bentuk kesewenang-wenangannya dan memihak pada Inggris dalam
membentuk suatu kebijakan.
Praktik korupsi berkembang pesat yang tidak hanya dilakukan oleh
pimpinan dan orang berkuasa di negara, namun juga perwakilan orang yang
memiliki jabatan serta kedudukan sosial yang tinggi, dan memiliki kedudukan
strategis dalam pemerintahan. Membudayanya korupsi di Mesir tak dapat lepas
dari sejarah awal dibentuknya sistem pemerintahan di bawah kekuasaan para
imperialis dan kolonialis yang lama hidup di Mesir, seperti halnya bangsa Prancis,
dan Inggris. Bangsa asing dalam keberadaanya berhasil membentuk model budaya
baru dalam sistem sosial masyarakat dan politik Mesir. Hal inilah yang menjadi
penyebab gerbang korupsi terbuka lebar di tubuh pemerintahan dan penguasa
Mesir, dan membuat Yusuf Idris resah hingga berhasil menulis novel ini.
Selain aktif menulis, ia juga giat memuat pemikiran-pemikirannya yang
erat berkaitan dengan budaya dan sosial yang masih hangat di surat kabar al-
Ahram.  Dalam dunia drama, Yusuf juga melatakkan pondasi teater Mesir modern
berdasar pada tradisi yang masyhur dan cerita-cerita rakyat. Ia juga pernah sukses
membuat pementasan sebuah drama berjudul al-Farafeer, yang menggambarkan
dua karakter utama: Tuan dan seorang awam yang miskin.  Beberapa karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, seperti The Cheapest Nights, City of Love
and Ashes and other Stories, Tales of Encounter: Three Egyptian Novellas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taufiq al-Hakim dan Yusuf Idris merupakan sastrawan Arab modern yang
tekah melahirkan banyak karya sastra. Karakteristik karya Taufiq Al-Hakim
banyak yang menggambarkan hal gaib atau mistis dan direalisasikan ke dunia
nyata. Tema-tema nya pun membahas hal-hal yang membahas ghaib, metafisis,
religi dan filsafat. Sedangkan Yusuf Idris memfokuskan tulisannya pada isu-isu
kemiskinan dan bentuk pemberontakan di Mesir. Karya sastra yang dilahirkan
oleh Taufiq Al-Hakim dan Yusuf Idris sangatlah banyak dan beragam seperti
drama, novel atau cerpen.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, Taufiq. 1940. Arinillah. Mesir : Dar Mishr Tiba’ah.

Al-Hakim, Taufiq. 2008. Dalam Perjamuan Cinta. Jakarta : Republika.

Atho’illah Fathoni, Achmad. 2007. Leksikon Sastrawan Arab Modern.


Yogyakarta : Datamedia.

Fathoni, Achmad Atho’illah.2007. Leksikon Sastrawan Arab Modern. Datamedia:


Yogyakarta.

Imaduddin, M. Firdaus. 2017. Ideologi Cinta Dalam Cerpen “Dalam Perjamuan


Cinta” Karya Taufik Al-Hakim Kajian Strukturalisme Genetik. Jurnal
Haluan Sastra Budaya Vol. 1. Hal. 115-129.

Kamil, Sukron. 2008. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta
Selatan : UIN Jakarta Press.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press

Wahyuddin, Wisrawati. 2016. Kemampuan Menentukan Isi Cerita Rakyat Siswa


Kelas X SMA Negeri 1 Raha. Jurnal Bastra Vol. 1. Hal 5.

https://en.wikipedia.org/wiki/Yusuf_Idris diakses pada 19 Oktober 2020.

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Tawfiq_al-Hakim diakses pada 20 Oktober 2020.

https://www.cintabuku.id/2015/04/jual-buku-tongkat-el-hakim.html?m=1 diakses
pada 21Oktober 2020.
http://chocolike25.blogspot.com/2016/06/makalah-aliran-realisme-aliran-
sastra.html?m=1 diakses pada 21 Oktober 2020.

https://www.marefa.org/ ‫إدريس‬-‫يوسف‬diakeses pada 18 Oktober 2020.


https://www.hindawi.org/contributors/95064085/ diakses pada 19 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai