DOI: 10.17977/
ARTIKEL SKRIPSI
UNSUR INTRINSIK CERPEN QOSHIIRU AD DZAIL
KARYA ‘ADIL GHADBAN
(KAJIAN STRUKTURAL ROBERT STANTON)
Pembimbing:
Dr. H. Moh. Khasairi, M.Pd.
Disusun oleh:
Moch Sholachuddin Al Ayubbi
NIM. 170231608005
2
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
DOI: 10.17977/
2021LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Skripsi oleh Moch Sholachuddin Al Ayubbi ini telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 25 Agustus 2021
Penguji I
Penguji II
Penguji III/Pembimbing
Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Fakultas Sastra Ketua Jurusan Sastra Arab
1
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iii
ABSTRAK.........................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................2
BAB 2 METODE PENELITIAN......................................................................................7
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL
3.1.1. Sinopsis Cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya 'Adil Ghadban...................................9
3.1.2. Unsur Instrinsik Cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya 'Adil Ghadban ..................10
3.2. PEMBAHASAN
3.2.1. Tema..................................................................................................................11
A. Tema Mayor..................................................................................................11
B. Tema Minor...................................................................................................12
3.2.2. Fakta Cerita.......................................................................................................16
A. Alur...............................................................................................................16
B. Tokoh dan Penokohan...................................................................................21
C. Latar..............................................................................................................24
3.2.3. Sarana Cerita.....................................................................................................24
A. Judul...............................................................................................................24
B. Sudut Pandang..............................................................................................25
C. Gaya Bahasa.................................................................................................26
D. Simbolisme...................................................................................................28
E. Ironi................................................................................................................ 30
SIMPULAN.....................................................................................................................32
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................35
ii
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Unsur Instrinsik Cerpen Qoshiiru Ad-dzail Karya 'Adil Ghadban................10
iii
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx
DOI: 10.17977/
UNSUR INTRINSIK CERPEN QOSHIIRU AD DZAIL
KARYA ‘ADIL GHADBAN
(KAJIAN STRUKTURAL ROBERT STANTON)
Moch Sholachuddin Al Ayubbi, Moh Khasairi
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: moch.sholachuddin.1702316@students.um.ac.id
Paper received: xx-xx-xxxx; revised: xx-xx-xxxx; accepted: xx-xx-xxxx
Abstract
This research aims to be descrube intrinsic elements in Qoshiiru Ad-dzail short story by
‘Adil Ghadban using Robert Stanton’s structural theory, consisting of: (1) themes, (2)
story facts (plots, characters, and settings), (3) story means (title, point of view,
language style, symbolism, and irony). The type of research used is literature study
research. The approach in this study is the structuralism approach. The data generated
from this study is an intrinsic element in the short story. The study used researchers and
tables as instruments. The study used researchers and tables as instruments. The results
of the analysis showed that (1) the major theme of the short story was struggle, while
the minor themes were courage, intelligence, wonder, jealousy, and betrayal. (2) The
facts of the story show: (a) the plot used in this story is an advanced plot, (b) the main
character in this short story is As'ad or Qoshiiru Ad-dzail, then there are also supporting
figures namely Arsyad, Amjad, King, Giant, and Princess, (c) the background in this
short story consists of four kinds, namely, the setting of the place, the background,
social background, and the setting of the atmosphere, (3) The means of the story show:
(a) the point of view used is the third person (unlimited), (b) the style of language in this
short story is the majas personification, symbolic majas, and rhetorical majas, (c) the
symbolism that arises is the use of the peasant profession, the naming of As'ad, the
appearance of miracles, the use of giants as enemies, (d) the irony found is dramatic
irony. In this short story there is also a connection between elements.
Keywords: Intrinsic Elements of Prose; Structural Studies; Themes, Story Facts, Story
Tools
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen Qoshiiru
Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban menggunakan teori struktural Robert Stanton yang terdiri
atas: (1) tema, (2) fakta cerita (alur, tokoh, karakter, dan latar), (3) sarana cerita (judul,
sudut pandang, gaya bahasa, simbolisme dan ironi). Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian studi pustaka. Pendekatan yang dalam penelitian ini adalah
pendekatan strukturalisme. Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah unsur
intrinsik dalam cerpen tersebut. Penelitian ini menggunakan peneliti dan tabel sebagai
instrumennya. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) tema mayor dari cerpen tersebut
adalah perjuangan, sedangkan tema minornya adalah keberanian, kecerdasan, keajaiban,
1
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
kecemburuan, dan penghianatan (2) fakta cerita menunjukkan: (a) alur yang digunakan
dalam cerita ini adalah alur maju, (b) tokoh utama dalam cerita pendek ini adalah As’ad
atau Qoshiiru Ad-dzail, kemudian ada juga tokoh pendukung yaitu Arsyad, Amjad,
Raja, Raksasa, dan Tuan Putri, (c) latar pada cerpen ini terdiri dari empat macam yaitu,
latar tempat, latar waktu, latar sosial, dan latar suasana, (3) sarana cerita menunjukkan:
(a) sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga (tidak terbatas), (b) gaya bahasa
dalam cerpen ini adalah majas personifikasi, majas simbolik, dan majas retorika, (c)
simbolisme yang muncul adalah penggunaan profesi petani, penamaan As’ad,
kemunculan keajaiban, penggunaan raksasa sebagai musuh, (d) ironi yang ditemukan
adalah ironi dramatis . Di dalam cerpen ini juga terdapat keterkaitan antarunsur.
Kata Kunci: unsur intrinsik prosa; kajian struktural; tema, fakta cerita, sarana cerita
1. Pendahuluan
Sastra dalam bahasa Arab biasa disebut Adab, dalam bahasa Indonesia kata ini
diserap dengan makna sopan santun, budi bahasa, kebudayaan, dan kemajuan atau
kecerdasan (Kamil 2012). Sastra bahasa (Adabul-Lughah) adalah kata-kata indah yang
mengandung imajinasi yang cermat, dan pelukisan yang lembut yang diwariskan atau
dihasilkan oleh para penyair dan penulis, bertujuan untuk mendidik jiwa,
Sumarjo dalam Mahliatussikah (2018), karya sastra merupakan suatu karya yang
memiliki sifat yang khas, yaitu dari segi penggunaan bahasa dan juga memiliki sifat
Nurgiyantoro (2010) menyatakan bahwa, karya sastra terbagi menjadi dua yaitu,
karya sastra non fiksi dan karya sastra fiksi. Karya sastra non fiksi merupakan karya
sastra yang ditulis berdasarkan hasil kajian keilmuan dan pengalaman, sedangkan karya
sastra fiksi adalah suatu karya yang menceritakan suatu hal yang tidak benar-benar
terjadi sehingga tidak perlu mencari kebenarannya di dunia nyata. Karya sastra fiksi
merupakan sebuah cerita, karena itulah didalamnya mengandung unsur hiburan bagi
penikmatnya. Membaca sebuah karangan fiktif berarti menikmati cerita dan menghibur
2
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa naratif
fiksi dimana isinya menceritakan suatu tokoh beserta segala konflik dan
penyelesaiannya, yang ditulis secara singkat dan padat. Menurut Al Fariijat (2002),
cerita pendek adalah salah satu genre sastra kuno yang dianggap sebagai suatu warisan
karena sudah ada sejak sebelum era Sumeria yang ada pada tiga setengah ribu tahun
sebelum masehi. Cerita pendek sesuai dengan namanya memperlihatkan sifat yang
pendek, baik itu dari segi peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan
jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang
lain misalnya novel (Priyatni, 2010). Cerpen merupakan salah satu jenis bacaan yang
seringkali dianggap sebagai bacaan yang dapat dilakukan dengan sekali duduk, dalam
artian proses pembacaan cerpen sendiri dianggap singkat, dan memiliki kesederhanaan
cerita dan memiliki efek tunggal (Nurfalah, 2021). Dalam kondisi ini, kesan tunggal
yang dominan timbul karena cerpen memusatkan diri pada tokoh dalam satu situasi saja.
Cerita pendek menjadi salah satu bagian dari karya sastra yang memiliki misi
tokoh, cerita mengalir dari tokoh dalam cerita dan berakhir pula pada nasib yang
mengungkapkan satu makna yang sangat besar melalui sepotong kejadian saja. Cerpen
Cerpen merupakan bentuk prosa rekaan yang pendek, makna pendek disini
bukan hanya mengacu pada sedikitnya halaman saja, akan tetapi masih tetap
3
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
mensyaratkan adanya keutuhan cerita. Permasalahan yang digarap dalam cerpen ini
biasanya tidak begitu kompleks, pada umumnya cerpen hanya menceritakan peristiwa
atau kejadian sesaat. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam cerpen adalah
bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca, dan pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca (Siswanto,
2008).
Menurut Nurgiyantoro (2013), cerpen dibangun dari dua unsur, yaitu unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik disebut sebagai struktur pembangun karya
sastra cerpen itu sendiri, cerpen memiliki unsur intrinsik berupa plot, penokohan, latar,
sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat. Unsur cerpen ini menjadikan cerpen
hadir sebagai karya sastra, yang secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca
cerpen itu sendiri. Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur-unsur yang berada diluar cerpen
itu sendiri. Meskipun unsur ini tidak menjadi bagian di dalam cerpen, unsur ekstrinsik
secara tidak langsung berpengaruh terhadap totalitas cerita yang dihasilkan. Unsur
Penilaian mengenai menarik atau tidaknya sebuah cerpen dapat dilihat dari
unsur-unsur pembentuk cerpen itu sendiri (Muhammad, dkk., 2018). Cerpen memiliki
unsur peristiwa, plot, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Tema dalam
cerpen bersifat tunggal karena ceritanya yang pendek. Plot cerpen pada umumnya
tunggal, hanya terdiriiatas satu urutan peristiwa. Oleh karena berplot tunggal, konflik
yang dibangun dan klimaks cerita pun bersifat tunggal pula. Berkaitan dengan
penokohan, jumlah maupun data-data yang menjelaskan tentang jati diri tokoh itu
terbatas. Pelukisan lataricerita hanya secara garis besar, tidak memerlukan detil-detil
4
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
khusus, bahkan dapat secara implisit, asal telah mampu memberikan suasana tertentu
yang dimaksudkan. Pemilihan sudut pandang baik persona pertama maupun persona
pembaca, makna tersebut disampaikan oleh pengarang dengan gaya yang berbeda
Peneliti memilih cerpen Qoshiiru Ad-Dzail karya ‘Adil Ghadban sebagai objek
merupakan seorang pengarang yang cukup populer pada abad ke-19 di Mesir. Karya-
keistimewaan dalam tulisannya yakni meskipun yang diceritakan merupakan kisah fiksi,
akan tetapi pemilihan kata dan pembawaan suasana yang dilakukan oleh penulis mebuat
ceritanya terasa seperti kisah nyata. Selain itu juga kepandaian penulis untuk memilih
beberapa penulisan skripsi, buku, jurnal, dan tesis sebelumnya. Diantaranya adalah
sebagai berikut: Pertama, tesis yang ditulis oleh Zahroh (2019). Penelitian tersebut
karya Najib Kailani. Tema yang digunakan yaitu tentang Kejahatan. Sedangkan
Alur/Plot yang digunakan yaitu lurus Progresif. Sedangkan tokoh cerita di dalam novel
ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan. Latar tempat diantaranya Istana,
Ethiopia, dan Goromoleta.Sudut Pandang yang digunakan pada pengarang yaitu sudut
pandang orang ketiga “Dia”. Amanat 6 yang terdapat dalam novel Azh-Zhil Al Aswad
yaitu mempertahankan nilai-nilai toleransi dan perdamaian, serta aqidah beragama itu
5
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
bukan dimulut tetapi didalam hati. Semua unsur intrinsik didalam novel Azh-Zhil Al
Kedua, Oktavina (2018) dengan judul “Analisis Struktur Novel Harry Potter wa
keterkaitan antar unsur intrinsik novel Harry Potter wa Hajar al-Faylasuf. Adapun hasil
dari penelitian tersebut adalah: (1) tema cerita adalah persahabatan antara Harry Potter
sebagai tokoh utama, Ron dan Hermione sebagai tokoh pendukung yang memiliki sifat
setia, (2) alur cerita menggunakan alur campuran, (3) latar tempat berada di London
dengan latar waktu bulan Juli sampai bulan Desember dan latar suasana gelap,
pandang menggunakan orang ketiga tidak terbatas, serta gaya bahasa menggunakan
(5) amanat cerita berupa ajakan kepada pembaca untuk saling memiliki rasa tolong
Syiikaajuu atau Chicago memiliki tema sentral yang menonjol yakni diskriminasi dan
percintaan. Alur atau plot di dalam novel ini yaitu alur campuran yang menyelipkan
peristiwa kilas balik diantara alur maju atau progresif. Tokoh utama dalam novel ini
meliputi Syaima’ Muhammadi, Ro’fat Tsabit, Muhammad Sholah, Thoriq Hasib, Naji
Abdu Shomad, Ahmad Dananah dan John Graham, sedangkan tokoh tambahan adalah
Karam Dus, Shofwat Syakir, Marwah, Caroll, Kris, Sarah dan Zaenab. Novel ini
berlatar tempat di kota Chicago, Amerika Serikat, banyak juga berlatar di Universitas
Illinois Chicago khususnya dan ada juga beberapa yang berlatar Mesir. Novel ini
berlatar waktu antara paska tragedi 11 September 2001 di Gedung Kembar Amerika
6
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Serikat dan sebelum Revolusi Mesir tahun 2011. Sedangkan sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang orang pertama yang menggunakan “aku” untuk
menarasikan tokoh Naji Abdu Shomad dan sedangkan narasi pada tokoh lain
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu yaitu dengan sebutan nama atau
kata ganti “Ia”. Hubungan antarunsur intrinsik saling mendukung dan mengikat
sehingga unsur-unsur yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan membentuk
tatanan yang padu dan kesatuan yang utuh dalam novel ini.
Keempat, penelitian yang terkait dengan analisis struktural dengan judul “Kajian
Struktural Cerpen Al-‘Aashifah Karya Kahlil Gibran” oleh Al Qorin (2019). Hasil
diri dari dunia fana, menggunakan alur maju dengan tokoh utama Yusuf al-Fakhri dan
tokoh bawahan “aku”, memiliki latar tempat, waktu, dan sosial, serta menggunakan
sudut pandang author participant yang masing masing unsur intrinsiknya terdapat
keterkaitan satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan makna yang utuh.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1)
mendeskripsikan tema dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban, (2)
Ghadban, dan (3) mendeskripsikan sarana-sarana cerita dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail
2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kepustakaan. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktralisme Robert Stanton. Stanton
membagi unsur intrinsik cerita menjadi tiga bagian yaitu, fakta cerita, tema, dan sarana
cerita. Stanton membagi unsur fakta cerita menjadi beberapa bagian yaitu, alur, tokoh,
dan latar. Sedangkan sarana cerita terdiri dari judul, sudut pandang, gaya bahasa,
7
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
simbolisme, dan ironi. Tujuan analisis struktural ini adalah mengungkap, memperjelas,
semua unsur dan aspek karya sastra yang secara bersam-sama menghasilkan suatu
Data penelitian yang berupa unsur kata dan kalimat yang merupakan informasi-
informasi penting, mengenai unsur intrinsik dan keterkaitan antar unsur yang terdapat
dalam cerpen “Qoshiiru Ad-dzail” karya ‘Adil Ghadban. Adapun sumber data dalam
penelitian ini meliputi teks cerita pendek “Qoshiiru Ad-dzail” karya ‘Adil Ghadban
mencatat serta mengolah bahan penelitian (Mestika, 2004:3). Peneliti membaca secara
berulang ulang obyek peneltian dan mencatat setiap data dan hasil pengamatan yang
Bogdan dan Biklen (dalam Ainin, 2013:118), penelitian kualitatif dilakukan dalam
latar alamiah (natural setting) dan instrumen utamanya manusia (human). Dalam
mengumpulkan data penelitian, peneliti memanfaatkan nota pencatat data dan alat tulis
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah model interaktif (Ainin,
2013), yang meliputi: (1) pengumpulan data dan pemeriksaan kembali catatan
lapangan, (2) reduksi data, yaitu memilih dan memilah data yang kurang relevan
8
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
dengan tujuan penelitian, (3) penyajian data yang meliputi identifikasi dan penjelasan
data secara sistematis, objektif, dan menyeluruh, serta (4) penarikan simpulan.
Cerita pendek Qoshiiru Ad-dzail ini menceritakan kehidupan seorang anak petani
bernama As’ad yang merupakan anak termuda dari tiga bersaudara. Ia memiliki postur
tubuh yang mirip orang kerdil sehingga warga menjulukinya “Si Ekor Pendek”. Akan
dan keberanian.
Pada suatu hari ada seorang raja di pinggiran desa yang memiliki istana yang
megah. Raja itu mengadakan sayembara yang bertujuan untuk menyingkirkan pohon
besar yang tiba-tiba tumbuh mentupi istananya dan menggalikan sumur untuk
menghidupi rakyatnya dengan imbalan yang sangat besar. Akan tetapi tidak ada yang
setengah dari kerajaannya kepada siapapun yang berhasil melakukan apa yang
diinginkannya.
Kabar ini sampai kepada ketiga bersaudara itu, sehingga mereka pun berangkat
menuju istana, As’ad menemukan kapak ajaib, cangkul ajaib, dan kulit kacang ajaib
mereka pun mulai melakukan apa yang diinginkan sang raja, akan tetapi saudara tertua
dan saudara tengah As’ad gagal untuk memenuhi keinginan sang raja sehingga mereka
9
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
dengan kedua saudaranya, As’ad berhasil menebang pohon dan menggali sumur untuk
sang raja dengan bantuan ketiga alat ajaib yang ditemukannya dalam perjalanan.
Akan tetapi, sang raja tidak terima dengan kemenangan As’ad, sehingga ia
Melalui saran dari saudara tengah As’ad yang memang memiliki sifat iri dengki
terhadap adiknya, raja memutuskan untuk meminta As’ad agar menaklukkan raksasa
yang tinggal di dalam hutan untuk menjadikannya pengawal. Dengan kecerdikan dan
Raja putus asa atas keberhasilan As’ad dan berniat menerima kemenangannya, akan
tetapi sang putri masih tidak terima dengan kemenangan itu sehingga ia memberikan
tantangan terakhir kepada As’ad sebelum bisa mendapatkannya. Sang putri menantang
As’ad untuk adu kecerdasan, dan dengan kecerdasan yang dimilikinya As’ad pun
dengan mudah memenangkannya sehingga ia mendapatkan sang putri dan hadiah yang
3.1.2. Unsur Intrinsik dalam Cerita Anak “Aṭfāl al-Gābah” Karya Muhammad
‘Athiyyah al-Ibrasyi
Berikut ini merupakan tabel hasil analisis unsur intrinsik dalam cerpen Qoshiiru
Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban yang meliputi: (a) tema, (b) fakta cerita, dan (c) sarana
cerita.
Tabel 1. Hasil Analisis Unsur Intrinsik cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya ‘Adil
Ghadban
Unsur Intrinsik Cerpen Hasil
Tema a. Tema Mayor Perjuangan
b. Tema Minor Keberanian,
Kecerdasan,
Keajaiban,
Kecemburuan, dan
Penghianatan
Fakta a. Alur Alur maju, dengan lima
10
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
3.2. Pembahasan
3.2.1. Tema
Berdasarkan hasil penelitian, tema mayor dan minor yang ditemukan dalam
A. Tema Mayor
11
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Tema mayor dalam cerpen ini adalah perjuangan, karena seluruh konflik yang
ada di dalam cerpen in adalah menunjukkan perjuangan yang dilakukan oleh sang
tokoh utama yaitu As’ad dengan segala bentuk keberaniannya, juga memanfaatkan
keinginan terbesarnya yaitu hidup sejahtera. Meskipun di dalam perjuangannya itu ada
sifat iri dari saudara tengahnya yang tidak menyukai keberhasilan yang ia raih dan juga
penghianatan yang dilakukan oleh raja dan putri terhadapnya, ia tetap pantang
menyerah.
B. Tema Minor
Didalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban ini memiliki beberapa
penghianatan.
Tema minor yang pertama yaitu keberanian dapat dilihat dari sifat yang
memiliki keberanian yang besar dalam mengambil keputusan dan dalam melakukan
hal apapun. Berikut merupakan bukti penggalan paragraf yang menggambarkan tema
َ َ ُ َ َ َ ْ َ
" َو ِمن َح ِق َك َعل َي أن، ف ِمن َح ِقي أن أ َح ِاول،فوا َيا َموالى ! ِإ َّن امل ِلك ال َين ِز ُل َع ْن ك ِل َم ِت ِه
ً َع
ْ ُ َ ََ َ َُ ُ َ َ
)18-17 ت ْقط َع أذن َي ِإذا أنا ل ْم أف ِلح" (صفحة
12
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
“Permisi tuanku! Raja tidak akan menghianati kata-katanya. Maka dari itu adalah
hakku untuk mencobanya, dan adalah hakmu untuk memotong kedua telingaku
ini nampak pada awal cerita, pengarang menggambarkan karakter sang tokoh utama
yang memiliki kecerdasan, dan kemudian didukung dengan beberapa peristiwa yang
ْ ْ َف
)34 اع َم ْل َما َع ِملت" (صفحة
“Aku harus mengistirahatkan perutku agar aku bisa menahannya” Kemudian Si ekor
pendek mengambil pisaunya. Dia memotong dada dan tasnya di sepanjang perutnya.
Lalu berkata kepada raksasa itu: “Giliranmu telah tiba. Lakukan apa yang telah aku
Tema minor selanjutnya adalah keajaiban. Keajaiban dalam cerita ini nampak
pada peristiwa disaat ketiga bersaudara ini memasuki hutan pada saat perjalanannya
menuju istana raja dan sang tokoh utama menemukan beberapa alat ajaib yang akan
membantu keberhasilannya dalam melaksanakan keinginan sang raja. Berikut ini adalah
bukti penggalan paragraf yang menunjukkan tema minor dalam cerita ini:
13
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
ُ َ َ َ ص َل إ َلى َرأس
ف َماذا َتظ ُّنون،الج َبل َ َ َّ َ َ َّ َْ َ َ ْ َ َ ََ ّ َ ُ ََ َْ
ِ ِ فلما و، و يج ِرى ِإلى مصدر الصوت،واندفع يص ِعد ِفي الجبل
َ َ َ َ َ ََ
َّ األ ْش َجار ُ َ ًَ ُ ْ َ ً َ َ َ َ
)8 الض ْح َمة (صفحة ورة تعلو َو َت ْه ِبط على شجر ٍة ِمنأ َّنه َو َجد ؟ وجد فأسا مسح
Tiba-tiba ia melonjak naik ke atas gunung, dia lari menuju asal suara. Tatkala dia
sampai di puncak gunung, menurutmu apa yang As’ad temukan? Dia menemukan
kapak ajaib yang naik dan turun di salah satu pohon besar (Halaman 8)
dalam peristiwa ketika saudara tengah dari As’ad yang bernama Amjad menghasut raja
agar menggagalkan kemenangan dari As’ad yang didasarkan rasa cemburu atas
ًَ
البالد ِعمالقا ي ف َّ َو إ َّن َك َل َت ْع َلم َيا َموالى َأ.هد ُه
ن
َ ََ َ َ َ َ َ
َ امللك إ َذا ُه َو َن َك َث َم َع ُه َع َُ
ِ ِ ِ ِ ِ وال حرج على،املغ ِام ِرين
َ َ َ َ َْ َ َ ُ َ ََ ُّ ّ َ َ ََ َْ َ
: ال غ َير َم َّرة أن ق، فقد َبل َغ ِمن غ ُرور أ ِخي َو َع ِريض دعواه، َو ُي ِثير الذعر،الث َيران
ِ يخت ِطف البقر و
َ َ ُ ئت َل َج َع
ُ َلو ش
)23 لت ِمن ِذلك ال ِعمالق خ ِاد ِمي األ ِمين " (صفحة ِ
Tetapi raja merasa lega oleh kata-kata Amjad ketika raja mendengarnya berkata:
“Saudaraku si ekor pendek tidak lain adalah seorang petualang. Tidak ada salahnya
jika raja melanggar perjanjian dengannya. Tahukah engkau Tuanku, bahwa di negara
ini ada raksasa yang menculik sapi dan lembu sehingga menimbulkan kepanikan.
Lantas dengan sombong dan luasnya gugatan, saudaraku berkata lebih dari sekali:
Andai kata aku berkehendak, akan ku jadikan raksasa itu pelayanku yang setia!”
(Halaman 23)
14
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
penghianatan ini nampak pada saat raja gelisah dan memikirkan cara untuk
tengah sang tokoh utama dan menyuruh As’ad untuk menghadirkan raksasa yang
tinggal di hutan untuk dijadikan pengawal sebagai salah satu cara untuk menggagalkan
kemenangan As’ad. Penghianatan juga terjadi saat tuan putrid juga melakukan satu
upaya untuk menggagalkan kemenangan sang tokoh utama dengan mengajaknya adu
kecerdasan. Berikut ini adalah penggalan paragraf yang menunjukkan tema minor
penghianatan:
عف ْيه
ُ َ ّ َُ َ َ َّ َ ُ ٌ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ََ ََ َ َ
ِ و هو يفكر ِفي ط ِريقة ت، ول ِكنه لم يغ ُمض له جفن طول اليل،أ َّما امللك فقد أوى ِإلى ِمخد ِع ِه
َ َ ُ ٌ َ َ َ َ
)23-22ثل ذ ِلك الق َزم (صفحة َه َرًبا ِمن أن َيكون له ِصهر ِم،ِمن ت ْن ِفيذ َو ْع ِده ُدون َمالم
Adapun raja kembali ke kamarnya. Tetapi dia tidak menutup kelopak matanya
sepanjang malam. Dia memikirkan cara agar terbebas dari janjinya tanpa
menyalahkan seraya melarikan diri dari memeiliki menantu seperti kurcaci itu
(Halaman 22-23).
Tema sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu: tema minor dan tema mayor.
Tema minor adalah tema yang hanya ada pada bagian bagian tertentu dari suatu cerita.
Sedangkan tema mayor adalah tema yang menjadi pokok cerita atau gagasan dasar
umum dari suatu cerita (Nurgiyantoro, 2013). Tema hendaknya memenuhi beberapa
dalam sebuah cerita. Kedua, tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang saling
berkontradiksi. Ketiga, tidak sepenuhnya bergantung pada bukti-bukti yang tidak secara
15
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
jelas di utarakan (hanya disebut secara implisit). Keempat, diujarkan secara jelas oleh
Tema mayor dan minor yang ditemukan dalam cerita pendek ini merupakan
detail-detail menonjol yang ada didalam jalan ceritanya, tidak terpengaruh dengan jalan
cerita yang saling berkontradiksi dan sudah jelas disebutkan oleh pengarang cerita.
Sehingga tema mayor dan minor yang muncul dalam cerita ini sesuai dengan teori yang
Berikut ini adalah fakta-fakta cerita yang ada didalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail
A. Alur
Berdasarkan hasil penelitian, alur yang digunakan dalam cerpen Qoshiiru Ad-
dzail adalah alur maju. Dikatakan demikian, karena apa yang diceritakan penulis
tahapan alur dalam cerpen ini berdasarkan teori diatas menjadi lima tahapan, yaitu: (1)
penyituasian, (2) pemunculan konflik, (3) peningkatan konflik, (4) klimaks, (5)
uraian diatas:
1. Penyituasian (situation)
bahwa pada zaman dahulu hidup seorang petani miskin yang mempunyai tiga orang
anak. Ketiga anak dari petani tersebut adalah Arsyad, Amjad, dan As’ad. Saudara tertua
dari mereka yaitu Arsyad memiliki sifat yang baik hati, dan yang tengah dari mereka
adalah Amjad yang memiliki sifat iri dengki dan jahat, sedangkan yang paling kecil dari
16
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
mereka yaitu As’ad memiliki sisi keberanian dan kecerdasan yang luar biasa disamping
kekurangan fisik yang dimilikinnya. Dan pada suatu hari ketiga anak ini sudah dewasa
dan ayah mereka meminta mereka untuk merantau dan bekerja. Dan bersamaan dengan
itu ada seorang raja yang mempunya istana yang megah di pinggiran desa.
Dalam cerita Qoshiiru Ad-dzail tahap pemunculan konflik ini dimulai keitka
pada suatu malam, tiba-tiba muncul dari tanah didepan teras dan jendela istana itu
sebuah pohon besar terbelit dahan dan dedaunan yang menghalangi cahaya matahari
masuk kedalam istana, tidak ada yang bisa menghancurkan pohon tersebut. Dan raja
pun mengadakan sayembara dan akan menghadiahkan riga kantong emas kepada
siapapun yang bisa menebang pohon itu, dan akan memberikan hadiah yang mewah
kepada siapapun yang bisa menggali sumur untuk nya. Akan tetapi tetap belum ada
yang mampu melakukannya, sehingga pada kepututs asaannya raja berjanji akan
memberikan imbalan yang lebih besar lagi, yaitu berupa setengah dari istananya, dan
Kabar sayembara itu telah sampai pada ketiga saudara tersebut, dan mereka
meminta ijin kepada ayah mereka untuk berangkat, dan akhirnya ayah mereka
beberapa hal yang akan membantunya dalam melakukan sayembara, dia menemukan
Dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini tahap peningkatan konflik terjadi ketika
ketiga saudara ini sudah sampai ke istana raja, dan melihat adanya papan pengumuman
dengan ada tulisan merah dibawahnya bertuliskan “perlu diketahui oleh masyarakat,
17
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
bahwa yang mulia raja yang pengasih dan penuh kasih mempersilahkan dam
memerintahkan untuk memotong kedua teilnga siapa saja yang gagal menumbangkan
pohon dan menggali sumur, sehingga setiap orang tahu kemampuan dirinya sendiri.
Setelah membaca tulisan itu, saudara tertua dari mereka yaitu Arsyad mencoba
untuk pertama kali memotong dahan pohon tersebut, akan tetapi yang terjadi adalah
tidak ada dahan yang terpotong melainkan dahan lainnya tumbuh dan semakin besar,
pengawal raja pun menyerang Arsyad dan memotong telinganya. Saudara tengah dari
mereka yaitu Amjad mencoba keberuntungannya setelah itu, akan tetapi, sialnya dia
melakukan kesalahan yang sama seperti saudara tua nya, raja pun murka dan
memerintahkan pengawalnya untuk memotong telinga dan sebagian pipi dari Amjad.
Ketika si kecil As’ad ingin mencoba untuk memotong pohon tersebut, raja
Akan tetapi As’ad bersikeras untuk mencoba dan siap dihukum apabila gagal seperti
kedua kakaknya. As’ad memerintahkan kapak ajaib yang ditemukannya dalam perjalan
untuk menebang pohon itu, dan betapa terkejutnya sang raja melihat si kecil As’ad
berhasil menebang pohon yang terkutuk tersebut. Akan tetapi raja masih belum
memerintahkan kacang ajaib untuk memancarkan air dari sumur yang tela digalinya dan
lagi-lagi dia berhasil dan membuat raja semakin khawatir karena tidak rela mempunyai
18
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini konflik terjadi disaat raja tidak terima
dengan keadaan bahwa As’ad berhasil menebangkan pohon dan menggalikan sumur
untuknya. Raja berfikit keras bagaimana cara menghentikan As’ad agar tidak bias
mendapatkan separuh kerajaan dan juga menikahi putrinya. Sang raja pun bertanya pada
kedua saudara As’ad untuk mengetahui kelemahannya, ketika raja bertanya pada
Arsyad, dia tidak puas karena saudara tertuanya itu terus membanggakan adik kecilnya.
Tiba saat raja bertanya pada Amjad, saudar tengah dai As’ad ini memang meiliki sifat iri
dan dengki, sehingga ia menyarankan agar raja meminta saudaranya untuk pergi ke
hutan dan menaklukkan raksasa untuk dijadikan pengawalnya, dan sang raja pun setuju
sang raja memerintahkan As’ad untuk menaklukkan raksasa yang ada ditengah hutan
seperti apa yang telah direncanakannya. As’ad yang memiliki sisi keberanian dalam
Berangkatlah As’ad ke dalam hutan untuk mencari raksasa deng perbekala yang
telah ia bawa dari dapur. Mengejutkannya dengan kecerdasan dan keberanian yang
dimiliki As’ad, ia dapat menaklukkan raksasa dengan mudah. Dan ketika ia pulang dari
hutan menuju istana dengan digendong raksasa, para penduduk dan raja yang sedang
menghadap sang raja, sang raja pun segera manarik putrinya ke sudut ruangan untuk
membicarakan hal ini, sang raja sudah pasrah dengan keadaan ini bahwa setengah dari
kerajaan dan anak perempuannnya akan diberikan kepada si kecil As’ad. Akan tetapi,
tuan putri tidak mengalah begitu saja demi melindungi kehormatannya. Ia pun
memberikan tantangan terakhir pada As’ad untuk melakukan adu intelektualitas, dan
19
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
5. Penyelesaian (denoument)
Dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini tahap penyelesaian dimulai pada saat As’ad
dapat memenangkan tantangan dari sang putri dan sang putri pun menyerahkan diri
sepenuhnya kepada As’ad untuk dijadikan istri. Kemudian pernikahan sang putri dengan
As’ad pun berlangsung, dengan kereta pengantin yang digendong oleh raksasa dari
langka itu. Kemeriahan terjadi didalam istana, karena ada pesta pernikahan itu.
telinganya, dia tuli dan tidak bisa mendengar ucapan pujian yang dilontarkan kepada
cemburu, sehingga ia melarikan diri ke hutan, dan akhirnya tewas dimakan serigala.
Sementara itu As’ad atau dijuliki Qoshiiru Ad-dzail naik tahta setelah kematian
sang raja. Ia melanjutkan pemerintahan selama lima puluh tahun lamanya, dan ia
menjadi teladan seorang penguasa yang energik, adil, dan baik hati.
Alur memiliki tiga jenis, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur
maju adalah alur yang ceritanya ditampilkan secara berurutan mulai dari tahap awal,
tengah, dan akhir. Adapun alur mundur adalah alur yang ceritanya ditampilkan mulai
dari tahap akhir. Sedangkan alur campuran adalah alur yang ceritanya diawali dengan
klimaks, yang kemudian melihat masa lampau, dan diakhiri dengan tahap akhir atau
penyelesaian.
Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita (Lestari 2019:53). Menurut Tasrif dalam Mahliatussikah (2018) alur terdiri dari
lima bagian, yaitu: (1) penyituasian (situation) merupakan tahap pembuka cerita dimana
20
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
cerita, (2) pemunculan konflik (generating circumtances) adalah tahap awal munculnya
konflik yang dihadapi tokoh dalam suatu cerita, (3) peningkatan konflik (rising action)
adalah tahap berkembangya konflik, (4) klimaks (cllimax) adalah puncak konflik yang
dialami oleh tokoh utama., dan (5) penyelesaian (denoument) adalah tahap dimana
konflik terselesaikan.
Cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini memiliki beberapa tokoh yang menjadi pendukung
1. Tokoh Utama
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hanya terdapat satu tokoh utama
dalam cerita ini, yaitu As’ad atau biasa disebut Si Ekor Pendek (Qoshiiru Ad-dzail)
a. As’ad/Qoshiiru Ad-dzail
yang paling mencolok dari tokoh utama ini adalah kecerdasan yang
cerita, dan juga dapat dilihat pada saat dia memperdaya raksasa sehingga
21
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki sifat rendah hati, dan
pemberani.
2. Tokoh Tambahan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat lima tokoh pendukung dalam cerita ini
antara lain: (1) Arsyad, (2) Amjad, (3) Raja, (4) Raksasa, (5) Tuan Putri..
a. Arsyad
Ghadban memiliki tubuh yang besar dan berkulit merah. Saudara tertua
dari tokoh utama ini memiliki hati yang baik, dan tidak memiliki rasa iri
memnangkan sayembara.
b. Amjad
Ghadban memiliki tubuh kurus dan berwajah kuning, saudara tengah dari
tokoh utama ini menonjolkan sifat iri dengki, hal ini dapat dilihat ketika
raksasa yang ada di dalam hutan. Di samping itu juga Amjad juga
memiliki sifat bengis, sombong dan kasar yang dapat dilihat dari caranya
c. Raja/Al-malik
22
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Ghadban memiliki karakter yang emosional dan tegas, hal ini dapat
dilihat ketika apa yang tidak diingankannya tidak dapat terpenuhi tanpa
tegas dari sang raja dapat dilihat ketika ia benar-benar melaksanakan apa
d. Raksasa/Al-‘Imlaq
rakus hal ini dapat dilihat ketika raksasa ini makan dengan si tokoh
e. Tuan Putri/Al-Amiirah
Ghadban ini digambarkan sebagai wanita yang cerdas, hal ini dapat
kemenangan itu yaitu dengan menantang As’ad sang tokoh utama untuk
23
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Tokoh dan penokohan sebenarnya memiliki makna yang berbeda. tokoh lebih
menunjuk pada orangnya, sedangkan penokohan lebih menunjuk kepada watak atau
karakter tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2013). Tokoh berdasarkan
wataknya terbagi menjadi dua, yaitu: tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang memiliki karakter baik dan biasanya memiliki posisi
sentral dalam suatu cerita, atau dengan kata lain keterlibatannya lebih banyak dalam
suatu cerita. Berbanding terbalik dengan tokoh protagonis, tokoh antagonis memiliki
C. Latar
Berdasarkan hasil penelitian, cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini memiliki latar tempat,
latar waktu, latar sosial dan latar suasana. Latar tempat dalam cerpen ini antara lain:
(1) gubuk, (2) pedesaan, (3) hutan pinus, (4) jalan bebatuan, (5) aliran air, (6) istana
raja, (7) dapur, (8) hutan. Sedangkan Latar waktu dalam cerita ini meliputi: (1) pagi
hari, (2) malam hari, (3) dahulu kala. Adapun latar sosial dalam cerita ini adalah
kehidupan di desa tiga bersaudara ini yang sulit. Untuk latar suasana dalam cerpen ini
adalah suka cita yang dirasakan penduduk desa dalam pesta pernikahan saat As’ad
Latar adalah lingkungan terjadinya peristiwa dalam suatu ceritu cerita (Stanton
dalam Mahliatussikah, 2018). Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar
sosial (Nurgiyantoro, 2013). Latar tempat menunjukkan tempat di mana peristiwa itu
terjadi, latar waktu menunjukkan waktu peristiwa itu terjadi, serta latar sosial
24
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Sarana cerita yang terdapat dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini adalah sebagai
berikut:
A. Judul
Berdasarkan hasil penelitian judul yang disajikan dalam cerpen ini bisa dibilang
relevan dengan tokoh yang diceritakan oleh pengarang. Judul yang diberikan terhadap
cerpen ini adalah Qoshiiru Ad-dzail yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia
memiliki arti “Si Ekor Pendek”, yang mana memiliki relevansi dengan apa yang
diceritakan oleh pengarang, cerpen ini menceritakan tentang seorang anak terakhir dari
tiga bersaudara yang memiliki postur tubuh kecil sehingga hampir mirip seperti orang
Akan tetapi, disamping relevansi antara judul dengan tokoh yang diceritakan oleh
adalah ketika pembaca membaca judul yang diberikan pengarang, pembaca akan
membayangkan bahwa cerpen ini menceritakan penderitaan seorang anak yang dijuluki
yang berbanding terbalik dengan apa yang difikirkan oleh pembaca dalam keseluruhan
diberikan julukan tersebut justru memiliki kelebihan dan pada akhirnya memiliki
membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul mengacu pada sang
karakter utama atau satu latar tertentu. Judul semacam ini seringkali menjadi petunjuk
25
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
B. Sudut Pandang
Qoshiiru Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban adalah sudut pandang orang ketiga (tidak
sebagai orang ketiga, pengarang bercerita menggunakan kata ganti orang ketiga.
mengenai detail-detail cerita secara lengkap dan memberikan tafsiran dan menilai
seluruh karakter secara langsung menurut jimatnya sendiri. Pada akhirnya pembaca
dapat memahami karakter-karakter yang ada didalam cerita pendek ini sesuai dengan
apa yang diungkapkan pengarang, dengan tanpa usaha yang lebih untuk menafsirkan
Sudut Pandang (Point of View) merupakan posisi pencerita dalam sebuah cerita.
S. Tasrif dalam Mahliatussikah (2018) membagi sudut pandang menjadi 4 bagian yaitu
Multiple. Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat bagian utama, yaitu (1)
orang pertama – utama, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri, (2)
orang pertama – sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama
(sampingan) (3) orang ketiga – terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan
memposisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat
dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter saja, (4) orang ketiga – tidak
terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikannya sebagai orang
C. Gaya Bahasa
26
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
1. Majas Simbolik
tinggal sang tokoh utama mengibaratkan sang tokoh utama sebagai “Si Ekor
2. Majas Personifikasi
َ َْ ََ ٌ َ َ َ َ َ َل َق ْد َم
")10 ض ْت َعل ّي ِس ُنون ط ِويلة َو أنا أن َت ِظرك َيا َول ِدي" (صفحة
benda mati yang dapat bersikap seperti manusia, dalam hal ini adalah sebuah
kapak ajaib yang bisa berbicara layaknya manusia. Dan masih ada beberapa
27
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
kutipan serupa yang mana menunjukkan sebuah kapak dan biji kacang yang
3. Majas Retorika
kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban, karena sudah terjawab oleh
kalimat selanjutnya.
Gaya bahasa biasa juga disebut dengan majas. Dalam prosa, ada beberapa
kalimat yang menggunakan majas untuk menambah kesan indah atau estetika dalam
suatu karya. Ada beberapa majas yang sering digunakan dalam suatu prosa antara lain:
Menurut Sayuti (2000), gaya merupakan cara pengungkapan yang khas bagi
seorang pengarang. Secara sederhana gaya dapat diartikan sebagai cara pemakaian
bahasa yang spesifik oleh seorang pengarang. Seorang pengarang mungkin tidak
memilih gaya yang sesuai bagi dirinya akan tetapi gaya tersebut justru pas dengan tema
cerita.
D. Simbolisme
28
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
profesi petani identik dengan dua hal yang telah disebutkan di atas.
utama dalam cerpen ini yang mana menjadi seseorang yang memberi dan
posisi yang luar biasa di istana, dan juga di akhir cerita pada saat ia
29
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
aliran air yang jauh, hal-hal yang ia lakukan itu adalah sebagai bentuk
penggunaan raksasa sebagai musuh dari sang tokoh utama. Dalam cerpen
ini raksasa dapat ditaklukkan oleh sang tokoh utama yang memiliki
kekuatan yang amat luar biasa hebat dan besarnya, dan dapat
disimpulkan bahwa sebesar dan sehebat apapun kekuatan maka akan bisa
untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Dalam fiksi,
bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada
satu kejadian penting dalam cerita menunjukan makna peristiwa tersebut. Dua, satu
dalam semesta cerita. Tiga, sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-
E. Ironi
Dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail karya ‘Adil Ghadban ditemukan ironi dramatis,
karena adanya kontras diametris antara penampilan dan keinginan awal sang tokoh
dengan realitas. Tokoh utama dalam cerita ini yaitu As’ad yang dijuluki sebagai “Si
30
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
Ekor Pendek” yang memiliki penampilan kurang enak dilihat, dan keinginan awalnya
hanya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di istana, akan tetapi pada realitasnya,
yang didapatkannya ia dapat memenangkan sayembara dari sang raja dan mendapatkan
setengah dari kerajaan dan sekaligus menjadi seorang pangeran karena menikahi putri
raja.
Menurut Stanton (2012) dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas
yaitu ironi dramatis dan tone ironis. Ironi dramatis atau ironi alur dan situasi biasanya
muncul melalui kontras diametris antara penampilan dan relitas, antara maksud dan
tujuan seorang karakter dengan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Tone ironi atau ironi verbal digunakan untuk menyebut cara
Setelah menemukan unsur intrinsik yang ada dalam cerita pendek Qoshiiru Ad-
dzail karya ‘Adil Ghadban, peneliti menemukan adanya keterkaitan antar unsur
intrinsik di dalamnya.
Tema mayor dan tema minor dalam cerita ini memiliki keterkaitan. Tema mayor
kecerdasan dan keberanian untuk meraih tujuan yang kita inginkan. Di dalam
perjuangan juga tidak serta merta lancar dan mudah, pasti ada rintangan yang dilalui,
di dalam cerita ini perjuangan yang dilakukan dihadapkan dengan kecemburuan dan
penghianatan yang dilakukan oleh saudara sang tokoh utama dan juga raja beserta
31
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
putrinya. Dan disamping itu semua sebuah perjuangan pasti membutuhkan pertolongan
Latar sosial kehidupan desa yang sulit disini memiliki keterkaitan dengan ketiga
bersaudara yang menjadi tokoh dalam cerpen ini. Karena mereka merupakan anak dari
seorang petani yang mana juga merupakan satu simbolisme yang muncul dalam cerpen
ini, petani di simbolkan sebagai suatu pekerjaan yang identik dengan kehidupan yang
relatif sulit dan kesederhanaan. Begitupun dengan latar tempatnya, karena di dalam
cerita ini ada tokoh pendukung yakni raja dan tuan putri maka latar tempat yang ada
memiliki keterkaitan, latar tempat itu antara lain, istana raja dan beberapa tempat di
kerajaan.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada cerita pendek
Qoshiiru Ad-dzail ini menggambarkan kehidupan seorang pemuda desa yang ingin
mencapai kenginannya dengan kondisi fisik yang sering direndahkan karena hampir
menyerupai orang kerdil, akan tetapi dia selalu berjuang dengan memanfaatkan
keberanian dan kecerdasan yang dimilikinya untuk menggapai apa yang diinginkan.
Cerpen tersebut memiliki struktur cerita dari segi unsur intrinsik yakni tema,
fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra. Pertama, tema yang terdapat pada cerpen
Qoshiiru Ad-dzail ada dua yaitu, tema mayor dan minor, adapun tema mayor dalam
cerpen ini adalah perjuangan, sedangkan tema minornya adalah keberanian, kecerdasan,
Kedua, fakta cerita terbagi menjadi tiga bagian yaitu : (1) alur yang digunakan
pada cerpen ini adalah alur maju atau alur lurus progresif, karena jalan ceritanya bersifat
32
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
kronologis atau urut dari tahap pengenalan hingga tahap penyelesaian. (2) tokoh yang
terdapat dalam cerpen Qoshiiru Ad-dzail ini terbagi menjadi dua yakni, tokoh utama dan
tokoh pendukung. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah As’ad. Sedangkan tokoh
pendukung yang ada dalam cerpen ini adalah Arsyad, Amjad, Raja, Raksasa, dan Tuan
putri. (3) latar yang terdapat dalam cerpen ini ada tiga yaitu, latar tempat, latar waktu,
latar sosial dan latar suasana. Latar tempat dalam cerpen ini adalah gubuk, pedesaan,
hutan pinus, jalan bebatuan, aliran air, istana raja, dapur, dan hutan. Sedangkan latar
waktu dalam cerpen ini adalah waktu dahulu kala, waktu pagi hari, dan waktu malam
hari. Latar sosial dalam cerpen ini adalah kehidupan di desa yang sulit. Latar suasana
dalam cerpen ini adalah suasana sukacita yang dirasakan warga desa saat pernikahan
Ketiga, sarana cerita terdiri dari judul, sudut pandang, gaya bahasa, simbolisme,
dan ironi. Judul sudah cukup relevan dengan apa yang akan diceritakan oleh pengarang.
Judul yang digunakan oleh pengarang adalah “Qoshiiru Ad-dzail” yang menrupakan
julukan dari sang tokoh utama yang berarti “Si Ekor Pendek”, akan tetapi judul tersebut
Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang ketiga (tak
terbatas). Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen ini adalah majas personifikasi,
majas simbolik, dan majas retorika. Dan simbolise yang dimunculkan dalam cerpen ini
penggunaan raksasa sebagai musuh yang menyimbolkan kekuatan sebesar apapun akan
dapat dikalahkan dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir yaitu
33
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
ironi, didalam cerpen ini penulis menemukan ironi dramatis karena adanya kontras
diametris antara penampilan dan keinginan awal sang tokoh dengan realitas.
yaitu adanya keterkaitan antara tema mayor dengan tema minor, kemudian keterkaitan
antara latar dengan tokoh yang ada dan kemudian berkaitan juga dengan simbol yang
Ucapan Terimakasih
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan artikel skripsi ini dapat terselesaikan
dengann baik. Penulisan artikel skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
artikel skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang tulus dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih kepada: (1) Allah
SWT, (2) Orang tua, guru, dan keluarga yang telah mendo’akan dan mendukung
penulis dalam penulisan artikel skripsi selama ini, (2) Dr. H. Moh. Khasairi, M. Pd.
sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan masukan dalam
penyelesaian artikel skripsi ini, (3) Achmad Tohe, S.Ag, M.A, Ph.D. dan Dr. Ibnu
Samsul Huda, S.S., MA. sebagai dosen penguji yang memberikan arahan dan masukan
34
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
dalam perbaikan artikel skripsi ini sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya, (4)
Sahabat sahabat yang menjadi partner diskusi dalam penyelesaian artikel skripsi ini,
yakni sahabat sahabat Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2017, Arabizy yang tidak bisa
dunia yang akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT di hari akhir kelak. Aamiin
ya Rabbal ‘aalamiin.
Daftar Rujukan
Ainin. M. 2013. Metode penelitian Bahasa Arab. Malang:Bintang sejahtera.
AlFaarijat, ‘Adil. 2002. Kritik terapan terhadap cerpen di Suriah. Damaskus: Publikasi
Persatuan Penulis Arab
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Center for
Academic Publishing Service.
Ghadban. ‘Adil. 2012. Novel dan Cerita Anak-anak. Daar Al Maaref Series:
Perpustakaan Hijau Untuk Anak.
Kamil, M.A., Sukron. 2012. Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern. Jakarta :
Rajawali Pres.
Lestari. Dwi. 2019. Analisis Resepsi Sastra Terhadap Novel “Banat Ar-Riyadh” Karya
Rajaa Alsanea. Salatiga: IAIN Salatiga.
Mahliatussikah, Hanik. 2018. Pembelajaran Prosa: Teori dan Penerapan dalam Kajian
Prosa Arab. Malang: UM Press.
Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Muhammad, D., Sugara, R., & Rosi. 2018. Analisis Penokohan pada Tokoh Wisanggeni
Secara Analitis dan Dramatik dalam Cerita Pendek Berjudul “Honor Cerita
Pendek” Karya Hasta Indrayana.Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
35
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA),xxx(xxx), xxx, xx–xx
36