Anda di halaman 1dari 3

1.

Hakikat Tokoh dan Penokohan

Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban

peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu mampu menjalin

satu cerita, sedangkan menurut Rahmanto dan Haryanto (2001:13) bahwa

istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak dan

perwatakan menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Dengan

berdasarkan kedua teori tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tokoh

adalah pelaku cerita yang mengalamai peristiwa dalam cerita tersebut.

Dalam menganalisis tokoh pada film dikenal juga istilah penokohan,

menurut Waluyo (2000:30) bahwa penokohan ialah cara pengarang

menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan

unsur cerita yang lain, watak, tokoh-tokoh, dan bagaimana ia

menggambarkan watak tokoh-tokoh itu. Lebih lanjut Boulton (2000:42)

mengemukakan, untuk mempelajari tokoh dalam fiksi dapat dilakukan

melalui kegiatannya, apa yang dikatakannya tentang dirinya, dan apa yang

dikatakan orang (tokoh) lain tentang tokoh itu. Dengan demikian,

berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

penokohan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penampilan

tokoh dengan pemberian watak, sifat atau tabiat (kebiasaan) tokoh pemeran

suatu cerita.

2. Hakikat Kesusastraan

Secara etimologis sastra berasal dari Sansekerta, dibentuk dari akar

kata sas- yang berarti mengerahkan, mengajar dan memberi petunjuk.

Akhiran –tra yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk. Kata susastra
diberi imbuhan gabungan ke- an sehingga menjadi kesusastraan yang

berarti nilai hal atau tentang buku-buku yang baik isinya dan indah

bahasanya. Dalam kesusastraan, sastra tidak banyak berhubungan dengan

tulisan, melainkan dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk

mengekspresikan atau pemikiran tertentu.

Menurut Saryono (2009:16-17) sastra bukan sekedar artefak (barang

mati), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup,

sastra berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti

politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan.Sastra dianggap mampu

menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik adalah

sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguhan,

kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik tersebut mampu

mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan yang

semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas

kehidupannya (Saryono, 2009:20).

Sedangkan menurut Ratna (2005:16) bahasa mengikat seluruh aspek

kehidupan, untuk kemudian disajikan dengan cara yang khas dan unik agar

peristiwa yang sesungguhnya dipahami secara lebih bermakna, lebih intens,

dan dengan sendirinya lebih luas dan lebih mendalam.

3. Hakikat Film

Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie

yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap

(tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan


cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus

menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.

Menurut Arsyad (2002: 49), film atau gambar hidup merupakan

gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan

melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar

hidup. Lebih lanjut menurut Arsyad (2002: 49) film pada umumnya

digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.

Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,menjelaskan

konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat dan

memeperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

4.

Anda mungkin juga menyukai