Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 2

Bustanil Ilmy Agustin (16110005)

Hendra Setiawan (16110046)

Annisa Safitri (16110084)

Biografi Taufiq el-Hakim

Taufiq el-Hakim lahir pada tahun 1898 di ibu Kota Mesir pertama, Alexandria. Ia
keturunan keluarga Arab-Turki dari keluarga petani kaya. Ayahnya bekerja sebagai Hakim.
Pada usia 7 tahun, Taufiq el-Hakim dimasukkan ayahnya ke sekolah dasar Damanhur di
Damaskus (Fathoni, 2007:145). Ayahnya bekerja sebagai Hakim di provinsi El-Beheira.
Sementara Ibunya merupakan (aristokrat) putri perwira Turki yang sudah pensiun.

Pada usia 7 tahun, Taufiq dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah dasar di Damanhur.
Taufiq el-Hakim berusaha membebaskan diri dari kekangan ibunya yang memencilkan dari
kehidupan luar rumah. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat banyak untuk itu. Setamat sekolah
dasar ia dikirim ke Kairo untuk melanjutkan sekolah menengah Muhammad Ali dan tinggal
bersama dua orang pamannya, yang menjadi guru sekolah dasar dan dosen pada Fakultas
Teknik. Di Kairo inilah ia mulai mendapat kebebasan dari otoritas ibunya. Disela-sela kegiatan
menyelesaikan sekolah menengahnya, ia mendalami seni suara dan musik yang
mengantarkannya kepada seni teater (Fathoni, 2007:145).

Ketika terjadi pergolakan nasional di Mesir tahun 1919, Taufiq sempat dijebloskan ke
penjara, turut terlibat di dalamnya bersama pamannya, yaitu Hasan. Taufiq terlibat dalam
pergolakan itu dibawah pimpinan Sa’d Zaglul. Penjara rupa-rupanya menjadi guru terbaik
Taufiq dalam mengembangkan pola pikir dan imaji-kreativitasnya. Namun, ia segera
dibebaskan oleh ayahnya. Sehingga selepas keluar dari penjara, ia pun bersungguh-sungguh
mengembangkan bakat menulisnya.

Lulus dari sekolah menengah, Taufiq el-Hakim melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi
Hukum. Sementara bakat seni dan sastranya mulai tumbuh dalam hati dan pikirannya. Ia pun
kemudian bergabung dengan para seniman muda sebayanya, diantaranya dengan Mahmud
Taimur. Pada tahun 1922, ia sudah mulai menyusun beberapa naskah drama yang dipentaskan
oleh grup teater Ukasyah di gedung teater Al-Azbekiyah (Fathoni, 2007:145). Pementasan
naskah dramanya berjudul ahlul kahfi (penghuni gua) yang terilhami dari al-Qur’am surat al-
Kahfi pada tahun 1932, begitu menggemparkan Mesir karena dianggap sebagai pelopor drama
1
kontemporer Mesir. Drama itu mengkisahkan tentang ‘penghuni gua’. Drama tersebut menjadi
perhatian utama dengan beberapa topik budayanya. Tak kurang pengamat sastra Thaha Husein
dalam harian “al-Wadi’”, menyejajarkan karya tersebut dengan karya para sastrawan barat.
Sementara harian “al-balag”, menyejajarkan karya itu dengan karya sastrawan besar Belgia
yang memperoleh nobel sastra pada 1911, Maurice Masterlinck. Sejak itulah nama Taufiq
dikenal luas oleh publik Mesir.

Pada tahun 1924, Taufiq el-Hakim meyelesaikan studi pada Sekolah Tinggi Hukum. Ia
meminta kepada ayahnya agar diizinkan pergi ke Paris dengan alasan untuk melanjutkan studi
hukum. Ayahnya sangat senang dan menyetujui keinginannya. Akan tetapi selama empat tahun
di Paris ia tak sedikitpun menyentuh masalah-masalah hukum. Selama itu ia gunakan untuk
membaca novel sebanyak-banyaknya, mendalami sastra dan teater, baik di Perancis maupun
diluar Perancis. Ia juga suka dengan musik Barat. Seluruh waktunya dihabiskan di gedung-
gedung opera, konser-konser musik dan mendalami teater. Selain itu, juga dihabiskan
membaca sebanyak-banyaknya budaya dan intelektualitas dari masa klasik dan masa modern
(Fathoni, 2007:146)

Sekembalinya ia ke Mesir pada tahun 1928 ia bekerja sebagai anggota Dewan


Perwakilan Rakyat sampai tahun 1934. Kemudian ia menjadi Direktur Pelaksana pada
Departemen Pendidikan dan Pengajaran sampai tahun 1939. Lalu pindah ke Departemen
Pelayanan Sosial. Meski ia sibuk dengan kegiatan yang berkaitan dengan jabatannya, ia masih
aktif menulis baik cerpen, novel, maupun naskah drama (Fathoni, 2007: 146).

Ia juga menciptakan novelnya yang paling monumental dengan judul ―Kembalinya


Sang Arwah‖ pada tahun 1933, yang kemudian disusul dengan ―Burung Dari Timur‖ (El-
Hakim, 2008:241-242). Pekerjaannya sebagai anggota senat dan seringnya mengunjungi
daerah-daerah dan perkampungan-perkampungan, melahirkan karya tulis berupa catatan harian
berjudul Yaumiyyat an-Naib fi al-Aryaaf (Fathoni, 2007:146).

Pada tahun 1935, ia mengundurkan diri dari tempat kerjanya di Departemen Kehakiman
, dan beralih ke Departemen Pendidikan karena ia merasa lebih cocok di dalam bidang ini
selama tiga tahun. Kemudian ia pindah ke Departemen Sosial pada tahun 1939, yang hanya
bertahan selama empat tahun. Pada tahun 1943, ia mengundurkan diri dan bertekad
mengabdikan dirinya hanya di bidang sastra yang begitu dicintainya, juga yang telah
membesarkan namanya.

2
Ia menikah selama bekerja di Akhbar al-Yawm pada tahun 1946, istrinya melahirkan
dua anak, Ismail dan Zainab, dan ia tidak memberi tahu siapa pun tentang pernikahannya.

Pada tahun 1950, Taufiq diangkat sebagai Direktur Pustaka Nasional Mesir. Lima tahun
kemudian, ia diangkat menjadi anggota dewan redaksi harian paling terkemuka di Mesir, Al-
Ahram, bersama Najuib Mahfouz, Dr. Lois Us, dan Dr. Aisha Abdurrahman. Kemudian ia oleh
rekan-rekannya diminta untuk bergabung di Jamiyyatul Udaba Mesir, bersama sastrawan
terkemuka lainnya, seperti, Dr. Thaha Husain, Dr. Husain Fauzi, Mahmoud Taimur, Yahya
Haqqi, Kamil El Sanawi, Yusuf El Sibai, Najib Mahfouz, Ihsan Abdul Quddus, Abdurrahman
El Sharqawi, dan Ahmad Bahauddin.

Pada tahun 1956, ia diangkat menjadi anggota Majelis Tinggi Sastra dan Seni,
kemudian ia menjadi wakil Mesir di UNESCO pada tahun 1959.

Karya-Karyanya

Karyanya terinspirasi oleh warisan Mesir dalam berbagai bentuk dan perkembangan
sosial dan politik di Mesir sejak zaman revolusi 1919.

Cerita Pendek :

 Ahl al Fann (People of Art), dipublikasi pada tahun 1934


 ‘Ahd al Shaytan (The Era of the Devil), dipbulikasi pada tahun 1938
 Sultan al Zalam (Sultan of Darkness), dipublikasi pada tahun 1941
 ‘Adalah wa Fann (Justice and Art), dipublikasi pada tahun 1953
 Arini Allah (Show me God), dipublikasi pada tahun 1953
 Madrasit al Mughafalin (School of Idiots), dipublikasi pada tahun 1953
 Laiyat al Zifaf (Wedding Night), dipublikasi pada tahun 1966.

Novel

 Awdat Al-Ruh (Return of the Spirit), 1933


 Yamiyat Na’ib fil-Aryaf (Diary of a Country Prosecutor), 1937
 Usfour min Al-Sharq (Bird from the East), 1938
 Ash’ab Malik Al-Tufaylayin (Ash’ab King of the Parasites)1938
 Raqisat Al-Ma’bad (Temple Dancer), 1939
 Al-Ribat Al-Muqaddas (Sacred Bond), 1944
 Al-Qasr Al-Mashour (The Enchanted Castle), 1957 — Taha Hussein co-author

3
Naskah Drama

 Ahl Al-Kahf (People of the Cave), 1933


 Sheherezade, 1934
 Braksa aw Mushkilat Al-Hukm (Praksa or Problems of Governance), 1939;
Pygmalion, 1942
 Sulayman Al-Hakim (Solomon the Wise), 1943
 Al-Malik Udib (King Oedipus), 1949
 Masrah Al-Mugtama’: 21 Masrahiya (Plays of Social Life: 21 Plays), 1950
 Al-Aydi Al-Na’ima (Tender Hands), 1959
 Isis, 1955;
 Al-Safqa (The Deal), 1956

Gaya penulisan Taufik al-Hakim


Tulisan-tulisan Hakim melewati tiga tahap hingga ia mencapai kedewasaan, yaitu:

Tahap pertama : Dalam tulisan tahap ini kata-katanya masih sedikit, jadi dia
memilih untuk mengutip banyak ungkapan untuk kinerja makna dalam pikirannya. Pada
tahap ini ia menulis lakon al-Kahfi, Usfur min al-syarqi, dan ‘audatu ruh.

Tahap kedua : Pada tahap ini untuk lebih pada kompatibilitas kata-kata untuk makna,
menemukan kesesuaian antara makna dan kata-kata yang diungkapkan pada bahasa.
Penulisannya semakin berkembang dengan memahami prinsip-prinsip ekspresi yang baik.
Tahap ini diwakili oleh drama Sheherazade, al-Khuruj min al-Jannah, Rishashatu fi al-Qalbi,
dan al-Zimar.

Tahap ketiga : Merupakan tahap pengembangan penulisan artistik, yang


mencerminkan kemampuannya merumuskan gagasan dan maknanya dengan baik. Selama
periode ini banyak dramanya muncul, seperti Sarru al-Muntahirah, Nahru al-Junun, Praxa,
dan Sulthan al-Dhalam.

Seni Teater

1. Teater Biografis

Drama yang ia tulis di awal kehidupannya, yang mana ia mengekspresikan pengalaman


pribadi dan sikapnya dengan drama, diantaranya al-Arees dan Amama Shibbak al-Tazaker.

4
Drama ini lebih artistik karena didasarkan pada pendapat pribadi al-Hakim dalam mengkritik
kehidupan sosial.

2. Teater Intelektual

Drama yang menghasilkan lakon untuk dibaca dan bukan untuk dimainkan.

3. Teater Objektif

Drama ini adalah drama untuk berkontribusi pada masyarakat Mesir dengan
memperbaiki beberapa nilai masyarakat, mengungkap realitas kehidupan Mesir.

Penghargaan

 Qiladatu al-Jumhur pada tahun 1957


 Penghargaan Negara dalam Bidang Seni pada 1960
 Qiladatu al-Nil pada tahun 1975
 Doktor Kehormatan Akademi Bidang Seni pada tahun 1975
 Namanya dijuluki "Hakim Theatre" pada tahun 1964-1972
 Namanya diluncurkan di Teater Mohammed Farid dari tahun 1987

Taufik Al-Hakim adalah salah satu tokoh pelopor utama dalam sastra Arab modern. Ia
berperan penting dalam bidang teater/drama sastra. Perjuangan hidupnya atas nama drama
sastra Arab, dalam bidang genre sastra, teknik-tekniknya, dam bahasanya, juga penuh dalam
kehidupan politik dan sosial Mesir kontemporer. Kemudian ia meninggal dalam usia 88 tahun
pada 26 Juli 1987 di Kairo, Mesir.

Anda mungkin juga menyukai