Anda di halaman 1dari 11

Studi Tokoh

Mahmud Darwish
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Tokoh Sastra Arab

Dosen pengampu: Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A

Disusun oleh:

M. Ghufron Nur R.

(16110057)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA
PENDAHULUAN

Mahmud Darwish adalah seorang penyair sekaligus tokoh yang memiliki peran penting
bagi negara kelahirannya yaitu Palestina. Karya-karya Mahmud Darwish baik berupa puisi
maupun prosa, memberikan sebuah dorongan semangat bagi rakyat Palestina untuk
menghadapi dan melawan pemerintahan zionisme Israel.

Puisi-puisi yang ditulis Mahmud Darwish mengenai tanah airnya, Palestina serta
sikapnya terhadap negara zionisme Israel sangat terkenal di dunia Internasional. Pandangan
humanisme yang dimilikinya dengan tegas memisahkan antara orang-orang Yahudi dengan
negara zionisme Israel. Pada usia 19 tahun, merupakan kali pertama Mahmud Darwish
menerbitkan buku yang berisikan kumpulan puisinya berjudul Asafir bila Ajniha.1 Dalam
karya ini, dengan emosi kepenyairannya, Darwish melukiskan rasa ketertindasan yang dialami
oleh bangsa Palestina. Langkah dari Mahmud Darwish itu memberikan warna baru bagi dunia
puisi Arab. Karya kedua Mahmud Darwish berjudul Awraqu Zaitun. Melalui karya ini, nama
Mahmud Darwish mulai terdengar luas di kalangan para penyair Palestina dan dunia Arab.
Bahkan Mahmud Darwish sering disebut sebagai ikon Palestina.2

Berangkat dari sedikit latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengulas tentang
tokoh sastrawan Palestina ini. Penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Mahmud Darwish,
seorang tokoh yang memiliki pandangan humanisme dan memiliki pengaruh terhadap negara
Palestina. Penulis akan menjelaskan dari beberapa point yaitu biografi tokoh yakni pada aspek
keluarga, pendidikan, kehidupan dan pekerjaan, hingga kematian si tokoh. Point berikutnya

Metode yang digunakan oleh penulis yaitu metode kepustakaan, artinya penulis hanya
mencari dan mengumpulkan data dari literatur yang sudah membahas tentang tokoh sastra
Arab Mahmud Darwish. Melihat sudah banyak tulisan dalam bentuk buku dan juga penelitian
yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dan dosen dari berbagai kampus mengenai tokoh
sastrawan Palestina, Mahmud Darwish.

1
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
2
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm.16
PEMBAHASAN

A. Biografi Mahmud Darwish


a. Keluarga

Mahmud Darwish lahir pada 13 Maret 1941 di desa Birwa, terletak di antara
Acre di bagian timur dan Galilee di bagian barat, Palestina. Ia adalah anak kedua dari
ayah yang bernama Salim dan Ibunya bernama Hauriyah Darwish. Ayahnya adalah
seorang muslim pemilik tanah sedangkan ibunya adalah seorang yang tidak bisa
membaca alias buta huruf. Darwish diajarkan membaca oleh kakenya.

Pada saat Darwish berumur 6 tahun, desa dimana ia dilahirkan habis


dibumihanguskan oleh tentara Israel. Hal ini menjadikan Darwish dan keluarga
tmelarikan diri ke Libanon. Pada tahun berikutkan, ketika mereka kembali ke tanah
kelahiran Darwish, mereka mendapati kampung lamanya tersebut telah lenyap. Pada
akhirnya mereka tingga di Deir al-Assad.

b. Pendidikan

Mahmud Darwish masuk sekolah menengah di Kafr Yasif, yang terletak sekitar
dua kilometer arah selatan Jadeidi. Di usia sembilan belas tahun, Darwish
mempublikasikan kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Asafir bila Ajniha. Pada
tahun 1970, ia meninggalkan Palestina dan melanjutkan studinya di Uni Soviet. Ia
kuliah di Universitas Moskow selama selatahun sebelum hijrah ke Mesir dan Lebanon.

c. Kehidupan dan Perkerjaan

Selain sebagai penyair, Mahmud Darwish juga merupakan seorang jurnalis dari
Palestina. Ia bekerja sebagai redaktur sejumlah majalah sastra dan kebudayaan, yaitu
Al-jadil, Al0fajr, Shu’un Filistiniyya dan Al-karmel (1981). Selain jurnalis, Darwish
juga berkecimpung di dunia politik Palestina. Darwish adalah anggota Rakahm partai
komunis Israel. Aktivitas politiknya membawa ia ke lingkaran tinggi PLO (Palestine
Liberation Organitation). Saat bergabung dengan PLO yakni pada tahun 1973, ia
dilarang untuk memasuki wilayah Palestina. Hal ini dikarenakan suara lantangnya
menolak penduduk Israel di Palestina. Pihak Israel takut kehadiran Mahmoud Darwish
dapat mempengaruhi penduduk Palestina untuk berjuang besar melawan Israel.3
Hingga pada tahun 1987 ia diangkat sebagai PLO Executive Committee Setahun
kemudian ia menulis manifesto yang dimaksudkan sebagai deklarasi kemerdekaan
bangsa Palestina. Pada tahun 1993, Darwish mengundurkan diri dari posisinya sebagai
Executive Committe.4

Pada tahun 1995, Darwish dibolehkan kembali ke Palestina untuk menghadiri


pemakaman sahabatnya, Emile Habibi. Selama kunjungannya tersebut ia mendapatkan
izin dari pemerintah Israel untuk tinggal di Israel selama empat tahun. Hingga pada
akhirnya, Darwish diizinkan tinggal di Ramallah/Tepi Barat.5 Akan tetapi ia merasa
tinggal di pengasingan, bukan seperti “Tanah Air pribadi”.6

Mahmoud Darwish pernah dua kali menikah dan bercerai. Istri pertamanya
adalah seorang penulis yang bernama Rana Kabbani. Setelah mereka bercerai , pada
pertengahan 1980-an, ia menikah dengan seorang penerjemah yang berasal dari Mesir,
Hayat Heeni. Namun mereka berdua tidak dikaruniai anak.7

d. Kematian

Dalam sejarahnya, Mahmoud Darwish memiliki penyakit jantung. Penyebab ia


meninggal juga dari penyakit jantungnya. Mahmoud Darwish meinggal pada tanggal
9 Agustus 2008 yakni pada usia 67 tahun, tiga hari setelah operasi bedah jantung di
Memorial Hermann Hospital, Houso, Texas, Amerika Serikat.8

Laporan awal kematiannya dipers Arab menunjukkan bahwa Darwish telah


meminta untuk dimakamkan di Palestina. Ada tiga lokasi yang disarankan yaitu desa
Birwa, desa Jadeida, dan tempay beberapa keluarga Darwish masih tinggal di kota

3
Dikutip dari jurnal ilmiah Helmi Irwansyah yang mengutip buku Joudah, Fady. Along the
Border: On Mahmud Darwish, hlm. 16
4
Arabic Poetry, www.adab.com
5
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
6
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
7
Maya Jaggi, Poet of The Arab World, (The Guardian: 8 Juni 2002), hlm 34
8
Maya Jaggi, hlm. 34
Ramallah di Tepi Barat. Walikota Ramallah Janet Mikhail kemudia mengumumkan
bahwa Darwish akan dimakamkan di sebelah Istana Budaya Ramallah, di puncak bukit
yang menghadap ke Yerusalem di pinggiran barat daya Ramallah.9

e. Tokoh Yang Berpengaruh


Setiap tokoh sastrawan tentunya memiliki acuan dalam membuat karyanya dan juga
memiliki latar belakang masing-masing dalam memunculkan karya sastranya,
mengapa karya itu dibuat, kepada siapa itu ditujukan dan tujuan apa karya sastra
tersebut diciptakan. Salah satunya adalah Mahmoud Darwish. Puisi-puisinya tentang
tanah airnya yakni Palestina dan sikapnya terhadap zionisme Israel yang sangat
terkenal di dunia Internasional.
Adapun hal yang mempengaruhi karya-karya Mahmodu Darwish yaitu latar
belakang kehidupan Mahmoud Darwish di tanah airnya. Penindasan yang dilakukan
oleh zionisme Israel terhadap warga Palestina, negara dimana Darwish lahir. Bahkan
ia pun merasakan penindasan yang dilakukan oleh negara zionisme Israel. Hal yang
mempengaruhi lainnya adalah kehadiran beberapa penyair di sekitar negara-negara
Arab itu sendiri seperti penyair Abd Al-Wahhab Al-Bayati dan Badr Shakir al-Sayyab
dari Iraq. Darwish juga mengagumi penyair yang berasal dari Israel yaitu Yehuda
Amichai.10
B. Karya-karya Mahmoud Darwish
a. Pusisi
 Asafir bila ajniha (Wingless birds), 1960
 Awraq Al-Zaytun (Leaves of olives), 1964
 Ashiq min filastin (A lover from Palestine), 1966
 Akhir al-layl (The end of the night), 1967
 Yawmiyyat jurh filastini (Diary of a Palestinian wound), 1969
 Habibati tanhad min nawmiha (My beloved awakens), 1969
 al-Kitabah 'ala dhaw'e al-bonduqiyah (Writing in the light of the gun), 1970
 al-'Asafir tamut fi al-jalil (Birds are Dying in Galilee), 1970
 Mahmoud Darwish works, 1971. Two volumes
 Mattar na'em fi kharif ba'eed (Light rain in a distant autumn) 1971

9
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
10
Dikutip dari https://www.mahmouddarwish.com/ui/english/ShowContent.aspx?ContentId=9
diakses pada tanggal 12 Mei 2019
 Uhibbuki aw la uhibbuki (I love you, I love you not), 1972
 Jondiyyun yahlum bi-al-zanabiq al-baidaa' (A soldier dreaming of white lilies),
1973
 Complete Works, 1973. Now al-A'amal al-jadida (2004) and al-A'amal al-
oula (2005).
 Muhawalah raqm 7 (Attempt number 7), 1974
 Tilka suratuha wa-hadha intihar al-ashiq (That's her image, and that's the suicide
of her lover), 1975
 Ahmad al-za'tar, 1976
 A'ras (Weddings), 1977
 al-Nasheed al-jasadi (The bodily anthem), 1980. Joint work
 The Music of Human Flesh, Heinemann 1980, Poems of the Palestinian struggle
selected and translated by Denys Johnson-Davies
 Qasidat Bayrut (Ode to Beirut), 1982
 Madih al-zill al-'ali (A eulogy for the tall shadow), 1983
 Hissar li-mada'eh al-bahr (A siege for the sea eulogies), 1984
 Victims of a Map, 1984. Joint work with Samih al-Qasim and Adonis in English.
 Sand and Other Poems, 1986
 Hiya ughniyah, hiya ughniyah (It's a song, it's a song), 1985
 Ward aqal (Fewer roses), 1985
 Ma'asat al-narjis, malhat al-fidda (Tragedy of daffodils, comedy of silver), 1989
 Ara ma oreed (I see what I want), 1990
 Ahad 'asher kaukaban (Eleven planets), 1992
 Limaza tarakt al-hissan wahidan (Why Did You Leave the Horse Alone?), 1995.
English translation 2006 by Jeffrey Sacks (Archipelago Books) (ISBN 0-9763950-
1-0)
 Psalms, 1995. A selection from Uhibbuki aw la uhibbuki, translation by Ben
Bennani
 Sareer El-Ghariba (Bed of a stranger), 1998
 Then Palestine, 1999 (with Larry Towell, photographer, and Rene Backmann)
 Jidariyya (Mural), 2000
 The Adam of Two Edens: Selected Poems, 2000 (Syracuse University Press and
Jusoor) (edited by Munir Akash and Carolyn Forche)
 Halat Hissar (State of siege), 2002
 La ta'tazer 'amma fa'alt (Don't apologize for what you did), 2003
 Unfortunately, It Was Paradise: Selected Poems, 2003. Translations by Munir
Akash, Caroyln Forché and others
 al-A'amal al-jadida (The new works), 2004. A selection of Darwish's recent works
 al-A'amal al-oula (The early works), 2005. Three volumes, a selection of
Darwish's early works
 Ka-zahr el-lawz aw ab'ad (almond blossoms and beyond), 2005
 The Butterfly's Burden, 2007 (Copper Canyon Press) (translation by Fady Joudah)
b. Prosa
 Shai'on 'an al-wattan (Something about the homeland), 1971
 Youmiat muwaten bala watan (Diary of a Citizen without a Country), 1971,
translated as The Palestinian Chalk Circle
 Wada'an ayatuha al-harb, wada'an ayuha al-salaam (Farewell, war, farewell,
peace), 1974
 Yawmiyyat al-hozn al-'aadi (Diary of the usual sadness), 1973 (Turkish
translation, 2009 by Hakan Özkan)[77]
 Dhakirah li-al-nisyan (Memory for Forgetfulness), 1987. English translation 1995
by Ibrahim Muhawi
 Fi wasf halatina (Describing our condition), 1987
 al-Rasa'il (The Letters), 1990. Joint work with Samih al-Qasim
 Aabiroon fi kalamen 'aaber (Bypassers in bypassing words), 1991
 Memory for Forgetfulness, 1995 (University of California Press) (translated by
Ibrahim Muhawi)
 Fi hadrat al-ghiyab (In the presence of absence), 2006
 Athar alfarasha (A River Dies of Thirst: journals), 2009 (Archipelago Books)
(translated by Catherine Cobham)

C. Setting karya Mahmoud Darwish

Selama hidupnya, Mahmud Darwish telah mempublikasikan lebih dari 30 antologi


puisi dan 8 buku prosa.11 Ia juga menjadi redaktur beberapa majalah sastra dan kebudayaan
yaitu Aljadid, Al-Fajr, Shu’un Filistiniyya dan Al-Karmel (1981). Koleksi puisi
pertamanya diterbitkan pada tahun 1960 ketika ia berusia 19 tahun. Kemudian koleksi
keduanya adalah Arwaq Al-Zaytun (Dedaunan Zaitun).

Mahmud mendapatkan reputasi menjadi salah satu tokoh pelopor puisi-puisi


perlawanan. Tujuan utama dari tema-tema puisinya adalah demi nasib tanah airnya. Hal ini
dikarenakan konflik panjang selama enam dasawarsa sejak perang Arab-Israel, sehingga
membuat para penyair Palestina terkondisikan untuk melahirkan puisi-puisi perlawanan.
Mahmud Darwish sering disebut sebagai ikon Palestina.12

11
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm
12
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm.16
Puisi lain karya Mahmud Darwish berjudul I Habe Witnessed the Massacae, yang
dipublikasikan di Beirut 1977 dalam bahasa Arab dan edisi Inggrisnya mucul pertama kali
di dalam Modern Poetry of the Arab World (1986:129) yang dieditori oleh Abdullah Al-
Udhari.13 Puisi ini dengan jelas menggambarkan metamorfosis jiwa Mahmud Darwish dari
seorang saksi menjadi seorang korban yang kemudia memutuskan untuk menjadi
seseorang yang melawan. Namun demikan pada bagian akhir sajak yang berbunyi “Dan
bunga—bunga anyelir tumbuh, Dan kembang-kembang anyelir mekar.”, ia meperlihatkan
optimisme mengenai harapannya tentang perdamaian yang panjang dan menyeluruh
dengan kehidupan itu akan tumbuh dan mekar di bumi Palestina

D. Kritik terhadap Tokoh dan Karyanya


a. Kritik Pada Tokoh

Penulis mengambil dari sebuah jurnal ilmiah yang berjudul Pandangan Humanisme
dan Pengaruh Mahmud Darwish di Palestina disusun oleh Helmi Irwansyah. Ia merupakan
mahasiswa Program Studi Arab di Universitas Indonesia tahun 2013. Dalam tulisannya ia
memberinya kritiknya mengenai rasa humanisme dalam diri Mahmud Darwish serta
pengaruhnya pada negera kelahirannya yaitu Palestina.

Pada penulisan jurnal ini, peneliti menggunakan metode kualitatif non interaktif.
Sedangkan untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan cara analisis historis dan
studi pustaka. Metode kualitatig bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian.

Mahmud Darwish adalah seorang penyair dan tokoh yang paling berperan dalam
perjuangan Palestina. Puisi-puisi yang dibuat oleh Mahmud Darwish memberikan
dorongan semangat kepada rakyat Palestina untuk melawan pemerintahan Israel.
Berdasarkan studi pustaka dan literature-literature yang dikumpulkan, penulis
mendapatkan hasil bahwasanya data menunjukkan bahwa Mahmud Darwish memberikan

13
Diambil dari Arabic Poetry,
http://www.adab.com/en/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd&shid=1, diakses pada tanggal 12 Mei
2019
pengaruh yang besar dalam terciptanya kebangkitan rakyat Palestina dalam memerangi
pemerintahan Israel.

Humanisme yang dimunculkan oleh Mahmud Darwish sangatlah berhasil


mendorong rajyat Palestina dalam memberikan perlawan yang cukup berarti kepada
pemerintahan Israel. Mahmud Darwish sangat menyukai perdamaian, bahkan Darwish
selalu memimpikan perdamaian antara kedua negara tersebut, yaitu Palestina dan Israel.
Melalui sosok rendah dirinya dan mempunyai kepedulian akan sesame, Mahmud Darwish
melalukan dorongan kepada bangsanya agar mau memperjuangkan tanah airnya.

Usaha Mahmud Darwish untuk memompa semangat juang rakyat Palestina hanya
dilakukan dengan cara menyebar syair-syair puisi yang dibuatnya. Syair puisi tersebut
terkadang mampu menyihir sebagian warga Palestina untuk berpatisipasi melakukan
perlawannan terhadap Israel. Karena sebelum Mahmud Darwish muncul sebagai seorag
penyair di Palestina, rakyat Palestina hanya bisa pasrah menerima tanah airnya direbut dan
dikuasai oleh Israel.

b. Kritik Pada Karya

Pada paper kali ini, penulis mengambil dari sebuah jurnal yang mengkritik karya
sastra Mahmud Darwish disusun oleh Dr. Hanik Mahlikatussikah, S.Ag. M.Ag. dengan
judul “Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud Darwish Melalui
Kajian Postkolonial”. Dr. Hanik Mahliatussikah M.Ag adalah dosen jurusan Bahasa dna
Sastra Arab Universitas Negeri Malang. Beliau menyelesaikan pendidikan perguruan
tinggi di beberapa universtias yang berbeda yaitu S1 dengan mendapatkan gelar S.Ag. di
Universtitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun 1997, S2 dengan mendapatkan gelar
M.Hum di Universtias Gajah Mada pada tahun 2006 dan S3 atau gelar Dr. di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim pada tahun 2014.14

14
Biodata dosen melalui web
Dalam jurnalnya membahas tentang Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah yang
merupakan salah satu karya sastrawan Arab Palestina, Mahmud Darwish. Puisi ini
menyuarakan hati rakyat Palestina yang terjajah dan menderita melalui karya-karyanya.
Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah merupakan salah satu qashîdah yang menarik dan
direspon pembaca melalui terjemahan dalam bahasa Inggris “Promises from Storm” dan
juga digubah dalam bentuk lagu.

Pada jurnal yang disusun oleh Dr. Hanik M., menggunakan teori postkolonial.
Kajian postkolonial merupakan kajian terhadap karya sastra yang berkaitan dengan praktik
kolonialisme atau imperialisme. Mahmud Darwish sebagai bagian dari masyarakat
Palestina melakukan resistensi terhadap pihak penjajah melalui karya-karyanya. Teks puisi
inilah yang merupakan dokumen sejarah.

Qashîdah dipandang memiliki kekuatan, baik sebagai pembentuk hegemoni


kekuasan atau sebaliknya sebagai konter hegemoni. Kajian ini berusaha membongkar
selubung praktik kolonialisme di balik Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifahkarya nasionalis
Palestina Mahmud Darwish. Dalam perspektif kajian postkolonial, qashîdah ini berisi
motivasi kepada pejuang Palestina bahwa mereka mampu mengambil kembali Negeri
Palestina dari penjajah, mampu mengembalikan kebahagiaan rakyat Palestina yang
terampas. Penyair sebagai bagian dari rakyat terjajah memilih diksi “al-Âshifah “ (angin
badai) yang merupakan kata kunci dalam qashîdah ini. Angin badai adalah metafor bagi
para pejuang Palestina yang tangguh dan kuat, mampu mengembalikan negeri
sebagaimana angin badai yang mampu mencabut apapun yang dikehendakinya.
Kemampuan para pejuang diibaratkan sebagai kilatan petir yang mampu bergerak cepat.
Rakyat Palestina mengalami penderitaan dan ketakutan. Namun, mereka tetap memiliki
harapan untuk merdeka. Kemerdekaan yang dirindukan dikiaskan dengan secawan arak
dan pelangi. Artikel ini mendeskripsikan adanya dikotomi dan oposisi, serta
mendekonstruksi teks yang merupakan penanda kajian postkolonial.15

15
Dikutip dari jurnal Hanik M. , Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud
Darwish Melalui Kajian Postkolonial, hlm. 1
E. Kritik Pribadi kepada Mahmud Darwish

Sebagai mana dalam pemaparan-pemaparan bab sebelumnya, banyak mengisahkan


mengenai kehidupan dan karya Mahmud Darwish. Bagaimana latar kehidupan beliau, yang
beliau abadikan dalam bentuk karya-karya sastra. Sehingga semua apa yang Darwish
rasakan dapat terlukiskan dalam bait-bait puisi yang ia ciptakan.

Mahmud Darwish telah menjadi sasksi mata sekaligus korban penindasan zionisme
Israel. Namun ketika ketika mulai dewasa, ia terlihat tidak ingin diam saja. Ia ingin
berjuang melawan penindasan itu dengan semua ilmu yang ia miliki, membela tanah airnya
serta memberi semangat kepada pejuang rakyat-rakyat Palestina. Berdasarkan hal itu
penulis beranggapan bahwasannya Mahmud Darwish memiliki rasa humanisme dalam
artinya tidak fanatik pada golongannya melainkan harapan tinggi Darwish akan
perdamaian. Sehingga semua manusia dapat merdeka dan mendapatkan hak-haknya
dengan baik. Pemikiran Mahmud Darwish pun juga sangat ditakuti oleh Israel, karena ia
mampu merubah Palestina yang tadinya tertidur sampai mengeliarkan kemarahan dan
memberi perlawanan terhadap Israel.

F. Daftar Pustaka
Nida. 2009. Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. Buku
Kompas.
Jaggi ,Maya. 2002 Poet of The Arab World. The Guardian
Mahlikatusikah, Hanik , Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud
Darwish Melalui Kajian Postkolonial.

Web Terkait:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei 2019
https://www.mahmouddarwish.com/ui/english/ShowContent.aspx?ContentId=9 diakses
pada tanggal 12 Mei 2019
ArabicPoetry,http://www.adab.com/en/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd&shid=1,
diakses pada tanggal 12 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai