Mahmud Darwish
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Tokoh Sastra Arab
Disusun oleh:
M. Ghufron Nur R.
(16110057)
YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
Mahmud Darwish adalah seorang penyair sekaligus tokoh yang memiliki peran penting
bagi negara kelahirannya yaitu Palestina. Karya-karya Mahmud Darwish baik berupa puisi
maupun prosa, memberikan sebuah dorongan semangat bagi rakyat Palestina untuk
menghadapi dan melawan pemerintahan zionisme Israel.
Puisi-puisi yang ditulis Mahmud Darwish mengenai tanah airnya, Palestina serta
sikapnya terhadap negara zionisme Israel sangat terkenal di dunia Internasional. Pandangan
humanisme yang dimilikinya dengan tegas memisahkan antara orang-orang Yahudi dengan
negara zionisme Israel. Pada usia 19 tahun, merupakan kali pertama Mahmud Darwish
menerbitkan buku yang berisikan kumpulan puisinya berjudul Asafir bila Ajniha.1 Dalam
karya ini, dengan emosi kepenyairannya, Darwish melukiskan rasa ketertindasan yang dialami
oleh bangsa Palestina. Langkah dari Mahmud Darwish itu memberikan warna baru bagi dunia
puisi Arab. Karya kedua Mahmud Darwish berjudul Awraqu Zaitun. Melalui karya ini, nama
Mahmud Darwish mulai terdengar luas di kalangan para penyair Palestina dan dunia Arab.
Bahkan Mahmud Darwish sering disebut sebagai ikon Palestina.2
Berangkat dari sedikit latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengulas tentang
tokoh sastrawan Palestina ini. Penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Mahmud Darwish,
seorang tokoh yang memiliki pandangan humanisme dan memiliki pengaruh terhadap negara
Palestina. Penulis akan menjelaskan dari beberapa point yaitu biografi tokoh yakni pada aspek
keluarga, pendidikan, kehidupan dan pekerjaan, hingga kematian si tokoh. Point berikutnya
Metode yang digunakan oleh penulis yaitu metode kepustakaan, artinya penulis hanya
mencari dan mengumpulkan data dari literatur yang sudah membahas tentang tokoh sastra
Arab Mahmud Darwish. Melihat sudah banyak tulisan dalam bentuk buku dan juga penelitian
yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dan dosen dari berbagai kampus mengenai tokoh
sastrawan Palestina, Mahmud Darwish.
1
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
2
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm.16
PEMBAHASAN
Mahmud Darwish lahir pada 13 Maret 1941 di desa Birwa, terletak di antara
Acre di bagian timur dan Galilee di bagian barat, Palestina. Ia adalah anak kedua dari
ayah yang bernama Salim dan Ibunya bernama Hauriyah Darwish. Ayahnya adalah
seorang muslim pemilik tanah sedangkan ibunya adalah seorang yang tidak bisa
membaca alias buta huruf. Darwish diajarkan membaca oleh kakenya.
b. Pendidikan
Mahmud Darwish masuk sekolah menengah di Kafr Yasif, yang terletak sekitar
dua kilometer arah selatan Jadeidi. Di usia sembilan belas tahun, Darwish
mempublikasikan kumpulan puisi pertamanya yang berjudul Asafir bila Ajniha. Pada
tahun 1970, ia meninggalkan Palestina dan melanjutkan studinya di Uni Soviet. Ia
kuliah di Universitas Moskow selama selatahun sebelum hijrah ke Mesir dan Lebanon.
Selain sebagai penyair, Mahmud Darwish juga merupakan seorang jurnalis dari
Palestina. Ia bekerja sebagai redaktur sejumlah majalah sastra dan kebudayaan, yaitu
Al-jadil, Al0fajr, Shu’un Filistiniyya dan Al-karmel (1981). Selain jurnalis, Darwish
juga berkecimpung di dunia politik Palestina. Darwish adalah anggota Rakahm partai
komunis Israel. Aktivitas politiknya membawa ia ke lingkaran tinggi PLO (Palestine
Liberation Organitation). Saat bergabung dengan PLO yakni pada tahun 1973, ia
dilarang untuk memasuki wilayah Palestina. Hal ini dikarenakan suara lantangnya
menolak penduduk Israel di Palestina. Pihak Israel takut kehadiran Mahmoud Darwish
dapat mempengaruhi penduduk Palestina untuk berjuang besar melawan Israel.3
Hingga pada tahun 1987 ia diangkat sebagai PLO Executive Committee Setahun
kemudian ia menulis manifesto yang dimaksudkan sebagai deklarasi kemerdekaan
bangsa Palestina. Pada tahun 1993, Darwish mengundurkan diri dari posisinya sebagai
Executive Committe.4
Mahmoud Darwish pernah dua kali menikah dan bercerai. Istri pertamanya
adalah seorang penulis yang bernama Rana Kabbani. Setelah mereka bercerai , pada
pertengahan 1980-an, ia menikah dengan seorang penerjemah yang berasal dari Mesir,
Hayat Heeni. Namun mereka berdua tidak dikaruniai anak.7
d. Kematian
3
Dikutip dari jurnal ilmiah Helmi Irwansyah yang mengutip buku Joudah, Fady. Along the
Border: On Mahmud Darwish, hlm. 16
4
Arabic Poetry, www.adab.com
5
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
6
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
7
Maya Jaggi, Poet of The Arab World, (The Guardian: 8 Juni 2002), hlm 34
8
Maya Jaggi, hlm. 34
Ramallah di Tepi Barat. Walikota Ramallah Janet Mikhail kemudia mengumumkan
bahwa Darwish akan dimakamkan di sebelah Istana Budaya Ramallah, di puncak bukit
yang menghadap ke Yerusalem di pinggiran barat daya Ramallah.9
9
Dikutip dari https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei
2019
10
Dikutip dari https://www.mahmouddarwish.com/ui/english/ShowContent.aspx?ContentId=9
diakses pada tanggal 12 Mei 2019
Uhibbuki aw la uhibbuki (I love you, I love you not), 1972
Jondiyyun yahlum bi-al-zanabiq al-baidaa' (A soldier dreaming of white lilies),
1973
Complete Works, 1973. Now al-A'amal al-jadida (2004) and al-A'amal al-
oula (2005).
Muhawalah raqm 7 (Attempt number 7), 1974
Tilka suratuha wa-hadha intihar al-ashiq (That's her image, and that's the suicide
of her lover), 1975
Ahmad al-za'tar, 1976
A'ras (Weddings), 1977
al-Nasheed al-jasadi (The bodily anthem), 1980. Joint work
The Music of Human Flesh, Heinemann 1980, Poems of the Palestinian struggle
selected and translated by Denys Johnson-Davies
Qasidat Bayrut (Ode to Beirut), 1982
Madih al-zill al-'ali (A eulogy for the tall shadow), 1983
Hissar li-mada'eh al-bahr (A siege for the sea eulogies), 1984
Victims of a Map, 1984. Joint work with Samih al-Qasim and Adonis in English.
Sand and Other Poems, 1986
Hiya ughniyah, hiya ughniyah (It's a song, it's a song), 1985
Ward aqal (Fewer roses), 1985
Ma'asat al-narjis, malhat al-fidda (Tragedy of daffodils, comedy of silver), 1989
Ara ma oreed (I see what I want), 1990
Ahad 'asher kaukaban (Eleven planets), 1992
Limaza tarakt al-hissan wahidan (Why Did You Leave the Horse Alone?), 1995.
English translation 2006 by Jeffrey Sacks (Archipelago Books) (ISBN 0-9763950-
1-0)
Psalms, 1995. A selection from Uhibbuki aw la uhibbuki, translation by Ben
Bennani
Sareer El-Ghariba (Bed of a stranger), 1998
Then Palestine, 1999 (with Larry Towell, photographer, and Rene Backmann)
Jidariyya (Mural), 2000
The Adam of Two Edens: Selected Poems, 2000 (Syracuse University Press and
Jusoor) (edited by Munir Akash and Carolyn Forche)
Halat Hissar (State of siege), 2002
La ta'tazer 'amma fa'alt (Don't apologize for what you did), 2003
Unfortunately, It Was Paradise: Selected Poems, 2003. Translations by Munir
Akash, Caroyln Forché and others
al-A'amal al-jadida (The new works), 2004. A selection of Darwish's recent works
al-A'amal al-oula (The early works), 2005. Three volumes, a selection of
Darwish's early works
Ka-zahr el-lawz aw ab'ad (almond blossoms and beyond), 2005
The Butterfly's Burden, 2007 (Copper Canyon Press) (translation by Fady Joudah)
b. Prosa
Shai'on 'an al-wattan (Something about the homeland), 1971
Youmiat muwaten bala watan (Diary of a Citizen without a Country), 1971,
translated as The Palestinian Chalk Circle
Wada'an ayatuha al-harb, wada'an ayuha al-salaam (Farewell, war, farewell,
peace), 1974
Yawmiyyat al-hozn al-'aadi (Diary of the usual sadness), 1973 (Turkish
translation, 2009 by Hakan Özkan)[77]
Dhakirah li-al-nisyan (Memory for Forgetfulness), 1987. English translation 1995
by Ibrahim Muhawi
Fi wasf halatina (Describing our condition), 1987
al-Rasa'il (The Letters), 1990. Joint work with Samih al-Qasim
Aabiroon fi kalamen 'aaber (Bypassers in bypassing words), 1991
Memory for Forgetfulness, 1995 (University of California Press) (translated by
Ibrahim Muhawi)
Fi hadrat al-ghiyab (In the presence of absence), 2006
Athar alfarasha (A River Dies of Thirst: journals), 2009 (Archipelago Books)
(translated by Catherine Cobham)
11
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm
12
Nida, Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. (Buku Kompas.
2009), hlm.16
Puisi lain karya Mahmud Darwish berjudul I Habe Witnessed the Massacae, yang
dipublikasikan di Beirut 1977 dalam bahasa Arab dan edisi Inggrisnya mucul pertama kali
di dalam Modern Poetry of the Arab World (1986:129) yang dieditori oleh Abdullah Al-
Udhari.13 Puisi ini dengan jelas menggambarkan metamorfosis jiwa Mahmud Darwish dari
seorang saksi menjadi seorang korban yang kemudia memutuskan untuk menjadi
seseorang yang melawan. Namun demikan pada bagian akhir sajak yang berbunyi “Dan
bunga—bunga anyelir tumbuh, Dan kembang-kembang anyelir mekar.”, ia meperlihatkan
optimisme mengenai harapannya tentang perdamaian yang panjang dan menyeluruh
dengan kehidupan itu akan tumbuh dan mekar di bumi Palestina
Penulis mengambil dari sebuah jurnal ilmiah yang berjudul Pandangan Humanisme
dan Pengaruh Mahmud Darwish di Palestina disusun oleh Helmi Irwansyah. Ia merupakan
mahasiswa Program Studi Arab di Universitas Indonesia tahun 2013. Dalam tulisannya ia
memberinya kritiknya mengenai rasa humanisme dalam diri Mahmud Darwish serta
pengaruhnya pada negera kelahirannya yaitu Palestina.
Pada penulisan jurnal ini, peneliti menggunakan metode kualitatif non interaktif.
Sedangkan untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan cara analisis historis dan
studi pustaka. Metode kualitatig bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian.
Mahmud Darwish adalah seorang penyair dan tokoh yang paling berperan dalam
perjuangan Palestina. Puisi-puisi yang dibuat oleh Mahmud Darwish memberikan
dorongan semangat kepada rakyat Palestina untuk melawan pemerintahan Israel.
Berdasarkan studi pustaka dan literature-literature yang dikumpulkan, penulis
mendapatkan hasil bahwasanya data menunjukkan bahwa Mahmud Darwish memberikan
13
Diambil dari Arabic Poetry,
http://www.adab.com/en/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd&shid=1, diakses pada tanggal 12 Mei
2019
pengaruh yang besar dalam terciptanya kebangkitan rakyat Palestina dalam memerangi
pemerintahan Israel.
Usaha Mahmud Darwish untuk memompa semangat juang rakyat Palestina hanya
dilakukan dengan cara menyebar syair-syair puisi yang dibuatnya. Syair puisi tersebut
terkadang mampu menyihir sebagian warga Palestina untuk berpatisipasi melakukan
perlawannan terhadap Israel. Karena sebelum Mahmud Darwish muncul sebagai seorag
penyair di Palestina, rakyat Palestina hanya bisa pasrah menerima tanah airnya direbut dan
dikuasai oleh Israel.
Pada paper kali ini, penulis mengambil dari sebuah jurnal yang mengkritik karya
sastra Mahmud Darwish disusun oleh Dr. Hanik Mahlikatussikah, S.Ag. M.Ag. dengan
judul “Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud Darwish Melalui
Kajian Postkolonial”. Dr. Hanik Mahliatussikah M.Ag adalah dosen jurusan Bahasa dna
Sastra Arab Universitas Negeri Malang. Beliau menyelesaikan pendidikan perguruan
tinggi di beberapa universtias yang berbeda yaitu S1 dengan mendapatkan gelar S.Ag. di
Universtitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada tahun 1997, S2 dengan mendapatkan gelar
M.Hum di Universtias Gajah Mada pada tahun 2006 dan S3 atau gelar Dr. di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim pada tahun 2014.14
14
Biodata dosen melalui web
Dalam jurnalnya membahas tentang Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah yang
merupakan salah satu karya sastrawan Arab Palestina, Mahmud Darwish. Puisi ini
menyuarakan hati rakyat Palestina yang terjajah dan menderita melalui karya-karyanya.
Qashîdah Wu`ûd min al-Âshifah merupakan salah satu qashîdah yang menarik dan
direspon pembaca melalui terjemahan dalam bahasa Inggris “Promises from Storm” dan
juga digubah dalam bentuk lagu.
Pada jurnal yang disusun oleh Dr. Hanik M., menggunakan teori postkolonial.
Kajian postkolonial merupakan kajian terhadap karya sastra yang berkaitan dengan praktik
kolonialisme atau imperialisme. Mahmud Darwish sebagai bagian dari masyarakat
Palestina melakukan resistensi terhadap pihak penjajah melalui karya-karyanya. Teks puisi
inilah yang merupakan dokumen sejarah.
15
Dikutip dari jurnal Hanik M. , Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud
Darwish Melalui Kajian Postkolonial, hlm. 1
E. Kritik Pribadi kepada Mahmud Darwish
Mahmud Darwish telah menjadi sasksi mata sekaligus korban penindasan zionisme
Israel. Namun ketika ketika mulai dewasa, ia terlihat tidak ingin diam saja. Ia ingin
berjuang melawan penindasan itu dengan semua ilmu yang ia miliki, membela tanah airnya
serta memberi semangat kepada pejuang rakyat-rakyat Palestina. Berdasarkan hal itu
penulis beranggapan bahwasannya Mahmud Darwish memiliki rasa humanisme dalam
artinya tidak fanatik pada golongannya melainkan harapan tinggi Darwish akan
perdamaian. Sehingga semua manusia dapat merdeka dan mendapatkan hak-haknya
dengan baik. Pemikiran Mahmud Darwish pun juga sangat ditakuti oleh Israel, karena ia
mampu merubah Palestina yang tadinya tertidur sampai mengeliarkan kemarahan dan
memberi perlawanan terhadap Israel.
F. Daftar Pustaka
Nida. 2009. Penyair Palestina Berjuang dengan Puisi, Atas nama Orang Palestina. Buku
Kompas.
Jaggi ,Maya. 2002 Poet of The Arab World. The Guardian
Mahlikatusikah, Hanik , Pembelajaran Qashîdah Wu’ûd Minal `Âshifah Karya Mahmud
Darwish Melalui Kajian Postkolonial.
Web Terkait:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish diakses pada tanggal 12 Mei 2019
https://www.mahmouddarwish.com/ui/english/ShowContent.aspx?ContentId=9 diakses
pada tanggal 12 Mei 2019
ArabicPoetry,http://www.adab.com/en/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd&shid=1,
diakses pada tanggal 12 Mei 2019