Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Latar Belakang Penyair dalam Penggunaan Uslub pada

Syi’ir Habiibatii Karya Nizar Qabbani

Yusmita Rahmatika

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Penulisan Artikel ini bertujuan untuk menjabarkan mengenai pengaruh


latar belakang penyair dalam penggunaan Uslub. Bahasa hanyalah merupakan
sarana untuk menyampaikan segala aspek kemaknaan yang hendak disampaikan
oleh penuturnya. Dalam penulisan sebuah karya sastra, gaya bahasa menjadi hal
yang penting, karena gaya bahasa merupakan cara yang digunakan pengarang
dalam memaparkan gagasan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya.
efek tersebut dilakukan untuk memperkaya makna, menggambarkan obyek dan
peristiwa secara imajinatif, dan memberikan efek terhadap emosi bagi
pembacanya.

Kata kunci : Uslub, pengarang, karya sastra.

Pendahuluan

Bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan


kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan
kontrol sosial, maka dalam fungsi-fungsi ini, seseorang akan mengungkapkan
bahasa tersebut dengan cara-cara dan gaya yang berbeda. Bahasa dipengaruhi oleh
banyak hal, diantaranya perkembangan teknologi dan budaya.

Ada orang yang mengatakan bahwa bahasa adalah budaya. Kita


mengetahui bahwa setiap bangsa, suku, ras dan kelompok memiliki budaya yang
berbeda-beda. Ini berarti mereka mempunyai satu bentuk bahasa yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya meskipun meskipun secara substansi sama. Hal
ini disebabkan karena setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam
mengungkapkan maksud dan tujuan yang hendak disampaikan melalui bahasa.
Dalam ilmu bahasa hal ini dinamakan gaya bahasa (uslub).

Dalam sebuah karya sastra uslub menjadi salah satu hal yang penting.
Karena uslub atau gaya bahasa adalah tingkah laku pengarang dalam
menggunakan bahasa sebagai media penyampaian karyanya. Sebuah karya sastra
jika tidak memiliki uslub yang baik, maka karya tersebut tidak bisa membuat
pembaca merasakan kekuatan emosi atau rasa yang ditulis oleh pengarang.

Dalam kesustraan Arab, adab (sastra) terbagi ke dalam dua bagian besar:
al-adab al-wasfi (sastra deskriptif/nonimajinatif/nonfiksi) dan al-adab al-insya’i
(sastra imajinatif/fiksi). Al-adab al-wasfi terdiri dari tiga bagian: sejarah sastra
(tarikh adab), kritik sastra (naqd al-adab), teori sastra (nazariyah al-adab). Al-
adab al-insya’i secara umum dibagi menjadi tiga bagian besar: puisi (as-syi’r),
prosa (nasr) dan drama (al-masrahiyyah).

Puisi termasuk ke dalam al-adab al-insya’i, puisi menitiberatkan pada


struktur luar (bentuk)-nya dan juga menitikberatkan pada struktur dalam (isi).
Meskipun begitu, point yang disepakati adalah struktur luar puisi, harus ada
pilihan kata atau diksi yang baik sebagai sarana mengekspresikan emosi atau rasa.

Pengarang berpengaruh dalam pemilihan gaya bahasa dalam sebuah karya


sastra. Gaya bahasa yang dipilih oleh seorang pengarang mencerminkan diri
pengarang. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai penggunaan gaya bahasa
oleh Nizar Qabbani dalam puisinya yang berjudul Habiibatii.

Pengertian Uslub

Uslub berasal dari bahasa Latin Stilus yaitu berarti pena, kemudian
berpindah dengan jalan majaz pada setiap hal yang dilakukan dengan menulis,
pada awal mulanya berhubungan dengan tulisan tangan dan menunjukkan pada
sesuatu yang ditulis, kemudian bergeser pada ungkapan kebahasaan yang sastra.
Pada awalnya uslub ditujukan untuk setiap ungkapan yang tertulis, namun
bergeser menjadi setiap ungkapan baik yang tertulis ataupun yang terucap.

Uslub dalam bahasa Arab berasal dari kata salaba-yaslubu-salban yang


berarti merampas, merampok dan mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang
berarti jalan, jalan di antara pepohonan dan cara mutakallim dalam berbicara
(menggunakan kalimat).

Uslub dalam bahasa Indonesia dikenal dengan gaya bahasa, yaitu


pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis,
baik itu kaitannya dengan tulisan sastra maupun tulisan kebahasan (linguistik).
Demikian pula dapat didefinisikan sebagai cara yang khas dalam menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

Ali al-Jarim dan Mushtafa Uthman mendefinisikan uslub adalah makna


yang terkandung pada kata-kata yang terangkai sedemikian rupa sehingga lebih
cepat mencapai sasaran kalimat yang dikehendaki dan lebih menyentuh jiwa para
penerima pesan.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa uslub merupakan cara yang
dipilih penutur atau penulis di dalam menyusun kata-kata sebagai media untuk
mengungkapkan fikiran, suatu tujuan, dan makna yang tertuang dalam sebuah
karya sastra.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menggunakan bahasa sebagai alat


komunikasi. Kita mengungkapkan fikiran melalui gaya bahasa yang sesuai dengan
situasi dan kondisi, apakah itu sebagai gaya kalimat tanya, gaya kalimat perintah,
atau gaya bahasa yang lain. Kita juga sering menggunakan gaya bahasa intim saat
berkomunikasi dengan teman akrab. Kondisi sosial budaya juga dapat
mempengaruhi gaya bahasa yang dipakai oleh penutur atau penulis.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam gaya bahasa yaitu: 1) medium
gaya adalah bahasa, oleh karena itu sistemnya secara relatif adalah sistem bahasa,
2) genre dan sub-genre dari suatu karya sastra yang seolah-olah memaksa
pengarang atau pemakai bahasa pada gaya tertentu, 3) sastra adalah sistem
kultural yang artinya berkaitan erat dengan latar belakang budaya dimana karya
itu lahir. Kaitan gaya bahasa dengan bahasa, genre maupun budaya itu berarti
gaya sangat erat kaitannya dengan pengarang, sebab pengarang itulah yang
menciptakannya. Oleh karena itu, sangat wajar kalau di katakan le style c’est de
l’homme meme (gaya bahasa merupakan cerminan sang penutur bahasa) (Ratna,
2009: 384).

Biografi Nizar Qobbani

Dalam pendahuluan, telah disinggung mengenai gaya bahasa yang


digunakan oleh Nizar Qobbani dalam puisinya yang berjudul “Habiibatii”, yaitu
bagaimana gaya bahasa yang digunakan Nizar Qobbani menggambarkan keadaan
orang yang sedang jatuh cinta.

Nizar Tawfiq Qabbani (dalam bahasa Arab: ‫نزار توفيق قباني‬, Nizār Tawfīq
Qabbānī). Nizar Qabbani lahir di ibu kota Suriah, Damaskus 21 Maret 1923 dari
keluarga pedagang kelas menengah. Nizar memiliki lima saudara kandung yakni
Haifa, Wisal, Rashid, Sabah, dan Mu’taz. Qabbani dibesarkan di Mi'thnah Al-
Shahm, salah satu tetangga Damaskus lama. Qabbani menempuh pendidikan di
Scientific College School nasional di antara 1930 dan 1941. Sekolah tersebut
dimiliki dan dijalankan oleh teman ayahnya, Ahmad Munif al-Aidi. Ia kemudian
mempelajari hukum di Universitas Damaskus, yang disebut Universitas Suriah
sampai 1958. Ia lulus dengan sarjana hukum pada 1945.

Ketika Nizar berumur 15 tahun, kakak perempuannya, Wisal, 25 tahun,


bunuh diri untuk menolak perjodohan yang diatur oleh orangtua mereka. Kejadian
tragis itu memantik kemarahan dalam diri Nizar. Ia mengerti: keluarganya
mungkin terdidik, beradab, dan tak pernah kelaparan, tetapi mereka tetap
merupakan bagian dari masyarakat yang terbiasa mengorbankan perempuan.

Maka ketika ia masih pelajar, ia menulis kumpulan puisi buatannya yang


berjudul Qolat ly al-samra (The Brunette Told Me), tentang hasrat perempuan,
tentang nasib mereka yang mengenaskan. Puisi ini menimbulkan kontroversi di
kalangan masyarakat Damaskus, namun disetujui oleh Menteri Pendidikan Munir
al-Ajlani, yang juga seorang kenalan ayahnya. Ia mendukung Qabbani dan
membantunya dengan menulis kata pengantar untuk koleksi syairnya.

Nizar Qabbani hidup pada masa Kota Damaskus menjadi pusat kehidupan
ekonomi, politik, dan kultural Suriah. Dan sebagaimana umumnya kota besar,
kesenjangan sosial tampak mencolok di Damaskus.

Ada dua situasi sosial besar di Suriah pada masa muda Nizar Qabbani.
Yang pertama ialah kemenangan kaum nasionalis terhadap penjajah Prancis;
kedua, jurang antar generasi. Anak-anak muda yang terlahir semasa Mandat
Prancis (nama lain bagi pendudukan negara-negara Barat pemenang Perang Dunia
I terhadap bekas wilayah Kekaisaran Utsmani) dan mendapat pendidikan Barat
memberontak terhadap nilai-nilai tradisional masyarakat Suriah.

Ada pemisahan ruang berdasarkan jenis kelamin di Suriah. Pemuda dan


pemudi tidak bergaul, tidak berpacaran, dan bahkan tak mengenal calon pasangan
masing-masing sampai mereka dikawinkan (praktik itu tak hanya dijalankan oleh
keluarga-keluarga muslim, tetapi juga para pemeluk agama lain). Korban terburuk
pada situasi ini tentu perempuan, Qabbani mencoba menyuarakan pendapatnya
tentang hal-hal perempuan melalui puisinya.

Hampir semua tulisan Nizar bertemakan feminisme. Kefasihannya dalama


menumpahkan berbagai keadaan negara Arab dan cara ia mengambarkan dengan
sangat baik bagaimana nasib perempuan dalam masyarakat Arab kontemporer.
Dia cukup berani dalam mengemukakan ideologinya kepada masyarakat. Cara dia
menyusun puisinya yang kental akan feminisme, membuat dia terlibat dalam
berbagai kontroversi. Namun, hal ini tidak dapat mengakhiri pemikirannya dan
juga tidak mengubah cara penulisannya.

Hidup Nizar benar-benar diteror dan dibombardir oleh peristiwa-peristiwa


kurang mengenakkan seputar cinta. Istri keduanya terbunuh ketika Perang Sipil di
Libanon (1981) dan anak laki-lakinya meninggal ketika kuliah kedokteraan di
Mesir. Hal yang paling menekan diri Nizar ialah peristiwa bunuh diri yang
dilakukan kakak perempuannya, karena dipaksa menikah dengan pria yang tak
dicintainya. Cinta (bagi Nizar), tak akan pernah tumbuh di lingkungan yang hiruk-
pikuk dengan segala macam tekanan.

Setelah menyelesaikan L.L.B atau Bacelor of Laws dari Universitas


Damaskus pada tahun 1945 dan akhirnya dia bertugas di Kementerian Luar
Negeri Syiria sebagai Duta Besar untuk kota-kota seperti Kairo, Istanbul, Madrid,
dan London. Dia terus bekerja di bidang diplomatik sampai dia mengajukan
penunduran dirinya pada tahun 1966. Pada saat itu, dia mendirikan sebuah
penerbit di Beirut, yang memuat namanya.

Nizar menikah dengan Zahra Aqbiq, Putri dari Taufiq dan Hudha dengan
dikarunia dua anak, Habda dan Tawfiq. Namun tak sampai akhir hidupnya, Zahra
meninggal dan disusul oleh putranya Tawfiq Qabbani setelah melakukan operasi
jantung di London. Pada tahun 1962, ia bertemu dengan Balqis al-Rawi secara
tidak sengaja dan berhasil membuat Nizar kembali menulis puisi setelah terdiam
beberapa tahun. Balqis al-Rawi adalah seorang guru Irak yang dia temui di sebuah
konser puisi di Baghdad.

Pada tahun 1969, Nizar Qabbani menikahi Balqis dan tinggal di Beirut.
Balqis dikarunia dua anak, Zaenab dan Omar sebelum akhirnya ia terbunuh pada
tahun 1981 dalam sebuah ledakan bom oleh gerilyawan pro-Iran di Beirut, tempat
dia bekerja untuk bagian budaya Kementerian Irak. Nizar Qabbani meninggal
pada 30 April 1998 di London karena serangan jantung pada usia 75 tahun

Gaya Bahasa Puisi Habiibatii

َ‫حَبَيَبَت‬
Kekasihku

Mereka yang jatuh cinta dikotaku


seperti orang gila
‫ِلأن أمن ُِيب ِف أم ِدي نأِت أمنُون‬
Sebab mereka di dalam negeriku ‫ِلأن ُهم ِف بألأ ِدي‬
Menyamakan cinta ‫صنِ ُفو أن الُب ِف أمرتأبأة‬‫يُ أ‬
‫ش و الفون‬ ِ
ُ ‫الأشي‬
Layaknya ganja dan opium

Menghukum gantung karena cinta


‫أو أشنأ ُقو أن ِب ِس ِه‬
Membunuh karena cinta ‫ويأقتُلُو أن ِب ِس ِه‬
Menetapkan hukum karena cinta ‫أويأكتُبُو أن ِب ِس ِه ال أقانُون‬
Telah ku putuskan sayangku ‫ت أي أَبِي بأِت‬ ُ ‫قأ أرر‬
Telah ku putuskan tuk ahli berpuisi
‫ت أن أَ أِت أ‬
‫ف الأش أعار‬ ُ ‫قأ أرر‬
Dan menggila !! ‫ِوا ُلنُون‬
Habiibati merupakan puisi yang ditulis oleh Nizar Qabbani ini terdapat
dalam Antologi Puisi Asy’ar Kharijah ‘ala al-Qanun. Antologi puisi ini terdiri dari
149 halaman dan berisi 31 judul puisi. Antologi ini pertama kali diterbitkan pada
tahun 1972 yang diterbitkan oleh ‘Mansurat Nizar Qabbani yang juga merupakan
penerbit milik Nizar Qabbani.

Dalam antologi puisi ini Nizar mengangkat tema-tema politik, romantik,


bahkan agama. Pada antologi puisi ini Nizar banyak menuliskan bait-bait puisi
sebagai bentuk perlawanan akan kondisi batin dan fisiknya serta huru-hara politik
kala itu. Saat buku ini terbit, Nizar ada pada masa di mana Suriah sedang konflik
dengan Israel yakni sekitar tahun 1970-an. Perang Sipil terjadi berkali-kali, pada
akhirnya para anak-anak dan wanitalah yang menjadi korban. Selain itu, Nizar
Qabbani kembali menemukan sosok wanita dalam hidupnya tahun 1969, sehingga
dapat kita temukan beberapa tema yang menyiratkan bagaimana kisah cintanya
dengan sang kekasih kala itu.

Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai pemahaman gaya bahasa


yang terdapat dalam puisi Habiibatii karya Nizar Qabbani, berdasarkan pilihan
kata atau diksi (pilihan leksikal) dan struktur kalimat (aspek sintaksis).

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata (diksi)

Dilihat dari aspek diksi, kata-kata yang dipilih oleh Nizar dalam
puisi ini cukup mudah, dan populer (kata-kata biasa, kata-kata sehari-hari,
dan mudah dimengerti masyarakat umum). Misalnya,‫ مجنون بلد‬,‫ مدينة‬,‫يحب‬
‫ األشعار‬,‫ أحترف‬,‫ حبيبة‬,‫مرتبة‬. Kata-kata tersebut tidak membutuhkan penjelasan
lebih, karena kata-katanya yang populer. Makna dari kata populer dapat
dengan mudah dimengerti oleh masyarakat umum.

Meskipun memakai kata-kata populer, di dalam puisinya juga


terdapat kata kiasan seperti ‫ْش‬
ُ ‫ال َح ِشي‬, ‫ األفون‬dalam menggambarkan makna
cinta. Karena memang pada kenyataan cinta dapat menjadi candu seperti
ganja dan opium. Jika kita melihat sejarah saat ditulisnya puisi ini, saat itu
Nizar kembali menemukan sosok wanita yang bernama Balqis al-Rawi,.
Namun hubungan mereka tidak berjalan baik, karena lingkungan tempat
tinggal Balqis masih kental dengan adat istiadat sukunya. Nizar tidak
menyerah, ia terus memberikan surat dengan puisi-puisinya selama tiga
tahun lebih kepada sang kekasih.

Pada tahun 1969, akhirnya Nizar menikahi Balqis. Dapat kita lihat
bagaimana optimisnya Nizar dalam menggapai cintanya. Kemudian dalam
puisinya ia menggambarkan cinta layaknya ganja dan opium yang
membuat candu.

Jika dilihat dari latar belakang pendidikan Nizar Qabbani yaitu


seorang sarjana hukum dan ia juga bekerja sebagai diplomat. Pemilihan
َ (menghukum gantung), َ‫( َي ْقتُلُ ْون‬membunuh), َ‫( َي ْكتُب ُْون‬menetapkan),
kata َ‫شنَقُ ْون‬
‫( القَانُون‬hukum), sangat cocok dengan latar belakang Nizar Qabbani. Karena
kata-kata tersebut tidak asing bagi seorang sarjana hukum, yang mana
mereka pelajari saat masih di universitas. Kata َ‫شنَقُ ْون‬
َ (menghukum
gantung), jika dilihat dari segi penetapan hukum untuk daerah Arab
ْ ‫( بَلَ ِد‬negeriku)
merupakan salah satu dari hukuman mati. Pemilihan kata ‫ي‬
dan ‫َم ِد ْينَ ِتي‬ (kotaku) memiliki kaitan dengannya yang bekerja sebagai
seorang diplomat yaitu bagaimana Nizar mengambarkan keadaan seorang
yang sedang jatuh cinta di kotanya seperti orang gila.

2. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat


Jika dilihat dari aspek gaya bahasa berdasarkan struktur kalimatnya,
puisi ini memiliki dua gaya bahasa klimaks dan antiklimaks. Gaya bahasa
klimaks dapat kita lihat pada bait pertama dan kedua yang main meninggi
dari tingkatan sebuah daerah, yaitu dari kota ke negeri.

Kita juga dapat melihat bagaimana majas atau bahasa kiasan yang
dipakai pada bait ketiga dan keempat, makna kata ganja dan opium
menjelaskan makna pada kata sebelumnya yaitu cinta. Makna yang tersirat
dalam kalimat tersebut yaitu cinta layaknya ganja dan opium yang akan
menjadi candu bagi penggunanya.

Kita juga dapat melihat gaya bahasa antiklimaks dalam puisi ini,
ِ ‫شنَقُ ْونَ ِب‬
pada bait kelima tertulis ‫اسم ِه‬ َ ‫( َو‬Menghukum gantung karena cinta),
ِ ‫( و َي ْقتُلُ ْونَ ِب‬Membunuh karena cinta). Dikatakan
dilanjutkan dengan ‫اسم ِه‬
sebagai gaya bahasa antiklimaks karena tingkatannya dalam menyatakan
sebuah pernyataan berurutan dari tinggi ke rendah.

Jika kita melihat keterkaitan antara bait keenam dan ketujuh, yaitu
ِ ِ‫( ويَ ْقتُلُ ْونَ ب‬Membunuh karena cinta) dilanjutkan ‫اسم ِه القَانُون‬
‫اسم ِه‬ ِ ِ‫َويَ ْكتُب ُْونَ ب‬
(Menetapkan hukum karena cinta), ini merupakan gaya bahasa klimaks.
Karena tingkatannya dari yang rendah yaitu membunuh ke tingkatan yang
lebih tinggi yaitu menetapkan hukum. Jadi jelas disini Nizar Qabbani
mencoba memberikan gambaran mengenai cinta dengan gaya bahasanya
yang beragam.

Pemilihan kata menghukum gantung, membunuh, dan menetapkan


hukum juga bisa kita katakan sebagai bahasa kiasan yang dipakai oleh
Nizar untuk menggambarkan keadaan orang yang sedang jatuh cinta.
Karena orang yang sedang jatuh cinta dalam relalitas kehidupan akan
melakukan apapun karena cinta.

Dalam puisi ini Nizar Qabbani juga mengungkapkan tentang


perasaan batinnya terhadap sang kekasih. Karena pada tahun 1969 Nizar
kembali menemukan sosok wanita dalam hidupnya setelah kepergian
mendiang istrinya.
Kesimpulan

Dari pemabahasan tersebut, kita dapat melihat gaya bahasa yang dipakai
dalam salah satu puisi dari Nizar Qabbani yang berjudul Habiibatii. Puisinya
banyak dipengaruhi oleh latar belakang keilmuannya dan kondisi sosial budaya
yang terjadi masa itu. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa latar belakang keilmuan
penyair atau pengarang dapat mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.

Semakin luas pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang dimiliki oleh


penyair, semakin luas dan komleks pula persoalan yang ditampilkan dalam
karyanya. Hal ini karena kegiatan mengarang karya sastra bukan hanya tergantung
pada bakat (bawaan), karena jika tanpa pengetahuan, pengalaman, dan wawasan,
seorang pengarang atau penyair akan kehabisan ide.
Daftar Pustaka

Hanif Fathoni. 2012. Gaya Bahasa Dalam Syair “Al-i’tiraf” Karya Abu
Nuwas: Sebuah Analisis Stilistik. Linguistik Arab. 7(2): 1-2.

Kamil, Syukron. 2009. Teori Kritik Sastra Arab: Klasik dan Modern.
Jakarta: Rajawali Pers.

Salma Hafizh. 2018. Penerjemahan Metafora Antologi Puisi Asy’ar


Kharijah ‘Ala Al-Qanun Karya Nizar Qabbani (Metode Adaptasi)
[Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Suriah. Diakses pada 29 Desember 2019, pukul 19:46 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Nizar_Qabbani Diakses pada 29 Desember


2019, pukul 19:49 WIB.

https://tirto.id/puisi-puisi-nizar-qabbani-dan-terjemahannya-yang-
meragukan-cqkZ Diakses pada 29 Desember 2019, pukul 19:50 WIB.

https://nizarq.com/en/bio.html Diakses pada 29 Desember, pukul 20:00


WIB.

https://geotimes.co.id/opini/farouq-gouida-wajah-lain-nizar-qabbani/
Diakses pada 29 Desember 2019, pukul 20:04 WIB.

Anda mungkin juga menyukai