Anda di halaman 1dari 8

Nama : Noviar Maharani

NIM : 121911133001
Mata Kuliah/ Kelas : Linguistik Bandingan / C
BAB IX
GEOGRAFI DIALEK

Tidak ada satu bahasa pun di dunia ini yang tidak memiliki variasi atau diferensiasi. Variasi
dapat berwujud perbedaan ucapan seseorang dari saat ke saat, maupun perbedaan dari suatu
tempat ke tempat lain. Diketahui bahwa variasi-variasi memperlihatkan sebuah pola-pola
tertentu. Pola-pola itu ada yang dipengaruhi pola-pola sosial, dan ada pula yang bersifat
kedaerahan atau geografis. Mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal
dimana suatu wilayah disebut Geografi Dialek. Geografi dialek mengungkapkan fakta-fakta
tentang perluasan ciri-ciri linguistis yang sekarang tercatat sebagai ciri-ciri dialek.

1. Variasi Bahasa
a) Idiolek dan Dialek
Pengertian bahasa yang biasanya dianggap sebagai sesuatu yang bersifat monolit harus
dicairkan ke dalam bermacam-macam aspek yang lebih kecil, antara lain ke dalam satuan
yang disebut idiolek dan dialek. Ciri-ciri ujaran anggota masyarakat dapat berbeda. Misalnya
seorang mengakhiri tuturannya dengan kata bukan?, ada pula yang selalu mempergunakan
bentuk-bentuk gramatikal dan bentuk sintaksis tertentu. Semua ini merupakan ciri khas ujaran
seseorang. Keseluruhan dari ciri-ciri bahasa perseorangan disebut idiolek.
Selain perbedaan ujaran, ada juga sekelompok individu yang memiliki ciri yang sama. Misal
penggunaan partikel kah untuk kalimat-kalimat tanya seperti kata “kah” ada juga kelompok
individu yang yang tidak menggunakan kata tersebut. Kelompok yang memiliki ciri-ciri sama
dalam tata bunyi, kosakata, morfologi, dan sintaksis disebut dialek.

b) Diafonem dan Diasistem


Adanya dasar umum yang sama antar berbagai dialek yang hanya merupakan variasi-variasi
saja, maka pemecahan paling baik adalah menetapkan pola umum (overall pattern) bagi
semua dialek itu. Kita harus menerobos keluar dari segmen bunyi tunggal dalam semua
dialek, ke dalam korespondensi bunyi antar dialek. Korespondensi ini merupakan dasar bagi
unit bunyi antar dialek. Tiap perangkat kontrastif dari korespondensi bunyi membentuk suatu
diafonem.
Sebaliknya, seluruh sistem itu disebut diasistem.
c) Stratigrafi dan Seriasi
Wellentheorie yang menjadi dasar geografi dialek beranggapan bahwa sebelum dua bahasa
berpisah, sangat mungkin sudah terjadi diferensiasi yang bersifat lokal dalam bahasa porto.
Wellentheorie menyimpulkan bahwa terdapat dua asumsi, yaitu pertama, dalam bahasa purba
sudah ada atau harus ada variasi berupa dialek-dialek. kedua, masih terdapat kontak antara
suku-suku yang berpisah, kecuali bila letaknya sangat terasing karena keadaan alam, atau
karena sikap bermusuhan.
Inovasi-inovasi sebuah dialek dapat menyebar ke daerah sekitar, sementara bentuk-bentuk tua
pada daerah sekitar ada yang masih bertahan. Sehingga dalam geografi dialek atau
dialektologi dapat dibedakan macam-macam wilayah berhubungan dengan pusat inovasi-
inovasi tersebut, yaitu daerah pusat, daerah peralihan, dan daerah terpencil. Yang dimaksud
dengan daerah pusat adalah wilayah yang menjadi pusat berkumpulnya isoglos-isoglos, atau
merupakan pusat prestise, atau karena menjadi pusa politik, kebudayaan atau perdagangan.
Daerah peralihan merupakan daerah yang mengandung ciri-ciri dari daerah pusat tadi.
Disamping daerah pusat dan peralihan dapat dijumpai daerah yang tidak sama sekali
mendapat pengaruh dari daerah-daerah pusat sekitarnya. Daerah ini disebut daerah terpencil
yaitu daerah yang tidak dicapai oleh inovasi-inovasi dari pusat. Jika sebuah daerah pusat
memancarkan inovasi yang berurutan, maka penyebaran geografis dapat memperlihatkan
stratifikasi yang secara gradual berhubungan. Konfigurasi menurut tingkatan geografis ini
disebut stratigrafi.

Stratigrafi dapat diperkuat oleh seriusi linguistis. Serasi adalah metode yang memanfaatkan
perubahan-perubahan gradual dari unsur-unsur bahasa untuk menetapkan usia unsur-unsur
bahasa itu secara relatif. Misalnya ada tiga bahasa memiliki korespondensi fonemik: /k-tŝ-ŝ/,
maka dari pengalaman kita mengetahui bahwa perubahan dari /ŝ/→/k/ sangat tidak mungkin,
begitu pula /tŝ/→/k/, sedangkan perubahan /ŝ/→/tŝ/ lebih mungkin. Hal ini menunjukkan
bahwa pengalaman masih merupakan faktor yang penting dalam rekonstruksi.
2. Geografi Dialek Awal
a) Timbulnya Geografi Dialek
Geografi dialek secara khusus berbicara mengenai dialek-dialek atau perbedaan-perbedaan
lokal suatu bahasa. Pada 1876, August Leskien mengumumkan slogannya: “hukum bunyi
tidak mempunyai kekecualian”. George Wenker ingin membuktikan kebenaran hukum itu
dengan menyelidiki pergeseran konsonan Jerman Tinggi dan Jerman Rendah. Wenker
beranggapan bahwa yang termasuk bahasa standar merupakan unsur yang asli, sedangkan
yang bukan bahasa standar merupakan bahasa yang sudah mundur atau rusak.
Pendapat itu berubah pada abad XIX setelah mempelajari naskah-naskah tua. Ternyata
dialek-dialek lebih menunjukkan kemiripan dengan naskah-naskah kuno daripada dengan
dialek resmi. Dialek-dialek di luar bahasa resmi dianggap lebih asli daripada bahasa resmi itu
sendiri.
Bahasa resmi dianggap sebagai bahasa yang sudah rusak.
b) Cara Kerja Wenker
Pada 1881, Wenker menerbitkan 6 peta sebagai model pertama dari Atlas Dialek Jerman
Tinggi dan Jerman Rendah. Dengan bantuan pemerintah ia meminta guru-guru sekolah
menerjemahkan 40 kalimat ke dalam 40.736 dialek Jerman, yang kemudian ditambah lagi
menjadi 49.363 dialek.
Prosedur: yang dilakukan oleh Wenker adalah sebagai berikut :
1) Mencatat kata-kata yang paling intim: bagian tubuh manusia, kata ganti orang, alat-
alat rumah tangga, alat-alat mata pencaharian, tumbuh-tumbuhan, upacara, dan
sebagainya. Jadi bidangnya jauh lebih luas kalau dibandingkan dengan daftar Morris
Swadesh, karena ia memasukkan juga alat-alat dapur dan pertanian.
2) Diadakan pengumpulan data secara kuesioner. Kata-kata itu diisi oleh guru-guru
sekolah. Sesudah itu, daftar tersebut dikirim kembali ke Marburg untuk di analisa dan
diusahakan untuk dimasukkan ke dalam peta.

c) Kritik atas Metode Ortodoks


Metode ortodoks pernah dikritik oleh Glenn R. Pickford dalam tulisannya yang berjudul
“American Linguistics Geography”. Ia mengancam ahli-ahli geografi dialek, karena mereka
hanya mengadakan penelitian dari kaca mata pendidikan. Cara itu terlalu statis bagi
masyarakat Amerika yang sering melakukan mobilitas. Menurut Pickford, geografi dialek
harus mendapat bantuan dari sosiologi.

3) Prosedur Penelitian
A) Persiapan
Untuk menggarap sebuah peta bahasa atau dialek yang baik, ia mengemukakan bahwa
perhatian utama harus diarahkan kepada :
a) Pemilihan peneliti dan latihan kerja lapangan;
b) Pemilihan informan dan penentuan lokasi penelitian; dan
c) Penyusunan sebuah daftar kuesioner.
Menurut Hockett prosedur penggarapan sebuah geografi dialek adalah sebagai berikut :
(1) membuat sebuah survei pendahuluan atas sebuah daerah yang akan diteliti, untuk
mengetahui kebiasaan berbahasa yang berbeda dari suatu sub-wilayah ke sub-wilayah
yang lain, di samping memperoleh kesan mengapa terdapat perbedaan antara daerah-
daerah itu.
(2) Untuk mengadakan survei itu harus disiapkan dua kerangka acuan. Pertama, sebuah
daftar tentang tempat-tempat penelitian mengenai kebiasaan berbahasa; kedua, daftar
yang memuat hal-hal yang akan diteliti; kerangka acuan yang kedua ini disiapkan
bentuk daftar kuesioner.
(3) Tiap pekerja lapangan harus mendatangi seluruh daerah itu, mencari informan yang
paling cocok, dan mengisi daftar kuesioner untuk tiap informan. Untuk tiap tempat
cukup dipergunakan satu atau dua informan yang dianggap paling representatif.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut harus dipilih orang yang sudah berumur dan
sejak kecil tinggal di tempat itu. Bahan-bahan tersebut harus tetap dianggap sebagai
suatu sampel yang kecil saja dari seluruh data yang ada.
(4) Bila semua informasi sudah masuk, maka pekerjaan selanjut ya adalah membuat peta
yang memperlihatkan distribusi dari bentuk-bentuk alternatif bagi pokok-pokok yang
tertera dalam daftar kuesioner.
B) Menyusun Kuesioner
Daftar kuesioner merupakan alat untuk mendapat sampel yang selektif dan sistematik.
Sebuah kuesioner disusun untuk tujuan terbatas, misalnya untuk melacak perbedaan regional
atau sosial, bidang leksikon, bentuk kata kerja, kontras fonemis, atau cara pengucapan
fonemfonem yang dimiliki bersama.
Untuk maksud tersebut di atas, ada beberapa langkah yang dapat
(1) untuk mengetahui variasi dalam bidang kosa kata, bentuk-bentuk gramatikal, dan
ucapan sebagaimana disajikan dalam kamus- kamus dialek, maka daftar kata
regional, tata bahasa dialek, studi fonologi dan lain-lain itu harus disusun dalam
berkas tersendiri;
(2) unsur-unsur leksikal dikelompokkan berdasarkan bidang seman- tiknya, bidang
morfologi berdasarkan kategori gramatikalnya, dan bidang fonologi berdasarkan
analisa fonemis yang tentatif berdasarkan sebuah dialek yang terkenal atau
berdasarkan sudut diakronisnya:
(3) contoh-contoh tambahan untuk mengilustrasikan perbedaan- perbedaan morfologis
dan fonologis dicari dari kosa kata sehari-hari, khususnya berdasarkan bidang
semantiknya.
Sesudah pengumpulan butir-butir dirasa sudah mencukupi, maka tugas berikut adalah
menyusun suatu daftar kuesioner yang efektif disertai:
(1) suatu ramalan mengenai luasnya dan jenis perbedaan linguistis di daerah itu;
(2) suatu perkiraan mengenai waktu yang dibutuhkan untuk menemukan dan
mewawancarai seorang informan
(3) suatu kalkulasi kasar mengenai jumlah penduduk dan informan yang diperlukan untuk
representasi regional dan sosial yang efektif;
(4) suatu perkiraan yang realistis mengenai kebutuhan keuangan dan dana-dana untuk
melaksanakan survei;
(5) tenaga-tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan kerja lapangan itu dalam waktu
yang ditentukan.
C) Melaksanakan Wawancara
Untuk memperoleh hasil yang baik, peneliti harus memperoleh latihan yang intensif dalam
bidang linguistik (dari tataran fonologi sampai tataran semantik), memiliki pengetahuan
umum mengenai kebudayaan di wilayah itu, memiliki pengertian mengenai rakyat di daerah
itu dalam semua segi kehidupannya. Ia juga harus memiliki ketrampilan khusus untuk
berhubungan dengan semua orang dari semua lapisan masyarakat untuk memperoleh
kepercayaan mereka.

Wawancara harus dimulai topik demi topik. Peneliti dapat mulai dengan bidang semantik
yang mana saja: rumah tangga, pemukiman, pertanian, situasi geografis, kegiatan sosial
sesuai dengan minat informan, dll.
D) Mencatat Bunyi Ujaran
Sebelum melaksanakan penelitian lapangan, harus diputuskan metode mana yang akan
dipakai untuk mencatat fonem-fonem dialek-dialek itu. Keputusan ini bertalian baik dengan
masalah ilmiah maupun masalah praktis dalam penelitian itu. Keputusan tersebut sangat
penting mengingat bahwa dialek itu mungkin memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam:
(1) sistem fonemnya;
(2) pengaruh leksikal (distribusi ctimologis) dari tonem yang dimiliki bersama;
(3) manifestasi fonis dani fonem umum dari tempat ke tempat dan dari diafon regional dan
sosial;
(4) lebih lagi, fonem-fonem suatu dialek dapat memperlihatkan alofon-alofon karena
pengaruh posisi atau ciri-ciri suprasegmental.
Prosedur yang dapat diikuti untuk menyusun sistem fonemis berdasarkan data-data lapangan
yang dicatat secara fonis, maka dapat dilakukan hal-hal berikut:
(1) menyusun peta-pet System fonemis yang memperlihatkan perbedaan secara regional;
(2) melihatkan Peta-Peta fonis dan fonemis dai data ya sama itu dapat menunjukkan pola
regional yang berbeda;
(3) memperlihatkan bahwa data fonis merupakan pra-syarat yang esensial bagi analisa
fonemis mengenai masalah-masalah di- akronim;
(4) memperlihatkan bahwa rentang fonis sebuah tonem tegar dari satuan-satuan yang
berdekatan dari sistem itu

E) Persyaratan Informan
Bahasa adalah alat komunikasi utama antara anggota masyarakat bahasa itu. Untuk
memenuhi fungsinya itu, bahasa-bahasa individual harus cukup uniform walaupun ada
perbedaan-perbedaan tertentu. Kenyataan mengenai uniformitas ini melahirkan suat asumsi
bahwa bahasa tiap penutur asli harus mewakili bahasa kelompok sosial atau kelompok usia
dari masyarakat bahasa itu. Sebab itu informan yang dipilih harus memiliki andalan esensial
untuk mewakili kelasnya dalam masyarakat bahasa itu.
Ciri-ciri Seorang informan :
a) Cerdas (walaupun buta huruf);
b) Komunikatif (tetapi tida banyak bicara);
c) Memiliki pengetahuan mengenai topik dalam kuesioner;
d) Sabar;
e) Memiliki perhatian yang tinggi;
f) Memiliki daya tahan terhadap wawancara yang panjang; dan
g) Memiliki pendengaran yang tajam agar dapat menangkap pertanyaan-pertanyaan dengan
tepat.
4) Pemetaan Dialek
A. Teknik Pemetaan
Contoh cara membuat peta perbedaan dialek:
a) Daerah yang menggunakan kata lembu dan sapi diberi tanda (ᵡ) dan (ᵞ); kata petang
dan sore diberi tanda (+) dan (-); kata aku dan saya diberi tanda (o) dan (u);
b) Data-data tersebut ditarik suatu garis membagi wilayah kedua kata atau dibuat garis
penghubung kata-kata yang sama yang disebut isoglos;
c) Diperlukan berpuluh peta untuk menampung semua topik agar tidak tampak kacau
akan banyaknya garis.
Sebuah peta (atlas) dialek yang disusun dengan mempergunakan cara-cara di atas dapat
terdiri dari butir-butir berikut:
(1) Peta-Peta penuntun tentang arah migrasi awal;
(2) peta tentang jumlah/kepadatan penduduk;
(3) peta tentang bangsa dan kebudayaan;
(4) peta tentang masyarakat yang diselidiki;
(5) peta yang memuat lokasi informan-informan;
(6) peta fonetik dengan ucapan sebuah kata atau sebuah kelas kata;
(7) Peta kata-kata dengan ciri-ciri vokabulernya;
(8) Peta yang memuat ciri-ciri sintaksis;
(9) Peta yang menunjukkan isoglos dan/atau heleroglos (batas-baras ucapan, batas-batas kata,
atau batas-batas sintaksis).
B) Isoglos dan Batas Dialek
Isoglos merupakan garis yang menghubungkan kata-kata yang sama. Menurut George
Wenker, tidak mungkin menarik garis batas antara dialek satu dengan yang lain. Hubungan
antara dialek seperti mata rantai. Isoglos menghubungkan kata-kata yang sama, sedangkan
heteroglos memisahkan dialek-dialek mempergunakan kata-kata yang sama. Tetapi apabila
garis-garis isoglos atau heteroglos berkumpul menjadi satu dan bergerak dalam satu arah
maka dapat tercipta batas-batas dialek. Garis-garis yang membentuk saru berkas disebut
berkas isoglos (bundle of isoglosses). Berkas-berkas isoglos akan memperlihatkan batas-batas
dari dialekdialek yang besar maupun dialck-dialek yang kecil (sub-dialck) arau dialek yang
kurang penting, yang bersama-sama akan mengungkapkan pula struktur dialck dari seluruh
wilayah bahasa itu.
5) Perubahan Isoglos
Jika arah isoglos-isoglos tidak sejalan dengan batas in terkomunikasi dan masih terus
melewati batas-batas komunikasi lain, maka dapat disimpulkan bahwa difusi masih berjalan
terus. Namun kesimpulan akhir ini belum begitu meyakinkan seperti kesimpulan pertama di
atas; untuk itu perlu diusahakan penjelasan- penjelasan tambahan. Garis-garis yang
menggabungkan beberapa pokok bersama-sama ini dikenal dengan nama isoplet a tua disebut
juga isogram. Garis-garis ini bukan saja mewakili bermacam- macam isoglos tetapi juga:
kebiasaan penduduk, cerita-cerita rakyat, adat-istiadat, pertanian, dan sebagainya. Lebih
lanjut garis-garis ini dapat memperlihatkan atau merefleksikan batas-batas politis pada masa
lampau yang sejalan dengan ciri-ciri geografis.
Faktor yang dapat mengubah isogloss adalah :
1. Perpindahan Sejumlah Dialek
Satu atau lebih dari dialek-dialek yang membentuk mata rantai dapat berpindah tempat
karena suatu hal, misalnya peperangan atau bencana alam.
2. Pemukiman Baru
Isoglos juga dapat berubah pada suatu tempat atau pemukiman baru dari sejumlah
individu atau kelompok yang mendukung satu kebudayaan atau dialek.
3. Kesatuan Politis.
Faktor yang dapat mengubah garis-garis isoglos adalah adanya kesatuan administratif
kenegaraan yang sangat kuat menjaga batas-batas kenegaraan. Dialek-dialek yang berada
dalam batas wilayah negara akan menjadi lebih erat, sedangkan yang berada di luar
lambat laun menunjukkan perpisahan yang lebih tegas.

Anda mungkin juga menyukai