Anda di halaman 1dari 20

Problematika Bahasa Indonesia dalam Morfologi

PENULISAN JUDUL KONTEN YOUTUBE RANS ENTERTAINMENT


Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Problematika Bahasa Indonesia

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6:

NAMA NIM
NOVIAR MAHARANI 121911133001
MUHAMMAD RUSYDAN MIRWAN HADID 121911133041
R. AJ. ZAFIRA FILLA ALIYAH 121911133135
NADIYA ULFA AMALIA FAHMI 121911133141
ONNY NAGATHAN 121911133142
DEWI AMALIA ROSULI 121911133160

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesalahan penulisan adalah masalah penggunaan bahasa lisan dan tulisan yang
melekat pada penggunaan setiap bahasa. Dari semua orang yang menggunakan bahasa atau
yang sedang belajar bahasa pasti akan mengalami beberapa kesalahan penulisan. Kesalahan
penulisan dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik dan umumnya terjadi akibat
penyimpangan kaidah Bahasa (Johan, 2018). Kurangnya kemampuan berbahasa merupakan
salah satu hambatan dalam berkomunikasi. Bentuk kurangnya keterampilan berbahasa
antara lain disebabkan oleh kesalahan penulisan. Kesalahan tersebut juga mempengaruhi
dalam peristiwa komunikasi, kecuali dalam jenis lawak, puisi, dan iklan. Pemakaian bahasa
secara khusus pada kesalahan penulisan terkadang oleh penutur sengaja dilakukan atau
disadari untuk mencapai efek tertentu misalnya perhatian, lucu, menarik, dan mendorong
lebih intens dalam berpikir. Karena teknologi, kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun
tidak mudah tersebar di masyarakat.
Saat ini teknologi berkembang sangat pesat. Setiap orang di pelosok dunia pasti
menggunakan teknologi untuk aktivitas sehari-hari. Mulai dari mencari berita terbaru,
mencari informasi apapun, bahkan bermain media sosial sebagai hiburan atau manfaat
lainnya. Hampir setiap orang dari anak kecil hingga orang dewasa pasti memiliki media
sosial yang digunakan untuk hiburan, mencari informasi, sebagai pekerjaan, atau
memberikan informasi kepada orang lain. Media sosial yang saat ini sangat digandrungi
masyarakat adalah Youtube. Banyak sekali orang yang berganti profesi atau sebagai
selingan pekerjaan atau sebagai pekerjaan tetap untuk berbagi kegiatan, memberikan
informasi, memberikan pengetahuan tentang suatu hal.
Saat ini, semua orang pasti sudah tidak asing lagi dengan Youtube. Youtube telah
menjadi sumber pendapatan bagi orang-orang yang aktif membuat konten. Mulai dari
Presiden Republik Indonesia, kalangan artis, penyanyi, dan masyarakat luas. Semua orang
berlomba-lomba membuat konten menjadi trending dan mendapatkan banyak subscriber.
Namun, masih banyak Youtuber yang mengalami kesalahan saat menulis judul di konten
Youtubenya. Kesalahan tersebut antara lain kesalahan morfologi, tanda baca, pemilihan
diksi, dan lain-lain.
Dari kesalahan yang terjadi, maka peneliti ingin menganalisis mengenai kesalahan
penulisan pada judul Youtube Rans Entertainment. Raffi Ahmad dan Nagita Slavina
merupakan sepasang suami istri dan seorang publik figur sekaligus menjadi Youtuber yang
terkenal. Rans Entertainment atau sering disebut dengan Rans Family saat ini sudah
memiliki 23,4 juta Subscriber sejak Maret 2022. Para Subscriber Channel tersebut pasti
hanya sedikit yang memperhatikan mengenai kesalahan judul konten yang dibuat. Tanpa
disadari masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Youtuber.
Permasalahan tersebut menjadi bahan yang menarik untuk dibahas mengenai
kesalahan-kesalahan bahasa yang digunakan oleh vlogger dalam menulis judul Youtube.
Peneliti memperoleh data sejumlah 8 yang mengalami kesalahan, baik dari tanda baca
maupun morfologi. Alasan peneliti mengkaji fenomena ini adalah untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang kesalahan tanda baca dan morfologi. Sebab, jika
kesalahan tersebut terus dilakukan akan berdampak buruk bagi penonton Youtube. Pembaca
pasti akan mengikuti kesalahan ini, karena tidak ada pengetahuan tentang mereka. Oleh
karena itu, peneliti ingin memberikan pengetahuan kepada pembaca agar lebih peka
terhadap kesalahan penulisan tanda baca dan morfologi.
Kesalahan penulisan merupakan penggunaan suatu bahasa lisan maupun tulis yang
menyimpang dari kaidah maupun norma dalam bahasa Indonesia. Terdapat istilah yang
bersinonim dan memiliki makna yang hampir sama, kesalahan (error, dan kekeliruan dan
mistake) dalam pengajaran bahasa kedua (Tarigan, 1997). Biasanya orang yang melakukan
kesalahan berbahasa adalah orang yang tidak memahami kaidah dan norma bahasa
Indonesia. Dengan bahasa ibu, seseorang mengalami kesalahan dan kekeliruan dalam
memahami bahasa kedua. Karena bahasa ibu yang pertama kali dikenalkan sejak kecil
mempengaruhi ketika seseorang mempelajari bahasa kedua, sehingga tidak jarang
mengalami kesalahan penulisan. Kesalahan adalah penyimpangan bahasa dari aturan yang
berlaku, tetapi tidak dilihat sebagai pelanggaran bahasa. Anak (siswa) yang sedang belajar
bahasa sering mengalami kesalahan berbahasa penulisan. Dalam analisis kesalahan bahasa,
kesalahan bahasa sering diabaikan karena bersifat sementara, tidak acak, individual, dan
tidak sistematis.
Permasalahan dalam analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada Penyimpangan
kaidah bahasa Indonesia. Sedangkan Corder (1974) mengemukakan tiga istilah yang
digunakan untuk membatasi kesalahan berbahasa yaitu lapses, error, dan mistake. Dalam
melihat kesalahan berbahasa memiliki batasan yang berbeda-beda. Lapses adalah kesalahan
berbahasa yang disebabkan oleh penutur beralih cara untuk mengungkapkan sesuatu
sebelum seluruh tuturan selesai dinyatakan. Kesalahan dalam bahasa lisan diistilahkan
dengan “slip of the tongue”, sedangkan kesalahan dalam bahasa tulis diistilahkan “slip of
the pen”. Kesalahan ini dapat terjadi karena ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh
penuturnya. Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan
tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini disebabkan penutur memiliki kaidah atau tata
bahasa yang berbeda. Sehingga berdampak pada kurang sempurna atau ketidakmampuan
oleh penutur. Hal tersebut berdampak terhadap penggunaan bahasa, berakibat menjadi
kesalahan berbahasa oleh penutur dalam menggunakan kaidah bahasa yang salah.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari morfem bahasa dan
penggabungan morfem ke dalam satuan lingual yang sering disebut polimorfemik. Peristiwa
membentuk kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain
merupakan proses morfologis. Menurut (Rahmadi, 2014) morfologi adalah sistem bahasa
yang membentuk kalimat yang mengalami perubahan sesuai dengan jenis kata atau makna
penutur atau pengarangnya.
Objek morfologi berkaitan dengan bentuk atau struktur kata dalam suatu bahasa.
Dalam proses pembentukan kata dan alomorf yang berkaitan dengan bidang linguistik
struktural, morfologi menjadi penting. Proses morfologis pembentukan kata dengan cara
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain sehingga membentuk kata,
kata dasar, bentuk kompleks, frase, kata dan pokok bahasan, atau berupa kata utama dengan
kata utama. Dalam proses morfologi ada tiga jenis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi. Afiksasi adalah proses morfologi dengan cara memberikan imbuhan baik berupa
awalan, sisipan, atau akhiran pada morfem lainnya (Rahmadi, 2014). Afiks adalah bukan
bentuk dasar yang tidak memiliki makna leksikal dari satuan gramatikal terikat dan hanya
memiliki makna gramatikal, serta dapat diletakkan pada bentuk dasar atau bentuk asal
dalam membentuk kata baru. Proses morfologis dikenal dengan beberapa macam afiks yaitu
prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Contoh satuan gramatikal (meN-), (di-), (ter-), (ke-an),
(se-nya), (memper-), (memper-i), dan (beran). Satuan gramatikal tersebut merupakan bentuk
terikat yang tidak memiliki makna leksikal dan hanya memiliki makna gramatikal setelah
digabungkan dengan makna gramatikal lainnya (Wahyuni, 2015). , menurut aturan tanda
baca dalam suatu bahasa. Secara etimologis, pengertian ejaan lebih mengarah pada sejarah
yang mempertahankan unsur-unsur yang belum terwujud dalam tata bunyi suatu bahasa.
Secara singkat pengertian kaidah ejaan adalah peraturan yang melambangkan bunyi ujaran,
susunan kata meliputi pemisahan dan penggabungan kata, penulisan atau tata bahasa secara
rinci termasuk unsur serapan, huruf, dan tanda baca.
Peneliti memutuskan menggunakan Rans Entertainment sebagai objek penelitian
pada kesempatan ini karena, Rans Entertainment merupakan salah satu Channel Youtube
yang aktif, serta sering kali membagikan konten konten yang menghibur di segala kalangan.
Bergabung dengan Youtube sejak tahun 27 Desember 2015 dengan penonton mencapai
5.354.009.019. Bukan hanya hal tersebut Rans Entertainment juga memiliki konten konten
wajib yang di unggah setiap harinya. Rans Entertainment saat ini menjadi salah satu
Channel Youtube terfavorit di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimanakah kesalahan penulisan pada judul konten Youtube Rans
Entertainment?

1.3 Tujuan Penelitian


Penulisan tentang kesalahan penulisan pada judul konten Youtube Rans Entertainment
memiliki dua tujuan yakni tujuan teoritis dan tujuan praktis
1.3.1 Tujuan Teoritis
Manfaat teoretis pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap bidang lingusitik, khususnya terkait kesalahan
bahasa dan morfologi. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk
penelitian selaras mengenai penggunaan morfologi untuk memahami kesalahan
berbahasa.
1.3.2 Tujuan Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
wawasan terkait bentuk atau struktur kata dalam suatu bahasa khususnya dalam
bidang morfologi serta linguistik. Adapun bagi masyarakat dan instansi, penelitian
ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat bentuk atau struktur kata
dalam suatu bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kasus 1: “NAGITA CEDERA TANGAN!!! LESTI BINGUNG


NGEJAGAIN RAYYANZA DAN BABY LESLAR”
2.1.1 Analisis Morfologi
Pada data 1 konten youtube Rans Entertainment yang berjudul
“NAGITA CEDERA TANGAN!!! LESTI BINGUNG NGEJAGAIN
RAYYANZA DAN BABY LESLAR”.
Kata tersebut mengalami kesalahan morfologi dalam penggunaan
kata dasar dan pembentukan kata. Pembentukan kata ngejagain berasal
dari nge- + jaga + -in. Prefiks (nge-) merupakan afiks tidak baku dalam
Bahasa Indonesia ragam informal (Zen, 2011). Sedangkan akhiran (-in)
tidak ada pada satuan gramatikal di dalam sufiks.
Kata ngejagain berasal dari kata jaga. Seharusnya kata jaga
mendapatkan imbuhan prefiks (meN-) menjadi menjaga. Sehingga kata
jaga yang semula berbentuk kata kerja menjadi menjaga, tidak merubah
fungsi kata bentuk tersebut. Jadi penulisan kalimat judul yang benar
“Nagita cedera tangan! Lesti bingung menjaga Rayyanza dan baby
Leslar.”

2.1.2 Analisis Problematika


(+) Penulisan judul dalam konten pada kasus 1 tidak akan menjadi
masalah jika dibaca oleh masyarakat awam yang hanya sekedar mengerti
bahasa Indonesia tanpa mempelajarinya secara mendalam. Masyarakat
tidak akan menyadari bahwa kata ngejagain bentuk bakunya adalah
menjaga. Prefiks yang dipakai dalam judul konten kasus tersebut
menggunakan ragam tidak baku agar tidak terlihat kaku dan terlihat lebih
gaul.
(-) Namun akan menjadi masalah jika penulisan judul konten
youtube pada kasus 1 dipakai sebagai judul konten pelajaran bahasa
Indonesia. Dikarenakan terdapat kemungkinan akan dicontoh oleh pelajar
yang masih belum memahami penggunaan ejaan yang sesuai dengan
PUEBI dan KBBI.
2.2 Kasus 2: “STOP!!! NAGITA SHOCK TAPI GA BERENTI NGAKAK
LIAT PAK MUH NGOMELIN FADIL JAIDI…"

2.2.1 Analisis Morfologi


Pada data 2 konten youtube Rans Entertainment yang berjudul
“STOP!!! NAGITA SHOCK TAPI GA BERENTI NGAKAK LIAT
PAK MUH NGOMELIN FADIL JAIDI…”
Dalam judul konten non formal pada konten tersebut terdapat
ketidak tepatan dalam kaidah morfologi pada beberapa kosakata.
Berikut kesalahan pembentukan kata dalam kasus 2:
 a Shock (Eng) → a syok (Ind)
Shock merupakan kosakata bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia
kata tersebut menjadi syok. Berdasarkan konteks dalam kalimat,
kata syok dalam KBBI memiliki arti kejut; kaget.
 adv Ga (Penyingkatan) → adv Enggak
Dalam KBBI kata ga memiliki arti garis awal, hal tersebut tidak
sesuai dengan konteks yang dimaksud dalam kalimat. Kata ga
merupakan bentuk penyingkatan kata dari kata enggak. Kata enggak
dalam KBBI memilikarti kata keterangan tidak.
 v Berenti → v Berhenti
Kata berenti dalam KBBI tidak memiliki makna. Pembentukan kata
berenti berasal dari ber- + henti, fonem /r/ dalam morfem /ber-/
seharusnya tidak berubah menjadi be- , karena kata dasar yang
mengikutinya tidak berawalan dengan fonem /r/. Sehingga,
ditemukan pembentukan kata yang benar ialah ber- + henti =
berhenti.
 v Ngakak → v Mengakak
Ngakak dalam KBBI tidak memiliki makna. Hal tersebut
dikarenakan ngakak merupakan bahasa gaul yang berkembang
dikalangan warganet (warga internet) yang memiliki arti
menggambarkan sedang tertawa terbahak-bahak. Sebaliknya jika
kata ngakak mendapatkan prefiks (MeN-) menjadi mengakak.
Dalam KBBI kata mengakak memiliki makna yang sama dan
berfungsi sebagai kata kerja dengan kata ngakak.
 v Ngomelin → v Mengomeli
Pembentukan kata ngomelin berasal dari Ng- + omel + in. Dalam
kata tersebut mengalami kesalahan morfologi karena di dalam afiks
tidak ada satuan gramatikal (Ng-) dan (-in). Sebaiknya pembenaran
kata tersebut dengan menambahkan konfiks (meN-...-i) menjadi
meN- + omel + i = mengomeli. Morfem meN- menjadi meng-
karena diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem vokal /o/.
Problematika pada kasus 2 terdapat pada kesalahan
penggunaan kata dasar dan pembentukan kata. Dari analisis data di
atas, penulisan kalimat yang tepat adalah “Stop! Nagita syok tetapi
enggak berhenti mengakak lihat Pak Muh mengomeli Fadil Jaidi.”
2.2.2 Analisis Problematika
(+) Penulisan kalimat judul dalam konten youtube Rans
Entertainment pada kasus 2 tidak akan menjadi masalah jika dibaca
oleh masyarakat awam yang hanya sekedar mengerti bahasa Indonesia
tanpa mempelajarinya secara mendalam. Penggunaan kalimat judul
tersebut justru terkesan lebih gaul dan santai, sehingga dalam
membaca judul dapat menggambarkan isi konten dengan baik.
Masyarakat juga tidak akan mempermasalahkan bahwa kosakata yang
dipakai dalam kalimat judul tersebut menggunakan afiks yang tidak
sesuai dengan satuan gramatikal pembentuknya. Hal ini juga
dikarenakan pembentukan kata tidak baku tersebut masih memiliki
fungsi kata yang sama dengan kata baku.
(-) Namun akan menjadi masalah jika pembentukan kata pada
kasus 2 dipakai sebagai judul konten pelajaran bahasa Indonesia dan
kegiatan formal lainnya. Dikarenakan terdapat kemungkinan akan
dicontoh oleh pelajar yang masih belum memahami penggunaan ejaan
yang sesuai dengan PUEBI dan KBBI, serta tidak cocok digunakan
dalam situasi formal.

2.3 Kasus 3: “NAGITA BERANTAKIN DAPUR ATTA AUREL!!!


RAYYANZA GANDENG TANGAN AMEENA BIKIN SALFOK….”
2.3.1 Analisis Morfologi
Pada data 3 konten youtube Rans Entertainment yang berjudul
“NAGITA BERANTAKIN DAPUR ATTA AUREL!!! RAYYANZA
GANDENG TANGAN AMEENA BIKIN SALFOK…” terdapat
kesalahan morfologi pada kosakata yang membentuk kalimat pada judul.
Kesalahan yang terdapat pada kalimat yang membentuk judul tersebut
ialah pada kalimat ‘berantakin’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kata tersebut tidak memiliki arti.
Jika dalam penggunaannya kata berantakin digunakan sebagai kata
kerja, pembenaran yang seharusnya ialah sebagai berikut: kata berantakin
berasal dari kata berantakan, pembenaran kata tersebut seharusnya
menggunakan konfiks (me-kan) menjadi ‘memberantakkan’ sehingga
mengalami perubahan kata kerja aktif menyatakan perbuatan yang
dilakukan. Sehingga kata berantakin yang semula berbentuk kata kerja
menjadi memberantakkan, tidak merubah fungsi kata tersebut. Jadi
penulisan kata judul yang benar pada kalimat tersebut ialah “Nagita
Memberantakkan Dapur Atta Aurel!!! Rayyanza Gandeng Tangan
Ameena Bikin Salfok…”

2.3.2 Analisis Problematika


(+) Penulisan kata berantakin pada kalimat pembentuk judul
tersebut tidak akan menjadi masalah jika dibaca oleh masyarakat awam
yang hanya sekedar mengerti bahasa Indonesia tanpa mempelajarinya
secara mendalam. Masyarakat yang demikian tidak mengerti jika kata
berantakin merupakan bentuk kata yang tidak baku, sedangkan bentuk
bakunya ialah memberantakkan. Penggunaan kata tidak baku yang
terdapat dalam kalimat judul tersebut digunakan agar tidak terlihat kaku
atau formal.
(-) Namun penggunaan kata tersebut akan menjadi masalah jika hal
ini digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan kata
yang tidak baku bisa saja dicontoh oleh siswa-siswa yang belum mengerti
penggunaan kata baku dan tidak baku yang sesuai dengan PUEBI dan
KBBI. Penggunaan kata tidak baku tersebut bisa digunakan dalam situasi
formal karena dianggap lebih gampang dan santai.

2.4 Kasus 4: “SI BAIK HATI!!! RAFFI NYETIR TRUCK SENDIRI


SAMBIL BAGI-BAGI GALON BUAT SATU ANDARA!!!”

2.4.1 Analisis Morfologi


Pada data 4 konten youtube Rans Entertainment yang berjudul “SI
BAIK HATI!!! RAFFI NYETIR TRUCK SENDIRI SAMBIL BAGI-
BAGI GALON BUAT SATU ANDARA!!!” terdapat beberapa kesalahan
morfologi pada kosakata yang membentuk kalimat pada judul konten
tersebut. Beberapa kesalahan tersebut ialah:
 nyetir → menyetir
kata nyetir tidak memiliki makna pada KBBI. Kata tersebut mengalami
kesalahan dikarenakan di dalam afiks tidak terdapat satuan (Ng-).
Pembetulan untuk kata tersebut seharusnya dengan menambahkan
(MeN-..), sehingga menjadi meN + setir = menyetir. Morfem meN-
menjadi meng- karena diikuti bentuk dasar yang berawal dengan
fonem /s/.
 bagi-bagi → membagi-bagikan
dalam KBBI kata bagi-bagi tidak memiliki makna. Kata bagi-bagi
berasal dari kata bagi. Pembenaran kata bagi-bagi jika dalam
penggunaannya digunakan sebagai kata kerja maka seharusnya adalah
sebagai berikut: kata dasar bagi ketika menjadi kata kerja maka
menggunakan konfiks (me-kan) sehingga menjadi ‘membagi-bagikan’.
Problematika pada kasus 4 tersebut ialah pada kesalahan
penggunaan kata dasar dan pembentukan kata. Sehingga penulisan kalimat
pada judul tersebut yang tepat ialah sebagai berikut: “Si Baik Hati!!! Raffi
Menyetir Truck Sendiri Sambil Membagi-Bagikan Galon Buat Satu
Andara!!!”
2.4.2 Analisis Problematika
(+) Penulisan kalimat pada judul konten youtube Rans
Entertainment tidak akan menjadi masalah jika hanya dinikmati oleh
penonton awam yang tidak paham akan penggunaan ejaan yang sesuai
dengan PUEBI dan KBBI. Penonton awam tidak akan mempermasalahkan
penggunaan kata baku atau tidak baku pada kalimat yang membentuk
judul tersebut. Sebaliknya penonton awam akan merasa lebih santai
dengan pemilihan kata yang seperti itu dibandingkan jika menggunakan
kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
(-) Namun penggunaan kata-kata tersebut akan menjadi masalah
jika digunakan dalam konteks pembelajaran pada siswa. Terlebih jika
siswa tersebut belum bisa membedakan mana penggunaan kata yang baku
dan tidak baku.

2.5 Kasus 5: “KEMARIN RAFFI BELIIN SATU MOBIL BUAT SESEN,


SEKARANG BELI LIMA BUAT MERRY…”
2.5.1 Analisis Morfologi
Pada data kasus 5 konten youtube Rans Entertainment yang
berjudul “KEMARIN RAFFI BELIIN SATU MOBIL BUAT SESEN,
SEKARANG BELI LIMA BUAT MERRY…” terdapat kesalahan
morfologi pada kosakata yang membentuk kalimat pada judul tersebut.
Kesalahan morfologi yang terdapat dalam kalimat yang membentuk judul
tersebut yaitu “beliin”. Kata “beliin” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tidak memiliki arti.
Kata beliin berasal dari kata beli. Pembenaran kata beliin jika
dalam penggunaannya digunakan sebagai kata kerja maka seharusnya
adalah sebagai berikut: kata dasar beli ketika menjadi kata kerja maka
menggunakan konfiks (me-kan) sehingga menjadi ‘membelikan’. Kata
kerja membelikan jika dalam kalimat judul secara benar ialah “Kemarin
Raffi Membelikan Satu Mobil Buat Sesen, Sekarang Beli Lima Buat
Merry…” Sehingga kata yang semula beliin dan menjadi membelikan
tidak merubah bentuknya sebagai kata kerja.

2.5.2 Analisis Problematika


(+) Penulisan kata beliin pada kalimat yang membentuk judul
“Kemarin Raffi Beliin Satu Mobil Buat Sesen, Sekarang Beli Lima Buat
Merry…” tidak akan menjadi masalah jika dibaca oleh masyarakat awam.
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari kata beliin ini tidak akan
mengganggu makna. Kata beliin sebenarnya bukanlah kata baku,
sedangkan kata bakunya ialah membelikan. Penggunaan pada kalimat
judul tersebut digunakan agar judul video tidak terkesan kaku.
(-) Penggunaan kata beliin akan menjadi masalah jika digunakan
dalam pembelajaran. Untuk pembelajaran dengan siswa diutamakan
menggunakan bahasa yang baku yang sesuai dengan PUEBI dan KBBI.
Kata tersebut bisa digunakan oleh siswa yang memang sudah menguasai
dan dapat membedakan antara kata baku dan tidak baku.

2.6 Kasus 6: “GAK MAU KALAH SAMA RAFFI, BADAN USAHA MILIK
NAITA BAKALAN NAMBAH LAGI!!!”

2.6.1 Analisis Morfologi


Pada data kasus 6 konten youtube Rans Entertainment yang berjudul
“GAK MAU KALAH SAMA RAFFI, BADAN USAHA MILIK NAGITA
BAKALAN NAMBAH LAGI!!!” terdapat kesalahan morfologi pada kalimat
yang membentuk judul yaitu kata nambah. Kata nambah merupakan kata tidak
baku dan tidak memiliki arti dalam KBBI. Kata nambah yang dimaksud
adalah kata dasar tambah yang digunakan sebagai kata kerja. Penggunaan kata
tambah dalam kata kerja memiliki awalan atau prefiks (ber-) sehingga menjadi
bertambah. Kata kerja bertambah jika dalam kalimat judul ditulis secara benar
ialah “Gak Mau Kalah Sama Raffi, Badan Usaha Milik Naita Bakalan
Berambah Lagi!!!”
2.6.2 Analisis Problematika
(+) Penggunaan kata tidak baku tersebut tidak akan menjadi masalah
jika digunakan dalam kegiatan berbahasa sehari-hari. Masyarakat awam pun
akan mengerti jika menggunakan kata tidak baku tersebut.
(-) Penggunaan kata nambah akan menjadi masalah jika digunakan
dalam situasi formal yang mengharuskan untuk berkomunikasi dengan bahasa
formal. Juga dalam situasi pembelajaran bahasa akan dipermasalahkan karena
bahasa yang diajarkan pasti menggunakan bahasa baku.

2.7 Kasus 7: “INI ALASAN SESUNGGUHNYA RAFATHAR GALAK SM


OM BAIM!!!!”

2.7.1 Analisis Morfologi


Pada kasus 7 yang merupakan konten dari RANS Entertainment
dengan judul "INI ALASAN SESUNGGUHNYA RAFATHAR GALAK
SM OM BAIM!!!!" terdapat kesalahan morfologi kata yang membentuk
judul, yaitu penggunaan kata SM untuk menggantikan kata sama. SM
merupakan akronim dari sama, sebagai bentuk penghematan kata. Dalam
beberapa hal yang bersifat privat seperti pesan teks, catatan pribadi dan
lain-lain kerap menggunakan SM sebagai penghematan kata sama itu
sendiri.
2.7.2 Analisis Problematika
Penghematan kata dengan menggunakan akronim yang tidak baku
tersebut harus disadari betul dalam situasi dan kondisi pemakaiannya.
Masyarakat awam perlu akan mengerti jika menggunakan akronim tidak
baku tersebut tidak dibenarkan dalam beberapa kondisi, seperti kondisi
akademik yang menuntut untuk yang mengharuskan untuk berkomunikasi
dengan bahasa formal dalam hal ini akronim yang baku. Juga dalam situasi
pembelajaran bahasa akan dipermasalahkan karena bahasa yang diajarkan
pasti menggunakan bahasa baku.
2.8 Kasus 8: "LAMBO BARU DATANG LANGSUNG DIBALIKIN!!RAFFI
DILARANG KERAS BELI MOBIL LAGI SAMA NAGITA…"

2.8.1 Analisis Morfologi


Pada kasus 8 yang merupakan konten dari RANS Entertainment
dengan judul "LAMBO BARU DATANG LANGSUNG DIBALIKIN!!
RAFFI DILARANG KERAS BELI MOBIL LAGI SAMA NAGITA…"
terdapat kesalahan morfologi kata yang membentuk kalimat, yaitu kata
dibalikin. Kata tersebut merupakan kata yang tidak baku, dengan kata
dasar balik dengan Konfiks (di-kan) adalah salah satu dari macam-macam
imbuhan konfiks yang berfungsi membentuk kata kerja pasif. Adapun
makna konfiks di-kan di antaranya adalah menyatakan makna kausatif atau
menyebabkan terjadinya sesuatu, dan menyatakan makna suatu perbuatan
dilakukan untuk orang lain.
Maka dalam kasus ini penggunakan kata balik juga kurang tepat.
Bukan 'dibalikin', tapi dibalikan. Dalam konteks konten tersebut yang
merupakan pengembalian seharusnya menggunakan kata dasar kembali,
dengan konfiks yang sama akan membentuk kata dikembalikan. Lalu judul
yang baku setelah penggantian kata dibalikin menjadi dikembalikan adalah
" LAMBO BARU DATANG LANGSUNG DIKEMBALIKAN!!RAFFI
DILARANG KERAS BELI MOBIL LAGI SAMA NAGITA…"
2.8.2 Analisis Problematika
Penggunaan kata tidak baku tersebut tidak akan dipermasalahkan
apabila dipakai dalam kegiatan berbahasa sehari-hari yang cenderung
bebas. Masyarakat awam perlu mengerti kapan menggunakan kata tidak
baku tersebut. Pemakaian kata dibalikin akan dipermasalahkan apabila
dipakai dalam situasi formal yang cenderung memakai bahasa formal
dalam berkomunikasi. Juga dalam situasi pembelajaran bahasa akan
dipermasalahkan karena bahasa yang diajarkan pasti menggunakan bahasa
baku.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan yang sudah dibahas diatas, kesimpulan yang
dapat kami petik adalah public figure atau content creator berupaya
menyajikan sebuah konten dengan judul yang menarik perhatian para
subscriber dan pengguna YouTube lainnya untuk ditonton sebanyak mungkin.
Banyak dari judul-judul konten yang diberikan Rans Entertainment tidak
mengikuti kaidah bahasa yang benar, meski terkadang penutur sengaja
dilakukan dan disadari untuk mencapai efek tertentu misalnya perhatian, lucu,
menarik, dan mendorong lebih intens dalam berpikir ataupun, penutur
memiliki kaidah dan tata bahasa berbeda sehingga menjadi kurang sempurna
atau ketidakmampuan berdampak terhadap penggunaan bahasa berakibat
menjadi kesalahan berbahasa oleh penutur dalam menggunakan kaidah bahasa
yang salah. Jika kurangnya pengetahuan tentang istilah yang bersinonim dan
memiliki makna yang hampir sama, pasti pembaca akan mengikuti kesalahan
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Johan, G. M. (2018). analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Proses


Diskusi Siswa Sekolah Dasar. Universitas Negeri Surabaya.

Rahmadi, M. (2014). Morfologi. Yuma Pustaka. Surakarta.

Tarigan, H. G. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Zen, E. L. (2011). Afiks Tidak Baku Dalam Bahasa Indonesia Ragam Informal.
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai