Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERDASARKAN TATARAN LINGUISTIK


DAN TEORI SIASAT PERMUKAAN

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa

Dosen: Dr. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 5

 Gerasimos Prakas 191224047


 Yohanes Seravino 191224067
 Listi Septiani 191224070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia, baik secara lisan atau tulis. Awal mula kesalahan ini dari diri penulis. Faktor yang
menyebabkan kesalahan terjadi antara lain kelelahan, kelalaian atau ketidakpahaman penulis
terhadap tata bahasa baku Indonesia. Istilah kesalahan berbahasa adalah padanan dari kata errors
yang memiliki sinonim dengan kata mistake dan goofs. Analisis kesalahan berbahasa merupakan
suatu aktivitas yang memberikan kritik, memperbaiki, dan mengumpulkan data kesalahan
berbahasa, serta mengkategorikan sesuai dengan tatarannya. Tarigan (2011:170) mengatakan
bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang dipakai oleh peneliti meliputi
sampel yang dikumpulkan, mengidentifikasi kesalahan dalam sampel, menjelaskan kesalahan,
pengelompokkan kesalahan berdasarkan penyebab, serta mengevaluasi atau memberikan nilai
pada taraf keseriusan kesalahan tersebut.
Tarigan (2011:129) mengelompokkan taksonomi kesalahan berbahasa menjadi empat yaitu
taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan
taksonomi efek komunikatif. Tarigan (1988:196) berpendapat bahwa terdapat unsur-unsur
kesalahan berbahasa yang terdapat dalam kategori linguistik adalah kesalahan fonologis,
kesalahan morfologis, kesalahan sintaksis, dan kesalahan leksikal atau pilihan kata. Ejaan adalah
ilmu yang mengkaji pengucapan atau ujaran oleh seseorang yang berupa tulisan dengan
perantara lambing-lambang atau gambar-gambar bunyi. Rahayu (2007:15) menegaskan bahwa
ejaan merupakan bunyi-bunyi ujaran, menempatkan tanda baca, suku kata yang dipotong, dan
kata-kata yang dihubungkan merupakan lambang dari keseluruhan aturan.
Kesalahan berbahasa baru berkembang selama jangka waktu yang belum lama dalam dunia
pengajaran bahasa. Pikiran-pikiran yang berkaitan tentang kesalahan berbahasa dengan proses
belajar bahasa dalam waktu singkat telah mengalami banyak perkembangan. Kesalahan
berbahasa biasanya terjadi disebabkan oleh faktor kompetensi, dalam arti siswa pada dasarnya
belum memahami sistem linguistik bahasa yang akan digunakan. Oleh karena itu untuk
menghadapi kesalahan berbahasa diperlukan upaya untuk meminimalkan kesalahan berbahasa
tersebut. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara mengkaji secara mendalam mengenai seluk
beluk kesalahan berbahasa itu. Ariningsih (2012) berpendapat bahwa dengan menganalisis
kesalahan berbahasa dapat digunakan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki dan
menyempurnakan pengajaran bahasa. Dengan mempelajari kesalahan berbahasa dapat memberi
keuntungan diantaranya mampu mengetahui letak kesalahan dalam berbahasa, memperbaiki
kesalahan yang dilakukan, dan mencegah atau menghindari terjadinya kesalahan serupa di waktu
yang akan datang (Tarigan, 1996:127). Selain itu Samsuri (1987:6) menegaskan bahwa analisis
kesalahan berbahasa ini sangat penting dan diperlukan untuk mengetahui bagaimana bahasa itu
diucapkan, ditulis, disusun dan berfungsi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, makalah ini akan mengulas rumusan
masalah utama adalah mengenai kategori kesalahan berbahasa terutama pada taksonomi
linguistik dan taksonomi kategori siasat permukaan. Berdasarkan rumusan masalah utama
tersebut, maka disusun sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah identifikasi dan analisis kesalahan berbahasa pada teks berdasarkan
taksonomi kategori linguistik?
2. Bagaimanakah identifikasi dan analisis kesalahan berbahasa pada teks berdasarkan
taksonomi kategori siasat permukaan?
1.3 Tujuan

Seiring dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini yaitu ingin mendeskripsikan
mengenai hasil identifikasi dan analisis kesalahan berbahasa pada teks, yaitu:
1. Mendeskripsikan mengenai identifikasi dan analisis kesalahan berbahasa pada teks
berdasarkan taksonomi kategori linguistik.
2. Mendeskripsikan mengenai identifikasi dan analisis kesalahan berbahasa pada teks
berdasarkan taksonomi kategori siasat permukaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Analisis Kesalahan Berbahasa
A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Menurut Pranowo (1996: 58) analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teori yang
dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara (nterlanguage) pembelajar bahasa.
Lebih lengkap menjelaskan analisis kesalahan berbahasa adalah usaha untuk
membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan mengetahui sebab-
sebab dan cara mengatasi kekeliruan-kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan
dalam proses mencapai B2. Selanjutnya dalam buku berjudul “Common Error in
Language Learnung” H.V. George mengatakan bahwa kesalaham berbahasa adalah
pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan khususnya bentuk tuturan
yang tidak diinginkan oleh guru pengajaran bahasa dan penyusun program. Tuturan
yang tidak diinginkan adalah bentuk tuturan yang menyimpang dalam penggunaan
kaidah bahasa baku.
B. Kesalahan Penggunaan Ejaan
Menurut Tarigan (1988: 198) kesalahan penggunaan ejaan adalah kesalahan
menuliskan kata atau kesalahan dalam menggunakan tanda baca. Kesalahan penulisan
kata seperti kesalahan penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan
kata, kata ganti singkatan serta akronim, dan penulisan angka serta lambang bilangan.
Tidak hanya itu, dalam pedoman umum ejaan yang disempurnakan, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring termasuk dalam ejaan.
C. Taksonomi Kategori Linguistik

Taksonomi kategori linguistik terdiri dari:


- Kesalahan fonologi adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang
dari ucapan baku atau menimbulkan perbedaan makna.
- Kesalahan morfologi adalah kesalahan menggunakan bahasa yang disebabkan
salah memilih afiksasi, kata ulang, kata majemuk, dan bentuk kata.

- Kesalahan sintaksis adalah kesalahan struktur frasa, klausa, dan kalimat.


- Kesalahan semantik adalah kesalahan dalam memilih atau menggunakan kata.

2.2. Deskripsi Data


Data yang dianalisis dan disusun dalam makalah ini berasal dari kesalahan berbahasa
Indonesia dalam proses penulisan jurnal yang disusun oleh salah satu mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai nilai-nilai moral yang terkandung
dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi melalui pendekatan sosiologi sastra.
2.3. Hasil dan Analisis
Hasil dan analisis jurnal disampaikan dalam uraian sebagai berikut:

1. Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak pengaruh positif maupun
negatif yang berkembang. Pada umumnya, usia remaja adalah usia yang mudah
terpengaruh dengan adanya suatu perubahan. Kemerosotan moral yang terjadi di
kalangan remaja saat ini sangatlah memperihatinkan. Saat ini, sering dijumpai berita
tentang tawuran, seks bebas, pencurian, bahkan penggunaan obat-obat terlarang di
kalangan remaja.

Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi
pengaruh terhadap masyarakat (Semi, 1990: 73). Novel adalah cerita berbentuk prosa
dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini berarti cerita dengan plot (alur)
yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang
beragam, dan setting cerita yang beragam pula (Jacob, 1986: 23). Novel merupakan
salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan masyarakat.
Menurut Jonhson (Faruk, 2005: 45-46) novel mempresentasikan suatu gambaran
yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat
memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin
oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan terekam
dalam novel, berarti ia seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Dunia novel adalah
pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi
sehingga dunia novel itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya. Kehidupan yang
tergambar dalam novel akan member pengalaman baru untuk pembacanya, karena
apa yang ada dalam masyarakat tidak sama persis dengan apa yang ada dalam karya
sastra.

Novel Negeri 5 Menara bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif.
Alif adalah anak desa yang ditinggal di Bayur, kampung kecil di dekat Danau
Maninjau Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi
B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan
sekolah Ke SMU negeri di Bukittinggi yang akan memuluskan langkahnya untuk
kuliah dijurusan yang sesuai. Namun amaknya (ibunya alif) tidak setuju dengan
keinginan alif untuk masuk SMU, ibunya ingin alif menjadi Buya Hamka dan
melanjutkan sekolah ke pondok pesantren. Karena alif tidak ingin mengecewakan
harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk
pondok. Akhirnya Alif memilih Pondok Madani atas saran pamannya.
Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus
merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun
kaliamat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di Pondok Madani mampu
mengubah pandangan alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya
dengan sekolah umum. " mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok )
man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai
menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.

Di Pondok Madani Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa,
Sulawesi. Ternyata kehidupan di Pondok Madani tidak semudah dan sesantai
menjalani sekolah biasa.Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar
siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan
pertama.Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan Pondok Madani pada murid yang
apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada
hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.

Hal yang paling berat dijalani di Pondok Madani adalah pada saat ujian, semua
murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Namun disela rutinitas
di Pondok Madani yang sangat padat dan ketat. Alif dan ke 5 selalu menyempatkan
diri untuk berkumpul dibawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan
cita-cita mereka kedepan. Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-
rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman,
guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong
menolong dan membantu. Pada suatu hari, Baso, teman alif yang paling pintar dan
paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga.
Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said
untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita
mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.
Penellitian yang akan dilakukan ini lebih difokuskan pada kajian nilai-nilai moral
yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara. Untuk mengkaji nilai-nilai moral
yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, peneliti menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Penulis memilih pendekatan sosiologi sastra karena dengan
pendekatan ini penulis dapat memahami sastra dari sisi sosialnya. Pada dasarnya
tujuan dari sosilogi sastra adalah menganalisis kaitan antara karya sastra dengan
mempertimbangkan keterlibatan sosialnya. Keterlibatan sosial yang dimaksudkan
adalah kehidupan masyarakat itu sendiri.

Peneliti merupakan calon pendidik, oleh sebab itu peneliti akan


mengimplementasikan hasil penelitian pada pembelajaran sastra di sekolah sesuai
dengan standar kompetensi untuk kelas XI, semester 2, yaitu memahami buku
biografi, novel, dan hikayat. Kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik
dan dapat diteladani dari tokoh. Adapun alasan penulis memilih novel Negeri 5
Menara sebagai bahan penelitian dikarenakan ada dua pertimbangan. Pertama,
banyak nilai moral yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi
yang dapat dijadikan sebagai tauladan bagi siswa sebagai bentuk upaya menanamkan
nilai-nilai moral di kalangan remaja. Kedua, dalam novel tersebut mengandung
sumber data yang sangat lengkap dan menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah
dipahami sehingga memudahkan penulis dalam penelitian. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi akan dianalisis
dengan menggunakan pendekatan sosilogi sastra yaitu dengan menganalisis kaitan
antara karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan sosialnya. selanjutnya,
deskripsi penelitian akan diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah.
 Setelah kata Menurut Jonhson (Faruk, 2005: 45-46) ditambahkan tanda koma (,).
 Sebelum kata sehingga diberi tanda koma (,).
 Kesalahan penulisan pada kata member dibenarkan menjadi kata memberi.
 Tanda koma (,) sebelum kata maka dari itu diubah menjadi tanda titik (.) untuk
mengakhiri kalimat sebelumnya.
 Kata Ke tidak harus ditulis dengan huruf kapital ( ke).
 Kata negeri semestinya diawali dengan huruf kapital (Negeri).
 Penulisan kata dijurusan mestinya karena merupakan sebuah bentuk preposisi (di
jurusan)
 Setelah kata Namun semestinya diberi tanda koma (,).
 Penulisan nama orang harus selalu diawali dengan huruf kapital. Nama semestinya
ditulis dengan huruf kapital (Alif).
 Setelah kata Karena diberi tanda koma (,).
 Setelah kata Akhirnya diberi tanda koma (,)
 Setelah kata Awalnya diberi tanda koma (,).
 Penulisan Kata dipondok semstinya dipisah karena merupakan sebuah bentuk preposisi
(di pondok).
 Setelah kata Namun diberi tanda koma (,).
 Kesalahan penulisan pada kata kaliamat dibenarkan menjadi kalimat.
 Kata dihari seharusnya ditulis secara terpisah antara imbuhan di- dengan kata hari
sebagai bentuk penanda waktu (di hari).
 Penulisan kata Pesantren seharusnya diubah menjadi huruf kecil (pesantren) karena
bukan merupakan nama lembaga.
 Penulisan kata mantera tidak perlu menggunakan tanda petik. Kata mantera semestinya
ditulis dengan menggunakan huruf kapital.
 Penulisan kata kiai semestinya ditulis dengan huruf kapital karena merupakan sebuah
gelar kehormatan dalam adat masyarakat Jawa ( Kiai)
 Setelah kata Di Pondok Madani diberi tanda koma untuk menjedai kalimat (,).
 Kata sedikit saja kesalahan diubah menjadi sedikit saja kesalahan.
 Penulisan konjungsi yang diubah menjadi kata dapat untuk menghindari kerancauan
kalimat.
 Setelah kata ke-5 ditambahkan kata temannya.
 Penulisan kata kedepan seharusnya dipisah karena merupakan bentuk preposisi (ke
depan).
 Penulisan kata Ditahun dipisah menjadi Di tahun, karen prefiks di- pada kalimat
tersebut berfungsi sebagai penanda waktu.
 Setelah kata seterusnya seharusnya diberi tanda koma (,) untuk menjedai kalimat.
 Penulisan Pondok Madani sebaiknya tidak perlu ditulis dengan penggunakan (PM)
karena merupakan nama tempat.
 Setelah kata Pada dasarnya diberi tanda koma (,).
 Kesalahan penulisan pada kata sosilogi dibenarkan menjadi sosiologi.
 Tanda koma (,) sebelum kata oleh sebab itu diganti menjadi tanda titik (.) untuk
mengakhiri kalimat sebelumnya.
 Setelah kata oleh sebab itu diberi tanda koma (,).
 Penulisan kata Bahasa semestinya ditulis dengan huruf kecil (bahasa) karena bukan
merupakan awal kalimat.
 Sebelum kata sehingga diberi tanda koma (,).
 Mengacu pada kaidah penulisan tata bahasa Indonesia Negeri 5 Menara semestinya
ditulis dengan menggunakan huruf miring (Negeri 5 Menara) karena merupakan judul
novel.
 Penulisan kata selanjutnya semestinya ditulis dengan huruf kapital karena merupakan
awal kalimat.

Perbaikan :

Pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak pengaruh positif maupun negatif
yang berkembang. Pada umumnya, usia remaja adalah usia yang mudah terpengaruh
dengan adanya suatu perubahan. Kemerosotan moral yang terjadi di kalangan remaja
saat ini sangatlah memperihatinkan. Saat ini, sering dijumpai berita tentang tawuran,
seks bebas, pencurian, bahkan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.
Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi
pengaruh terhadap masyarakat (Semi, 1990: 73). Novel adalah cerita berbentuk prosa
dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini berarti cerita dengan plot (alur)
yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang
beragam, dan setting cerita yang beragam pula (Jacob, 1986: 23). Novel merupakan
salah satu di antara bentuk sastra yang paling peka terhadap cerminan masyarakat.
Menurut Jonhson (Faruk, 2005: 45-46), novel mempresentasikan suatu gambaran
yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan sosial. Ruang lingkup novel sangat
memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat kejadian atau peristiwa yang dijalin
oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya. Kenyataan dunia seakan-akan terekam
dalam novel, berarti ia seperti kenyataan hidup yang sebenarnya. Dunia novel adalah
pengalaman pengarang yang sudah melewati perenungan kreasi dan imajinasi,
sehingga dunia novel itu tidak harus terikat oleh dunia sebenarnya. Kehidupan yang
tergambar dalam novel akan memberi pengalaman baru untuk pembacanya, karena
apa yang ada dalam masyarakat tidak sama persis dengan apa yang ada dalam karya
sastra.

Novel Negeri 5 Menara bercerita tentang perjalanan seorang anak bernama Alif. Alif
adalah anak desa yang ditinggal di Bayur, kampung kecil di dekat Danau Maninjau
Padang, Sumatera Barat. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie.
Maka dari itu, selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU
Negeri di Bukittinggi yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di jurusan
yang sesuai. Namun, amaknya (ibunya Alif) tidak setuju dengan keinginan Alif untuk
masuk SMU, ibunya ingin Alif menjadi Buya Hamka dan melanjutkan sekolah ke
pondok pesantren. Karena Alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua
khususnya ibu, Alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok.
Akhirnya, Alif memilih Pondok Madani atas saran pamannya.

Awalnya, Alif setengah hati menjalani pendidikan di pondok karena dia harus
merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie.
Namun, kalimat bahasa Arab yang didengar Alif di hari pertama di Pondok Madani
mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren
sama baiknya dengan sekolah umum. Mantera sakti yang diberikan Kiai Rais
(pimpinan pondok ) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti
berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas dan
bersungguh-sungguh.

Di Pondok Madani, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa,
Sulawesi. Ternyata kehidupan di Pondok Madani tidak semudah dan sesantai
menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar
siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan
pertama.Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan Pondok Madani pada murid yang
apabila melakukan kesalahan sedikit saja dan tidak taat peraturan dapat berakhir pada
hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.

Hal yang paling berat dijalani di Pondok Madani adalah pada saat ujian, semua murid
belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Namun disela rutinitas di
Pondok Madani yang sangat padat dan ketat. Alif dan kelima teman-temannya selalu
menyempatkan diri untuk berkumpul dibawah menara masjid, sambil menatap awan
dan memikirkan cita-cita mereka ke depan. Di tahun kedua dan seterusnya,
kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik.
Di Pondok Madani semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah
keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Pada suatu hari, Baso,
teman Alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari Pondok
Madani karena permasalahan ekonomi dan keluarga. Kepergian Baso,
membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan
Pondok Madani dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita
mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika.

Penellitian yang akan dilakukan ini lebih difokuskan pada kajian nilai-nilai moral
yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara. Untuk mengkaji nilai-nilai moral
yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, peneliti menggunakan pendekatan
sosiologi sastra. Penulis memilih pendekatan sosiologi sastra karena dengan
pendekatan ini penulis dapat memahami sastra dari sisi sosialnya. Pada dasarnya,
tujuan dari sosiologi sastra adalah menganalisis kaitan antara karya sastra dengan
mempertimbangkan keterlibatan sosialnya. Keterlibatan sosial yang dimaksudkan
adalah kehidupan masyarakat itu sendiri.

Peneliti merupakan calon pendidik. Oeh sebab itu, peneliti akan


mengimplementasikan hasil penelitian pada pembelajaran sastra di sekolah sesuai
dengan standar kompetensi untuk kelas XI, semester 2, yaitu memahami buku
biografi, novel, dan hikayat. Kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik
dan dapat diteladani dari tokoh. Adapun alasan penulis memilih novel Negeri 5
Menara sebagai bahan penelitian dikarenakan ada dua pertimbangan. Pertama,
banyak nilai moral yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi
yang dapat dijadikan sebagai tauladan bagi siswa sebagai bentuk upaya menanamkan
nilai-nilai moral di kalangan remaja. Kedua, dalam novel tersebut mengandung
sumber data yang sangat lengkap dan menggunakan bahasa Indonesia yang mudah
dipahami, sehingga memudahkan penulis dalam penelitian. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi akan dianalisis
dengan menggunakan pendekatan sosilogi sastra yaitu dengan menganalisis kaitan
antara karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan sosialnya. Selanjutnya,
deskripsi penelitian akan diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di sekolah.

2. Rumusan Masalah

 Bagaimana analisis struktur tokoh dan latar yang membangun novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi?

 Nilai moral apa sajakah yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi?

 Bagaimana implementasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Negeri 5


Menara karya A. Fuadi pada pembelajaran sastra di kelas XI Semseter II?

 Kesalahan penulisan pada kata Semseter dibenarkan menjadi kata semester.

Perbaikan :

Bagaimana implementasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam novel Negeri 5


Menara karya A. Fuadi pada pembelajaran sastra di kelas XI semester II?

3. Tujuan Penelitian

 Mendeskripsikan struktur (tokoh, alur, latar, dan tema) yang membangun


novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.

 Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Novel Negeri 5


Menara karya A. Fuadi.

 Mendeskripsikan implementasi nilai-nilai social yang tekandung dalam novel


Negeri 5 Menara karya A. Fuadi pada pembelajaran sastra di kelas XI
Semseter II

Kesalahan penulisan pada kata Social dibenarkan menjadi kata sosial sesuai dengan panduan
umum ejaan bahasa Indonesia.

Kesalahan penulisan pada kata Semseter dibenarkan menjadi kata semester.

Perbaikan :
Mendeskripsikan implementasi nilai-nilai sosial yang tekandung dalam novel
Negeri 5 Menara karya A. Fuadi pada pembelajaran sastra di kelas XI semester II

D. BAB II

1. Penelitian yang Relevan

Ada dua penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maria Desi- Universitas Negeri
Malang dalam artikelnya yang berjudul Moralitas dalam Novel Negeri 5 Menara
Karya A. Fuadi dan Nur Kholis Hidayah – Universitas Negeri Malang (2012)
dalam skripsinya yang berjudul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi.
 Pemakaian tanda koma di belakang kata penulis diganti dengan tanda titik.
Kemudian kata diantaranya diawali dengan huruf kapital.
 Tanda hubung di belakang kata Desi diganti dengan kata dari untuk
menghindari kerancuan kalimat.
 Penulisan Karya A. Fuadi tidak dimiringkan dan kata Karya tidak
menggunakan huruf kapital.
 Tanda hubung di belakang kata Hidayah diganti dengan preposisi dari.
 Penulisan karya A. Fuadi tidak dimiringkan.

Perbaikan:
Ada dua penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis.
Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maria Desi dari Universitas Negeri
Malang dalam artikelnya yang berjudul Moralitas dalam Novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi dan Nur Kholis Hidayah dari Universitas Negeri Malang (2012)
dalam skripsinya yang berjudul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Negeri 5 Menara
karya A. Fuadi.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maria Desi Universitas Negeri Malang
merupakan penelitian kajian teks dengan pendekatan analisis teks. Data yang
dikumpulkan dari unit-unit teks pada novel yang mencerminkan nilai moral tokoh. Hasil
dari penelitian tersebut adalah (!) terdapat dua nilai moral adat yakni moralitas dalam
menghormati leluhur dan moralitas keteladanan orang tua, (2) terdapat nilai moral
individu yakni disiplin, tanggung jawab, kerja keras, (3) terdapat dua nilai moral social
yakni tolong menolong dan ikhlas, dan (4) terdapat dua nilai moral religi yakni
penyerahan diri padaTuhan dan bersykur atas nikmat dari Tuhan.

 Kata depan dalam pada kalimat pertama dihilangkan. Hal ini ditegaskan dalam
taksonomi siasat permukaan khususnya pada bagian adittion. Kata dalam pada
kalimat di atas adalah unsur yang tidak perlu ditambahkan.

 Penambahan kata depan dari diantara kata Desi dan Universitas. Hal ini adalah
kesalahan dalam siasat permukaan bagian penghilangan (omission) karena
ketidakhadiran suatu butir yang harusnya ada dalam ucapan atau kalimat yang
benar.
 Terdapat pendobelan penggunaan konjungsi yang sehingga membuat kalimat
menjadi sedikit rancu. Penggunaan kata yang pada kalimat tersebut berlebihan
seharusnya di depan kata mencerminkan tidak menggunakan kata yang.
 Penggunaan tanda baca yang tidak tepat. Tanda seru di dalam kolom seharusnya
diganti dengan angka 1.

 Sebelum kurung angka dua, kurung angka 3, dan di belakang kata dan bukan
tanda koma melainkan tanda titik koma.

 Sebelum kata kerja seharusnya ada kata penghubung seperti dan. Ini untuk
menghindari kesalahan sebagaiamana yang ditegaskan dalam teori siasat
permukaan terutama pada bagian penghilangan (omission). Ketidakhadiran suatu
butir yang harusnya ada dalam ucapan atau kalimat dapat membuat makna
kalimat menjadi rancu.

 Kesalahan dalam bidang ejaan yaitu kata social seharusnya sosial.

 Antara kata pada dengan Tuhan seharusnya dipisah.

 Kesalahan dalam ejaan yakni penulisan kata bersykur seharusnya bersyukur.

Perbaikan:

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Desi dari Universitas Negeri Malang
merupakan penelitian kajian teks dengan pendekatan analisis. Data yang
dikumpulkan dari unit-unit teks pada novel mencerminkan nilai moral tokoh.
Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) terdapat dua nilai moral adat yakni
moralitas dalam menghormati leluhur dan moralitas keteladanan orang tua; (2)
terdapat nilai moral individu yakni disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras; (3)
terdapat dua nilai moral sosial yakni tolong menolong dan ikhlas; dan (4) terdapat
dua nilai moral religi yakni penyerahan diri pada Tuhan dan bersyukur atas
nikmat dari Tuhan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholis Hidayah (2012) diuraikan
mengenai jenis penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah mendiskripsikan wujud-wujud nilai moral dalam novel Negeri 5
Menara, yaitu (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai
moral social.

 Kesalahan dalam bidang ejaan yakni penulisan kata mendiskripsikan yang


seharusnya mendeskripsikan.
 Kesalahan dalam bidang ejaan yakni penulisan kata social yang seharusnya
sosial.

Perbaikan:

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholis Hidayah (2012) diuraikan
mengenai jenis penelitiannya termasuk penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah mendeskripsikan wujud-wujud nilai moral dalam novel Negeri 5
Menara, yaitu (1) nilai moral ketuhanan, (2) nilai moral individual, dan (3) nilai
moral sosial.

Berdasarkan tinjauan terhadap penelitian yang terdahulu, penulis


mendapatkan gambaran bahwa penelitian yang dilakukan sekarang ini masih
relevan untuk diteliti lebih lanjut mengenai nilai moral dalan novel Negeri 5
Menara, dalam penelitian ini penulis akan menambahkan implementasi hasil
penelitian pada pembelajaran sastra di sekolah.

- Dalam konsep siasat permukaan ada sebuah teori bernama adittion. Kesalahan
penambahan addition adalah kebalikan dari penghilangan atau omission.
Kesalahan penambahan atau adttion ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur
yang seharusnya tidak muncul dalam kalimatt yang baik dan benar. Penggunaan
kata yang sebelum kata terdahulu adalah salah satu bentuk ksalahan penambahan
atau adittion. Itu sebabnya, kata yang sebelum kata terdahulu sebaiknya
dihilangkan.

- Kesalahan dalam bidang ejaan yakni penulisan kata dalan seharusnya dalam.
- Setelah judul novel Negeri 5 Menara semestinya diakhiri dengan tanda titik.
Kemudian kata dalam ditulis dengan huruf kapital untuk mengawali kalimat baru.
Perbaikan:

Berdasarkan tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penulis mendapatkan


gambaran bahwa penelitian yang dilakukan sekarang ini masih relevan untuk
diteliti lebih lanjut mengenai nilai moral dalam novel Negeri 5 Menara. Dalam
penelitian ini penulis akan menambahkan implementasi hasil penelitian pada
pembelajaran sastra di sekolah
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit
kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
2. Taksonomi kategori linguistik dijadikan sebagai dasar penelitian kesalahan berbahasa.
3. Unsur-unsur kesalahan berbahasa yang termasuk dalam kategori linguistik adalah:
- Kesalahan fonologi adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari
ucapan baku atau menimbulkan perbedaan makna.
- Kesalahan morfologi adalah kesalahan menggunakan bahasa yang disebabkan salah
memilih afiksasi, kata ulang, kata majemuk, dan bentuk kata.
- Kesalahan sintaksis adalah kesalahan struktur frasa, klausa, dan kalimat.
- Kesalahan semantik adalah kesalahan dalam memilih atau menggunakan kata.
4. Kesalahan dalam penambahan (addition).
DAFTAR PUSTAKA

Aswara, M. F., Arifin, Z., & Saragih, G. (2020). Kesalahan Penggunaan Taksonomi Siasat
Permukaan dan Ejaan dalam Happy Love Guide Karya Jose Aditya. Pendidikan Bahasa
Indonesia, 240-249.

Supriani, R., & Siregar, I. R. (n.d.). Penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa. Edukasi Kultura,
67-76.

Anda mungkin juga menyukai