Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
“ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA”

Oleh :
1. Baiq Yeni Andriani
2. Faizah
3. Tarmizi
4. Zulkarnaen

TADRIS METEMATIKA

FAKULTAS TARBIYA DAN KEGURUAN

SEPTEMBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa tercurah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya yang
tiada putus-putusnya kepada penulis sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga kerja keras pengumpulan bahan-bahan, penyusunan dan penyuntingan yang
memakan waktu sekitar satu minggu ini berbuah manis dengan dapat memberi manfaat
sebanyak-banyaknya bagi seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Mataram,
khususnya mahasiswa-mahasiswi kelas 1D yang akan Presentasi.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan sejumlah pihak demi tersusunnya
makalah ini. Rekan sejawat sesama mahasiswa, Faizah, Baiq Yeni
Andriani,Zulkarnaen,Tarmizi atas referensi-referensinya dan Arfan Islami Bilal selaku
Dosen Pengamapu yang selalu mendorong untuk penyelesaian makalah ini.
Sejumlah kekurangan dalam penyusunan makalah ini hampir pasti tak dapat terhindarkan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk
perbaikan kedepannya.
Semoga bermanfaat.

Selasa, o4 November 2017

Penyusun
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat
pemakainya untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk
berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, maksudnya yakni alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep atau perasaan. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau
konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna,
maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
Dalam penggunaan bahasa/proses berbahasa juga dapat terjadi suatu kesalahan, atau sering
disebut dengan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan suatu bahasa
baik lisan ataupun tulis yang menyimpang dari konteks komunikasi dan kaidah yang berlaku
dalam bahasa tersebut. Kesalahan-kesalahan berbahasa dapat terjadi pada anak-anak, orang
dewasa yang telah menguasai bahasanya, maupun orang asing yang sedang mempelajari suatu
bahasa. Kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan bahasa (language
acquisition) dan pengajaran bahasa (language learning). Pemerolehan bahasa merupakan proses
penguasaan bahasa pertama yang berlangsung tanpa adanya suatu perencanaan terstruktur,
biasanya berkaitan erat dengan bahasa ibunya yang di peroleh dilingkungan keluarga atau
masyarakat. Sedangkan pengajaran bahasa merupakan proses belajar bahasa kedua yang
berlangsung secara terstruktur baik secara formal seperti di sekolah melalui perencanaan program
kegiatan belajar, maupun informal seperti pemandu wisata di pusat wisata terpaksa berkomunikasi
berkomunikasi dalam bahasa asing. Proses terjadinya kesalahan berbahasa sangat berhubangan
erat dengan proses belajar bahasa, hal ini disebabkan karena kesalahan berbahasa dipandang
sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa berbeda dengan kekeliruan.
Kekeliruan mengacu pada performansi, sedangkan kesalahan mengacu pada kompetensi.
Kekeliruan biasanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor di luar diri pembelajar, seperti emosi,
bahagia, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan biasanya terjadi secara sistematis, konsisten, dan
menggambarkan kemampuan peserta didik. Kesalahan-kesalahan berbahasa, terjadi pada tuturan
baik secara lisan maupun tulisan, yakni seperti pada tataran frasa, fonologi, morfologi, sintaksis
dan semantik. Dengan adanya kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut, sangatlah penting adanya
analisis kesalahan berbahasa, analisis tersebut bertujuan untuk membenarkan atau meluruskan
kesalahan-kesalahan dalam berbagai tataran yang sering ditemukan dalam keseharian masyarakat
dengan tujuan agar masyarakat dalam berbahasa dalam kehidupan sehari-harinya dapat lebih baik
lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Pengertian analisis kesalahan berbahasa ?
2. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi ?
3. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi ?
4. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis ?
5. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik?
6. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran wacana?
7. Bagaimana analisis kesalahan berbahasa pada tataran Leksikon?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian analisi kesalahan berbahasa
2. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran fonologi .
3. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi.
4. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis.
5. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran semantik.
6. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran wacana.
7. Untuk menganalisis kesalahan berbahasa pada tataran Leksikon.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning” H.V. George
mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang
tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh
penyusun program dan guru pengajaran bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan
adalah bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai
dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus
dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis
kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian
besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar
penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam bukunya yang
berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh Corder bahwa yang dimaksud
dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini
bukan hanya bersifat fisik, melainkan juga merupakan tanda kurang sempurnanya
pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Si pembelajar bahasa belum
menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua) yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder
bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan
berbuat kesalahan berbahasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan
berbahasa yang telah disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa
Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi
kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta
pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang
telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Adapun sistem kaidah bahasa Indonesia yang digunakan sebagai standar
acuan atau kriteria untuk menentukan suatu bentuk tuturan salah atau tidak adalah sistem
kaidah bahasa baku. Kodifikasi kaidah bahasa baku dapat kita lihat dalam buku Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti
atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi
kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan
kesalahan, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan tersebut.
2.2 Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Fonologi
. Kesalahan pada fonologi
Pada bidang fonologi kesalahan-kesalahan dipandang dari penggunaan bahasa secara
lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis
kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa pada tataran fonologi berkaitan
dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah
kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Kesalahan berbahasa pada tataran ini dikarenakan
perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan
penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal
atau fonem tunggal. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut. a.Fonem/c/
diucapakan menjadi/se/. b.Fonem/f/ diucapkan menjadi /p/. c.Fonem/z/ diucapakan
menajadi /j/. d.Fonem /z/ menajadi /s/. e.penghilangan fonem/k/. Kesalahan fonologi dalam
mengucapkan kata akan mengakibatkan penyimpang dari ucapan baku atau bahkan
menimbulkan perbedaan makna. Misalnya: enam diucapkan anam atau anem, saudara
diucapkan sudara atau sodara, telur diucapkan telor, dsb.
2.3 Kesalahan Pada Tataran Morfologi
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa
tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa
lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan
berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal, anatara lain:

a. Salah penentuan bentuk asal.


b. Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
c. Fonem yang tidak luluh diluluhkan .
d. Penulisan morfem yang salah.
e. Pengulangan yang salah
f. Penulisan kata majemuk yang serangkai
g. Pemajemukan berafiksasi
h. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks
i. Perulangan kata majemuk
Kesalahan pada afiksasi misalnya salah dalam menentukan bentuk asal, misalnya bentuk
gramatik himbau, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar
adalah imbau, anjur, unjur.
2.4 Kesalahan pada tataran sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau
kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan
susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. Kesalahan pada tataran sintaksis
misalnya penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah, penyusunan
kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing, penggunaan kalimat yang tidak logis.
Misal Budi ngguyu nganti ngekek-ngekek, seharusnya menjadi Budi ngguyu nganti
kepingkel-pingkel.
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis antara lain:
a. Penggunaan kata perangkaian, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.
b. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
1. Kalimat tidak efektif.
2. Kalimat tidak normatif.
3. Kalimat tidak logis.
4. Kalimat rancu.
5. Kalimat ambigu.Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.
2.5 Kesalahan pada tataran semantik
Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau
struktur makna. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada
penyimpangan makna, baik pada penyimpangan makna yang berkaitan dengan fonologi,
morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang
maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan
berbahasa ini. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan
bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di
bidang semantik adalah seperti gejala hiperkorek, gejala pleonasme, kesalahan diksi atau
pilihan kata dan ambiguitas. Misalnya dheweke mung meneng thok. Seharusnya dheweke
mung meneng atau dheweke meneng thok.
2.6 Menganalisis Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Wacana.

Wacana merupakan satuan gramatik tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang
dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan),
tanpa keraguan apapun.
Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi jika dalam wacana itu sudah terbina
kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana
tersebut atau adanya hubungan bentuk. Kesalahn dalam tataran wacana dapat meliputi:
A. Kesalahan dalam Kohesi
1. Kesalahan Penggunaan Penyulihan
Dari kalimat di atas, telah terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan
penyulihan.kata menjelang merupakan kesalahan Karena penggunaan penyulihan.
Seharusnya kata menjelang diganti dengan kata menyambut. Kata menyambut lebih tepat
digunakan.
Menjelang dalam KBBI (2008:574) artinya 1 mengunjungi; menengok; menjenguk;
menghadap: sudah lama ia tidak ~ ibunya; 2 dialamatkan kpd; ditujukan kpd (pd alamat
surat): ~ karibku Polan, Jalan Lembang, Jakarta Pusat; 3 menghadap; menyongsong: ~ tahun
baru kita memperbaharui tekad untuk maju; 4 hampir: ~ tengah hari baru ia sampai ke
kampung halamannya; 5 melihat; memandangi: ~ bulan purnama;
Menyambut dalam KBBI (2008:1215) artinya menerima: kami - penghargaan itu dng
rasa haru; 2 memberi tanggapan (balasan, jawaban, reaksi, dsb) atas: penduduk - kebijakan
lurahnya dng sikap positif; 3 menangkap; menadah: saya - bola yg dilemparkan kpd saya; 4
menyongsong (kedatangan orang, hari peringatan, dsb): kami - hari depan yg lebih baik; 5
membalas (menangkis serangan): pasukan itu - serangan musuh dng gigihnya; 6 membeli dng
cara membayar kemudian; mengutang; mengebon: Paman - sebungkus rokok ke warung;
· Bentuk tidak baku
Menjelang 2015 yang sebentar lagi akan dijelang
· Bentuk baku
Menyambut 2015 yang sebentar lagi akan dijelang
2. Kekurangefektifan Wacana Karena Tidak Ada Pelesapan
Pada kalimat di atas, telah terjadi kesalahan berbahasa yakni kekurangefektifan wacana
karena tidak ada pelesapannya. Dalam kalimat diatas banyak menggunakan kata saya.
Seharusnya kata saya harus digunakan tidak terlalu banyak supaya efektif.
Saya dalam KBBI (2008:1234) artinya orang yg berbicara atau menulis (dl ragam resmi atau
biasa);
· Bentuk tidak baku
Program pertama yang akan saya lakukan adalah melanjutkan untuk membangun UR
menjadi lebih baik ke depan, membenahi tata kelola UR dan masih banyak hal lainnya yang
telah saya programkan di visi misi saya” ungkap beliau
· Bentuk baku
Program pertama yang akan saya lakukan adalah melanjutkan untuk membangun UR
menjadi lebih baik ke depan, membenahi tata kelola UR dan masih banyak hal lainnya yang
telah diprogramkan di visi misi saya” ungkap beliau
3. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Pada kalimat di atas, telah terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan
konjungsi (kata hubung). Dalam kalimat diatas konjungsi yang digunakan kurang tepat yaitu
kata bukan dan namun. Seharusnya kata konjungsi yang digunakan adalah tidak dan tetapi.
Tidak dalam KBBI (2008:1460) artinyapartikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
penyangkalan, dsb; tiada: tempat kerjanya -- jauh dr rumahnya; apa yg dikatakannya itu --
benar;
Tetapi dalam KBBI (2008:1458) artinya kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal
yg bertentangan atau tidak selaras: orang itu kaya, -- kikir; rumah ini besar, -- sudah rusak;
akan -- , penghubung antarkalimat atau antarparagraf untuk menyatakan hal yg bertentangan
atau tidak selaras: akan -- , masalahnya tidak semudah itu.
Bentuk tidak baku
Kepala KUI UR tersebut memaparkan bahwa perlunya internasionalisasi bukan hanya dalam
menyambut MEA yang sudah didepan mata namun juga sebagai bentuk reputas universitas.
· Bentuk baku
Kepala KUI UR tersebut memaparkan bahwa perlunya internasionalisasi tidak hanya dalam
menyambut MEA yang sudah didepan mata tetapi juga sebagai bentuk reputas universitas.
4. Kesalahan penggunaan konjungsi
Pada kalimat di atas, telah terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan
konjungsi (kata hubung). Dalam kalimat diatas konjungsi yang digunakan kurang tepat yaitu
kata dan. Seharusnya kata konjungsi yang digunakan adalah serta.
Dan dalam KBBI (2008:291) p penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan
kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak berbeda: ayah --
ibu, bibi -- paman, serta para anak, cucu, -- kemenakan bersama-sama merayakan 50 tahun
perkawinan nenek mereka
Serta dalam KBBI (2008:1290) artinya 1 dan: Presiden -- rombongan disambut dng
tarian selamat datang; 2 demi; begitu; pd ketika: -- mendapat perintah, ia lalu berangkat; ia
pun jatuh pingsan -- mendengar kabar itu
· Bentuk tidak baku
Perpustakaan UR saat ini menjadi icon UR dan menjadi rujukan seluruh unit di UR dalam
pengembangan kelembagaan
· Bentuk baku
Perpustakaan UR saat ini menjadi icon UR serta menjadi rujukan seluruh unit di UR
dalam pengembangan kelembagaan
2.7 Menganalisis Kesalahan Berbahasa Pada Tataran Leksikon
Kesalahan Leksikon
Leksikon adalah kosakata. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang
semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau
struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan
bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di
bidang semantik adalah seperti berikut:
1) Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek.
Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi dan
akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syaratdijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata
itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat:
a. Kita harus mengikuti syarat itu.
b. Perahu itu sarat muatan.
Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing
mempunyai makna yang berbeda. Syah‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi,
tidak dapat dipertukarkan penggunaannya.
Contoh dalam kalimat:
a) Tahun depan dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang.
b) Dia belum sah sebagai mahasiswa S1 di universitas itu.
2) Gejala Pleonasme
gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan.
Contoh:
a) Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.
b) Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau
untuk keluarganya.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai