Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM BAHASA INDONESIA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

DOSEN PENGAMPUH : Dr. Sakdiah Wati, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. ANNISA RAHMAFITA ( PO.71.20.1.20.089 )


2. FADHILLA ELSA KHAIRANI ( PO.71.20.1.20.065 )
3. OMAR MUHCTAR ( PO.71.20.1.20.040 )
4. REYFI MARISKA ( PO.71.20.1.20.037 )
5. WAHYU INTAN YULIANA ( PO.71.20.1.20.062 )

KELOMPOK 2
TINGKAT I
PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat, khususnya nikmat kesehatan serta kesempatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam
tak lupa kami haturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW.
Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen yang telah memberikan
kepercayaan kepada kelompok kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis
Kesalahan Berbahasa Pada Pranatacara” ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhoi
segala usaha kita. Aamiin.

Palembang, 16 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesalahan dan Analisis Kesalahan Berbahasa ........................................... 2


2.2 Kategori Kesalahan dan Analisis Kesalahan Berbahasa .............................................. 4
2.3 Sumber Kesalahan Berbahasa ..................................................................................... 7
2.4 Tahapan Analisis Kesalahan ..................................................................................... 10

BAB III. PENUTUP

3.1 Simpulan ........................................................................................................................... 12

3.2 Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1995: 14-18). Bahasa Indonesia yang baik dan
benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi
dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Apabila penggunaan bahasa, secara
lisan maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah
bahasa, maka terjadilah kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau
kompetensi. Apabila pelajar belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang
dipelajari, dia sering membuat kesalahan ketika menggunakan bahasa tersebut.
Kesalahan ini sering berulang-ulang secara sistematis dan konsisten.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian kesalahan dan analisis kesalahan berbahasa ?
2. Apa kategori kesalahan dan analisis kesalahan berbahasa ?
3. Apa sumber kesalahan berbahasa ?
4. Apa tahapan analisis kesalahan berbahasa?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian kesalahan dan analisis kesalahn
berbahasa,kategori kesalahan dan analisis kesalahan berbahasa,sumber kesalahan
berbahasa,dan tahapan analisis kesalahan berbahasa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KESALAHAN DAN ANALISIS KESALAHAN
BERBAHASA
Pengertian Kesalahan Berbahasa
Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Corder (1974)
menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)
Mistake. Baiklah Anda perlu mengetahui pengertian istilah-istilah tersebut.
Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahsa.
Corder (1974) menjelaskan:
1. Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu
sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan,
jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis,
jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat
ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2. Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan Bahasa
(breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata
Bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain.
3. Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau
ungkapan untuk situasi tertentu.
Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian proses belajar Bahasa. Ini berarti
bahwa kesalahan berbahasa itu dihubungkan dengan pernyataan atau semboyan “Pergunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar”, ada dua parameter atau tolak ukur kesalahan dalam
berbahasa Indonesia.
Pertama, pergunakanlah Bahasa Indonesia yang baik. Ini berarti bahwa Bahasa
Indonesia yang baik adalah penggunaan Bahasa sesuai dengan factor-faktor penentu dalam
komunikasi, antara lain:
1. Siapa yang berbahasa dengan siapa
2. Untuk tujuan apa
3. Dalam situasi apa (tempat dan waktu)
4. Dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana)
5. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan)
6. Dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, kora, buku, media komunikasi lain)
2
7. Dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran, pekerjaan, pelaporan,
pengungkapan perasaan)
Kedua, pergunakanlah Bahasa Indonesia yang benar. Parameter ini mengacu kepada
penataan terhadap kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang sesuai dengan
kedua parameter tersebut, yakni: faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan
yang ada dalam Bahasa Indonesia. Berarti, penggunaan Bahasa Indonesia yang berada diluar
factor-faktor penentu komunikasi bukan bahasa Indonesia yang benar dan berada di luar
kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Indonesia yang baik. Oleh
karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan Bahasa Indonesia, secara lisan
maupun tertulis, yang berada di luar atau menyimpang dari faktor-faktor komunikasi dan
kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).
Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), menurut
Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabel berikut.
Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), menurut
Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabel berikut.
Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa
Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa
1. Sumber Kompetensi Performasi
2. Sifat Sistematis, berlaku secara Acak, tidak sistematis,
umum secara individual
3. Durasi Permanen Temporer/sementara
4. System Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5. Produk Penyimpangan kaidah Penyim[pangan kaidah
bahasa Bahasa
6. Solusi Dibantu oleh guru melalui Diri sendiri (siswa): mawas
latihan pengajar remedial diri, pemusatan perhatian.

Berdasarkan uraian tersebut, Anda sudah mengetahui pengertian kesalahan berbahasa.


Anda juga dapat membatasi perbedaan kesalahan berbahasa dengan kekeliruan berbahsa serta
bagaimana bersikap pada hal tersebut. Untuk Bahasa Indonesia, ada dua parameter yang
dapat digunakan untuk menentukan atau mengukur penyimpangan Bahasa. Selanjutnya,
Anda akan mempelajari kategori (jenis) kesalahan dalam berbahasa.

Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa


Kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal yang tidak
bisa dihindari. Bahkan Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air
dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat hidup dan berada di dalam air, begitu juga
kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan berbahasa
adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa.
Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut
bervariasi.

3
Melalui analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bentuk kesalahankesalahan yang
dilakukan oleh siswa baik secara morfologis, fonologis, dan sintaksis yang kemudian
memberikan manfaat tertentu bagi proses pengajaran bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik
ketika dalam proses pengajaran bahasa dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan
balik sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan mengurangi
terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan para siswa.
Tarigan (1990:68) mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu
proses kerja yang digunakan oleh para guru dan peneliti bahasa dengan langkah-langkah
pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan
kesalahan-kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya,
serta evaluasi taraf keseriusan kesalahan itu. Analisis kesalahan berbahasa ditujukan kepada
bahasa yang sedang dipelajari atau ditargetkan sebab analisis kesalahan dapat membantu dan
bahkan sangat berguna sebagai kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan.
Maksudnya, dengan analisis kesalahan para guru dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi
siswa.
Menurut Tarigan (2011:60) para ahli linguistik, pengajaran bahasa, dan guru bahasa
sependapat bahwa kesalahan bahasa itu mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.
Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh siswa harus dikurangi dan
kalau bisa dihapuskan. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk itu dikaji secara
mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan inilah yang disebut analisis kesalahan

2.2 KATEGORI KESALAHAN DAN ANALISIS KESALAHAN


BERBAHASA
Kategori Kesalahan Berbahasa

1. Kesalahan fonologi
Kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh
dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta
kesalahan yang diperoleh karena perbedaan penangkapan makna.
Contoh :
Siswa siswi SD Tadika Mesra menghasilkan prodak belajar yang baik.
Kata yang digaris bawah merupakan kesalahan fonologi karena memiliki kesalahan dalam
penulisan kata seharusnya yang benar adalah produk.
Kalimat yang benar : Siswa siswi SD Tadika Mesra menghasilkan produk belajar yang baik.

2. Kesalahan morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk”dan kata
logi yang berarti “ilmu”. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti “ilmu yang mempelajari
bentuk bentuk dan pembentukan kata”. Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai baha
sa disebabkan oleh kesalahan dalam pemilihan afiks, salah menggunakan kata ulang, salah
menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
Contoh :
a) Kesalahan pemilihan afiks
Harusnya para guru datang lebih awal daripada siswanya
4
Penjelasan : Kata yang di garis bawahi merupakan kesalahan Morfologi kata yang tepat
menggunakan awalan se- “seharusnya”
b) Kesalahan penggunaan kata ulang
Semua warga SD Tadika Mesra saling maaf-maaf dalam acara halal bihalal.
Penjelasan : kata yang digarisbawahi kurang tepat, seharusnya kata maaf-maaf dirubah
menjadi maaf-memaafkan.
c) Kesalahan menyusun kata majemuk
Maha siswa melakukan aksi demo di depan Kantor DPRD Malang
Penjelasan : kata yang digarisbawahi kurang tepat, seharusnya kata Maha siswa digabung
menjadi kalimat majemuk yang benar Mahasiswa
d) Kesalahan pemilihan kata
Alam Indonesia benar-benar sangat indah sekali
Penjelasan : kata yang digarisbawahi kurang tepat, seharusnya kata benar-benar dan sekali di
hapus hingga membentuk kalimat yang efektif.
3. Kesalahan sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau
kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Kesalahan pada daerah sintaksis
berhubungan erat dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu
sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur
tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang
membentuk kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan
logika kalimat.
Contoh :
PGSD 3B memiliki harapan besar untuk menyabet banyak medali dalam Kompetisi
Kajur Cup. Penjelasan : Kata yang bergaris bawah merupakan kesalahan Sintaksis, karena
terdapat kata yang tidak tepat untuk digunakan yakni menyabet, seharusnya menggunakan
kata “meraih”. Kalimat yang benar : PGSD 3B ternyata memiliki harapan besar untuk meraih
banyak medali dalam Kompetisi Kajur Cup.
4. Kesalahan semantik
Kesalahan berbahasa dalam semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun
bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi,morfologi, dan
sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya
menyimpang dari makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.
Kesalahan berbahasa pada tataran semantik ini
penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi,
maupun sintaksis.
Contoh :
Ani tidak lagi bersekolah karena menderita penyakit folio
Kata yang digaris bawahi merupakan kesalahan Semantik seharusnya kata yang tepat
untuk digunakan adalah polio. Kata polio memiliki makna ‘penyakit pada tulang’, sedangkan
kata folio berarti ‘ukuran kertas’. Kalimat yang benar : Ani tidak lagi bersekolah karena
menderita penyakit polio.

5
Kategori Analisis Kesalahan Berbahasa
Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah kesalahan berbahasa menjadi
beberapa kategori sebagai berikut :
1. Kategori linguistik
2. Kategori strategi performasi
3. Kategori komparatif
4. Kategori efek komunikasi.
Penjabaran kategori wilayah kesalahan bahasa menurut Burt, Dulay, maupun Krashen (1982)
dijelaskan menurut Nurhadi (1990) sebagai berikut :
1. Berdasarkan linguistik atau komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan
menjadi:
2. Kesalahan pada tataran fonologi
Kesalahan pada bunyi bahasa yang mengakibatkan kesalahan makna suatu kata.
Contoh:
 Saudara dengan Sodara.
 Kesalahan pada tataran morfologi
Kesalahan pada tatanan bahasa.
Contoh:
 Sambil ngobrol, ayah mulai meminum tehnya. (mengobrol)
 Maaf ganggu tidurmu. (mengganggu)
 Kesalahan pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa yang terjadi karena adanya kesalahan pada frasa, klausa ataupun
kalimat.
Contoh:
 Di waktu itu, seharusnya Pada waktu itu.
 Petani yang muda, seharusnya Petani muda.
 Pemimpin itu melindungi akan rakyatnya, seharusnya Pemimpim itu melindungi
rakyatnya.
 Kesalahan pada tataran semantik
Kesalahan bahasa yang terletak pada bentuk kata, bunyi, ataupun makna kalimat yang
menyimpang dari kaidahnya.
Contoh:
 Kualitas dengan Kwalitas. (kata yang mirip)
 Jam dengan Pukul. (kesalahan diksi)
 Kesalahan pada tataran leksikal
Kesalahan yang terletak pada kosakata dan pemakaian kata dalam bahasa.
Contoh:
 Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah
sekali.
 Kesalahan pada tataran wacana.
Kesalahan dalam pembuatan wacana, seperti penggabungan paragraf, pemilihan topik,
struktur pargaraf yang tidak tepat.
 Berdasarkan strategi performasi, kesalahan bahasa dibedakan menjadi :
 Penanggalan (omission)
Kesalahan ini terjadi ketika dalam suatu frase atau kalimat kehilangan satu atau lebih unsur
bahasa.
 Penambahan (addition)
6
Terjadi ketika dalam suatu frase atau kalimat terdapat satu atau lebih unsurunsur bahasa
tambahan yang tidak diperlukan.
 Kesalahbentukan (misformation)
Terjadi ketika bentuk suatu frase atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu.
 Kesalahurutan (misordering)
Susunan atau urutan unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat sudah berada di
luar atau melenceng dari kaidah bahasa.
 Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi berikut :
 Kesalahan interlingual atau kesalahan interferensi
Merupakan kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap
bahasa kedua (B2).
 Kesalahan intralingual
Kesalahan akibat perkembangan. Kesalahan tersebut bersumber dari penguasaan bahasa
kedua (B2) yang belum memadai.
 Kesalahan ambigu
Kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan
ini diakibatkan kesalahan pada interlingual dan intralingual.
 Kesalahan unik
merupakan kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intralingual.
 Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi :
 Kesalahan lokal
Merupakan kesalahan konstruksi kalimat akibat ketiadaan salah satu unsurnya yang
mengakibatkan proses komunikasi menjadi terganggu.
 Kesalahan global
Kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh isi yang akan disampaikan dalam
berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat tersampaikan dan dipahami. Hal
tersebut akibat dari kalimat yang digunakan berada di luar kaidah bahasa manapun.

2.3 SUMBER KESALAHAN BERBAHASA


Sumber kesalahan berbahasa secara tersirat sudah dapat dipahami oleh
anda dalam sajian sebelum ini. Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para
penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Berdasarkan kategori taksonomi kesalahan atau kekeliruan bahasa, anda sudah
dapat memprediksikan sumber-sumber kesalahan bahasa.
Dalam konteks ini sumber kesalahan itu adalah “Pergunakanlah bahasa
Indonesia yang baik dan benar.” Dari parameter penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar kemudian dihubungkan dengan pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, itulah sumber yang utama untuk analisis kesalahan bahasa
dalam sajian ini. Penyimpangan bahasa yang diukur berada pada tataran (wilayah)
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan wacana yang dihubungkan dengan
faktor-faktor penentu dalam komunikasi.
Apabila sumber kesalahan berbahasa itu dideskripsikan secara rinci, anda
dapat melakukan analisis kesalahan pada sumber-sumber kesalahan berikut.

7
 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia


antara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu

1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.


2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.
3. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/.
4. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/.
5. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/.
6. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.
7. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/.
8. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/.
9. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
10. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/.
11. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/.
12. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.
13. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/.
14. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/.
15. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/.
16. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/.
17. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/.
18. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/.
19. Penghilangan fonem /k/.
20. Penyimpangan pemenggalan kata.

 Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia,


antara lain:

1. Salah penentuan bentuk asal.


2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan.
3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan.
4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan
nge-.
5. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-.
6. Penulisan morfem yang salah.
7. Pengulangan yang salah.

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran frase, antara lain:

1. Frase kata depan tidak tepat.


2. Salah penyusunan frase.
3. Penambahan kata “yang” dalam frase benda (nominal) (N + A).
8
4. Penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frase nominal (N + N).
5. Penambahan kata kepunyaan dalam frase nominal.
6. Penambahan kata “dari” atau “pada” dalam frase verbal (V + Pr).
7. Penambahan kata “untuk” atau “yang” dalam frase nominal (N + V).
8. Penambahan kata “untuk” dalam frase nominal (V + yang + A).
9. Penambahan kata “yang” dalam frase nominal (N + yang + V pasif).
10. Penghilangan preposisi dalam frase verbal (V intransitif + preposisi + N).
11. Penghilangan kata “oleh” dalam frase verbal pasif (V pasif + oleh + A).
12. Penghilangan kata “yang” dalam frase adjektif (lebih + A + daripada +
N/Dem).

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran klausa, antara lain:

1. Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objek dalam klausa aktif.
2. Penambahan kata kerja bantu “adalah” dalam klausa pasif.
3. Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif.
4. Penghilangan kata “oleh” dalam klausa pasif.
5. Penghilangan proposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan.
6. Penghilangan kata “yang” dalam klausa nominal.
7. Penghilangan kata kerja dalam klausa intransitif.
8. Penghilangan kata “untuk” dalam klausa pasif.
9. Penggantian kata “daripada” dengan kata “dari” dalam klausa bebas.

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain:

1. Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk.


2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
a. Kalimat tidak efektif.
b. Kalimat tidak normatif.
c. Kalimat tidak logis.
d. Kalimat rancu.
e. Kalimat ambigu.
f. Kalimat pengaruh struktur bahasa asing.

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain:

1. Akibat gejala hiperkorek.


2. Akibat gejala pleonasme.
3. Akibat bentukan ambiguitas.
4. Akibat diksi (pemilihan kata).
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran wacana, antara lain:
1. Akibat syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi.
2. Akibat struktur sebuah paragraf.
3. Akibat penggabungan paragraf.
4. Akibat penggunaan bahasa dalam paragraf.
9
5. Akibat pengorganisasian isi (topik-topik) dalam paragraf.
6. Akibat pemilihan topik (isi) paragraf yang tidak tepat.
7. Akibat ketidakcermatan dalam perujukan.
8. Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang tidak selesai.

2.4 TAHAPAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA


Secara umum, Analisi kesalahan dilakukan dengan urutan langkah-langkah sebagai
berikut:

a. Pengumpulan data
Tahap ini meliputi beberapa hal, yaitu: menetapkan luas sampel, menentukan bentuk
sampel (lisan atau tertulis), menentukan kehomogenan sampel (berkaitan dengan usia
pembelajar, latar belakang bahasa pertama, tahap perkembangan, dan lain-lain). Burhan
Nurgiyantoro menambahkan bahwa data yang akan dianalisis haruslah bersifat pragmatik,
yaitu hasil kerja pembelajar yang menuntut mereka untuk menghasilkan urutan bahasa
sekaligus mengaitkannya dengan unsur pikiran. Data pragmatik dapat dipercaya dalam
memperoleh gambaran tentang kemampuan pembelajar untuk menggunakan bahasa sesuai
dengan fungsi komunikatifnya secara faktual. Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1987), hlm. 177. Hal ini berarti bahwa data
yang digunakan dalam anakes tidak berupa tugas atau tes komponen bahasa yang hanya
menguji kemampuan kognitif pembelajar tentang unsur bahasa target (kosakata, tatabahasa,
bunyi), melainkan tes atau tugas kemampuan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca,
atau menulis; bisa juga terjemah); di mana aktifitas ini menuntut pembelajar untuk
menggunakan unsur-unsur bahasa tersebut dalam komunikasi nyata.

b. Identifikasi kesalahan
Langkah kedua ini dilakukan dengan mencatat setiap kesalahan yang muncul dalam
data/korpus. Hal ini membutuhkan penguasaan yang tinggi dari pihak si peneliti terhadap
bahasa target, juga kepekaan dan kecermatan untuk mengenali bentuk-bentuk yang salah.
Jika tidak, sangat mungkin akan banyak kesalahan yang terlewatkan sehingga hasil analisis
menjadi tidak maksimal. Identifikasi kesalahan bisa dilakukan secara integratif, yaitu
mencakup seluruh aspek kebahasaan sekaligus; atau secara diskrit, yaitu dibatasi pada satu
atau beberapa aspek tertentu -misalnya aspek fonologis saja, atau sintaksis saja. Pembatasan
bahkan juga bisa diambil pada satu sub bagian tertentu dari satu aspek kebahasaan, misalnya
kesalahan aspek kala pada penggunaan kata kerja. Pembatasan yang diambil berarti seluruh
kesalahan yang muncul pada aspek lain tidak masuk dalam objek analisis.

c. Deskripsi kesalahan
Deskripsi kesalahan adalah melakukan analisa linguistik terhadap kesalahan-
kesalahan yang telah teridentifikasi, yaitu menjelaskan bentuk penyimpangan pada masing-
masing kesalahan. Langkah ini disertai rekonstruksi ujaran dengan menunjukkan bentuk yang
benar. Rekonstruksi didasarkan pada interpretasi tentang maksud yang dikehendaki oleh
pembelajar, sehingga kebenarannya sangat tergantung pada kebenaran dari interpretasi
tersebut. Interpretasi yang benar –atau yang disebut dengan interpretasi otoritatif- bisa
dihasilkan dengan terlebih dahulu bertanya langsung kepada pembelajar mengenai maksud
yang ingin disampaikannnya dalam bahasa pertama.

10
Jika interpretasi otoritatif sulit dilakukan karena tidak dimungkinkan untuk bertemu
dengan si pembelajar/penutur, maka peneliti bisa melakukan interpretasi berdasarkan konteks
lingustik atau konteks situasinya. Hasil interpretasi ini disebut interpretasi kemungkinan,
sehingga hasil rekonstruksi yang diberikan disebut rekonstruksi kemungkinan.
Dalam hal ini, pengetahuan atau penguasaan yang mendalam terhadap bahasa target
mutlak dibutuhkan untuk menduga. Permasalahan yang muncul adalah jika dalam kesalahan
tersebut tidak dapat diketahui maksud yang sebenarnya, bahkan terkadang apa yang terbaca
secara ekspilisit (baik melalui tulisan maupun hasil transkripsi wacana lisan) tidak selalu
menunjukkan kebenaran dari tinjauan makna. Bisa jadi sebuah tuturan sesuai dengan aturan
dalam bahasa sasaran, tetapi ternyata maknanya tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
si penutur itu sendiri.

d. Penjelasan kesalahan
Berbeda dengan deskripsi kesalahan, yang bersifat linguistis dengan tujuan
melakukan analisa kebahasaan terhadap bentuk penyimpangan pada masing-masing
kesalahan, penjelasan kesalahan bersifat psikolinguistis dengan tujuan mengenali sumber dan
sebab dari kesalahan-kesalahan tersebut, misalnya: transfer dari bahasa pertama ke bahasa
target, proses keberkembangan penguasaan bahasa target, proses belajar-mengajar, dan lain-
lain. Sama halnya dengan deskripsi kesalahan, usaha mencari sumber dan sebab kesalahan
bukanlah sesuatu yang mudah. Sebagian dari kesalahan-kesalahan yang muncul memang bisa
dicari penyebabnya berdasarkan kebiasaan yang terjadi secara umum. Namun, pada dasarnya
kita tidak bisa mengetahui secara pasti alasan masing-masing kesalahan kecuali dengan
bertanya langsung kepada si pembelajar/penutur yang melakukannya, bahkan terkadang
pembelajar sendiri tidak mengetahui secara jelas mengapa ia melakukan kesalahan. Sangat
mungkin satu kesalahan yang sama muncul dengan sebab yang berbeda.

e. Klasifikasi kesalahan
Tahap ini dilakukan dengan mengelompokkan kesalahan-kesalahan ke dalam
beberapa kategori berdasarkan kesamaan bentuk atau sifatnya sesuai dengan batasan yang
telah diambil oleh si peneliti. Masing-masing kelompok kesalahan kemudian dihitung
kemunculannya sehingga bisa diketahui tingkat keseriusannya. Dari langkah ini, bisa diambil
kesimpulan tentang wilayah-wilayah bahasa target yang menjadi titik-titik rawan kesalahan
para pembelajar.

f. Evaluasi kesalahan
Pada tahap terakhir dari analisis kesalahan, dilakukan evaluasi terhadap hasil analisis
untuk dapat dikembangkan saran-saran bagi perbaikan pembelajaran bahasa di kemudian hari.
Dengan demikian, analisis kesalahan berbahasa diharapkan bisa memberikan nilai paedagogis
terhadap peningkatan kualitas para pembelajar.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas tentang pengertian, kategori dan sumber kesalahan
berbahasa, dapat ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
1. Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Corder (1974)
menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)
Mistake. Pengertian Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan
berbahsa. Corder (1974) menjelaskan:
1. Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu
sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya.
2. Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan Bahasa
(breaches of code).
3. Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau
ungkapan untuk situasi tertentu.

2. Kategori Kesalahan Berbahasa yaitu kesalahan fonologi, kesalahan morfologi, kesalahan


sintaksis dan kesalahan semantik.

3. Sumber Kesalahan Berbahasa, Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh para penutur,
terutama anak (siswa) dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa.

3.2 SARAN
Setiap kajian bahasa perlu adanya peninjauan kembali guna memperoleh hasil yang
optimal sehingga tidak ada lagi kesalahan yang ditimbulkan dalam kajian analisis kesalahan
berbahasa. Serta masih banyak kekurangan dari makalah ini maka dari itu kami selaku
penyusun makalah ini mengharapkan teman-teman semua untuk membantu kami dalam
memperbaiki kesalahan ini agar tidak salah pengertian yang berkepanjangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Indihadi, Dian. Analisis Kesalahan Berbahasa BBM 8.


Chaer, Abdul. 2006. “Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia”. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. “Ragam Bahasa Ilmiah”. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2014. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka.
Fitri, Rahma. 2015. “Kitab Super Lengkap EYD & Tata Bahasa Indonesia”. Jakarta: Ilmu
Media.
Hastuti, Endri. 2010. “Ketidaktepatan Penulian Huruf Kapital, Kata Tidak Baku, dan
Kemubaziran Kalimat pada Karangan Siswa Kelas VII SMP Negeri Gatak 2 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hs, Widjono. 2012. “Bahasa Indonesia”. Jakarta: PT Grasindo.
Markhamah. 2008. “Analisis Kesalahan & Kesantunan Berbahasa”. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Markhamah. 2009. “Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia”. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Pateda, Mansoer. 1987. “Analisis Kesalahan”. Gorontalo: Nusa Indah.

13

Anda mungkin juga menyukai