Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di zaman yang modern dan serba canggih ini berita tidak hanya
dituangkan dalam bentuk media cetak saja, akan tetapi mulai merambah ke
dunia digital seperti pada media sosial dan website. Berita bisa disebut juga
artikel. Artikel dapat dipahami sebagai suatu rangkaian atau karangan yang
dibuat berdasarkan fakta dan opini untuk dipublikasikan di media, baik itu
media cetak, media online, bahkan juga sekarang banyak artikel yang diunggah
di media sosial.

Penulisan artikel sendiri sebenarnya mengandung tujuan untuk


menyampaikan suatu gagasan yang memuat data dan fakta. Gagasan dalam
artikel pada akhirnya dapat mendidik, meyakinkan, dan juga menjadi sarana
hiburan bagi pembaca. Selain itu, topik, tema, atau gagasan dalam sebuah
artikel dapat disajikan dalam bentuk opini. Opini ini biasanya digunakan untuk
menanggapi suatu permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat sekaligus
memberikan solusi dari permasalah tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam
menulis artikel yakni seluruh opini dan solusi yang disampaikan harus
berangkat dari fakta dan data yang akurat, sehingga artikel dapat diuji
kebenarannya. Artikel hendaknya ditulis dengan menggunakan Bahasa yang
efektif sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku. Dengan Bahasa
yang efektif, isi dari artikel dapat mudah dipahami dan terhindar dari kesalahan
penafsiran.

1
1.2 Masalah Penelitian

Apa saja kesalahan-kesalahan penulisan bahasa pada artikel yang berjudul


“Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko”?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan Bahasa pada artikel yang berjudul


“Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko”

1.4 Metode Penelitian

Metode yang kami gunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif,


yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.
Data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data yang sistematis, faktual
dan akurat guna memperoleh informasi yang valid mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesalahan berbahasa Indonesia pada artikel yang berjudul
“Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko”.

1.5 Manfaat Penelitian


 Manfaat Teoritis
1. Mampu mengetahui kesalahan-kesalahan berbahasa pada artikel
yang kami teliti dengan baik.
2. Mampu untuk menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa secara
relevan.
 Manfaat Praktis
1. Pembaca dapat diharapkan mengetahui kesalahan-kesalahan
berbahasa pada artikel yang kami teliti.
2. Pembaca dapat menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahasa

Terdapat beberapa definisi dan pengertian Bahasa menurut para ahli,


antara lain:

 Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminologi mengartikan bahasa


sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengindentifikasikan diri.
 Sudaryono: Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun
tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana
komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
 Keraf dalam Smarapradhipa (2005): memberikan dua pengertian Bahasa,
yaitu:
 Menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
 bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-
simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

 Wibowo (2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
 Syamsuddin (1986), beliau memberi dua pengertian Bahasa, yaitu:

3
 Bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan
perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai
untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.
 Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun
yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang
jelas dari budi kemanusiaan.

 Pendapat De Vito (1970:7) yang dimuat di dalam buku Percikan


Linguistik mendefinisikan: Bahasa adalah sistem dari simbol simbol yang
secara potensial mengacu kepada dirinya, dan terstruktur yang mendata
benda-benda, kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan di alam dunia.
2.2 Arti Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai


unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca
yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan
sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik
menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode
bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan
pengetahuan terhadap kode.

2.3 Objek Analisis Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa di dalam pembelajaran bahasa merupakan suatu hal


yang tidak bisa dihindari. Bahkan Tarigan (1990: 67) mengatakan bahwa
hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat
hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi
dalam pembelajaran bahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu

4
cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa. Penggunaan
bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan kesalahan tersebut
bervariasi. Melalui analisis kesalahan berbahasa, dapat dijelaskan bentuk
kesalahankesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara morfologis,
fonologis, dan sintaksis yang kemudian memberikan manfaat tertentu bagi
proses pengajaran bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik ketika dalam proses
pengajaran bahasa dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan balik
sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan
mengurangi terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan mahasiswa.

2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Berbahasa

Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa tidak jauh berbeda dengan


ruang lingkup linguistik. Hal tersebut karena terdapat kaitan antara ilmu yang
digunakan sebagai dasar analisis kesalahan berbahasa, yaitu fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi, ruang lingkup analisis kesalahan
berbahasa berada pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan (1988, hlm. 273) tujuan analisis kesalahan berbahasa


yaitu:

 Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau


menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakikat proses belajar Bahasa.
 Untuk memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para
pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang paling
sukar diproduksi oleh para pembelajar secara baik dan benar, setiap
kesalahan mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan
pelajar untuk berkomunikasi secara efektif (Dulay, 1982).

5
 Sebagai bukti bagi peneliti (penelitian) dalam mengetahu mahasiswa
memperoleh dan mempelajari bahasa.
2.6 Jenis Kesalahan Berbahasa
2.6.1 Kesalahan Register

Kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang,


contoh nya kata Operasi,

 Bagi seorang dokter kata operasi dihubungkan dengan


menyelamatkan nyawa seseorang.
 Bagi pemerintahan kata operasi dihubungkan dengan pemungutan
pajak.
2.6.2 Kesalahan Acuan

Kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau


peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicaraan
atau penulis. Misalnya kita menyuruh seseorang, “Bawalah kursi!”, lalu
yang dibawa hanya kursi biasa padahal maksudnya kursi goyang.

2.6.3 Kesalahan Tekstual


 Kesalahan tekstual “textual error‟ muncul sebagai akibat salah
menafsirkan pesan yang tersirat dalam kalimat atau wacana.
Kesalahan tekstual mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan
oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau wacana yang kita
dengar atau yang kita baca. Kalimat: “Anak dokter Ahmad Ali
sakit”.

Tafsiran:

1. Anak dokter bernama Ahmad Ali yang sakit


2. Anaknya dokter Ahmad Ali yang sakit
3. Anak, dokter, Ahmad, dan Ali yang sakit.

6
2.6.4 Kesalahan Sosial

Kesalahan pemilih kata yang dikaitkan dengan status sosial orang


yang diajak berbicara menimbulkan kesalahan yang disebut kesalahan
sosial “social errors”.
Contoh: “Pak, kemarin aku mendapat hadiah baju baru dari Ayah”
“kepala kampung A mampus kemarin”

2.6.5 Kesalahan Penerimaan

Kesalahan penerimaan disebabkan oleh:

a. Pendengar yang kurang memperhatikan kesan yang disampaikan


oleh pembicara.
b. Alat dengar pendengar
c. Suasana hati pendengar
d. Lingkungan pendengar, misalnya kebisingan, rebut.

2.6.6 Kesalahan Perorangan

Kesalahan peorarangan “errors of individuals‟ jelas


menggambarkan yang dibuat oleh seseorang di antara kawan-kawannya
yang lain. kita dapat memisahkan kesalahan yang sifatnya perorangan dan
kesalahan kelompok, bahkan yang sifatnya klasikal. Misalnya, semuanya
menulis huruf kapital di awal kalimat dan hanya seorang yang tidak.

2.6.7 Kesalahan Pengungkapan

“Expressive errors” berkaitan dengan pembicara atau penulis, salah


mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirannya, yang
dirasakannya, atau yang diinginkannya.
Contoh : On the spot = On the pot Love = Lope

7
2.6.8 Kesalahan Transfer
 “Transfer errors‟ terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan pada bahasa
pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari. Misalnya, dalam
bahasa / seperti dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi /
inggris “thank, think”. Orang Indonesia sering menggantinya
dengan bunyi /i/ atau /s/. Apabila sistem bahasa pertama mirip
dengan bahasa kedua transfer seperti ini disebut fasilitas
(facilitation) atau transfer positif „positive transfer‟ atau
intralingual, apabila transfer yang disebabkan oleh sistem bahasa
yang berbeda disebut interferensi “interference” atau intralingual.
2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Berbahasa
2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan fonologi berhubungan dengan pelafalan, dalam bahasa
Indonesia hanya dikenal /s/ dan /sy/ yang dalam bahasa Arab dikenl sin,
syin, tsa dan shod.
2.7.1.1 Tarigan dan Sulistyaningsih (1998). Analisis kesalahan
berbahasa dalam bidang fonologi merupaka analisis yang
meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem,
penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi
tunggal atau fonem tunggal.
2.7.1.2 Indihadi (Tanpa tahun) Analisi kesalahan berbahasa dalam
bidang fonologi merupakan analisis kesalahan yang bersumber
dari fonem, diftong, kluster, dan pemenggalan kata.
2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi
Kesalahan morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata, dalam
bahasa Indonesia kesalahan pada bidang morfologi menyangkut pada
derivasi, diksi, kontaminasi, dan pleonasme.

8
2.7.2.1 Indihadi (tanpa tahun) Analisis kesalahan berbahasa dalam
bidang morfologi merupakan analisis kesalahan yang bersumber
dari proses morfologi, yakni afiksasi, reduplikasi, dan komposisi
2.7.2.2 Badudu (1982) Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
morfologi merupakan analisis kesalahan yang meliputi kesalahan
afiksasi, kesalahan reduplikasi, dan kesalahan pemajemukan
(komposisi).
2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis
Kesalahan ini berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang
morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan sintaksis
berhubungan dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang
ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat dan membentuk
kalimat, kontaminasi kalimat, koherensi dan logika kalimat.
2.7.3.1 Grafura (2008) Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
sintaksis menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,
kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
2.7.3.2 Pateda (1989) Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang
morfologi. Hal ini disebabkan karena kalimat berunsurkan kata-
kata. Dengan demikian, daerah kesalaha sintaksis berhubungan
erat dengan beberapa hal yang terkait dengan penyusunan
kalimat yang baik. Hal-hal yang dimaksud misalnya kalimat
yang berstruktur tidak baku, kalimat ambigu, kalimat yang tidak
jelas, diksi yang tidak tepat, kalimat mubazir, kata serapan yang
digunakan dalam kalimat, dan logika kalimat.
2.7.3.3 Setiawan (2016) Analisis kesalahan berbahasa dalam bidang
sintaksis adalah analisis kesalahan yang berkaitan dengan
penyimpangan penyimpangan struktur frase, klausa, atau
kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian artikel.

9
2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik
Kesalahan ini berhubungan dengan makna, misalnya “siapakah
pemuda itu?” pertanyaan tersebut memiliki banyak makna yang
ditafsirkan oleh pendengar maupun pembaca. Bisa bermakna menanyakan
alamat asal pemuda, menanyakan nama pemuda, maupun menanyakan
tampangnya. Kesalahan berbahasa pada tataran semantik adalah
kesalahan berbahasa yang berfokus pada penggunaan kata yang
mengakibatkan perbedaan maupun penyimpangan makna dalam sebuah
kalimat.
2.7.4.1 Chomsky (dalam Chaer, 2012: 285) menambahkan bahwa
semantik tidak hanya mengkaji tentang makna kata, tetapi
mengkaji makna pada sebuah kalimat. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan.
2.7.4.2 Veerhar (2001: 13) menjelaskan bahwa semantik adalah cabang
ilmu bahasa yang mengkaji tentang arti atau makna. Senada
dengan Veerhar, Suhardi (2013: 28) menjelaskan bahwa dalam
semantik terdapat berbagai makna yang akan dikaji, makna
tersebut meliputi makna leksikal, gramatikal, asosiatif, dan
sebagainya.

10
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis
a. Kesalahan kekurangan penggunaan tanda baca (,) pada paragraf 1 pada
kalimat “Manajemen risiko dilakukan baik pra kegiatan, pelaksanaan dan
ketika sebuah proyek pembangunan sudah selesai sehingga dibutuhkan
kajian menyeluruh secara mendalam dari berbagai sisi baik kelayakan
teknis, pola pekerjaan hingga finansial.”
b. Kesalahan penggunaan kata asing pada paragraf 2 terdapat kata “keynote
speaker”
c. Kesalahan penggunaan kata di paragraf 3 pada kalimat “Menurut
Khalawi, pelaksanakan manajemen risiko harus disiapkan sejak pra,
pelaksanaan kegiatan hingga proyek tersebut telah selesai.”
d. Kesalahan pembentukan kalimat di paragraf 3 pada kalimat “Menurut
Khalawi, pelaksanakan manajemen risiko harus disiapkan sejak pra,
pelaksanaan kegiatan hingga proyek tersebut telah selesai.”
e. Kesalahan penggunaan kata di Paragraf 5 pada kalimat “Dirinya
mencontohkan salah satu hasil pembangunan rumah susun tingkat tinggi
di Ibukota Jakarta yakni Wisma Atlet Kemayoran dibangun dengan
manajemen risiko yang baik.
f. Kesalahan penulisan huruf kapital di paragraf 6 pada kalimat “Rusun
tingkat tinggi Wisma Atlet Kemayoran dibangun sejak dua tahun sebelum
ajang Asian games berlangsung.”
g. Kesalahan pembentukan kata di paragraf 6 pada kata “Jum’at”
h. Kesalahan penggunaan kata di paragraf 9 pada kalimat “..... pengembang
swasta untuk mensukseskan Program Sejuta Rumah di Indonesia”

11
i. Kesalahan pembentukan kata di paragraf 10 pada kata “Staff”

3.2 Daerah Kesalahan

a. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf kapital


b. Bidang Fonologi yaitu penggunaan tanda baca
c. Bidang Morfologi yaitu pembentukan kata
d. Bidang Sintaksis yaitu penggunaan struktur kalimat/aturan bahasa yang
merujuk langsung dengan sistem

3.3 Pembetulan Kesalahan

a. Penambahan tanda baca koma (,) agar menjadi pemenggalan kalimat yang
baik seharusnya menjadi “Manajemen risiko dilakukan baik pra kegiatan,
pelaksanaan dan ketika sebuah proyek pembangunan sudah selesai,
sehingga dibutuhkan kajian menyeluruh secara mendalam dari berbagai
sisi baik kelayakan teknis, pola pekerjaan hingga finansial.”
b. Pada kata “keynote speaker” lebih baik menggunakan kata “pembicara
utama”
c. Penggunaan kata “penggunakan” seharusnya “penggunaan”
d. Pembentukan kalimat tersebut salah harusnya “Menurut Khalawi,
pelaksanakan manajemen risiko harus disiapkan sejak pra pelaksanaan
kegiatan hingga proyek tersebut selesai.
e. Pembentukan kata “Ibukota” seharusnya “Ibu kota”.
f. Pada kata “Asian games” seharusnya “Asian Games”.
g. Pembentukan kata “Jum’at” seharusnya “Jumat”.
h. Penggunaan imbuhan kata pada kata “mensukseskan” seharusnya
“menyukseskan”.
i. Penggunaan kata “Staff” seharusnya “Staf”

12
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan


mengenai analisis kesalahan berbahasa Indonesia pada artikel berjudul
“Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko” dapat ditarik
simpulan sebagai berikut:

1. Bentuk kesalahan berbahasa Indonesia yang ditemukan pada artikel


berjudul “Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko”
di antaranya kesalahan dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.
2. Bentuk kesalahan berbahasa Indonesia yang paling dominan pada artikel
“Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko” adalah
kesalahan dalam bidang fonologi, kaidah kebahasaan dan morfologi.
4.2 Saran

Dari hasil penelitian kelompok kami bahwa penulis artikel pembangunan


rusun tingkat tinggi hendaknya memperhatikan penggunaan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan artikel, mempelajari Pedoman
Ejaan Yang Disempurnakan dan mengaplikasikannya dalam penulisan artikel.
Penulis juga hendaknya bisa memperhatikan cara penulisan huruf kapital,
pembentukan kata dan penggunaan tanda baca sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang benar pada artikel tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

PUPR. (2021) Pembangunan Rusun Tingkat Tinggi Perlu Manajemen Risiko.


Diakses pada 01 Desember 2022, dari https://perumahan.pu.go.id/news/kementerian-
pupr-pembangunan-rusun-tingkat-tinggi-perlu-manajemen-risiko

14
LAMPIRAN

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan


manajemen risiko sangat diperlukan dalam proses pembangunan infrastruktur dan
perumahan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Manajemen
risiko dilakukan baik pra kegiatan, pelaksanaan dan ketika sebuah proyek
pembangunan sudah selesai sehingga dibutuhkan kajian menyeluruh secara
mendalam dari berbagai sisi baik kelayakan teknis, pola pekerjaan hingga finansial.

“Manajemen risiko sangat penting dilaksanakan oleh setiap organisasi baik


pemerintah maupun swasta dalam setiap proyek termasuk pembangunan rumah susun
tingkat tinggi,” ujar Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi
Abdul Hamid saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Manajemen Risiko
Bidang Perumahan Pelaksanaan Pembangunan Rumah Susun Tingkat Tinggi yang
dilaksanakan secara daring di Jakarta, Rabu (21/7/2021).

Menurut Khalawi, pelaksanakan manajemen risiko harus disiapkan sejak pra,


pelaksanaan kegiatan hingga proyek tersebut telah selesai. Dalam hal ini, pelaksana
manajemen risiko harus melakukan kajian yang tepat baik kajian secara teknis hingga
finansial.

Manajemen risiko, imbuhnya, harus dilaksanakan menyeluruh dalam setiap


proyek pembangunan sehingga harus benar-benar matang dalam perencanaannya.
Proyek juga harus melihat apakah hasil pembangunan benar-benar membawa manfaat
untuk masyarakat dan negara.

Dirinya mencontohkan salah satu hasil pembangunan rumah susun tingkat


tinggi di Ibukota Jakarta yakni Wisma Atlet Kemayoran dibangun dengan manajemen
risiko yang baik. Dulu bangun rusun tingkat tinggi Wisma Atlet Kemayoran

15
disiapkan untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018 dimana Indonesia
bertindak sebagai tuan rumah dan harus mempersiapkan sarana akomodasi yang baik
bagi ribuan atlet dari berbagai negara yang berkompetisi dalam ajang olahraga
tersebut.

“Rusun tingkat tinggi Wisma Atlet Kemayoran dibangun sejak dua tahun
sebelum ajang Asian games berlangsung. Selain struktur konstruksi Rusun yang
merupakan gedung bertingkat 32 lantai tersebut tentu harus memikirkan waktu
pembangunan, anggaran serta teknis pekerjaan di lapangan. Pembangunan rumah
susun tingkat tinggi yang sudah dilakukan oleh Kementerian PUPR yang
pembangunannya secara bertahap diantaranya Wisma Atlet Kemayoran, Rusun Pasar
Rumput, Rusun ASN Pasar Jum’at,” terangnya.

Lebih lanjut, Khalawi menerangkan, saat ini Kementerian PUPR juga tengah
mendorong pembangunan rumah susun tingkat tinggi untuk menyediakan hunian
layak bagi masyarakat dengan mengedepankan manajemen risiko yang ada. Salah
satunya dengan mengintegrasikan hunian dengan moda transportasi massal sehingga
mempermudah mobilisasi masyarakat sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan lahan
yang ada.

Hal tersebut dilaksanakan dengan mengembangkan kawasan transit oriented


development (TOD) di sejumlah kawasan. Hingga saat ini tercatat setidaknya ada
sebanyak 24 kawasan pengembangan TOD di Jabodetabek diantaranya di daerah 
Cawang, Blok M, Lebak Bulus, Rawa Buaya, Jakarta Kota, Grogol, Tanjung Priok,
Kampung Rambutan, Dukuh Atas, dan Tanah Abang. Selain itu, TOD juga terdapat
di Pasar Senen, Bogor, Baranangsiang, Cibinong, Depok, Cinere, Poris Plawad-
Tangerang, Balaraja, Tiga Raksa, Ciputat -Jurang Mangu, Rawa Buntu, Bekasi,
Bekasi Timur dan Cikarang.

16
“Pengembangan TOD pada dasarnya adalah pembangunan rumah susun tingkat
tinggi yang sangat strategis karena hunian tersebut terintegrasi dengan moda
transportasi. Sesuai dengan sasaran strategis Ditjen Perumahan dalam RPJMN 2020-
2024, kami juga ingin meningkatnya penyediaan akses perumahan dan infrastruktur
permukiman yang layak, aman dan terjangkau serta dukungan terhadap program
utama pemenuhan satu juta public housing (pembangunan rumah skala besar). Kami
juga siap berkolaborasi dengan pemerintah, Pemda, Perumnas, dan para pengembang
swasta untuk mensukseskan Program Sejuta Rumah di Indonesia,” harapnya.

Dalam webinar tersebut juga dihadiri Staff Khusus Menteri PUPR Binsar H
Simanjuntak, Direktur Kepatuhan Intern Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian
PUPR, Mochammad Yusuf Hariagung. Sedangkan narasumber dalam kegiatan
tersebut antara lain Direktur Quality, Health, Safety, and Environment PT. Wijaya
Karya (Persero) Tbk, Rudy Hartono, Manajer Operasional I PT. Cirijasa Cipta
Mandiri, Anton Simamora, Praktisi Manajemen Risiko, Yunita Hiryudani, dan
Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumaha Provinsi Jawa Barat Ditjen Perumahan,
Ditto Ferakhim.

17

Anda mungkin juga menyukai