Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya
memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya sistem kaidah berbahasa
yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa
yang sebenarnya sudah dikuasai (Tarigan, 2011:126). Kekeliruan pada umumnya
disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau
kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata,
tekanan kata, ataupun kalimat. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada
tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang
bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar, atau memusatkan perhatian. Siswa
sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena
suatu dia lupa akan sistem itu. Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi ,
artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik yang digunakannya dan
biasanya kesalahan terjadi secara konsisten dan sistematis, kesalahan itu dapat
berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru
melalui remedial, dan latihan. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran
pemahaman terhadap siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajarinya.
Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang interen dengan proses belajar
bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa,
terutama dikalangan siswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang
konsep-konsep belajar bahasa. Penguasaan bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa
kedua diperoleh melalui proses belajar. Sebagian para ahli pengajaran bahasa
membedakan antara proses penguasaan bahasa pertama dan penguasaan bahasa kedua.
Proses penguasaan bahasa pertama bersifat alami dan disebut pemerolehan bahasa
(language acquisition). Proses penguasaan bahasa pertama ini berlangsung tanpa adanya
suatu perencanaan terstruktur, secara langsung anak-anak memperoleh bahasanya dari
kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Proses ini
berlangsung tanpa disadari oleh anak, dan anak tersebut tidak menyadari motivasi apa
yang mendorongnya berada dalam kondisi perolehan bahasa pertama itu.
(Tarigan,2011;4-5). Selanjutnya proses penguasaan bahasa kedua terjadi setelah

1
sesesorang menguasai bahasa pertama, dan disebut belajar bahasa (language learning).
Proses belajar bahasa kedua pada umumnya berlangsung secara terstruktur di sekolah
melalui perencanaan program kegiatan belajar mengajar yang sengaja disusun.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah penelitian analisis kesalahan berbahasa yang mencakup kesalahan penggunaan
huruf kapital, diksi, dan penulisan kata depan, prefiks, sufiks, dan konfiks pada karangan
siswa SD Negeri 2 Watuliandu Kecamatan Kolaka.

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penelitian makalah ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan
berbahasa yang mencakup kesalahan penggunaan huruf kapital, diksi, dan penulisan kata
depan, prefiks, sufiks, dan konfiks pada karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu
Kecamatan Kolaka.

1.4. Manfaat Penulisan


Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran secara jelas mengenai kesalahan penggunaan huruf kapital, diksi, dan
penulisan kata depan, prefiks, sufiks, dan konfiks pada karangan siswa SD Negeri 2
Watuliandu Kecamatan Kolaka. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat bermanfaat
bagi semua pihak, terutama bagi siswa, guru, peneliti dan yang membacanya.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Kesalahan Berbahasa

2
Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak
sederhana, tetapi bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam kesalahan
berbahasa. Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian
kesalahan berbahasa. Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beraga. Untuk itu
pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita membahas tentang
kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan tiga istilah untuk membatasi kesalahan
kesalahan berbahasa yaitu (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake. Bagi Burt dan Kiparsky
dalam Syafie (1984) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan “goof”, “goofing”, dan
“gooficon”. Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu dengan
“kekhilafan” (error). Adapun Tarigan (1997) menyebutnya dengan “kesalahan berbahasa”

1. Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan
sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk
berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan “slip of the tongue”.
Sedangkan untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan “slip of the pen”.
Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
2. Error
Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata
bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan
atau kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu
berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut
berimplikasi terhadap penggunaan bahasa. Kesalahan ini terjadi karena penutur
menggunakan kaidah bahasa yang salah.
3. Mistake
Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat memilih kata atau
ungkapan untuk situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu pada kesalahan akibat
penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena
kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan ini terjadi pada produk tututran
yang tidak benar.

Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini
berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan
pengajaran bahasa. Sekarang “Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa Indonesia?”. Apabila

3
kesalahan berbahasa itu dihubungkan dengan pernyataan “Pergunakanlah bahasa Indonesia
yang baik dan benar”. Ada dua parameter atau tolak ukur kesalahan dalam berbahasa
indonesia.
Pertama, pergunakan bahasa Indonesia yang baik. Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia yang baik adalah penggunaan bahasa sesuai faktor-faktor penentu dalam
komunikasi. Faktor-faktor penentu dalam komunikasi antara lain:
1. Siapa yang berbahasa dengan siapa
2. Untuk apa
3. Dalam situasi apa (tempat dan waktu)
4. Dalam konteks apa (pastisipan, kebudayaan, dan suasana)
5. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan)
6. Dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media komunikasi lain,
HP, Internet)
7. Dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, pelaporan, dan
pengungkapan perasaan)
Kedua, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parameter ini mengacu
kepada penguasaan kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam bahasa indonesia.
Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliriruan (mistake) menurut Tarigan
(1997) disajikan dalam tabel berikut:

Perbandingan Antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa

Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa


1. Sumber Kompetensi Performasi
2. Sifat Sistematis berlaku secara Acak, tidak sistematis, dan
umum secara individual
3. Durasi Permanen Temporer/sementara
4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai

4
5. Produk Penyimpangan kaidah Penyimpangan kaidah
berbahasa berbahasa
6. Solusi Dibantu oleh guru melalui Diri sendiri (siswa), mawas
pembelajaran remedial diri, dan fokus

2.2. Kategori Kesalahan Berbahasa


Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik, ada kesalahan
yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Kesalahan
berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap
bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan
kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1)
dengan bahasa kedua (B2). Selain itu kesalhan dapat terjadi karena adanya transfer
negatif B1 pada B2. Dalam pengajaran bahasa, kesalahan berbahasa disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya: kurikulum guru, pendekatan pemilihan bahan ajar, serta cara
pengajaran bahasa yang kurang tepat (Tarigan, 1997).
Burt, Dulay, maupun Krashen (1982) membedakan wilayah (taksonomi)
kesalahan berbahasa menjadi kesalahan atau kekhilafan:
1. Taksonomi kategori Linguistik
2. Taksonomi kategori strategi performasi
3. Taksonomi kategori komparatif
4. Taksonomi efek kategori komunikasi
Taksonomi kesalahan berbahasa, menurut Nurhadi (1990) dibedakan sebagai
berikut:
1. Kesalahan tataran fonologi
2. Kesalahan tataran morfologi dan sintaksis
3. Kesalahan tataran semantik dan kata
4. Kesalahan taran wacana
Berdasarkan konstituen bahasa, kesalahan terjadi pada tataran pengunaan unsur-
unsur bahasa ketika dihubungkan dengan unsur bahasa lain dalam satu bahasa. Misalnya
frase dan klausa dalam tataran sintaksis atau morfem-morfem garamatikal dalam tataran
morfolgi.
Berdasarkan taksonomi kategori strategi performasi, kesalahan didasrkan kepada
penyimpangan bahasa yang terjadi pada pemerolehan dan pengajaran B2. Pedeskripsian

5
kesalahan ini seharusnya dipertimbangkan atau dihubungkan dengan proses kognitif
pada saat anak (siswa) memproduksi atau merekontruksi bahasanya.
Dalam kategori performasi, tataran kesalahan bahasa dapat dibedakan menjadi
empat kesalahan, yaitu:
1. Penanggalan (ommision), penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur
bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi
penyimpangan kontruksi frase atau kalimat.
2. Penambahan (addition), penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur
bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi
penyimpangan kontruksi frase atau kalimat
3. Salah bentuk (misformation), penutur membentuk suatu frase atau kalimat yang tidak
sesuai dengan kaidah bahasa, akibatnya kontruksi frase atau kalimat menjadi salah
atau terjadi penyimpangan kaidah bahasa.
4. Salah urutan (misordering), penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur
bahasa dalam suatu kontruksi frase atau kalimat diluar kaidah bahasa itu. Akibatnya
frase atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa
Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi empat tataran
kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan interlingual adalah kesalahan akibat perkembangan. Kesalahan bersumber
dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).
2. Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat perkembangan, dimana kesalahan
berbahasa bersumber dari penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai.
3. Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang mereflesikan kesalahan
interlingual dan intralingual.
4. Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan
berdasarkan tataran kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini dapat
dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya, anak kecil yang mulai berbicara dalam suatu
bahasa.
Berdasarkan kategori efek komunikasi, kesalahan berbahasa dapat dibedakan menjadi
kesalahan lokal dan kesalahan global. Kesalahan lokal adalah kesalahan kontruksi
kalimat yang ditanggalkan (dihilangkan) salah satu unsurnya, akibatnya proses
komunikasi menjadi terganggu. Misalnya penutur menggunakan kalimat atau tuturan
yang janggal atau “nyeleneh” saat berkomunikasi. Adapun kesalahan global adalah
tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tataran atau isi yang dipesankan

6
dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan, menjafi tidak dapat dipahami. Akibat frase
atau kalimat yag digunakan oleh penutur berada diluar kaidah bahasa manapun baik B1
maupun B2.

2.3. Sumber Kesalahan Berbahasa


2.3.1. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesia antara
lain fonem, diftong, kluster, dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu
terdapat pada tataran berikut:
1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/
2. Fenem /i/ diucapkan menjadi /e/
3. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
4. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/
5. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal
6. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/
7. Penyimpangan pemenggalan kata

2.3.2. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi


Sumber kesalahan berbahasa dalam tatran morfologi bahasa Indonesia, antara
lain:
1. Salah penentuan bentuk asal
2. Fonem yang luluh tidak diluluhkan
3. Fonem yang tidak luluh diluluhkan
4. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng,
dan nge-.
5. Perubahab morfem ber-, per,- dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-
6. Penulisan morfem yang salah
7. Pengulangan yang salah

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran frase antara lain:


1. Frase kata depan tidak tepat
2. Salah penyusunan frase
3. Penambahan kata “yang” dalam frase benda (Nomina) (N+A)
4. Penambahan kata “dari” atau “tentang” dalam frase nomina (N+N)

7
5. Penambahan kata kepunyaan dalam frase nomina

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran klausa antara lain:


1. Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objek dalam klausa aktif
2. Penambahan kata kerja bantu “adalah” dalam klausa pasif
3. Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif
4. Penghilangan proposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa
pernyataan
5. Penghilangan kata kerja dalam klausa intrasitif

2.3.3. Analisis KesalahanBerbahasa Tataran Sintaksis


1. Penggunaan kata perangkat dari, pada, daripada, kepada dan untuk
2. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain:
a. Kalimat tidak efektif
b. Kalimat tidak normatif
c. Kalimat tidak logis
d. Kalimat rancu
e. Kalimat ambigu
f. Kalimat pengaruh struktur bahasa asing

2.3.4. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Semantik


1. Akibat gejala hiperkorek
2. Akibat gejala pleonasme
3. Akibat bentukan ambiguitas
4. Akibat diksi (pemilihan kata)

2.3.5. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Wacana


1. Akibat syarat-syarat paragraf tidak terpenuhi
2. Akibat struktur sebuah paragraf
3. Akibat penggabungan paragraf
4. Akibat penggunaan bahasa dalam paragraf
5. Akibat pengorganisasian isi (topik) dalam paragraf
6. Akibat pemilihan topik (isi) paragraf yang tidak tepat
7. Akibat ketidak cermatan dalam perujukan

8
8. Akibat penggunaan kalimat dalam paragraf yang tidak selesai

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah metode yang berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan
yang dihadapi dengan cara mengumpulkan data, menganalisis, menginterpretasikan
data, dan membuat kesimpulan serta laporan. Dengan metode ini diharapkan dapat
membantu mendeskripsikan analisisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa SD
Negeri 2 Watuliandu.
3.2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu
yang berjumlah 12 karangan siswa
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Watuliandu, Siswa
kelas VI berjumlah 23 orang. Dalam analisis ini hanya mengambil 12 sampel karangan.

9
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa
tes mengarang.
3.4. Tehnik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan identifikasi kesalahan-kesalahan berbahasa
tersebut diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga akan terlihat
kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah
yang dilakukan yaitu:
a. Membaca dan memahami karangan siswa. Data yang sudah diperoleh melalui tes
mengarang, dibaca, dan dipahami satu persatu
b. Mengelompokkan hasil karangan siswa
c. Mengidentifikasi unsur-unsur kesalahan
d. Membuat kesimpulan

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Identifikasi
◙ Data-data kesalahan berbahasa
Pada karangan siswa kelas VI SDN 2 Watuliandu, dijumpai bentuk kesalahan
ejaan berbahasa yang mencakup kesalahan penggunaan huruf kapital, diksi, dan
penulisan kata depan, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Penggunaan Huruf Kapital
Kesalahan ini merupakan kesalahan yang banyak ditemui dalam analisis seperti
yang terjadi pada karangan siswa berikut ini :
1. sulawesi tenggara
2. jumat
3. tanggal 15 april
4. Lalu (di tengah kalimat)
5. Liburan Akhir Semester kemarin, Saya (di tengah kalimat)
6. Saya (di dalam kalimat)
7. Pulang ke Kampung (di tengah kalimat)

10
8. Mobil barupun Telah Tiba
9. Ke Pasar (di tengah kalimat)
10. gramedia
11. Mtc (singkatan)

b. Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata yang tepat digunakan
dalam sebuah kalimat agar tidak menimbulkan makna berbeda. Seperti berikut ini
:
12. Aku dan keluarga membereskan pakaian yang akan di bawa besok
13. Capek
14. Subuh tandanya hari mulai pagi
15. Sungguh enaknya
16. Esok
17. Saat dalam perjalanan
18. Tidur pulas saya
19. Kepleset
20. Saya ingin berulang masa-masa itu
21. Kecapean
22. Seusai
23. Ujian nasional diadakan hari senin

c. Penulisan Kata Depan, Prefiks, Sufiks, dan Konfiks


24. Disana (prefiks)
25. Ke rumahnya (prefiks)
26. Kekampung (prefiks)
27. Kepondok (prefiks)
28. Dirumah (prefiks)
29. Kepantai (prefiks)
30. Keluar (prefiks)
31. Ngantuk (prefiks)
32. Menyicip (prefiks)
33. Ke gembiraan (konfiks)
34. Di perjalanan (Konfiks)

11
35. Hari nya (sufiks)
36. Pokok nya (sufiks)

4.1.2. Klasifikasi
a. Jenis Kesalahan Fonologi
Pada karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu, jenis kesalahan fonologi tidak
ditemukan.
b. Jenis Kesalahan Morfologi
◘ Kesalahan Prefiks
Prefiks atau awalan adalah imbuhan yang diikatkan di depan bentuk kata
dasar (me-, di-, ke-, ter-, pe-, per-, dan se-)
◘ Kesalahan Sufiks
Sufiks adalah afiks yang diletakkan di belakang kata dasar (-an, -kan, -i, -nya,
dan -wan)
◘ Kesalahan Konfiks
Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar
secara bersamaan. (ke-an, pe-an, ber-an, dan di-an)
c. Jenis Kesalahan Sintaksis
Pada jenis kesalahan ini ada pada pemilihan kata atau diksi yang penggunaan ada
yang tidak sesuai, seperti kalimat berikut ini :

a. Aku dan keluarga membereskan pakaian yang akan di bawa besok


b. Capek
c. Subuh tandanya hari mulai pagi
d. Sungguh enaknya
e. Esok
f. Saat dalam perjalanan
g. Tidur pulas saya
h. Kepleset
i. Saya ingin berulang masa-masa itu
j. Kecapean
k. Seusai
l. Ujian nasional diadakan hari senin

12
d. Jenis Kesalahan Semantik
Pada karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu, jenis kesalahan fonologi tidak
ditemukan.

4.1.3. Menjelaskan Kesalahan


Jenis kesalahan yang ada pada karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu adalah
penggunaan huruf kapital, pemilihan kata yang tepat atau diksi, dan penggunaan kata
depan, prefiks, sufiks, dan konfiks yang dalam hal ini berkaitan dengan jenis
kesalahan morfologi dan sintaksis.

4.1.4. Memperbaiki Kesalahan


a. Penggunaan Huruf Kapital
1. sulawesi tenggara → Sulawesi Tenggara
2. jumat → Jum’at
3. tanggal 15 april → tanggal 15 April
4. Lalu (di tengah kalimat) → lalu
5. Liburan Akhir Semester kemarin, Saya (di tengah kalimat) → liburan
akhir semester kemarin, saya
6. Saya (di dalam kalimat) → saya
7. Pulang ke Kampung (di tengah kalimat) → pulang kekampung
8. Mobil baru pun Telah Tiba (di tengah kalimat) → mobil barupun telah tiba
9. Ke Pasar (di tengah kalimat) → ke pasar
10. gramedia → Gramedia
11. Mtc (singkatan) → MTC

b. Diksi
12. Aku dan keluarga membereskan pakaian yang akan di bawa besok
(Aku dan keluarga menyiapkan pakaian yang akan di bawa besok)
13. Capek → lelah
14. Subuh tandanya hari mulai pagi → Subuh menandakan hari mulai pagi
15. Sungguh enaknya → sungguh enak
16. Esok → besok
17. Saat dalam perjalanan → pada saat dalam perjalanan
18. Tidur pulas saya → saya tidur pulas
13
19. Kepleset → terpeleset
20. Saya ingin berulang masa-masa itu → saya ingin mengulang masa-masa
itu
21. Kecapean → kelelahan
22. Seusai → setelah
23. Ujian nasional diadakan hari senin → Ujian nasional dilaksanakan hari
senin.
c. Penulisan Kata Depan, Prefiks, Sufiks, dan Konfiks
24. Disana (prefiks) → di sana
25. Ke rumahnya (prefiks) → kerumahnya
26. Kekampung (prefiks) → ke kampung
27. Kepondok (prefiks) → ke pondok
28. Dirumah (prefiks) → di rumah
29. Kepantai (prefiks) → ke pantai
30. Keluar (prefiks) → ke luar
31. Ngantuk (prefiks) → mengantuk
32. Menyicip (prefiks) → mencicip
33. Ke gembiraan (konfiks) → kegembiraan
34. Di perjalanan (Konfiks) → diperjalanan
35. Hari nya (sufiks) → harinya
36. Pokok nya (sufiks) → pokoknya

4.2. Pembahasan
Pada karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu yang berjumlah 12, jenis
kesalahan yang ada pada karangan siswa tersebut adalah penggunaan huruf kapital,
pemilihan kata yang tepat atau diksi, dan penggunaan kata depan, prefiks, sufiks, dan
konfiks yang dalam hal ini berkaitan dengan jenis kesalahan morfologi dan sintaksis.
Dalam karangan siswa kesalahan penggunaan huruf kapital sebanyak 11 kesalahan
yang terdiri dari kesalahan penulisan nama tempat, nama bulan, nama kota, nama
gedung, nama diri, dan kesalahan pemakaian huruf kapital di tengah kalimat.
Kesalahan pilihan kata (diksi) meliputi penulisan kata yang tidak tepat seperti
membereskan seharusnya menyiapkan, kecapean seharusnya lelah, kepleset
seharusnya terpeleset.

14
Sedangkan penulisan kata depan yang banyak ditemukan dalam karangan
adalah penggunaan di- dan ke- sebagai awalan dan kata depan tidak dibedakan.
Contohnya:
a. Disana → di sana
b. Kekampung → ke kampung
c. Kepondok → ke pondok
d. Dirumah → di rumah
e. Kepantai → ke pantai
f. Keluar → ke luar

Penyingkatan kata ditemukan satu kata yaitu “yg” seharusnya ditulis utuh
“yang”. Dalam kesalahan morfologi yang meliputi kesalahan prefiks ditemukan
sembilan kesalahan, kategori konfiks dua kesalahan, dan kategori sufiks ditemukan
dua kesalahan.
Dari kategori kesalahan ejaan dan morfologi, merupakan kesalahan dari
pengajaran, sehingga bisa diperbaiki lagi. Kesalahan yang banyak terjadi adalah
penulisan huruf kapital pada awal kalimat, pada nama kota, nama orang, nama bulan,
dan singkatan yang pada umumnya menggunakan huruf kapital.

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam karangan siswa SD Negeri 2 Watuliandu yang berjumlah 12 karangan
yang mereka buat sendiri terdapat tiga kesalahan yaitu penggunan huruf kapital,
pemilihan kata atau diksi, dan penggunaan kata depan, prefiks, sufiks dan konfiks
yang berkaitan dengan morfologi dan sintaksis. Dari jenis kesalahan ini merupakan
kesalahan dari kurang pahamnya siswa dalam hal tersebut, sehingga bisa diperbaiki
dengan memperbanyak latihan.

5.2. Saran
Analisis ini meliputi dua aspek kajian linguistik yang selalu dikaji dalam
analisis kesalhan berbahasa. Aspek tersebut meliputi kesalahan ejaan dan kesalahan
morfologi. Padahal pada umumnya aspek-aspek yang dikaji selain yang diatas
meliputi kesalan sintaksis dan kesalahan leksikon, bisa juga menggunakan analisis
kontrasitif. Disarankan agar penelitian berikutnya lebih dipusatkan pada kajian
sintaksis, bisa menggunakan analisis data yang sama, tetapi berbeda aspek yang
dtinjau.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kridalaksana, Hari Mukti. 1984. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia
2. Tarigan, Henry Guntur. 1997. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung :Angkasa.
3. Tarigan, Henry Guntur. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Angkasa

17

Anda mungkin juga menyukai