Anda di halaman 1dari 57

Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa

Tugas Analisis Kesalahan Berbahasa_Model Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh pembicaraan mengenai kesalahan berbahasa telah dibahas sebelumnya yang lebih banyak bersifat teoritis. Dari pembicaraan teoritis tersebut kita dapat memetik hikmah bagi pengajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan teori-teori yang telah dibicarakan itu dapat diusulkan sebuah model Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia (AKBI). Dari keempat taksonomi yang telah dibicarakan, maka taksonomi kategori linguistik dipergunakan sebagai dasar. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam katagori linguistik itu adalah: Fonologi yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, danejaan bagi bahasa tulis; Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, konfiks, simulfiks, perulangan kata; Sintaksis, yang mencakupfrase, klausa, kalimat; dan leksikom atau pilihan kata.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah Model Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon?

C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai acuan bagi mahasiswa khususnya calon guru, agar dapat mengaplikasikan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Memprediksi sekaligus mengoreksi kesalahan berbahasa siswa yang mencakup bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon.

BAB II PEMBAHASAN

Untuk mengetahui perihal analisis kesalahan berbahasa, kita dapat mempelajari sejumlah model analisis itu. Model-model dalam Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia meliputi kesalahan

yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.

A. Kesalahan Fonologi Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama-tama dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. 1. Kesalahan Ucapan Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Contoh:

kata diucapkan

- enam - saudara - rabu - mengubah - telur - menerangkan - alasan - pelekatan - tangkap

- hantam - esa - kalau - pantai - hilang - haus - indonesia - anam, anem - sudara, sodara - rebo - mengobah - telor - menerangken - alesan - peletakan - tangkep - hantem, antem - esa - kalo - pante - ilang - aus - endonesia

2. Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam menggunakan tanda baca. Contoh: - Tuhan Yang Mahakuasa ditulis - Tuhan Yang Maha Kuasa - Mengetengahkan - mengketengahkan - Mempertanggungjawabkan - mempertanggung jawabkan

B. Kesalahan Morfologi Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. 1. Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi Kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur. b. Kedua, fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan dan menumis. c. Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan. Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah, seharusnya menjadi memfitnah bukan memitnah. d. Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-, ng-, dan nge-. Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morfem men-, meny-

, meng-, dan menge- disingkat menjadi n-, ny-, ng-, dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. Contoh: - Men- + tatap menjadi natap, seharusnya menatap. - Meny- + sapu menjadi nyapu, seharusnya menyapu. - Meng- + ajar menjadi ngajar, seharusnya mengajar. - Meng- + bor menjadi ngebor, seharusnya mengebor. 2. Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi Kesalahan ini disebabkan oleh hal-hal berikut: a. Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi. b. Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi. Misalnya bentuk gramatik kaki tangan diulang menjadi kaki-kaki tangan yang seharusnya diulang seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki tangan. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang. Misalnya bentuk gramatik orang tua bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-orang tua bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua bijaksana. 3. Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk, Kesalahan berbahasa terjadi dalam penggabungan sebagai berikut: a. Pertama, gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, merupakan tanda bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah kata majemuk yang ditulis serangkai. Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler, infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya. b. Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis bersatu. Misalnya kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit, tatabahasa, dan matapelajaran seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah sakit, tata bahasa, dan mata pelajaran. c. Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu jika diulang,

maka seluruhnya harus diulang. Ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian yang diulang. Misalnya, segi-segitiga, mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara lengkap menjadi segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi putra. d. Keempat, kesalahan berbahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan penulisan kata majemuk yang belum padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.

C. Kesalahan Sintaksis Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. 1. Kesalahan pada Bidang Frase Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut: a. Pengunaan kata depan tidak tepat. Contoh: - di masa itu seharusnya - pada masa itu - di waktu itu - pada waktu itu b. Penyusunan frasa yang salah struktur. Contoh: - belajar sudah seharusnya - sudah belajar - habis sudah - sudah habis c. Penambahan yang dalam frasa benda (B+S) Contoh: - guru yang profesional seharusnya - guru profesional - anak yang saleh - anak saleh d. Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)

Contoh: - gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali - cerita tentang anak jalanan - cerita anak jalanan e. Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr) Contoh: buku kepunyaan Ani seharusnya menjadi buku Ani.

2. Kesalahan bidang klausa Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa terjadi adanya penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai akan pemimpin yang jujur. Seharusnya kalimat tersebut menjadi rakyat mencintai pemimpin yang jujur. 3. Kesalahan bidang Kalimat Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut: a. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi. b. Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh: Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin bukumempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan diSekolah Dasar. c. Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan

pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia. Contoh:Rumah di mana dia bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi rumah tempat dia bermalam, dekat dari pasar.

D. Kesalahan Leksikon Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902), leksikon adalah kosakata. Dengan demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti berikut: 1. Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek. Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syaratdijadikan sarat atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masingmasing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ketentuan/aturansarat penuh. Contoh dalam kalimat: - Kita harus mengikuti syarat itu. - Perahu itu sarat muatan. Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syahraja sedangkan sah sesuai dengan aturan. Jadi, tidak dapat dipertukarkan penggunaannya. Contoh dalam kalimat: - Tahun depan dia akan dinobatkan sebagai Syah di negeri seberang. - Dia belum sah sebagai mahasiswa S1 di universitas itu. 2. Gejala Pleonasme Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan. Contoh: - Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:Lukisanmu sangat indah atau indah sekali. - Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk

keluarganya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Model-model dalam Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia meliputi kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. 1. Kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi karena adanya perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. 2. Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kesalahan berbahasa pada afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. 3. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. 4. Kesalahan pada tataran leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna.

B. Saran Kesalahan berbahasa merupakan bagian yang integral dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Kesalahan itu bukan untuk dihindari atau dicaci maki melainkan sesuatu yang harus dipelajari. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah parameter atau alat ukur kesalahan berbahasa. Penggunaan bahasa Indonesia di luar parameter tersebut adalah bentuk kesalahan berbahasa. Dengan analisis kesalahanberbahasa, hal itu dapat diketahui. Hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dan meningkatkan keberhasilan anak dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa dapat dijadikan umpan balik bagi pengajaran bahasa, pemerolehan bahasa, sikap kedwibahasaan, interferensi dan kesalahan-kesalahan berbahasa apabila analisis kesalahan berbahasa itu dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. http://www.scribd.com/doc/51815037/29/Model-Analisis-Kesalahan-Berbahasa-dalam-BidangMorfologi. http://arifayip.blogspot.com/2011/03/kesalahan-bidang-sintaksis.html http://www.scribd.com/doc/51815037/7/Model-Analisis-Kesalahan-Berbahasa-dalam-BidangFonologi.

Makalah ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MESUJI MAKMUR
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 MESUJI MAKMUR

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peran maupun bahasa sangat tulis. penting dalam kehidupan manusia, baik bahasa bahasa lisan tulis

bahasa

Dalam

masyarakat

akademis,

pemakaian

lebih sering ditampilkan dalam bentuk wacana tulis misalnya karangan (ilmiah atau fiksi), surat, pengumuman, dan lain-lain. Informasi yang ingin disampaikan dan disebarkan

tidak selamanya dapat dituturkan secara langsung oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, kemampuan menyampaikan informasi secara tepat dengan bahasa yang benar perlu dilakukan.

Hal ini dimaksudkan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan mengarang berkaitan erat dengan ragam bahasa tulis. KBBI Depdikbud (1998 : 968) menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan KBBI (1988 : 552) kemampuan adalah kecakapan, kekuatan.Jadi kemampuan menulis adalah kecakapan melahirkan pikiran atau perasaan. Adapun tata cara penulisannya mengikuti beberapa aturan atau disebut pula dengan ejaan. Menurut Arifin (1996), ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu Pada pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan pada kelas VIII SMP Negeri 8 Mesuji Makmur dalam materi menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif masih

ditemukan kesalahan siswa dalam menulis yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Makalah ini akan membatasi kesalahan penulisan huruf kapital pada karangan deskriptif. Analisis kesalahan penulisan huruf kapital merupakan bagian dari kegiatan analisis kesalahan berbahasa. Kegiatan ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini menurut Tarigan (1994), Kesalahan yang sering dibuat oleh siswa harus dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali karena mengganggu pencapaian tujuan pembelajaran bahasa. Untuk itulah, kegiatan ini harus mendapat perhatian dari guru Bahasa Indonesia agar tujuan yang akan dicapai dapat terwujud. B. Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimanakah penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan EYD? 2. Bagaimanakah menganalisis penggunaan huruf kapital pada karangan diskriptif siswa SMPN 8 Mesuji Makmur? C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan: 1. penggunaan huruf kapital yang sesuai dengan EYD, 2. menganalisis penggunaan huruf kapital pada karangan diskriptif siswa SMPN 8 Mesuji Makmur.

II. PEMBAHASAN A. Penggunaan Huruf Kapital Dalam EYD dijelaskan bahwa penulisan huruf kapital (huruf besar) dipakai dalam: 1. Petikan langsung. Contoh: Budi berkata, "Jangan Pak, itu semua milik saya yang sah" 2. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: - Apakah Anda sudah pernah menghafal Al Quran? - Atas perkenan-Nya jualah kita semua dapat bertemu lagi. 3. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Raja Jayabaya, Nabi Musa, Raden Ajeng Kartini dan sebagainya. 4. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Wakil Presiden Budiono, Sekretaris Jendral Pertanian, Gubernur Irian Jaya, dan sebagainya. 5. Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Anak Dalam, bahasa Inggris, dan sebagainya. 6. Nama hari, bulan, tahun, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: hari Senin, bulan Agustus, tahun Hijriah, hari Natal, Perang Padri, dan sebagainya. 7. Nama geografi. Contoh: Asia Tenggara, Bukit Barisan, Jalan Diponegoro, dan sebagainya. 8. Semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Contoh: Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan Nasional. 9. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan sebagainya.

10. Semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Ia telah menyelesaikan Asas-Asas Hukum Perdata. 11. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contoh: Dr. (doktor), S.S. (sarjana sastra), Prof. (profesor), dan sebagainya. 12. Kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh: - Surat Saudara sudah saya terima. - Besok Paman akan datang. 13. Kata ganti Anda. Contoh: Jangan menaruh barang-barang Anda di meja ini.

B. Hasil Analisis Karangan Siswa Berdasarkan hasil analisis karangan siswa diketahui bahwa umumnya siswa masih salah menuliskan huruf kapital. Kesalahan itu terdapat pada awal kalimat, judul karangan, penulisan nama, dan kesalahan penulisan huruf kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil. Analisis dilakukan terhadap hasil karangan deskripsi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Mesuji Makmur. Subjek analisis berjumlah 15 lembar karangan siswa. Kesalahan penulisan huruf kapital dalam karangan siswa umumnya terjadi pada: (1) kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf pertama kata pada awal kalimat, (2) kesalahan penulisan judul karangan, (3) kesalahan penulisan pada nama, dan (4) kesalahan penulisan kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil baik pada awal kata maupun pada tengah kata. Hasil analisis terhadap karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Mesuji Makmur dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jumlah kata yang ditulis tiap karangan siswa berkisar antara 450 500 kata. Semua siswa atau 100 % siswa melakukan kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dengan total kesalahan sebanyak 384. 2. Jumlah kesalahan tiap-tiap siswa beragam, yang paling sedikit berjumlah 7 kesalahan dan yang paling banyak 49 kesalahan penggunaan huruf kapital, rata-rata terdapat 25,6 kesalahan tiap hasil karangan siswa. 3. Kesalahan yang tertinggi terjadi pada kesalahan penulisan huruf kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil yaitu terjadi pada seluruh siswa, dan jumlah kesalahan sebanyak 198 kesalahan atau 52 % dari total kesalahan. 4. Selanjutnya secara berurutan peringkat jumlah siswa yang melakukan kesalahan pada tiap kategori yaitu kesalahan penulisan huruf kapital pada huruf awal kata awal kalimat 100% siswa melakukan kesalahan dengan jumlah 70 kesalahan atau 18 % dari total kesalahan. 10 orang atau 67% siswa melakukan kesalahan dalam penulisan nama yakni sebanyak 42 kesalahan atau 11 % dari total kesalahan. 9 orang atau 60% siswa melakukan kesalahan penulisan huruf kapital pada penulisan judul, yaitu sebanyak 16 kesalahan atau 4% dari total kesalahan. Sebanyak 8 siswa atau 53% dari total siswa melakukan kesalahan penulisan huruf kapital pada tengah kata. Untuk kesalahan penulisan huruf kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil banyak terjadi pada huruf / k /, /l/,/ m /, /p /, /s/, dan /w/. Dari beberapa temuan kesalahan penulisan huruf kapital paling sering terjadi pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil 100% siswa melakukannya. Kesalahan penulisan huruf kapital ini sangat dipengaruhi oleh kurangnya latihan siswa menggunakan huruf-huruf kapital dan pengaruh bahasa SMS yang marak digunakan oleh anak-anak remaja. Kesalahan yang banyak ditemui pada penulis huruf / k /, /l/,/ m /, /p /, /s/, dan /w/.Tampaknya, kurang terlatih dan terbiasa menulis kelima huruf terlebih secara baik dan benar.

1. Contoh-contoh penulisan huruf kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil adalah sebagai berikut: a. b. c. d. kata Kelihatan ditengah kalimat seharusnya kelihatan kata Pukul 12.00 Wib ditengah kalimat seharusnya pukul 12.00 wib kata Pun ditengah kalimat seharusnya pun kata Menanam ditengah kalimat seharusnya menanam

e. f. g. h. i. j. k. l.

kata Liburan ditengah kalimat seharusnya liburan kata Penghijauan seharusnya penghijauan kata Saya ditengah kalimat seharusnya saya kata Motor ditengah kalimat seharusnya motor kata Dan ditengah kalimat seharusnya dan kata ibuKu seharusnya ibuku kata dabuk rejo seharusnya Dabuk Rejo Suatu hari kami pergi ke rumah Kakek dan Nenek ... (seharusnya: huruf /K/ pada kata

Kakek dan huruf /N/ pada kata Nenek ditulis dengan huruf kecil), sebab bukan merupakan bentuk sapaan. Kesalahan berikutnya adalah penulisan huruf kapital pada awal kalimat (34%). Kesalahan tersebut mudah sekali terlihat pada pemulaan kalimat yang ditulis siswa, baik awal paragraf maupun pergantian kalimat baru. Beberapa kesalahan penulisan huruf kapital pada awal kalimat banyak terjadi pada saat siswa menuliskan kalimat baru (pergantian kalimat). Kesalahan ini tidak perlu terjadi apabila siswa memperhatikan penghentian kalimat yang ditandai dengan intonasi tanda titik (.). Dengan kata lain bahwa setelah penghentian kalimat, para siswa harus memulainya dengan huruf kapital. 2. Contoh-contoh kesalahan penulisan huruf kapital pada awal kalimat adalah sebagai berikut. a. guru-guru pun ikut senang melihat murid-muridnya yang . (seharusnya huruf /g/ pada kata guru-guru ditulis dengan huruf kapital b. sesuatu yang merusak pemandangan di selokan/parit . (seharusnya huruf /s/ pada kata sesuatu ditulis dengan huruf kapital). c. murid-murid dengan semangat bekerja . (seharusnya huruf /m/ pada kata murid-murid ditulis dengan huruf kapital). d. tanpa kita sadari kita telah merusak lingkungan. (seharusnya huruf /t/ pada kata tanpa ditulis dengan huruf kapital).) e. memang orang Islam Tidak pernah beryukur . (seharusnya hurus /m/ pada kata memang ditulis dengan huruf kapital). f. BERSIH adalah penting bagi kehidupan. (seharusnya kata /BERSIH/ hanya huruf pertamanya saja /b/ ditulis dengan huruf kapital)

g.

agar kami dapat mempertahankan keadaan kota ini. (seharusnya huruf /a/ pada kata agar ditulis dengan huruf kapital).

h.

disana kami berbicara banyak dengan Pak RT. (seharusnya huruf /d/ pada kata /di/ ditulis dengan huruf kapital dan ditulis tyerpisah /Di sana). dalam sehari-hari kami pun menanam . (seharusnya huruf /d/ pada kata dalam ditulis dengan huruf kapital). jadi setiap siswa dan siswi SMP Negeri 8 Mesuji Makmur. (seharusnya huruf /j/ pada kata jadi ditulis dengan huruf kapital). pada suatu hari tidak sengaja kami melihat di desa . (seharusnya huruf /p/ pada kata pada ditulis dengan huruf kapital). banyak orang memakai oBat-obatan itu sehingga . (seharusnya huruf /b/ pada kata banyak ditulis dengan huruf kapital).

i.

j.

k.

l.

m. jadi jagalah lingkunganmu supaya selalu terlihat bersih . (seharusnya huruf /j/ pada kata jadi ditulis dengan huruf kapital).

3. Kesalahan Penulisan Judul Karangan Siswa yang melakukan kesalahan penulis huruf kapital pada judul karangan adalah 8 orang (23%), sedangkan yang sudah menuliskan huruf kapital secara baik dan benar pada judul karangan adalah sepuluh orang (77%). Contoh-contoh penulisan huruf kapital pada judul karangan adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. kebersihan lingkungan (seharusnya ditulis: Kebersihan Lingkungan) Kebersihan lingkungan (seharusnya ditulis: Kebersihan Lingkungan) KEbERSihan SEolah (seharusnya ditulis: Kebersihan Sekolah) Kebersihan di sekitar lingkungan kita (seharusnya ditulis: Kebersihan di Sekitar Lingkungan Kita). 5. 6. HiNdaRI NaRkoba (seharusnya ditulis: Hindari Nakoba). jagalah kebersihan lingkunganmu (seharusnya ditulis: Jagalah Kebersihan Lingkunganmu).

7.

Narkoba Merusak Masa depan anak Muda (seharusnya ditulis: Narkoba Merusak Masa Depan Anak Muda).

8.

Kebersihan Di Dalam Lingkungan (Seharusnya ditulis: Kebersihan di Dalam Lingkungan atau Kebersihan Lingkungan)

4. Kesalahan Penulisan pada Nama Frekuensi dan persentase siswa yang melakukan kesalahan penulisan huruf kapital pada nama umumnya terjadi pada kesalahan penulis nama orang, ungkapan yang berhubungan nama Tuhan, nama kota, nama bulan dan hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Kesalahan Penulisan pada Nama No. Kesalahan Penulisan 1 2 3 4 5 Nama Orang Nama Agama Nama Kota Nama Bulan Nama Tempat Tertulis Pak bahri, rita ISLAM Seharusnya Pak Bahri, Rita Islam

KAYUAGUNG atau KAG Kayuagung Juni Juni

Smp negeri 8 atau SMp N8 SMP Negeri 8

Mencermati beragam kesalahan penulisan huruf kapital yang dilakukan oleh para siswa, perlu dilakukan pembiasaan dalam menulis huruf-huruf dengan ejaan yang tepat dan benar sesuai dengan EYD. Sebelum siswa menulis, guru Bahasa Indonesia harus memberikan bimbingan terlebih dahulu kepada para siswa. Alternatif lain yang perlu dilakukan guru, yaitu mengubah metode pembelajaran dan memanfaatkan media pembelajaran. Hal inilah yang menjadi bahan renungan guru agar kesalahan-kesalahan siswa menulis huruf kapital dalam sebuah karangan dapat diminimalisir.

Tugas Analisis Kesalahan Bahasa 1.a. kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Contohnya: - kesalahan keefektifan kalimat : Sering keluarga yang dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani Alternatif pembenarannya: Keluarga dari daerah pedalaman, yang sebagaian besar adalah petani, sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama. - kesalahan pemilihan kata: Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka. Alternatif pembenarannya: Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka. b.kekeliruan berbahasa adalah kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yangberlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang sebagai suatu pelanggaranberbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak (siswa) yang sedang belajar bahasa. Contohnya : Absen berasal dari bahasa Inggris, absent yang artinya tidak hadir. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari membuktikan, penggunaan kata tersebut diartikan sebaliknya, menjadi hadir. istilah buku absen digunakan untuk memberi label buku daftar hadir. 2.kesalahan bahasa dibidang: a. fonologi : Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi bahasa Indonesiaantara lain: fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan ituterdapat pada tataran berikut. Contoh: Kata kalau diucapkan kalo menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa itu disebabkan bunyi diftong /au/ diucapkan sebagai /o/. Hal yang hampir sama terdapat pula dalam pengucapan aktif menjadi aktiv,variasi menjadi fariasi,ubah menjadi obah,stasiun menjadi stasion,pantai menjadi pante, dan lain-lain. b. Morfologi : Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebahagian besar berkaitandengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalampenulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapatdikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata ataukata majemuk. Contohnya: bentuk gramatik orang tua bijaksana diulang hanyasebahagian yakni, orang-orang tua bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh,yakni orang tua bijaksana-orang tua bijaksana c. sintaksis Kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis sebahagian besar berkaitan dengan penggunaan kata dan

pembentukan kalimat. Contoh: Selain daripada itu saya kabarkan pula

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Terhadap Makalah "Interaksi Sosial" yang Ditulis Oleh Lukman Hakim

Oleh Ramadhan 080401080172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG DESEMBER 2009 BAB I PENDAHULUAN

1. Batasan-batasan Anakes H.V. George menyebutkan bahwa anakes adalah pemakaian bentul-bentuk tuturan yang tidak diinginkan, khususnya suatu bentuk tuttan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan pengajar bahasa, sedangkan S.Piet Corder menyebutkan anakes sebagai pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik saja melainkan juga tanda kurang sempurna pengetahuan dan penguasaan terhadap bahasa. Dan Albert Vardman berpendapat bahwa anakes adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan

2. Latar belakang Anakes Anakes sebagaimana ilmu lainnya mucul akibat dari suatu masalah yang perlu dikaji. Anakes hadir sebagai pembenaran terhadap kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada bahsa tulis maupaun bahasa lisan. Pada kontek bahasa tulis seperti kesalahan pada penulisan artikel, makalah, skripsi, desertasi, tesis, teks pidato dan lain-lain, pada kontek bahasa lisan seperi berkhotbah, berpidato, memimpin diskisi, menjadi moderator, dan lain-lain. Oleh karena itu diharapkan dengan kehadiran Anakes semua kesalahan itu bisa ditinggalkan.

3. Tujuan Tujuan dari Anakes adalah sebagai media pembenaran terhadap kesalahan-kesalahan berbahasa sehingga siswa maupun mahasiswa ketikan menulis maupun berujar tidak memiliki kesalahan. Disamping itu Anakes ditujukan untuk pengembangan bahasa yang benar deengan menbontohkan kesalahan-kesalahan yang imum terjadi. Oleh karenanya jika siswa maupun mahasiswa sudah betul-betul memahami Anakes maka mereka bisa menanalisis kesalahankesalahan berbahasa berikut dengan pembetulannya.

BAB II PEM BAH ASA N 2.1. Peng ump ulan Data Kesa lahan

2.2. Identifikasi Kesalahan

2.2.1. Bedasarkan sistematik dan tidaknya a. mistik :b. error : semua data kesalahan tersebut error 2.2.2. Berdasarkan tingkat kesalahan fonologi : (1) konci (2) tampa (3) tapsiran (4)Difinisi (4) sarat (5) fihak (6) harfiah (7) telpon(7) tapsiran (8) masyrakat (9)diwujutkan (10) di maksut(11)memitnah (12) mengasilkan . morfologi : apa bila (1) orang-orang perorangan (2) orang perorangan (3) di pisahkan (4) di bagi (5) di terima (6) di landa (7) di pergunakan (8) di artikan (9) di dukung (10) di tandai (11) di pilih (12) di pisahkan (13) di gunakan (14) di maksut (15) atau pun(16) prikelakuan (17) ketidak pastian (18) menghalangi-halangi sintaksis : baik itu berupa imitasi (1) sugesti(2) identifukasi dan simpati (3) baik itu secara sadar ataupun tidak (4) baik itu berupa gerakan,atau sebuah pembicaraan atau bahkan sikap, opositional peocesses yang seperti halnya (5) Contravention....berada antara persaingan dengan pertentangan (6) seperti umpamanya (7) badaniyah (8) banyak hal-hal d. semantik : orang-orang perorangan, sarat e. pragmatik :2.2.3 interlingual Berdasarkan sumber kesalahan : konci (1) tampa (2) tapsiran (3) Difinisi (4) sarat (5) fihak (6) harfiah (7) telpon (8) tapsiran (9) masyrakat (10) diwujutkan (11) di maksut (12) mengasilkan. : Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial, pergaulan itu akan terjadi apa bila (1)orangorang perorangan(2) orang perorangan (3)di pisahkan (4) di bagi (5)di terima (6) di landa (7) di pergunakan (8) di artikan (9) di dukung(10) di tandai(11) di sebabkan(12) di pilih(13) di pisahkan(14) di gunakan (15) di maksut (16) baik itu berupa imitasi (17) sugesti (18) identifukasi dan simpati (19) atau pun (20) adalah merupakan (21) baik itu secara sadar ataupun tidak (22) prikelakuan (23) baik itu berupa gerakan,atau sebuah pembicaraan atau bahkan sikap (24) Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan (25) kadang-kadang kala (26) opositional peocesses yang seperti halnya (27) Contravention....berada antara persaingan dengan pertentangan (28) ketidak pastian (29) seperti misalnya (30) seperti umpamanya

. intralingual

2.2.4 Berdasarkan wujud kesalahan penambahan : Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial (1) pergaulan itu akan terjadi (2) apa bila (3) orang-orang perorangan (4) orang perorangan (5)di pisahkan (6) di bagi (7) di terima (8) di landa (9) di pergunakan (10) di artikan (11) di dukung (12) di tandai (13) di sebabkan (14) di pilih (15) di pisahkan (16) di gunakan (17) di maksut (18) atau pun (19) adalah merupakan (20) prikelakuan(21) opositional peocesses yang seperti halnya (22) seperti misalnya (23)

menghalangi-halangi (24) ketidak pastian (25) seperti umpamanya (26) badaniyah (27) banyak hal-hal. . penghilangan : harfiah (1) telpon (2) masyrakat penggantian : konci (1) tampa (2) tapsiran (3) fihak (4) tapsiran (5) Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan (6) diwujutkan (7) di maksut (8) Contravention....berada antara, persaingan dengan pertentangan . urutam :2.3.Pembahasan 2.3.1. konci Kata konci pada makalah tersebut error, bentuk keerrorannya ialah terletak pada tingkat fonologi yaitu penulis mengganti fonem /u/ menjadi /o/ yaitu dari kata /kunci/ menjadi /konci/, mungkin penulis menuliskan fonem tersebut akibat pengaruh dari bahasa Jawa, yaitu suku Jawa melafalkan /kunci/ dengan lafal /konci/. Kesalahan ini berwujud penggantian fonem yaitu menggantikan fonem /u/ menjadi fonem /o/. begitu juga dengan kata tampa, Difinisi, fihak, tapsiran, diwujutkan dan dimaksut. hanya saja yang berbeda dari masing-masing kata tersebut yaitu sumber bahasa yang mempengaruhinya sebab penulis ini saya kenal betul dengan dia yaitu dia orang Sulaweai yang beretnik Jawa sekolah di Pondok Pesantren di Lombok, sehingga bahasa yang ia kuasai yaitu mulai dari Bahasa Keli (salah satu suku di Sulawesi Tengah), Bahasa Jawa, Bahasa Sasak (Lombok) dan Bahasa Arab. Kata tampa masih sama dengan kata konci di atas yaitu sama-sama terpengaruh dari bahasa Jawa, sebab sebagai petutur bahasa Jawa saya jarang sekali mendengarkan orang Jawa melafalkan /tanpa/ dengan fonem /n/ cendrung dengan fonem /m/ yaitu /tanpa/ menjadi /tampa/. Kata Difinisi pun masih sepadan dengan kata konci tersebut yaitu terpengaruh oleh bahasa Jawa yaitu fonem /e/ diubah dengan fonem /i/, karena memang menurut orang Jawa melafalkan /definisi/ menjadi /difinisi/ yang akhirnya berdampak pada penulisannya. Berbeda dengan kata fihak yaitu mungkin penulis terpengaruh dengan bahasa bahasa Arab, sebab dulu penulis ini bahasa kesehariannya waktu di ponpes yaitu bahasa Arab yang sampai sekarang masih melekat dalam benaknya sehingga berakibat terhadap tulisannya. Dalam bahasa Arab tidak ada fonem /p/ yang ada cuma /f/ yaitu di baca /fa/, oleh sebab itu pihak yang seharusnya ditulis dengan fonem /p/ ditulisnya fihak tengan fonem /f/. Sedangkan kata tapsiran adalah pengaruh bahasa Sasak (Lombok). penulis pun sekarang masih menggunakan bahasa sasak sebagai bahasa kesehariannya sebab meskipun ia sekarang tinggal di Jawa namun karena rata-rata teman bergaulnya orang Lombok ya! jadinya ia menggunakan bahasa Lombok terus. Dalam sistem bahasa Sasak tidak ada fonem /f/ dan /V/ yang ada cuma fonem /p/. sehingga /tafsiran/ ditulisnya /tapsiran/. begitu juga dengan kata diwujutkan dan dimaksut, terpengaruh dengan bahasa Sasak. Dalam sistem bahasa Sasak, konsonan /d/ jika di dahului vokal /u/ pada akhir suku kata dasar - sekali lagi pada akhir suku kata dasar - maka konsonan /d/ mengalami penurunan bunyi menjadi /t/. sehingga dengan sebab ini penulis menuliskan yang demikian, seharusnya ditulis dengan dengan fonem /d/ malah diganti dengan fonem /t/. Diwujudkan menjadi diwujutkan dan dimaksut menjadi dimaksut. 2.3.2. Bertemunya orang antar orang secara badaniah belaka tidak akan mengahasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial, pergaulan

itu akan terjadi apa bila antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia berkerja sama, saling berbicara,.... kaliamat di atas salah. Berdasarkan sitematis atau tidaknya kesalahan tersebut ialah kesalahan yang bersifat error. Error pada tingkat sintaksis yakni penulis menaruh kata-kata yang tidak penting yang bisa menghambat pemaknaan. Orang ketika membaca tulisan itu awalnya mesti akan bingung disebabkan strukrur kalimatnya tidak jelas. berdasarkan struktur kalimatnya yaitu berpola S lagi ada S baru P dan Ket, Ket diperluas dengan S dan P, yang lebih mengherankan saya lagi yaitu kalimatnya belum lengkap terus ada koma. Mana ada dalam sintaksis struktur kalimat kayak begitu? bahwa tidak ada strukutur yang berpola S , S P K. jadi seharusnyalah S yang kedua itu dihilangkan dan tidak menaruh tanda koma sebelum kalimat itu lengkap, sehingga struktur kalimatnya menjadi S P K. Jadi, kalimatnya akan berbunyi Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial akan terjadi apa bila..... Kalau sudah begini saya yakin siapa pun yang membacanya pasti paham. Berdasarkan sumber kesalahan kalimat tersebut yaitu bersifat intralingual karena disebabkan oleh penulis sendiri tidak menguasai kaidah bahasa. kemudian bentuk kesalhan yang terjadi yaitu penambahan, bahwasanya penulis menambahkah kata-kata yang tidak perlu yang membuat kalimat itu salah maknanya, kata yang ditambahkan yaitu kata pergaulan itu dan bukan hanya itu yang ditambahkan namun juga tanda baca.

2.3.3. apa bila kata apa bila diatas secara sistematis adalah kesalahan yang error. bisa kita kita lihat bagaimana bentuk keerrorannya yaitu penulis memisahkan kata apa dan kata bila dengan spasi, sungguh itu cara penulisan yang tidak tepat. Kata apabila adalah kata majemuk yaitu tersususn dari dua kata yaitu apa dan bila dalam aturan pembentukan kata (morfologi) kata majemuk harus ditulis serangkai, tidak boleh dipisah. Oleh karena apabila adalah kata majemuk, maka penulisannya harus serangkai (menyambung) jadi, seharusnya apabila bukan apa bila. Dengan ini cukup memberikan informasi kepada kita bahwa kata tersebut salah dalam tingkatan morfologi. Sedangkan menurut sumber kesalahannya yaitu intralingual, bahwasanya kurang manguasainya penulis terhadap kaidah pembentukan kata dalam ini morfologi, dan berdasarkan wujud kesalahanya yaitu penambahan. Penulis menambahkan spasi antara apa dan bila. hal ini sama dengan data berikutnya yaitu atau pun, penjelasannya pun sama, ia adalah kata majemuk yang seharusnya ditulis bersambung. 2.3.4. orang-orang perorangan kalimat yang lengkap dari kata di atas yakni Interaksi sosial merupakan hubungan dinamika yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan antara kelompokkelompok manusia maupun antara orang-orang dengan kelompok-kelompok manusia. Sungguh tak berstruktur sekali. penulis sebetulnya dengan kalimat hubungan antara orang-orang perorangan itu mau menyatakan makna orang dengan orang, namun ia tidak tahu bagaimana sih penggunaan afiks per-an, sehingga membuat kalimat itu menjadi salah. sebetulnya yang diinginkan penulis yaitu ingin menyatakan hubungan antara orang perorang, namun ia salah kafrah dalam menggunakan gramatika, bahwasanya yang harus digunakan untuk menyatakan makna dengan yang berarti hubungan yaitu partikel per bukan afiks per-an. Kesalahan lain dari kalimat tersebut yaitu penulis menggunakan kata bereduplikasi yang bermakna jamak. dengan ini maknanya semakin parah dan rancau lagi. Seperi sudah saya katakan di atas yang diinginkan oleh penulis ialah menyatakan hubungan orang dengan orang

lebih spesifik lagi yaitu hubungan satu orang dengan satu orang, namun makna yang diinginkan itu menjadi tidak tercapai oleh karena ia menggunakan reduplikasi tadi, jadi makna yang akan timbul menjadi hubungan antara banyak orang dengan satu orang atau kelompok dengan orang. berarti selain kalimat ini catat menurut morfologi ia pun cacat menurut semantik. Sumber kesalahannya sudah jelas yaitu intralingual dan ia berwujud penambahan, yang ditambah yaitu reduplikasi pada kata orang jadi orang-orang dan penggantian partikel per dengan akhiran an pada kata perorangan. Hal ini juga sejurus dengan kata-kata berikutnya yaitu orang-perorangan bahwa yang dimaksud orang per orang. 2.3.5. dikatakan bahwa hubungan badan tidak menjadi sarat mutlak Kata sarat pada kalimat tersebut jelas salah, salahnya itu bersifat error. Error pada fonologinya sekaligus semantik. Sarat jika ditulis tanpa fonem /y/ seperti yang tampak pada data itu akan mendatangkan makna penuh, sering atau banyak, seperti pada kalimat kelas ini sarat dengan perkelahian maknanya kelas ini sering terjadi perkelahian. Dan jika syarat ditulis dengan fonem /y/ mendatangkan makna tuntutan atau permintaan yg harus dipenuhi. Nah! jika dilihat menurut konteks kalimatnya, bahwa kalimat tersebut sebetulnya ingin menyatakan sesuatu yang harus dipenuhi. jadi, yang betul untuk penulisan sarat pada kalimat di atas yang itu dengan fonem /y/. Berarti kaliamatnya seharusnya berbunyi dikatakan bahwa hubungan badan tidak menjadi syarat mutlak. Jadi, berdasarkan tingkat kebahasaan, kaliamat di atas salah pada tataran fonologi dan sematik. sematik juga iya seperti yang sudah saya katakan di atas /syarat/ dengan /sarat/ masing-mabing memiliki makna yang berbeda sehingga nanti bisa mengaburkan makna sebuah kalimat. Sumber kesalahannya yaitu berdasarkan intralingual disebabkan oleh kurang atau tidak pahamnya penulis terhadap kaidah bahasa. kesalhan tersebut berwujud kesalahan penghilangan, yaitu penulis menghilangkan fonem /y/ antara konsonan /s/ dengan vokal /a/. 2.3.6. di pisahkan di landa, di terima, di bagi, di maksut, di gunakan, di pisahkan, di pilih, di sebabkan, di tandai, di dukung, di artikan di pergunakan. semua kesalahan di atas data yang sama Kata-kata di atas memiliki kesalahan yang sama kesalahannya yaitu kesalahan yang sistematis yaitu kesalahan itu bersifat berulang-ulang. berdasarkan tingkat kebahsaan bahwa kesalhan tersebut terletak pada tataran morfologi yaitu penulis tidak bisa membedakan mana prefiks di- dan kata depan di. Penulis cendrung menyamakan prefiks di- dan kata depan di tersebut, sehingga pada kata-kata di atas prefeks di- dipisahkan penulisannya dengan morfem yang diikutinya. penulisan yang benar yaitu prefeks ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya dan penulisan kata depan harus dipisah dengan kata yang diikutinya. Sumber kesalahan dari data tersebut yaitu intralingual dan dan berwujud penambahan yaitu yang ditambah spasi antara perefiks di- dengan morfem yang diikutinya. Pembenaran untuk masingmasing kata itu yaitu dipisahkan dilanda, diterima, dibagi, dimaksut, digunakan, dipisahkan, dipilih, disebabkan, ditandai, didukung, diartikan, dipergunakan.

2.3.7. - baik itu berupa imitasi, sugesti, identifukasi dan simpati - baik itu secara sadar ataupun tidak. - baik itu berupa gerakan atau sebuah pembicaraan atau bahkan sikap.

Tiga kalimat di atas adalah kalimat yang error, error pada tataran sintaksis yaitu penulis tidak tahu bagaimana penggunaan kata hubung (konjungsi) yang benar. bahwasanya konjungsi yang diinginkan pada ketiga kalimat itu adalah konjungsi yang menyatakan makna gabungan yaitu yang seharusnya baik.... maupun..... namun penulis salah menggunakan pasangan terhadap konjungsi itu. dalam sintaksis tidak ada kata hubung yang menyakatakn gabungan seperti yang penulis makalah tuliskan yaitu baik.... dan...., baik.... atupun.... dan baik.... atau..... Jadi, seharusnya masing masing kalimat itu kata hubungnya diganti dengan baik.... maupun...., sehingga kalimatnya akan menjadi - baik itu berupa imitasi, sugesti, identifukasi maupun simpati - baik itu secara sadar maupun tidak. - baik itu berupa gerakan maupun sebuah pembicaraan atau bahkan sikap. kesalahan ini terjadi akibat penulis tidak menguasai kaidah bahasa Indonesia oleh karenanya data ini adalah kesalahan yang bersifat intralingual. wujud kesalahan itu sendiri adalah penggantian yaitu penulis menggantikan konjungsi baik.... maupun.... dengan baik.... dan...., baik.... ataupun...., dan baik.... atau..... 2.3.8. adalah merupakan Kalimat lengkapnya ialah identifikasi adalah merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk mejadi sama seperti fihak lain. kalimat ini salah, menurut sitematisnya ia kalimat yang error. bentuk keerrorannya yaitu terletak pada kata adalah dan merupakan. Adalah dan merupakan adalah kata yang berfungsi untuk menjelaskan sesuatu. Dalam kaidah bahasa dinyatakan bahwa satu kata penjelas hanya boleh menjelaskan satu kata yang dijelaskan. Jadi, setiap kata yang dijelaskan memiliki satu kata penjelas. Baiklah kita lihat kata di atas, kata yang dijelaskan yaitu kata identifikasi dan kata penjelasnya yaitu adalah dan merupakan, berarti di sana ada satu kata yang dijelaskan dengan dua kata penjelas. Nah! Demikianlah kesalahannya. Seharusnya identifikasi itu hanya boleh menerima satu kata penjelasan saja apakah adalah atau merupakan, pilih satu diantaranya mana yang sekiranya cocok untuk digunakan (sebab pada kalimat tertentu ada batasan-batasan tersendiri bagaimana pengguanaan dua kata penjelas tersbut). Berarti kesalahan tersebut salah pada tingkatan sintaksis, Sumber kesalahannya sudah jelas yaitu bersumber dari bahasa itu sendiri atau intralingual yaitu kurangnya penguasaan penulis terhadap kaidah bahasa dan adapun wujud kesalahannya yaitu berwujud penambahan. yang ditambahkan yaitu kata penjelas yang tidak perlu. Jadi, kalimat yang benar dari ungkapan tersebut yaitu identifikasi adalah kecenderungankecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk mejadi sama seperti fihak lain atau identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk mejadi sama seperti fihak lain. Kasus yang sama terjadi pada kata seperti misalnya pada kata seperti misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan umum dan seperti umpamanya pada kata seperti umpamanya mengumumkan rahasia fihak lain.... penjelasannya sama dengan penjelasan kesalahan tersebut. 2.3.9. harfiah dan telpon Harfiah dan telpon dua-duanya error menurut fonologi. dalam KBBI yang tercantum harafiah dan telepon dengan vokal /a/ pada kata harafiah dan vokal /e/ pada kata telepon. menghilangkan bunyi tersebut berarti salah, sumber kesalahan data tersebut yaitu

intralingul sebab penulis tidak memahami fonologi, sedangkan wujud kesalahannya yaitu penghilangan. yang dihilangkan adalah fonem /a/ pada harafiah dan fonem /e/ pada telepon. 2.3.10. Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan penggolongan yang lebih luas, Kesalahan yang terjadi pada kalimat di atas adalah kesalahan yang sistematif yaitu error. Error pada tataran sintaksis yaitu ketidaksantunan dalam memilih konjungsi serta membuat kalimat yang tidak logis, kalimat yang tidak logis disebabkan oleh bentuk kalimatnya yang tidak terstrukrur dengan benar. Coba kita cerna bagaimana unsur fungsi pada kalimat di atas Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan penggolongan yang lebih P S1 S2 P O Ket luas, S1 dan S2 itu satu orang, jadi tidak bisa dipisah menjadi dua subjek. kemudian konjung yang dipakai tidak tepat, bahwasanya konjungsi dan menyatakan penambahan, kita lihat kalimatnya, ada tidak unsur yang bersifat penambahan? jelas tidak. Di sisi lain, konjungsi dan bertugas untuk menghubungkan kalimat majemuk setara. kalimat di atas adalah kalimat majemuk bertingkat, berarti konjungsinya salah. kaliamat yang benar untuk memperbaiki kalimat itu adalah Adapun pendapat Gillin yang pernah mengandakan penggolongan yang lebih luas,. Konjungsi dan diganti dengan konjungsi yang yang bertugas untuk menjelaskan dan untuk menghubungkan kalimat majemuk bertingkat. Sumber kesalahan ini bersifat intralingual yaitu disebabkan karena penulis tidak mengerti atau menguasai kaidah bahasa khususnya pada tataran sintaksis sedangkan menurut wujud kesalahannya yaitu berwujud penggantian sekaligus penambahan, yang diganti yaitu konjungsi yang dengan konjungsi dan dan yang tambahkan yaitu subjek kedua. 2.3.11. prikelakuan Bentuk prikelakuan adalah bentuk kesalahan yang sistematis yaitu error, error pada tataran morfologi. Kesalahan yang terjadi pada kata di atas adalah kesalahan pada pemakaian afiks kean. Afiks ke-an merupakan imbuhan yang hadir di awal dan di akhir kata yang diimbuh sebagai konfiks, jadi tidak boleh salah satunya berada di tengah kata yang diimbuah atau sebagai sisipan seperti yang tampak pada kata di atas. Afiks ke- berada di tengah kata, model begini menunjukkan afiks itu bukan ke-an lagi melainkan sisipan ke- dan akhiran -an, bentuk seperti ini tidak ada dalam morfologi. Menambah ke-an untuk mengimbuh kata perilaku pun tidak tepat, sebab ke-an itu menyatakan benda dan sifat, dalam konteks kalimatnya perilaku berkategori adjektive jadi tidak perlu ditambahkan ke-an lagi. Bentuk yang benar untuk memperbaiki kata di atas yakni mengilangkan afiks ke-an mejadi perilaku. Berdasarkan sumber kesalahan yang terjadi pada data di atas adalah bersifat intralingual yaitu penulis tidak mengerti kaidah pembentukan kata dalam hal ini morfologi dan berdasarkan wujud kesalahan kesalahan tersebut yaitu berwujud penambahan afiks ke-an. masyrakat Kata masyrakat di atas adalah bentuk kesalahan yang sistematis yaitu error. Dalam tingkat kebahasaan kesalahan tersebut masuk dalam kategori kesalahan pada tingkat fonologi. Kesalahan yang terjadi pada kata itu adalah berupa penghilangan fonem /a/ antara fonem /sy/ dan /r/, jadi sebetuknya kata yang benar yaitu masyarakat. Memang kesalhan itu tidak akan mengabutkan makna tetapi menutut pelafalan fonologinya tetap salah. Jadi kesalahan itu terletak pada fonetiknya nukan pada fonemiknya.

2.3.12.

berdasarkan sumber kesalahannya kesalhan itu merdifat interlingual yaitu penulis terpengarus dengan bahasa daerah yang ia kuasai dalam hal ini yaitu bahasa Sasak, bahwasanya dalam bahasa Sasak pelafalan masyarakat dalam masyarakatnya dilafalakan dengan tanpa fomem /a/ jadi mereka melafalkannya masyraka. Kemudian dillihat dari wujud kesalahannya kesalahan ini yaitu berupa penghilangan yaitu yang dihilangkan adalah fonem /a/ yang terletak antara fonem /sy/ dan /r/ pada kata masyarakat 2.3.13. kadang-kadang kala Bentuk seperti yang tampak pada kata di atas merupakan suatu betuk kesalahan yang sistematis yaitu error. kata kadang-kadang kala ini error pada tataran sintaksis namun pada dasarnya kesalahan itu bermula dari kekeliruannya dalam morfologi yaitu pada pembentukan kata ulang, kat ulang seperti pada kata dfi atas menyatakan keseringan, jadi tidak perlu ditambah dengan kata kala lagi sebab sering itu sudah menyatakan kala sehingga dengan sebab ini terjadi kesalhan pada tataran se;anjutnya yaitu sintasksis, kesalahan yang terjadi pada sintaksis yaitu berupa pemborosan kata. adapun sumber kesalahannya yaitu bersifat intralingual yaitu penulis tidak mengerti tata bahasa yang baik dan benar, dan menurut wujud dari kesalhan itu yaitu berwujud penambahaghan yaitu yang ditambah pereduplikasian.

2.3.14. opositional peocesses yang seperti halnya Adapun kesalahan yang terjadi pada kalimat di atas adalah kesalahan yang sistematis yaitu error. kemudian berdasarakan tingkat kebahasaan kesalahan di atas terletak pada tingkat sintaksis. penjelasannya seperti ini: kalimat yang lengkap dari kalimat di atas yaitu proses yang disosiatif sering disebut juga sebagai opositional peocesses yang seperti halnya dengan kerja sama. kata penghubung yang yang vercetak tebal di atas adalah kata penghubung antar kalimat majemuk bertingkat, namun pada kalimat di atas adalah kalimat majemuk setara hal itu di tandai dengan frasa penjelas yatiu seperti halnya frasa seperti halnya adalah frasa yang menjelaskan sesuatu itu memiliki kedudukan yang sama atau palimh tidak mirip. oleh karenanya kalimat di atas tentu salah, kesalahan itu ialah kesalahan yang jika dilihat dari karekteristik yang yang bertugas menjadi kata penghubung. Di sisi, yang merupakan kata yang bertugas untuk menjelaskan kalimat yang butuh penjelasan. Pada kaliamat di atas yang itu menjelaskan frasa opositional peocesses kata selanjutnya pun ada kata penjelas yaitu seperi kalimat penjelas seperti juga menjelaskan frasa opositional peocesses, ketentuannya ialah satu kata penjelas hanya boleh meejelaskan satu kata yang dijelaskan begitu sebaliknya kata yang dijelaskan hanya boleh menerima satu kata penjelas saja. jadi, sudah tampak bagaiman kesasalah pada kalimat tersebut. kemudian berlanjut pada sumber kesalahan yaitu keslahan tersebut bersumber pada bahasa itu sendiri disebabkan oleh penulis yang tidak menguasai gramatikal, jadi kesalalahannya yaitu intralingual selanjutnya berupa wujud kesalahan yaitu berwujud penambahan, yang ditambahkan adalah konjungsi yang atau kata penjelelas yang. 2.3.15. ketidak pastian Kata ketidak pastian error, segingga termasuk pada kesalahan yang sistematis, bentuk keerroranya yaitu penulis memberikan pemisah berupa spasi antara ketidak dan pastian. ketidakpastian merupakan satu kata yang dibentuk dari dua morfem bebas yaitu {tidak} dan {pasti} dan satu morfem terikat yaitu {ke-an}, ketentuan dalam pembentukan kata yaitu satu kata tidak boleh terpisah dari semua unsur unsur pembentukannya, jadi tetap ditulis serangkai, seperti kata di atas akan menjadi ketidakpastian (tanpa spasi) ingat! adapun sumber kesalahan

pada data diatas yaitu intralingal disebabkan penulis yanmg tidak mengerti gramatikal dan wujud kesalahannya bersifat penambaha yaitu menambahkan sapasi diantara ketidak dan pastian. Jadi, kata yang tepat ditulis tanpa spasi ketidakpastian bukan ketidak pastian, dengan spasi. 2.3.16. menghalangi-halangi kata menghalangi-halangi di atas error karena itu ia kesalahan yang sistematis. kata menghalangi-halangi di atas salah pada tataran morfologi yaitu kesalahan dalam redulikasi yang berafiks, kenapa salah? jawabannya yaitu redulikasi jika ditambah dengan {meN} maka bentuknya {meN-R-i} contoh saya ambilkan kata yang salah seharusnya {meN-halang-halang-I => menghalang-halangi} jadi tidak boleh berbentuk {meN+R-i+i} karena sesungguhnya dalam morfologi tidak ada bentuk yang demikian yang ada cuma penambahan imbuhan pada awal, akhir, tengan, awal-akhir, sedangkan awal tengah akhir tidak ada. Berdasarkan sumber kesalahan yang terjadi pada data di atas adalah kesalahan yang bersifat intralingual yang disebabkan oleh penulis makalah yang tidak menguasai kaidah pembentukan kata. sedangkan wujud dari kesalahan tersebut yaitu berwujud penggantian yaitu penggantian bentuk afiks meN-i. memitnah kesalahan pada kata di atas adalah kesalahan yang sistematis yaitu error, bentuk keerrorannyanya terletak pada tingkatan morfologi yaitu kata yang benar memfitnah bukan memitnah. Penjelasan akan kesalahan tersebut sebagai berikut: memfitnah dibentuk dari morfem bebas {fitnah} dan morfem terikat {meN}, kaidahnya jika {meN} berubah menjadi {mem} apabila diikuti bentuk dasar yang berawalan /p/, /b/, /f/. Fonem /p/ luluh kecuali pada bebarapa kata dasar yang berasal dari kata asing dan pada bentuk yang berprefiks. jadi jika menasal diikuti oleh {fitnah} maka {meN} berubah menjadi {mem} + {fitnah} menjadi {memfitnah} bukan {memitnah}. Berdasarkan sumber kesalahan pada data ini adalah intralingual yaitu penulis tidak menguasai kaidah pembentukan kata, sedangkan wujud dari kesalahana ini yaitu berwujud penghilangan yaitu penulis menghilangkan fonem /f/ pada memfitnah. badaniyah data di atas sama dengan semua data sebelumnya yaitu kesalahab yang sistematos berupa error. kata badiah seharusnya ditulis dengan tanpa /y/ sebab penulisan dalam kata serapan harus mengikuti pelafalan atau ejaan Indonesia kalau tidak demikian kata serapan tersebut harus ditulis miring, jadi tingkat kesalhan pada data tersebut yaitu pada sintaksis sedangkan sumber kesalahan data tersebut yaitu intralingual bahwa penulis tidak mengetahuai bagaimana cara penulisan kata serapan. kemudian berdasarkan wujud kesahannya yaitu berwujud penambahan. adapun yang ditambahkan yaitu fonem /y/ di antara fomen /i/ dan /a/. banyak hal-hal Data ini pun sama dengan data pada sebelumnya yaitu error jika dilihat dari sistematis atau tidaknya. data diatas salah sebab terjadi pemborosan kata, mengapa demikian? baiklah kita lihat! reduplikasi hal-hal sudah menyatakan makna banyak jadi tidak perlu atau bahkan tidak boleh kita beri penjelasan dengan mengatakan banyak di depannya lagi, berarti kesahalan tersebut terletak pada tingkat sintaksis. dan sumber dari kealahan pada dat itu berisfat intarlingual karena

2.3.17.

2.3.18.

2.3.19.

penulis tidak memahami kaidah bahasa, selanjutnya wujud kesalhan tersebut yaitu penambahan, yang ditambahkan adalah kata banyak di depan reduplikasi hal-hal.

2.3. klarifikasi Kesalahan

= kunci = tanpa = tafsiran =Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial akan terjadi = apabila = orangperorang = orangperorang = Definisi = syarat = di pisahkan = dibagi = diterima = dilanda =dipergunakan =diartikan = didukung = ditandai = disebabkan = dipilih = dipisahkan = digunakan = dimaksut = baik ituberupa imitasi, sugesti, identifukasi maupun simpati = ataupun = pihak = - adalahatau merupakan = baik itusecara sadar maupun tidak =harafiah = telepon = tafsiran = prilaku =baik itu berupa gerakan,maupun sebuah pembicaraan ataubahkan sikap =Adapun pendapat Gillin yang pernah mengandakan.... =masyarakat =diwujudkan =di maksud = menghasilkan

- konci - tampa - tapsiran - Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial, pergaulan itu akan terjadi - apa bila - orang-orang perorangan= orang perorang - orang perorangan= orang perorang - Difinisi - sarat - di pisahkan - di bagi - di terima - di landa - di pergunakan - di artikan - di dukung - di tandai - di sebabkan - di pilih - di pisahkan - di gunakan - di maksut - baik itu berupa imitasi, sugesti, identifukasi dan simpati. - atau pun - fihak - adalah merupakan - baik itu secara sadar ataupun tidak - harfiah - telpon - tapsiran - prikelakuan - baik itu berupa gerakan,atau sebuah pembicaraan atau bahkan sikap - Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan.... - masyrakat - diwujutkan - di maksut - mengasilkan

=opositional peocesses seperti halnya = kadang kala = Contravention.....berada antara persaingandan pertentangan = ketidakpastian =menghalang-halangi =seperti atau misalnya =memfitnah =seperti atau umpamanya = badaniah =banyak hal

- opositional peocesses yang seperti halnya - kadang-kadang kala - Contravention....berada antara persaingan dengan pertentangan - ketidak pastian - menghalangi-halangi - seperti misalnya - memitnah - seperti umpamanya - badaniyah - banyak hal-hal

BAB III PENUTUP Kesimpulan semua kesalahan berbahasa yang ada di maklah yang ditulis oleh Lukman Hakim itu adalah bersifat error semua, sebab tidak akan mungkin muncul mistik dalam bahasa tulisan, sedangkan menurut tingkat kebahasaan atau menurut tarartan kebahasaan kesalahan yang banya terjadi terletak pada tataran morfologi dan sintaksis. kemudian menurtu sumber kesalahannya dominan

bersifat interlingual, selanjutnya berdasarkan wujud kesalahan berbahasa, kesalahan data tersebut kebanyakan bersifat penambahan. Saran saran kepada penulis supaya memperdalam pengausaannya terhadap kaidah bahasa Indonesia dan kepada pembaca supaya jangan meniru kesalahan yang diperbuat oleh penulis akan tetapi hendaknya belajar dari kesalahannya sehingga kita bisa membenarkannya dan kita tidak melakukan kesalahan berbahsa. Lampiran
Penulis Lukman Hakim *

INTERAKSI SOSIAL KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kita kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Halimatus Sadiah selaku dosen sosiologi yang telah membimbing kami, dan kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB I
PENDAHULUAN Interaksi sosoial adalah konci dari semua kehidupan sosial, karena tampa interaksi sosial, tidak mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang antar orang secara badaniah belaka tidak akan mengahasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial, pergaulan itu akan terjadi apa bila antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia berkerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa interaksi merupakan proses dasar dalam hidup bersosial.

BAB II

INTERAKSI SOSIAL A. Difinisi

Interaksi sosial merupakan hubungan dinamika yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-orang dengan kelompok-kelompok manusia. (semantik) Oleh sebab itu interaksi sosial merupakan sarat utama untuk terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan keadaan yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan karena tampa adanya interaksi maka tidak mungkin akan terjadi sebuah aktivitas dalam

kehidupan sehari-hari, sedangkan interaksi sosial itu sendiri itu terjadi karena adanya pengaruh dari berbagi faktor baik itu berupa imitasi, sugesti, identifukasi dan simpati. Faktor-faktor itu sendiri dapat bergerak secara terpisah ataupun dalam keadaan bergabung, adapun jika kita tinjau lebih dalam misalnyasaja faktor imitasi mempunyai peranan penting dalam masyarakat misalnya dengan adanya imitasi-imitasi maka dapat mendorong seseorang mematuhi kaidah atau pun nilai-nilai yang berlaku akan tetapi interaksi juga dapat menimbukan hal-hal yang negatif misalnya dengan imitasi orang dapat melemahkan dan bahkan dapat mematikan daya kreasi seseorang. Sedangkan faktor sugesti berlangsung apabila memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian di terima fihak lain. Jadi proses ini hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik tolaknyalah yang membedakanya. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena fihak lain menerima di landa oleh emosinya, hal mana dapat menghambat secara rasional. Adapun identifikasi adalah merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk mejadi sama seperti fihak lain, identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi ini dapat berlangsung dengan sendirinya baik itu secara sadar ataupun tidak oleh sebab itu biasanya seseorang sering kali mencari tipe-tipe ideal tertentu dalam proses kehidupannya.

* LukmanHakim : Mahasiswa FKIP Pend. Ekonomi Unversitas Kanjuruhan Malang

B. a)

Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial Adanya kontak sosial

Kata kotak berasal dari bahasa latin yaitu dari kata con dan cum yang berati sama-sama dan tango yang berati menyentuh sehingga secara harfiah dapat kita artikan bahwa kotak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak akan terjadi apa bila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti hubungan secara badaniah, oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan fihak lain tampa menyentuhnya, misalnya dengan cara berbicara dengan fihak lain, dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan dengan memakai telpon, internet, radio dan lain-lain dan bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badan tidak menjadi sarat mutlak untuk terjadinya kontak sosial. Sedangkan kontak sosial itu sendiri dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: 1) 2) 3) Antara orang-perorang. Antara orang dengan kelompok Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainya.

Sedangkan kontak itu sendiri dapat di bagi menjadi dua hal yaitu kontak primer dan kontak sekunder sedangkan yang di maksut dengan kontak primer itu sendiri adalah apa bila terjadinya kontak itu secara langsung bertemu dan bertatap muka. Sedangkan yang di maksut dengan kontak sekunder adalah sebaliknya yaitu kontak yang melalui perantara. b) Adanya komunikasi Komunikasi merupaka hal yang mutlak yang tak dapat di pisahkan dengan interaksi karena komunikasi merupakan alat yang di gunakan untuk berinteraksi, sedangkan arti yang terpenting dari sebuah komunikasi itu sendiri adalah bahwa seseorang memberi tapsiran pada prikelakuan orang lain baik itu berupa gerakan,atau sebuah pembicaraan atau bahkan sikap. Sedangkan orang yang dilawan bicara akan memberikan reaksi atau tanggapan terhadap orang yang memberikan pesan. C. Bentuk-bentuk interaksi sosial Adapun bentuk-bentuk dari pada interaksi sosial itu sendiri dapat di bagi menjadi tiga yaitu: a. kerja sama b. Persaingan c. Pertikaian atau konflik

Adapun pendapat gillin dan gillin pernah mengandakan penggolongan yang lebih luas, menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul akibat adanya interaksi sosial yaitu: a) Proses asosiatif yang terbagi ke dalam tiga bentuk yaitu: Akomodasi Akomodasi dapat di pergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk dari suatu keadaaan dan dapat menunjuk pada suatu proses. Sedangakan akomodasi yang menunjuk dalam suatu keadaan berarti suatu kenyataan adanya suatau keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan, dan kelompok-kelopok manusia, sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sedangakan menurut gillin akomodasi adalah suatau pengertian yang dipergunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi yang di pergunakan oleh ahliahli biologi untuk menujuk suatu proses di mana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dengan alam sekitarnya. Sedangkan bentuk-bentuk akomodasi dapat di bagi menjadi delapan yaitu: 1) Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksakan oleh karena paksaaan. 2) Compromise adalah suatu bentuk akomodasi dimana fihak-fihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutanya, agar tercapai suatu penyesuaian terhadap perselisihan yang ada. 3) Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila fihak-fihak yang berhadapan,masing-masing tidak sanggup mencapainya sendiri. Maka pertentangan diselesaikan melalui fihak ketiga yang di pilih oleh kedua belah fihak. 4) Mediation hampir menyerupai arbitration, pada mediation diundangkan fihak ketiga yang netral dalam soal perselisiahan

yang ada. Fihak ketiga tersebut mempunyai tugas menyelesaikan perselisiahan secara damai, sedangkan kedudukan fihak ketiga adalah sebagai penasehat belaka. 5) Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan fihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu

persetujuan bersama. 6) Toleration, yang juga sering dinamakan tolerant-paericipantion. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tampa persetujuan yang formal bentuknya. 7) Stalemate, merupakan suatu akomodasi di mana fihak-fihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini di sebabkan oleh kedua belah fihak sudah tidak ada kemungkinan untuk maju atapun mundur. 8) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Asimilasi Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang di tandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha

mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatiakan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. Sedangkan proses akan asimilasi akan timbul apabila: a. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan. b. Orang perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama. c. Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah: 1) Toleransi

Toleransi terhadap kolompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri, hanya mungkin tercapai dalam suatu akomodasi, maka faktor tersebut dapat mempercepat asimilasi.

2)

Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.

Adanya kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang Dari berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda dapat mempercepat proses terjadinya asimilasi, dikarenakan masing-masing individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kedudukan tertentu atas dasar jasa-jasanya ataupun yang dimilikinya. 3) Suatu sikap mengahargai orang asing dan kebudayaannya.

Sikap saling menghargai terhadap kebudayaan yang di dukung oleh masyrakat yang lain, dimana masing-masing mengakui kelemahan-kelemahanya, kelebihan-kelebihanya akan mendekatkan masyarakat-masyrakat menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut. 4) Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat juga mempercepat proses asimilasi. Hal ini misalnya dapat diwujutkan dalam dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, penggunaan tempat-tempat rekreasi dan lain-lain. 5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

Pengetahuan akan unsur-unsur yang sama yang terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan yang berlainan, menyebabkan bahwa masyrakat-masyrakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainya. 6) Perkawinan campuran (amalgamasi)

Amalgamasi merupakan hal yang paling menguntungkan bagi terjadinya proses asimilasi. Hal ini terjadi apa bila ada warga dari golongan tertentu menikah dengan warga yang lain. Dengan demikian proses asimilasi dapat menjadi lebih mudah walapun kadang-kadang kala memakan waktu yang agak lama. 7) Adanya musuh bersama dari luar.

Musuh bersama dari luar, biasanya cenderung memperkuat kesatuan masyarakat atau golongan masyarakat yang mengalami ancama musuh tertentu. Dalam keadaan demikian maka golongan masyarakat minoritas dan golongan mayoritas dapat menjadi kompromi dan berusaha melawan musuh secara bersama-sama. Akulturasi Akulturasi merupakan pencampuran dua budaya atau lebih, misal percampuran kebudayaan Cina dengan kebudayaan Jakarta, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa akulturasi adalah percampuran dua budaya ataupun lebih sehingga budaya yang lama berbaur menjadi satu kebudayaan. b) Proses disosiatif yang mencakup: proses yang disosiatif sering disebut juga sebagai opositional peocesses yang seperti halnya dengan kerja sama, selain itu juaga oposisi dapat juga di artikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia, untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Persaingan Persaiangan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang perorangan atau kelompokkelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian dari publik dengan menggunkan cara usaha-usaha yang menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada.persaingan itu sendiri mempunyai dua tipe yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan persaingan yang tidak bersifat pribadi, persainagan pribadi dimana orang perorangan sacara langsung bersaing untuk mendapatkan kedudukan misalnya. Sedangakan persaingan yang tidak bersifat pribadi,adalah persaingan yang secara langsung dilakukan antar kelompok maupun antara orang-perorangan akan tetapi mereka masuk dalam anggota kelompok. Adapun tipe-tipe diatas mengasilkan beberapa bentuk persaingan antara lain: a) b) Persaingan dalam bidang ekonomi. Persaingan dalam kebudayaan.

c) d)

Persaingan untuk mencapai kedudukan dalam peranan tertentu. Persaingan karena perbedaan ras.

Persaingan yang meliputi contravection dan (atau) pertentangan atau pertikaian Contravention pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Contraversi terjadi ditandai dengan gejala-gejala oleh ketidak pastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana atau suatu perasaan tidak suka yang tersembunyi kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Sedangkan menurut leopold von wiese dan howard becker tentang contraversion mencakup lima hal yaitu: a) Proses yang umum dari contraversion meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,keengganan, perlawanan,

perbuatan menghalangi-halangi protes, gangguan-gangguan perbuatan kekerasan dan perbuatan mengacaukan rencana fihak lain. b) Bentuk-bentuk dari contravertion yang sederhana seperti misalnya menyangkal pernyataan orang lain di depan

umum, memaki-maki orang lain, melalui surat-surat selembaran, mencerca, memitnah, melemparkan beban pembuktian kepada fihak lain dan seterusnya. c) Bentuk-bentuk contravention yang intensif yang mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan fihak-fihak lain dan seterusnya. d) seterusnya. e) Contravention yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan, menggangu atau membingungkan fihak lain, Contravention yang bersifat rahasia, seperti umpamanya mengumumkan rahasia fihak lain, perbuatan khianat dan

umpamannya dalam dalam kampanye pemilihan umum. Tipe-tipe contravention a) Contravention antar masyarakat. b) Antar agama c) Contravention intelektual. d) Oposisis moral. Pertentangan atau pertikaian. Pribadi-pribadi maupun kelompok-kelopok manusia yang menyadari adanya perbedaan-perbedaaan misalnya dalam ciriciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perikelakuan dan seterusnya. Fihak lain, dapat mengakibatkan dipertajamnya perbedaan yang tadi, sehingga terjadi suatu pertentangan dan pertikaian. Perasaan memegang peranan yang penting dalam pempertajam perbedaan-perbedaan terebut sedemikian rupa, sehingga masing-masing fihak berusaha untuk saling menghacurkan. Sehingga kita dapat mendifinisikan bahwa yang dimaksut dengan pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana orang-perorang atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi keingnanya dengaan cara menentang fihak lawan yang disertai dengan ancaman dan / atau kekerasan. Adapun sebab-sebab terjadinya dari suatu pertentangan yaitu: a. Perbedaan antar orang-perorangan. b. Perbedaan kebudayaan. c. Bentroknya antara keinginan fihak yang satu dengan fihak yang lain. d. Perubahan-perubahan sosial. Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, akan tetapi juga memiliki dampak yang positif bagi kehidupan misalnya(kan) saja dengan adanya konflik maka banyak hal-hal yang sebelumnya belum ada akan tetapi ada karena adanya conflict.

BAB III

PENUTUP Interaksi sosial merupakan hal yang paling penting dalam proses hidup bersosial walaupun dalam proses tersebut sering terjadi kesenjangan sosial ataupun konflik akan tetapi semua itu merupakan proses sosial yang bertujuan agar orang ataupun kelompok dapat berinteraksi dengan baik walaupun kadang kala sering terjadi hal-hal yang bersifat kekerasan. Penulis mengakui dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan sehingga penulis juga berharap saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat kami harapkan. Walaupun menjadi hal yang sempurna adalah hal yang mustahil bagi kami akan tetapi berusaha untuk menjadi yang sempurna itulah keinginan kami.

Makalah Bahasa Indonesia Tentang Bahasa Indonesia Dalam Surat Menyurat


PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT MENYURAT

MAKALAH DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI NILAI TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH BAHASA INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

NAMA NIM

: ARDI KURNIAWAN KUSUMA : 1131 5107 68

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR JAKARTA 2012

KATA PENGANTAR Pertama tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya saya dapat membuat makalah ini yang digunakan untuk melengkapi nilai tugas akhir semester mata kuliah Bahasa Indonesia Dan juga tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada rekan saya, baik dari keluarga maupun dari teman teman yang selama ini membantu saya.

Dalam makalah ini saya selaku penulis ingin memaparkan atau menjelaskan tentang Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Surat Menyurat yang sekiranya dapat menjadi contoh tentang bagaimana membuat surat yang baik dengan penggunaan bahasa yang baik pula. Karena pada jaman atau era seperti sekarang ini telah banyak masyarakat yang melupakan penulisan Bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam surat - menyurat. Sehingga secara langsung hal tersebut menjadi lumrah atau biasa dikalangan masyarakat. Oleh karena itu saya mengambil tema Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Surat Menyurat ini dengan harapan makalah ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua orang.

Saya pun menerima kritik ataupun saran dari Saudara/I yang mungkin dapat membantu saya memperbaiki makalah ini.

Tangerang, 31 Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................. i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .. 1 B. Rumusan Masalah . 2 C. Tujuan ... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. A. Hakikat, Jenis, dan Format Surat .. 3 B. Bahasa Surat . 8 C. Surat Resmi .. 10 D. Pembuatan Surat Lamaran Pekerjaan ... 12

BAB III PENUTUP . 19 A. Kesimpulan ... 19 B. Saran . 19 DAFTAR PUSTAKA .. 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surat adalah sebuah alat atau media komunikasi yang berupa tulisan yang berisi informasi, pesan, pernyataan, atau tanggapan sesuai keinginan penulis surat. Surat merupakan sarana komunikasi tertulis. Surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efesien, efektif, ekonomis, dan praktis dibandingkan dengan komunikasi lisan. Apa yang

dikomunikasikan melalui surat akan sampai kepada alamat yang dituju sesuai dengan sumber aslinya. Peranan surat lebih penting lagi, terutama dalam surat resmi, seperti surat yang dikeluarkan oleh organisasi/lembaga,

Sebagai contoh, pada saat sebuah perusahaan dagang mengirimkan surat kepada perusahaan lain yang bermaksud untuk menawarkan produk yang dijual oleh perusahaan dagang tersebut. Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa surat dapat berfungsi sebagai alat komunikasi atau penyampai informasi dari perusahaan dagang tersebut kepada perusahaan lain. Surat juga dapat berfungsi sebagai wakil penulis, dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat.

Namun terkadang kita tidak mengerti bagaimana hakikat, jenis surat, serta bahasa surat yang baik dan benar. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai hakikat dan jenis

jenis dari format surat tersebut. Dalam makalah ini, terdapat contoh surat resmi yang dapat dijadikan sebuah acuan dalam pembuatan surat resmi dan juga terdapat tata cara pembuatan surat lamaran pekerjaan sehingga pada saat membuat surat lamaran tersebut tidak lagi mengalami kesulitan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah hakikat dan jenis format surat yang sebenarnya ? 2. Bagaimanakah penggunaan bahasa indonesia dalam surat ? 3. Bagaimanakah contoh dari surat resmi ? 4. Bagaimanakah tata cara pembuatan surat lamaran pekerjaan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat dan jenis format surat yang sebenarnya. 2. Untuk mengetahui penggunaan bahasa indonesia dalam surat. 3. Untuk mengetahui contoh dari surat resmi. 4. Untuk mengetahui tata cara pembuatan surat lamaran pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat, Jenis, dan Format Surat

a. Arti Surat Surat adalah media komunikasi yang berupa tulisan, yang berisi informasi, pesan, pertanyaan, atau tanggapan sesuai dengan keinginan penulis surat.

b. Jenis Surat

Berdasarkan isinya, surat dapat dibedakan atas beberapa jenis, yakni sebagai berikut : 1. Surat keluarga ialah surat yang isinya membicarakan masalah keluarga, perkenalan, atau persahabatan. Surat keluarga dapat berupa surat pada orang tua, famili, kepada kenalan, dan sebagainya. 2. Surat setengah resmi ialah surat yang ditulis oleh seseorang atau perorangan kepada suatu organisasi atau instansi tertentu. Contohnya surat lamaran kerja, surat permohonan izin membangun, surat izin masuk kantor, surat pernyataan bersedia memilih dan dipilih. 3. Surat sosial ialah surat yang dibuat oleh berbagai lembaga sosial yang ditujukan kepada seseorang, organisasi, atau instansi tertentu. Isi surat sosial selalu bersifat kegiatan sosial yang dikelola oleh lembaga yang bersangkutan. 4. Surat niaga ialah surat yang ditulis oleh suatu badan perusahaan perdagangan yang isinya membicarakan masalah dagang atau perniagaan. Menurut Soedjito dan Solchan, surat niaga atau dagang ialah surat yang berisi masalah perniagaan atau perdagangan. Surat niaga dibuat oleh suatu perusahaan yang ditujukan kepada semua pihak. 5. Surat dinas ialah surat yang isinya meliputi masalah dinas yang menyangkut administrasi pemerintah. Menurut Sudarsa, surat dinas atau surat resmi ialah segala komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan dinas instansi. Surat dinas hanya dibuat oleh instansi pemerintah dan dapat dikirimkan kepada semua pihak yang berhubungan dengan instansi tersebut.

c. Fungsi Surat 1) Surat sebagai alat komunikasi Surat merupakan salah satu alat komunikasi, yang dijadikan sebagai alat penyampai informasi dari penulis kepada pembaca / penerimanya. Sebagai alat komunikasi, surat tidak hanya bersifat satu arah, melainkan juga dua arah dan ke segala arah. Hal tersebut berarti, surat juga dapat dibalas sebagai timbal balik (feedback) dan surat juga dapat dibuat / ditujukan kepada lebih dari satu orang.

2) Surat sebagai wakil penulis Dalam hal ini penulis tidak perlu langsung bertatap muka dengan orang yang dituju untuk menyampaikan informasi melainkan diwakili oleh surat.

3)

Surat

sebagai

alat

untuk

menghemat

waktu,

tenaga,

dan

biaya.

Berkomunikasi dengan surat berarti tidak bertatap muka atau tidak berhadapan secara langsung. Jadi berkomunikasi dengan surat dapat dilakukan dari jarak jauh. Oleh sebab itu surat juga dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya. 4) Surat sebagai bukti tertulis Surat dapat dijadikan sebagai bukti tertulis untuk berbagai keperluan. Sehingga jika terjadi sesuatu dikemudian hari, surat dapat dijadikan sebagai acuan. Misalnya pada surat surat perjanjian, surat waris dan sebagainya. Segala jenis surat juga dapat diabadikan / diarsipkan untuk kepentingan kepentingan lain dikemudian hari.

d. Bentuk Surat 1) Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style) Surat yang berbentuk lurus penuh ini disusun dengan aturan, yaitu semua bagian yang terdapat dalam surat selain kop surat. Seluruhnya diketik mulai dari margin kiri. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat 7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

2) Bentuk Setengah Lurus (Semi Block Style) Surat yang berbentuk setengah lurus disusun dengan aturan, semua bagian surat diketik mulai dari margin kiri yang sama, batas batas bagian surat diketik dengan menambahkan jarak 5 (Lima) ketukan dan setiap paragraf baru di mulai pada margin yang sama diantara paragraf yang satu dan yang lainnya berjarak satu spasi. Keterangan : 1. Kop Surat

2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat 7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

3) Bentuk Lurus (Block Style) Bentuk lurus pada dasarnya hampir sama dengan bentuk lurus penuh. Bedanya terletak pada pengetikan tanggal surat, nama jabatan, tanda tangan, nama terang dan NIP, salam penutup, semuanya terletak di margin sebelah kanan. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat 7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

4) Bentuk Lekuk dan Gerigi (Indented Style) Bentuk Lekuk dan gerigi pada dasarnya tidak terlalu berbeda dengan bentuk setengah lurus. Yang membedakannya hanya pada pengetikan alamat dalam yang setiap barisnya lebih menjorok ke dalam. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat

7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

5) Bentuk Paragraf Menggantung (Hanging Paragraph) Bentuk Paragraf menggantung inipun tidak terlalu berbeda dengan bentuk setengah lurus. Karena yang membedakannya hanya dari sistem pengetikan isi surat. Sistem pengetikan tersebut yaitu pada setiap paragraf baris pertama dimulai dari margin kiri. Kemudian pada baris kedua dan selanjutnya, pengetikkan dilakukan menjorok ke dalam. Yang membuat paragraf kelihatan seperti menggantung. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat 7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

6) Bentuk Resmi Indonesia Lama Bentuk resmi Indonesia lama yaitu penulisan alamat surat diketik sebelah kanan di bawah tanggal surat. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Perihal dan Nomor Surat 3. Tempat, Tanggal, dan Tahun Surat 4. Salam Pembuka 5. Isi Surat 6. Inti Surat 7. Salam Penutup 8. Tanda Tangan dan Nama Terang

7) Bentuk Resmi Indonesia Baru

Bentuk resmi Indonesia baru merupakan variasi bentuk setengah lurus dan bentuk resmi Indonesia, bedanya dengan bentuk setengah lurus terletak pada penulisan salam penutup yang berada pada margin kanan yang setara dengan penulisan tembusan. Keterangan : 1. Kop Surat 2. Nomor Surat 3. Tanggal Surat 4. Lampiran Surat 5. Perihal 6. Alamat Dalam 7. Salam Pembuka 8. Alenia Pembuka 9. Alenia Isi 10. Alenia Penutup 11. Salam Penutup 12. Pengirim Surat 13. Tembusan

B. Bahasa Surat

1) Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Surat Penggunaan kata kata yang belum dikaji kebenarannya tidak dibenarkan. Penggunaan kata kata seperti gimana, ngapain, kenapa, entar, kasih, bikin, dan yang semacam itu adalah termasuk kata yang tidak baik. Karena kata kata yang dianggap baik adalah seperti bagaimana. mengapa, nanti, memberi, membuat. 2) Kata Yang Lazim Pilihlah kata kata yang lazim atau memakai istilah dalam bahasa Indonesia. Seperti masukan bukan input, suku cadang bukan spare part, dan peringkat bukan ranking.

3) Kata Yang Cermat

Kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan dan menyarankan merupakan kata kata yang mempunyai arti yang sama. Penulis surat dinas hendaknya dapat memilih kata tersebut dengan tepat sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dalam surat.

Penggunaan sapaan Bapak, Ibu, Saudara, dan Ananda hendaknya tepat pula sesuai dengan kedudukan orang yang dikirimi surat tersebut. Apakah penerima surat lebih tinggi pangkat atau kedudukannya, ataukah sederajat dengan pengirim surat.

4) Ungkapan Idiomatik Unsur unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Unsur unsur itu tidak boleh ditambah, dikurangi, atau dipertukarkan. Yang termasuk ungkapan idiomatik antara lain: sesuai dengan, bertemu dengan, terbuat dari, dan luput dari.

5) Ungkapan Yang Bersinonim Ungkapan ungkapan yang bersinonim atau berarti sama sebaiknya tidak digunakan sekaligus. Contoh: sejak dan dari adalah dan merupakan butuh dan perlu

C. Surat Resmi Surat resmi memiliki bagian bagian tetap, antara lain : a. Kepala Surat Kepala surat yang ditulis lengkap terdiri atas (a) nama instansi, (b) alamat lengkap, (c) nomor telepon, (d) nomor kotak pos, dan (e) lambang atau logo. Kelima unsur tersebut terdapat pada kepala surat.

b. Tanggal Penulisan Surat

Tanggal surat ditulis lengkap, yaitu tanggal ditulis dengan angka, bulan ditulis dengan huruf yang diawali huruf kapital, dan tahun ditulis dengan angka. Sebelum tanggal tidak dicantumkan nama kota, karena nama kota sudah ada pada kepala surat. Setelah tanggal tidak ada tanda baca.

c.

Nomor, Lampiran, dan Perihal Surat Kata nomor, lampiran, dan perihal ditulis dengan diawali huruf kapital dan diikuti dengan tanda titik dua (:) yang ditulis secara estetik sesuai dengan panjang ketiga kata tersebut.

d. Alamat Tujuan Dalam menuliskan alamat surat, terdapat hal hal yang perlu diperhatikan. Seperti : 1. Penulisan nama penerima surat harus cermat dan lengkap sesuai dengan kebiasaan si pemilik nama menulis namanya. 2. Nama diri penerima surat ditulis dengan huruf kapital pada awal setiap unsurnya, tidak menggunakan huruf kapital secara keseluruhan. 3. Penulisan alamat surat juga harus cermat, lengkap, dan informatif. 4. Untuk menyatakan yang terhormat pada awal nama penerima surat cukup ditulis Yth. Dengan huruf awal huruf kapital disertai dengan tanda titik. Penggunaan kata kepada sebelum nama tidak diperlukan karena kepada merupakan kata penghubung antar bagian kalimat yang menyatakan arah. Alamat pengirim juga tidak perlu memakai kata dari yang menyatakan asal. 5. Kata Saudara ditulis dengan disingkat, Sdr. sedangkan kata Bapak dan Ibu ditulis lengkap, tanpa disingkat. 6. Jika nama orang yang dituju bergelar akademik sebelum namanya, seperti Dr. atau Drs. atau memiliki pangkat seperti kolonel atau kapten, kata sapaan Bapak, Ibu, Sdr tidak digunakan. 7. Jika yang dituju nama jabatan seseorang, kata sapaan tidak digunakan agar tidak berhimpit dengan gelar, pangkat, atau jabatan. 8. Kata jalan pada alamat surat tidak disingkat. Alamat yang lebih sempit dengan alamat yang lebih luas tingkatannya diantarai dengan tanda koma. 9. Nama alamat yang dituju hendaklah nama orang yang disertai dengan nama jabatannya, atau nama jabatannya saja, dan bukan nama instansinya.

e.

Isi Surat (Tubuh Surat)

Secara garis besar, isi surat dapat dikelompokkan menjadi bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Yang penulisannya perlu diperhatikan, terutama dalam penggunaan kata kata didalamnya. Karena informasi akan lebih mudah untuk diterima, jika penggunaan kata kata dalam isi surat tersebut mudah untuk dimengerti.

f.

Pengirim Surat (Tanda Tangan, Nama Terang, dan Jabatan) Penulisan pengirim surat perlu memperhatikan hal hal berikut :

1.

Nama tidak perlu ditulis dengan huruf kapital seluruhnya, cukup ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya.

2.

Nama tidak perlu diberi tanda kurung, digarisbawahi, dan tidak perlu diakhiri dengan tanda baca.

g. Tembusan Ketentuan penulisan tembusan adalah sebagai berikut : 1. Jika tembusan lebih dari satu, diberikan nomor urut tembusan. 2. Pihak yang diberi tembusan hendaknya nama jabatan atau nama orang, bukan nama instansi. 3. Dalam tembusan tidak perlu diberikan Kepada Yth atau Yth. 4. Dalam tembusan tidak perlu ada ungkapan, untuk laporan, untuk diperhatikan, untuk bahan pertimbangan, atau ungkapan lain yang mengikat. 5. Dalam tembusan tidak perlu ada ungkapan arsip karena setiap surat resmi pasti ada tembusan.

D. Pembuatan Surat Lamaran Pekerjaan

1) Pengertian Surat Lamaran Pekerjaan Melamar pekerjaan bukan pekerjaan yang mudah, terutama bagi pelamar pemula. Permasalahan utama dalam proses melamar pekerjaan adalah tidak mempunyainya rasa percaya diri. Rasa tidak percaya diri tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti kepandaian, penampilan, umur, persaingan, pengalaman dan sebagainya. Hal tersebut harus dapat dihilangkan. Tanamkan dalam pikiran bahwa anda mempunyai kesempatan yang sama dengan pelamar lain.

Permasalahan kedua yang dihadapi pelamar adalah kurang pahamnya proses penerimaan pegawai (recruitment) pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai kebijaksanaan yang berbeda. Ada yang mengutamakan dari dalam organisasi, ada yang menjaring lewat iklan, dan ada pula yang melalui lembaga lembaga pendidikan. Tetapi walaupun kebijaksanaan berbeda proses yang dijalankan relatif sama.

Proses dalam penerimaan pegawai (recruitment) bisa dimulai dari analisis kebutuhan tenaga kerja, pencarian sumber tenaga kerja, seleksi administratif, seleksi kemampuan, psikotes, masa percobaan, dan akhirnya calon pekerja diterima. Proses analisis pegawai bukan merupakan permasalahan kita, proses yang harus kita pahami adalah mulai dari sumber mana tenaga kerja dicari sampai pada penerimaan. Dalam makalah ini hanya membahas mengenai sumber tenaga kerja dan seleksi administrasi. 2) Pemahaman Sumber sumber Lamaran Pekerjaan Pemahaman sumber lamaran pekerjaan merupakan hal yang sangat penting dipahami oleh pelamar pekerjaan. Dari sumber lamaran dapat diperhitungkan kemungkinan diterima atau tidaknya lamaran kita.

Walaupun sering kali mendapatkan sesuatu tanpa kita duga sebelumnya, tetapi mengharapkan keberuntungan sebagai dasar mencapai sesuatu bukan merupakan tindakan yang bijaksana. Jangan berharap dari keberuntungan, karena keberuntungan suatu saat akan habis. Upayakan keberhasilan dari perencanaan, bukan dari keberuntungan, tetapi dari perhitungan.

Kita kembali kepada sumber lamaran, secara garis besar sumber lamaran pekerjaan didapat dari : a. Sumber lowongan pekerjaan tanpa sumber tertentu Lowongan tanpa sumber tertentu, mempunyai peluang yang kecil dibandingkan dengan sumber yang lain. Walalupun kecil, tetapi peluang tetap ada, karena itu cara coba coba layak dijalankan, terutama bila lokasi perusahaan dekat tempat tinggal anda. Bila anda melihat ada perusahaan yang baru buka, cobalah untuk membuat lamaran, siapa tahu perusahaan tersebut membutuhkan tenaga dengan spesifikasi yang anda punya. Seringkali perusahaan mengambil kebijaksanaan dengan mengambil karyawan dilingkungannya dengan tujuan untuk menjalin

hubungan baik dengan lingkungannya dan perhitungan karyawan dekat sehingga kemungkinan terlambat sedikit serta menghemat uang transportasi.

b. Sumber lowongan dari media tertentu Sumber lowongan dari media tertentu biasanya berasal dari media massa seperti koran, majalah, radio atau bahkan televisi. Pertimbangan yang harus anda perhitungkan benar apakah spesifikasi yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi yang anda miliki. Perhitungan tersebut perlu agar jangan sampai waktu, biaya, dan tenaga yang kita keluarkan terbuang percuma.

c.

Sumber lowongan dari referensi pihak tertentu Sumber lowongan dari referensi mempunyai peluang lebih besar daripada sumber yang lain karena sedikit banyak pemberi referensi membantu anda. Peluang yang besar akan terbuang percuma bila anda tidak memanfaatkannya dengan baik. Referensi dapat berasal dari kampus, famili, atau kenalan. Semakin dekat hubungan anda dengan pemberi referensi, semakin besar pula peluang anda untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Merupakan hal yang wajar bila pemberi referensi berfikir tentang kemampuan anda karena pemberi referensi sedikit banyak punya ikatan moril dengan pihak yang direferensikan.

3) Pembuatan Surat Lamaran Pekerjaan Sebelum kita membahas mengenai pembuatan surat lamaran pekerjaan, harus dipahami terlebih dahulu ciri ciri surat lamaran yang baik. Surat lamaran yang baik sekurang kurangnya mempunyai ciri ciri : a. Mempunyai bentuk yang menarik Pengertian bentuk di sini adalah penampilan surat lamaran secara keseluruhan, seperti pas foto berwarna, walaupun tidak diminta, tulisan tangan yang rapi, atau hasil ketikan yang bagus. Kekeliruan pembuatan surat lamaran yang sering terjadi adalah pelamar sering beranggapan bahwa surat lamaran harus ditulis tangan dengan tinta hitam dan ditulis diatas kertas folio bergaris. Surat lamaran tidak boleh diketik dengan komputer atau mesin tik. Itu adalah anggapan yang sangat keliru. Tulislah surat lamaran dengan komputer, cetaklah dengan printer yang terbaik yang dapat anda lakukan. Dengan cara itu akan membuat lamaran anda lebih menarik daripada lainnya.

b. Mempunyai bahasa yang baik Bahasa yang baik di sini adalah bahasa formal karena lamaran merupakan salah satu surat dinas pribadi. Bila surat lamaran mencantumkan syarat dapat berkomunikasi dengan bahasa asing, Inggris, Mandarin, Jepang, atau lainnya. Jika anda mampu, pergunakan lamaran dalam bahasa tersebut karena itu merupakan kredit point.

c.

Menggambarkan kemampuan pelamar Disinilah yang seringkali menimbulkan masalah. Sebagai bangsa timur dengan etika yang tinggi, menonjolkan kemampuan diri sering dipandang perbuatan yang tabu. Ketabuan tersebut juga masuk pada waktu melamar pekerjaan. Harap diingat pihak yang dituju dalam lamaran adalah orang orang bisnis dengan keterbukaan dan tingkat kesibukan yang tinggi. Mereka hanya memandang yang tersurat dan seringkali kurang memperhatikan yang tersirat, karenanya kemukakan kemampuan yang anda miliki tanpa meninggalkan kesan bahwa anda sombong. Ingat anda sedang melamar pekerjaan. Melamar sama saja dengan merayu dalam kehidupan nyata.

d. Tepat pada sasaran Yang dimaskud dengan tepat sasaran adalah tepat kepada siapa lamaran ditujukan. Pengertian tepat disini adalah pihak yang dituju. Diutamakan anda mencantumkan nama dan gelar lengkap, nama jabatan, serta nama perusahaan berikut alamatnya. Tetapi, sering kali kita tidak mendapatkan hal itu, untuk alamat dalamnya cukup kita cantumkan Bapak / Ibu Kepala Bagian Personalia, HRD (Human Resource Development), dan sejenisnya. Sedangkan hal hal yang harus dicantumkan dalam surat lamaran pekerjaan agar tercapai tujuan pembuatannya adalah : a. Menyebutkan sumber lamaran Sumber lamaran bisa didapat dari media massa, iklan, informasi di kampus, atau referensi.

b. Identifikasi diri lengkap dari pelamar Identitas diri dari pelamar meliputi nama, alamat, nomor telepon, handphone, atau alat bantu komunikasi lainnya. Identitas diri dari pelamar harus memudahkan pihak perusahaan menghubungi pelamar.

c.

Posisi yang dikehendaki Mencantumkan posisi yang dikehendaki akan memudahkan penyortiran bagi bagian personalia. Seringkali perusahaan mensyaratkan penulisan kode tertentu di amplop lamaran. Kode dibuat karena posisi yang ada tidak hanya satu posisi saja. Kode tersebut dicantumkan dengan maksud penyortiran. Hampir dipastikan tidak dituliskannya kode akan membuat lamaran disisihkan, karena bisa saja yang menangani lamaran untuk masing masing posisi berbeda.

d. Riwayat pendidikan Riwayat pendidikan ditulis dari pendidikan yang paling rendah menuju pendidikan tertinggi atau sebaliknya. Cantumkan tahun mulai masuk sampai selesai. Selisih antara tahun menunjukkan berapa lama pelamar menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

e.

Riwayat pekerjaan Sama dengan riwayat pendidikan, bila anda pernah bekerja sebelumnya, cantumkan riwayat pekerjaan anda dari terlama sampai terbaru atau sebaliknya. Cantumkan pula alasan mengapa berhenti. Ingat, semakin banyak pengalaman bukan berarti catatan pegawai semakin bagus, bahkan mungkin sebaliknya karena selalu berganti ganti pekerjaan dalam waktu relatif singkat menunjukkan seorang pelamar bersifat pembosan.

f.

Kemampuan lain yang dimiliki Kemampuan lain dapat berupa kemampuan olahraga, pengalaman berorganisasi, atau keahlian lain yang dipandang menambah kredit point pelamar. Kemampuan berolahraga memang tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Tetapi seringkali sebuah perusahaan mempunyai klub olahraga tertentu sebagai media promosi perusahaan. Pada perusahaan seperti itu, pencantuman prestasi olahraga dapat menimbulkan nilai positif.

g. Referensi Sebelum pelamar menulis seorang pihak atau lembaga sebagai referensi, terdapat beberapa hal yang harus diyakinkan. Kemungkinan isi referensi yang diberikan. Kedua, pengaruh pemberi referensi terhadap pengaruh pengambilan keputusan. Bila keduanya mempunyai nilai positif, baru referensi dilakukan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Adapun Kesimpulan yang dapat kami tarik pada percobaan ini yaitu sebagai berikut : 1. Surat adalah media komunikasi yang berupa tulisan, yang berisi informasi, pesann, pernyataan, atau tanggapan sesuai dengan keinginan penulis surat.

2.

Surat ada yang tidak resmi dan ada juga yang resmi. Contoh surat resmi yaitu surat dinas sedangkan contoh surat tidak resmi yaitu surat pribadi.

3.

Surat memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, wakil penulis, alat untuk menghemat waktu. Tenaga dan biaya, dan sebagai bukti tertulis

B. Saran Adapun saran yang mungkin dapat saya ajukan. Antara lain sebagai berikut : 1. Diharapkan pada saat menulis surat resmi diperhatikan langkah langkahnya agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatannya. Diharapkan agar pada saat menulis surat lamaran kerja juga diperhatikan langkah langkah dalam pembuatannya.

2.

3. Diharapkan agar mahasiswa dapat membedakan antara surat resmi dan tidak resmi.

DAFTAR PUSTAKA

Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat-Menyurat Resmi dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudarsa, dkk. 1992. Surat Menyurat dalam Bahasa indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurdin, Ade. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

http ://www.suratresmi.blogspot.com

http ://www.bahasaindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai