Anda di halaman 1dari 13

MENDESKRIPSIKAN PRINSIP-PRINSIP

DAN SYARAT-SYARAT BAGI PENERJEMAH.


MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah

Terjemah Tulis (Arab-Indonesia)

Dosen Pembimbing :

Mufaizah, M.Pd.I

Tim Penyusun :

Eka Nur Cahyani (A01219012)

Moch Said Fajari (A01219022)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kita kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalh ini. Untuk itu kami menyampaikan trimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala
hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimaat atau tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua.
Dan atas kekurangannya mohon di maklumi, kami juga menerima segala kritik dari pembaca.

Surabaya, 21 Maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................................... i
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip prinsip penerjemah ...................................................................................... 2
B. Syarat syarat penerjemah ........................................................................................ 4
C. Kemampuan sebagai penerjemah ............................................................................ 4

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan .............................................................................................................. 6
B. Saran ........................................................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerjemahan sebagai tindak komunikasi antar komunitas bangsa di dunia, telah


memainkan perannya secara luar biasa. Sulit membayangkan model interakasi macam apa
yang membantu komunikasi warga dunia seandainya tidak ada jembatan penerjemahan
sebagaimana dilakukan selama ini. Pada zaman keemasan Islam, aktivitas penerjemahan
memainkan peran yang luar biasa penting dalam memajukan sains clan teknologi. Adalah para
penerjemah itu pulalah yang turut berperan sebagai bagian dari mata rantai pemicu reniasanse
di Barat clan Eropa. Pada milenium ketiga ini, Jepang, sebagai ikon bangsa yang maju secara
ekonomi, sains dan teknologi, misalnya juga banyak meperoleh manfaat dari tangan-tangan
piawai para penerjemahnya. Banyak negara lain, negara maju dan negera berkembang, juga
melakukan dan mengalami hal yang sama.
Mengingat arti penting peran yang telah dimainkan para penetjemah, melalui karya
tetjemahan mereka, alih-alih membahas masalah-maslah umum yang berkaitan dengan
sumbangan penerjemahan di berbagai bidang di berbagai belahan dunia, tulisan ini hanya
akan membincangkan masalah yang menyangkut teori penerjemahan. lnipun dilakukan
sebagai kajian pendahuluan. Kajian pendahuluan tersebut meliputi, antara lain, pembahasan
hakikat penerjemahan, syarat penetjemah, jernis penerjemahan, proses penerjemahan dan
evaluasi penetjemahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prinsip - prinsip sebagai Penerjemah ?
2. Bagaimana Syarat - Syarat sebagai penerjemah ?
3. Bagaimana Kemampuan dan Pengetahuan Penerjemah ?

C. Tujuan
1. Mampu memahami tentang prinsip penerjemah.
2. Mampu mendeskripsikan syarat penerjemah.
3. Mampu menjadi penerjemah yang professional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Prinsip penerjemah

Penerjemahan merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan kesungguhan. Ini karena


penerjemahan yang tidak sungguh-sungguh akan menimbulkan kekeliruan dan akan
menimbulkan kesalahpahaman dari maksud pengarang. Maka untuk mendapatkan hasil
penerjemahan yang baik seorang penerjemah harus mengikuti prinsip-prinsip dasar
penerjemahan.

Penerjemahan memiliki dua prinsip, yakni prinsip dasar dan prinsip umum.
A. Prinsip dasar
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar penerjemahan.
Beberapa diantaranya yaitu Marthin Luther (1483-1546), yang mengemukakan bahwa
seorang penerjemah haruslah mampu:

1. Mengalihkan aturan kata-kata;


2. Mempergunakan kata kerja bantu (auxiliary verbs);
3. Mempergunakan kata penghubung (conjunction) bila memang di perlukan;
4. Tidak memasukkan kata-kata atau istilah-istilah yang tidak ada padanan-terjemahnya
di dalam bahasa sasaran;
5. Mempergunakan frase-frase tertentu atau ungkapan-ungkapan tertentu apabila salah
satu kata bahasa sumber itu tidak ditemui padanan terjemahnya dalam bahasa sasaran;
6. Mampu mengamati ragam dan gaya bahasa sumber.

Eltiene Dollet yang mengemukakan prinsip-prinsip dasar penerjemahan. Menurutnya


penerjemah harus memiliki kemampuan antara lain:

1. Penerjemah haruslah sepenuhnya memahami isi dan maksud pengarang yang tertuang di
dalam bahasa sumber;
2. Penerjemah haruslah mempunyai pengetahuan bahasa yang sempurna, baik bahasa
sumber maupun bahasa sasaran;
3. Penerjemah haruslah menghindari kecenderungan menerjemahkan kata per kata, oleh
karena apabila teknik demikian ia lakukan maka ia akan merusak makna kata asli dan
keindahan ekspresi;
4. Penerjemah haruslah mampu menggunakan ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan
sehari-hari;
5. Penerjemah haruslah berkemampuan menyajikan nada (tune) dan warna asli bahasa
sumber dalam karya terjemahannya[1].

B. Prinsip Umum

Abdurrahman Suparno dan M. Azhar menyebutkan sembilan prinsip umum penerjemahan


yang baik:

1. Menggunakan kalimat pendek. 30-45 kata per kalimat lebih dari mencukupi.
2. Menghilangkan kata mubazir.
3. Singkat, simpel, langsung bisa dipahami.
4. Menghindari bahasa yang sulit dipahami. Jika ada, menyertakan maknanya.
5. Tidak mengulang-ngulang kata yang sama.
6. Mematuhi EYD yang benar.
7. Kata bervariatif.
8. Tidak terpengaruh struktur asing

Selain prinsip-prinsip penerjemahan yang telah dikemukakan diatas, seorang penerjemah


juga harus mengerti betul prinsip-prinsip terjemahan sebagai pedoman penerjemahan, prinsip-
prinsip tersebut adalah:

1. Ketepatan dan keakuratan


Seorang penerjemah haruslah tepat dan akurat dalam menerjemahkan karya dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, ketika penerjemah tidak fokus pada terjemahan
sehingga mengakibatkan ketidaktepatan terjemahan maka akan terjadi kekeliruan yang
fatal terutama bagi penafsiran pembaca tentang apa yang sudah diterjemahkan.
2. Kejelasan
Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan hasil dari terjemahan, artinya,
penerjemah harus menguasai betul bahasa sasaran, sehingga apa yang hendak
disampaikan oleh penerjemah benar-benar bisa dipahami dan dimengerti oleh
masyarakat dalam bahasa sasaran. Jangan sampai seorang penerjemah hanya mahir
bahasa sumber tapi lalai dalam bahasa sasaran, ini akan menyulitkan bagi pembaca jika
terjadi kekurangan kejelasan dari hasil.

3. Terjemahan, kewajaran atau kealamiahan


Seorang penerjemah harus mengerti tentang prinsip kewajaran dan kealamiahan.
Kosa kata “wajar” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: Biasa
sebagaimana adanya tanpa tambahan apa pun; Menurut keadaan yang ada; sebagaimana
mestinya.
Merujuk definisi kata wajar tersebut, maka bisa diartikan, wajar di sini adalah
bagaimana seorang penerjemah menerjemahkan karya dengan sewajarnya, namun
memang, penerjemah boleh saja menambahkan materi dalam terjemahan, dan juga
mengurangi materi yang tidak perlu, tapi harus tetap dalam batas wajar, tidak perlu
terlalu berlebihan sehingga terlihat karya terjemahan tersebut justru seperti karya hasil
pemikiran tunggal si penerjemah.

4. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal.


Prinsip ini sudah sangat jelas untuk penerjemah. Tetapi, pada praktiknya, penerjemah
kesulitan untuk tidak mengubah maksud pengarang asal (teks sumber) secara 100%, ini
dikarenakan banyak perbedaan budaya dan bahasa antara bahasa sumber dan sasaran,
tetapi alasan ini tidak berarti memperbolehkan penerjemah mengubah maksud
pengarang dengan sengaja dan berlebihan atau bahkan melenceng dari maksud
sebenarnya.

5. Menghasilkan terjemahan yang mudah dipahami pembaca.


Penerjemahan merupakan bagian dari komunikasi, oleh karena itu, suatu terjemahan
hendaknya mudah dipahami dan dimengerti agar tujuan komunikasi antara pembaca dan
pengarang bisa tercapai.

6. Menghormati tatabahasa penerima.


Dalam proses menerjemahkan, tata bahasa untuk bahasa sasaran harus dihormat. Ini
berarti tata bahasa sumber tidak seharusnya dipaksakan dalam teks terjemahan (teks
sasaran).

7. Menerjemahkan makna bahasa bukan bentuk bahasa.


Dalam proses penerjemahan, makna harus menjadi prioritas utama. Penerjemah
hendaknya jangan terlalu memaksakan diri untuk menerjemahkan bentuk bahasa sumber
sehingga menghasilkan terjemahan yang tebrelit-belit, kaku, dan sulit dipahami, jadi,
selalu prioritaskan makna dan tujuan pengarang, bukan terpaku pada bentuk bahasa.

B. Syarat-Syarat Penerjemah
Untuk menghasilkan kualitas tetjemahan yang baik, para penerjemah disyaratkan, di
antaranya, tidak saja memiliki penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga menguasai
atau paling tidak mengetahui dengan baik bidang, disiplin ilmu, atau masalah yang hendak
ditetjemahkannya. Untuk menunjukkan arti penting dari ketiga syarat ini, hampir semua pakar
penterjemahan selalu memasukkan ketiga syarat tersebut ke dalam syarat-syarat lain yang
dirumuskannya.
Misalnya, Anton M. Moeliono mengajukan syarat utama yang harus dimi1iki penetjemah
meliputi :
a) penguasaan bahasa sumber.
b) penguasaan bahasa sasaran.
c) penguasaan bidang yang ditetjemahkan.
d) meyakini peneterjemahan bukanlah sekedar kiat, tetapi kegiatan yang berdasarkan teori
penetjemahan.
Dengan penjelasan yang lebih gamblang clan cukup rinci, Zuchridin Suryawinata
menyebutkan enam syarat yang harus dipenuhi oleh penerjemah yang baik, yakni :
a. Menguasai Bahasa Sumber, baik lisan maupun tulisan dengan kemampuan 95% pada
tingkat reseptif, dan 85%-90% pada tingkat produktif.
b. Menguasai Bahasa Target sepenuhnya, baik lisan maupun tulisan, pada kemampuan reseptif
maupun produktif.
c. Menguasai bidang ilmu, pengetahuan , ataupun kiat yang akan diterjemahkan, seticlaknya
konsep daasamya.
d. Mengetahui latar belakang sosial-budaya Bahasa Sumber yang akan diterjermahkan.
e. Memiliki keluwesan kebahasaan sehingga ia mudah beraclaptasi ke dalam kondisi Bahasa
Sumber dan Bahasa Target, tanpa dilandasi prasangka baik maupun buruk;
f. Memiliki keluwesan kultural, sehingga ia mudah beradaptasi dalam kondisi sosial budaya
Bahasa Sumber dan Bahasa Target, tanpa dilandasi prasangka baik atau buruk

C. Kemampuan Penting bagi Seorang Penerjemah.


Beberapa orang mungkin ada yang masih beranggapan bahwa menerjemahkan hanyalah
sebatas mengubah teks dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Jika hanya merujuk pada istilah
terjemahkan, pemahaman seperti ini mungkin tidak sepenuhnya salah. Akan tetapi dalam
perbedaan bahasa juga ada perbedaan tata bahasa dan perbedaan cara dalam menyampaikan
sesuatu. Karena itu, untuk bisa menerjemahkan dengan baik, seorang penerjemah dituntut
untuk menguasai satu set kemampuan berikut ini.

1. Kemampuan Billingual
Menjadi multibahasa bukan satu-satunya keterampilan yang dibutuhkan penerjemah,
tetapi itu tentu yang paling penting. Penerjemah mempelajari bahasa mereka dalam banyak
cara berbeda; banyak yang tumbuh dalam rumah tangga dwibahasa atau negara, beberapa
mempelajari bahasa kedua atau ketiga mereka di sekolah dan kemudian mengejar
pengalaman di luar negeri, beberapa mengambil kursus bahasa intensif atau bekerja di luar
negeri selama beberapa tahun, dan juga sangat umum bagi penerjemah menjadi freelancer
setelah bekerja sebagai ahli bahasa militer atau pemerintah

2. Kemampuan Penerjemahan

Setiap penerjemah tentu memiliki kemampuan penerjemahan yang baik. Setidaknya


mereka harus memahami 2 bahasa, yakni bahasa asing yang akan diterjemahkan dan bahasa
ibu mereka. Misalnya saja jika seorang penerjemah ingin menerjemahkan kalimat atau teks
bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, tentu saja ia harus memahami kedua bahasa tersebut.
Hasil terjemahan seorang penerjemah memang banyak ditentukan oleh kemampuan
bahasa asing mereka. Meski demikian, kemampuan dalam memahami konteks kalimat juga
penting. Bahasa adalah salah satu produk budaya. Karena itu, gaya penyampaian dan
struktur kalimat dalam setiap bahasa bisa saja berbeda-beda.

3. Kemampuan Menulis
Seorang penerjemah menerjemahkan bukan hanya untuk dirinya sendiri. Dalam banyak
kasus, mereka justru menerjemahkan untuk orang lain. Jadi agar hasil terjemahan mereka
bisa dimengerti oleh orang lain, terkadang mereka juga perlu menuliskannya.
Kemampuan menulis bagi seorang penerjemah memang sangat penting. Bisa dibilang,
menerjemahkan dan menulis merupakan satu paket kemampuan yang tidak bisa dipisahkan.
Agar hasil terjemahan mudah dipahami, seorang penerjemah perlu menguasai kemampuan
menulis dengan baik.
Hal paling mendasar seputar tulis menulis yang harus dikuasai adalah pemahaman
tentang EYD. Mereka harus bisa menulis dengan benar baik saat menggunakan bahasa ibu
mereka sendiri atau saat menggunakan bahasa asing.

4. Kemampuan Mengedit
Saat seorang penerjemah diminta untuk menerjemahkan teks bahasa asing, mereka jelas
perlu menuliskan hasil terjemahan tersebut. Akan tetapi hasil terjemahan yang baik tidak
mungkin bisa didapatkan hanya dengan sekali coba, kesalahan-kesalahan bisa saja terjadi.
Bahkan tidak jarang, hasil terjemahan terlihat agak kacau dan sulit untuk dipahami.
Untuk memperbaiki tulisan dan hasil terjemahan, ada kalanya seorang penerjemah perlu
memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka. Apakah masih ada pilihan kata yang kurang
tepat? Apakah struktur tulisannya masih sulit dipahami? Semua itu perlu dipastikan kembali.
Kemampuan mengedit akan sangat diperlukan untuk membantu mengatasi masalah-
masalah seperti ini. Softskill yang terkait dengan editing juga tidak kalah penting. misalnya
saja seperti ketelitian dan kesabaran, karena proses mengedit hasil terjemahan terkadang
membutuhkan beberapa kali pengulangan, kesabaran jelas sangat dibutuhkan.
Masih ada banyak pekerjaan terjemahkan yang belum bisa ditangani oleh software.
Hasil terjemahan dari seorang penerjemah profesional umumnya juga terdengar lebih hidup.
Ini sangat terlihat saat objek terjemahan tersebut berupa karya sastra. Industri yang bisa
digeluti oleh penerjemah juga masih cukup luas, terlebih di zaman sekarang.
Menerjemahkan dokumen bisnis, menerjemahkan buku, menerjemahkan video atau film
berbahasa asing, semua itu adalah ladang baru bagi para penerjemah. Ditambah dengan
semakin banyaknya platform freelancer, seorang penerjemah profesional juga seakan
memiliki tempat baru untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Selama mampu
menghasilkan terjemahan yang baik, peluang itu masih terbuka lebar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penerjemahan merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan kesungguhan. Ini karena
penerjemahan yang tidak sungguh-sungguh akan menimbulkan kekeliruan dan akan
menimbulkan kesalahpahaman dari maksud pengarang, oleh karena itu membutuhkan prinsip
prinsip baik secara dasar maupun umum.
Begitu juga untuk menjadi penerjemah yang professional harus memenuhi syarat syarat
yang telah dirumuskan oleh beberapa ilmuwan tidak saja memiliki penguasaan bahasa sumber
dan bahasa sasaran, tetapi juga menguasai atau paling tidak mengetahui dengan baik bidang,
disiplin ilmu, atau masalah yang hendak ditetjemahkannya.
Kedua aspek tersebut ditunjang dengan kemampuan setiap individu penerjemah, baik
secara skill kebahasaan atau bilingual serta soft skill untuk menjadi penerjemah professional.

B. Saran
Menurut kami, mempelajari penerjemahan sangatlah penting dalam berbahasa selain
menambah pengetahuan juga memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang asing.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kami harap para pembaca dapat memakluminya, dan tentunya guna untuk memperbaiki
dan menyempurnakan makalah maka kami menerima segala kritik, saran atau masukan dari
semua kalangan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Suparno dan Mohammad Azhar, MAFAZA Pintar Menerjemahkan Bahasa Arab-
Indonesia, (Yogyakarta: 2005), hlm.15

Corinne McKay. 2006. How to Succeed as a Freelance Translator. Two Rat Press and
Translatewrite, Inc.

UIN, BAB II landasan teoritis penerjemahan.pdf hal 14-15

Lawrence Venuti. 2000. The Translation Studies Reader. London: Routledge

Anton M. Moeliono, "Kata Pengantar," dalam l\fidred L: Larson, Penerjemahan · · Berdasarkan


makna : Pedoman untuk Pemadanan Makna, . terj. Kencanawati taniran · · Oakarta: Arcan,
1988), pp.xiii-xiv.

Zuchridin Suryawinata, Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek Oakarta: Depdikbud, 1989),
pp.49-50.

Anda mungkin juga menyukai