Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam kehidupan yang kontemporer ini, terjemah merupakan kegiatan yang sangat
penting untuk mempermudah seseorang dalam memahami segala hal yang ditulis maupun
diucapkan oleh masyarakat yang bahasanya berbeda dengan kita. Namun tidak semua karya
terjemahan layak untuk dibaca atau dipublikasikan kepada masyarakat secara cuma-cuma,
harus ada sebuah evaluasi atau analisis (berdasarkan aturan yang telah ada) terhadap karya
tersebut.
Dalam melakukan analisis terjemah, harus ada hal-hal yang harus diperhatikan dan
dijadikan pedoman agar hasil analisis nantinya tidak kacau balau. Apabila analisis kita sudah
sesuai dengan aturan maka hasilnya hampir bisa dipastikan cocok. Namun sebelum
melakukan penelitian atau anilisis terjemah, alangkah baiknya untuk mengetahui atau
mempelajari studi terjemah itu sendiri. Dalam makalah ini, tim penulis akan membahas
segala hal yang berkaitan dengan studi terjemah.

B. RUMUSAN MASALAH
Melihat semua hal yang melatarbelakangi kajian studi terjemah di atas, maka dapat
disimpulkan beberapa masalah berikut:
1. Apa itu studi terjemah?
2. Apa fungsi studi terjemah?
3. Bagaimana langkah mengevaluasi karya terjemahan?
4. Apa saja ancangan studi terjemah?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan studi terjemah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian studi terjemah
2. Untuk mengetahui fungsi studi terjemah
3. Untuk mengetahui langkah mengevaluasi karya terjemah
4. Untuk mengetahui ancangan studi terjemah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STUDI TERJEMAH


Sebagai sebuah ilmu, terjemah dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu teori
terjemah, sejarah terjemah dan studi terjemah. Teori terjemah berbicara mengenai segala hal
yang berkaitan dengan teori dalam terjemah, misalnya pengertian terjemah, macam-macam
jenis terjemahan dan lain-lain. Sejarah terjemah membicarakan perkembangan terjemah dari
awal kemunculan terjemah sampai perkembangannya di zaman sekarang.
Adapun yang dinamakan Studi terjemah yaitu sebuah wilayah kajian yang
berusaha menyelidiki karya terjemahan dengan langsung melakukan analisis, memberi
pertimbangan baik-buruknya atau berkualitas-tidaknya sebuah karya terjemahan.1
Ketiga bagian di atas saling berkaitan satu sama lain. Ketika seorang kritikus
terjemah menilai sebuah karya terjemahan maka dibutuhkan teori tentang penilaian. Teori
terjemah pun butuh pada kritik terjemah, demikian pula sejarah terjemah butuh pada teori
terjemah. Ketiga wilayah kajian tersebut saling membantu satu sama lain.

B. FUNGSI STUDI TERJEMAH


Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang sangat urgen serta memiliki peran
dalam perkembangan peradaban manusia, sehingga studi terjemah menjadi sesuatu yang
dibutuhkan karena memiliki perang dalam dunia penerjemahan. Diantara fungsi studi
terjemah yaitu:
1. Mengevaluasi berbagai model (tingkat atau standar) karya terjemahan
2. Mengkaji penerjemah sebagai penyampai isi dan gagasan yang terdapat dalam teks
sumber
3. Mengapresiasi gagasan atau pikiran tentang terjemah dalam kurun waktu tertentu.
4. Membantu dalam menjelaskan dan menafsirkan karya para penulis dan penerjemah.
5. Memberikan penilaian kritis terhadap berbagai perbedaan makna dan gramatikal dalam
bahasa sumber dn bahasa sasaran.
6. Membantu para pembaca untuk mempertajam kepandaiannya dalam menangkap maksud
isi karya terjemahan.2

1
M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah, (Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm: 186
2
Ibid, hlm: 190

2
Studi terjemah termasuk salah satu disiplin ilmu yang masi baru yang menuntut
pembelajarnya (kritikus penerjemah) untuk memegang suatu amanah yang berat dan untuk
mampu menunjukkan dedikasinya dalam dunia penerjemahan secara keseluruhan. Peter
Newmark menyebutkan bahwa tugas seorang kritikus terjemah antara lain:
1. Membukakan harga dan nilai karya terjemahan
2. Mengarahkan selera karya terjemahan yang baik kepada para penerjemah agar dunia
penerjemahan menjadi terus berkembang dan tidak statis.
3. Berperan sebagai penunjuk jalan; memberi pertimbangan kepada para penerjemah
mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi dalam menerjemahkan suatu teks.3

C. LANGKAH MENGAVALUASI KARYA TERJEMAH


Selain menjelaskan tugas seorang peneliti/kritikus terjemah, Peter Newmark juga
menjelaskan langkah-langkah praktis dalam mengevaluasi karya terjemahan. Diantara
langkah-langkah yang dijelaskan oleh Peter Newmark yaitu:
1. Menganalisis isi dan maksud yang terdapat dalam karya terjemahan, seperti fungsi
bahasa, irama, gagasan, dialek sosial, gaya bahasa (baik nahwiyah maupun sharfiyah),
literary quality, horizon budaya, jenis pembaca (teks) dan situasi teks sumber , kemudian
memberikan usulan mengenai cara penerjemahan yang sesuai.
2. Melakukan perbandingan secara detail terhadap teks (baik teks sumber maupun teks
sasaran), dengan memperhatikan berbagai perbedaan makna, gramatikal, gaya bahasa,
pragmatis bahasa dan ideologi (baik dalam keseluruhan teks sumber maupun sebagian
teks yang dipilih secara acak).
3. Menganalisis berbagai perbedaan terhadap watak keseluruhan atau umum yang terdapat
dalam teks (baik teks sumber maupun teks sasaran), termasuk didalamnya menafsirkan
tema teks.
4. Menilai karya terjemahan , dan bila mungkin menilai peran karya terjemahan dalam
budaya atau disiplin ilmu dalam konteks bahasa sasaran.4

D. ANCANGAN STUDI TERJEMAH


Dalam ancangan studi terjemah terdapat dua pendekatan5, yaitu:
1. Pendekatan Systemic Functional model

3
Ibid, hlm: 191
4
Ibid, hlm: 191-192
5
Ibid, hlm: 192

3
Pendekatan ini juga dikenal dengan istilah analisis fungsional atau dalam bahasa
arab dikenal dengan istilah al-nahw al-wazhifiy. Pendekatan systemic functional model ini
diperkenalkan pertama kali oleh Halliday. Model pendekatan ini mengkaji bahasa sebagai
sarana komunikasi, bahwa seseorang yang sedang menulis, ia tidak terlepas dari pemilihan
bahasa. Pilihan-pilihan bahasa tersebut tidak terlepas dari kerangka sosial budaya tertentu
yang melingkupi seorang penulis. Oleh karena itu sebagai sarana komunikai, penggunaan
bahasa juga mencerminkan dari gerak sosial-budaya.
Menerjemah merupakan praktik pemilihan bahasa dengan mengalihkan arti sebuah
kata dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Seorang penerjemah ketika mengalih
bahasakan teks tidak terlepas dari pencarian arti kosa kata dalam kamus (makna leksikal),
tapi dihadapkan pada pilihan-pilihan kata atau istilah. Keputusan dalam memilih kata-kata
atau istilah ini bergantung pada masing-masing individu penerjemah sesuai dengan latar
belakang budaya (modal sosial intelektual, pendidikan, ekonomi dll).
Enani membagi fungsi bahasa menjadi tiga, yaitu fungsi infrmatif, ekspresif, dan
propagandis (ideologis). Ketiga fungsi ini memiliki hubungan yang kuat antara kerangka
sosial budaya, yang mana kerangka sosial budaya berpengaruh pada pembentukan tipe teks
yang terkait erat dengan penyampaian makna ke audien, inilah yang disebut dengan system
framework.
Kerangka kerja sistematik sebuah teks sebagai praktik bahasa tidak lepas dari unsure
lain yang disebut register. Register meliputi tiga cakupan, yaitu field, tenor dan mode. Field
adalah tema atau pokok bahasan yang akan disampaikan dalam sebuah teks, tenor adalah
pihak-pihak yang terkait dalam proses penyampaian bahasa (oleh siapa kepada siapa),
sedangkan mode adalah bentuk atau media penyampaian pesan. Keterkaitan ketiga cakupan
itu membentuk makna diskursif (discourse semantics) dan makna ini memiliki keterkaitan
erat dengan meta fungsi bahasa, yaitu ideasional, interpersonal dan tekstual
Fungsi Ideasional tergambar dalam pihak-pihak yang berperan (siapa melakukan apa
atau apa dilakukan siapa, pola kata kerja: pasif-aktif, transitif-intransitif dan seterusnya ) dll,
funngsi interpersonal tercermin melalui model-model stilistika penlisan, struktur kata kerja
pembangun (isim sifat, hal atau jumlah haliyah, raja’, atau yang lainnya), sementara fungsi
tekstual terwujud melalui tema dan struktur informasi yang terdapat dalam teks, melalui
kohesitas antar lafadz didalam teks, seperti penggunaan kata ganti, pengulangan kata,
pembuangan kata dan seterusnya.
Terdapat dua aspek penting yang harus dilakukan dalam meneliti karya terjemahan
dalam pendekatan ini yakni, pertama, melakukan penganalisaan terhadap teks secara

4
utuh(tingkat tekstual). Kedua, menganalisa fungsi komunkasi sosial dan mencermati otoritas-
otoritas yang dimainkan oleh teks sebagai tindak komunikasi.

2. Pendekatan Post-Kolonialisme
Dalam studi-studi post kolonialisme disebutkan bahwa menerjemah tidak hanya
sebagai proses transfer pengetahuan secara murni melainkan juga menjadi cara untuk
mengobjekkan atau mencitrakan sesuatu. Ketika seseorang menerjemah suatu kata, ia tidak
sekedar mencari padanannya melainkan secara sadar atau tidak ia juga memasukkan atau
mengurangi medan makna yang dikandung teks aslinya.
Douglas Robinson dalam kajiannya mengenai terjemah dan pengaruh kolonialisme
menyebutkan, bahwa terjemah telah menjadi corong untuk mengobjekkan, mencitrakan, dan
bahkan mendefinisikan identitas budaya yang dijajah.

5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Studi terjemah adalah sebuah wilayah kajian yang berusaha menyelidiki karya
terjemahan dengan langsung melakukan analisis, memberi pertimbangan baik-buruknya
atau berkualitas-tidaknya sebuah karya terjemahan.
2. Studi terjemah memiliki fungsi diantaranya:
a. Mengevaluasi berbagai model (tingkat atau standar) karya terjemahan
b. Mengkaji penerjemah sebagai penyampai isi dan gagasan yag terdapat dalam teks
sumber
c. Mengapresiasi gagasan atau pikiran tentang terjemah dalam kurun waktu tertentu.
d. Membantu dalam menjelaskan dan menafsirkan karya para penulis dan penerjemah.
e. Memberikan penilaian kritis terhadap berbagai perbedaan makna dan gramatikal
dalam bahasa sumber dn bahasa sasaran.
f. Membantu para pembaca untuk mempertajam kepandaiannya dalam menangkap
maksud isi karya terjemahan.
3. Diantara langkah-langkah mengevaluasi karya terjemah yaitu:
a. Menganalisis isi dan maksud yang terdapat dalam karya terjemahan, seperti fungsi
bahasa, irama, gagasan, dialek sosial, gaya bahasa (baik nahwiyah maupun
sharfiyah), literary quality, horizon budaya, jenis pembaca (teks) dan situasi teks
sumber , kemudian memberikan usulan mengenai cara penerjemahan yang sesuai.
b. Melakukan perbandingan secara detail terhadap teks ( baik teks sumber maupun teks
sasaran), dengan memperhatikan berbagai perbedaan makna, gramatikal, gaya
bahasa, pragmatis bahasa dan ideologi (baik dalam keseluruhan teks sumber maupun
sebagian teks yang dipilih secara acak ).
c. Menganalisis berbagai perbedaan terhadap watak keseluruhan atau umum yang
terdapat dalam teks ( baik teks sumber maupun teks sasaran ), termasuk didalamnya
menafsirkan tema teks.
d. Menilai karya terjemahan , dan bila mungkin menilai peran karya terjemahan dalam
budaya atau disiplin ilmu dalam konteks bahasa sasaran.
4. Studi terjemah memiliki 2 pendekatan, yaitu: Pendekatan Systemic Functional model dan
Pendekatan Post-Kolonialisme

6
DAFTAR PUSTAKA

Fatawi, Faisol. 2009. Seni Menerjemah. Malang: UIN-Malang Press

Anda mungkin juga menyukai