Anda di halaman 1dari 15

MERANCANG DAN MENDESAIN INSTRUMEN RANAH PSIKOMOTORIK

Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah:
Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab

Oleh:

INDAH KHAERUNNISA
80400221060
SULISTIANI
80400221063
DOSEN PENGAMPU:
Dr. St. Aisyah Chalik, M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran adalah sesuatu proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang di perlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran
yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement) dan perbaikan yang
dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya.

Secara etimologi (Ahmad Warson Munawwir n.d.) evaluasi dalam dalam bahasa
Arab adalah taqyim atau taqdir, atau tastmim. Secara Termoninologi atau Istilah
evaluasi (Cahya Edi Setyawan 2015) bukan lagi merupakan suatu kata yang asing dalam
kehidupan masa sekarang, apalagi bagi orang yang terlibat dalam dunia pendidikan.
Aktifitas evaluasi ini sudah dilaksanakan manusia sejak zaman dahulu, sejak manusia
mulai berfikir. Istilah evaluasi sekarang sudah mempunyai padanan kata dalam
bahasa Indonesia, yaitu penilaian.

Karena peran evaluasi sangat penting, maka perlu diketahui apa yang dimaksud
dengan evaluasi pembelajaran khususnya dalam rahah psikomotorik dan bagaimana
istrumen evaluasi yang digunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Pembelajaran Ranah Psikomotorik
2. Bagaimana Model Instrumen Evaluasi Pembelajaran Ranah Psikomotorik
3. Bagaimana Merancang dan Mendesain Instrumen Evaluasi Pembelajaran Ranah
Psikomotorik

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Evaluasi Pembelajaran Ranah
Psikomotorik Untuk mengetahui Instrumen Evaluasi Pembelajaran Ranah Psikomotorik
Untuk mengetahui bagaimana Merancang dan Mendesain Instrumen Evaluasi
Pembelajaran Ranah Psikomotorik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Ranah Psikomotorik


Secara etimologi evaluasi dalam dalam bahasa Arab adalah taqyim atau
taqdir, atau tatmim.1 Secara Termoninologi atau Istilah evaluasi bukan lagi merupakan
suatu kata yang asing dalam kehidupan masa sekarang, apalagi bagi orang yang
terlibat dalam dunia pendidikan.2 Aktifitas evaluasi ini sudah dilaksanakan manusia
sejak zaman dahulu, sejak manusia mulai berfikir. Istilah evaluasi sekarang sudah
mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia, yaitu penilaian.
Dalam penelitian Rinto H. Hutapea menemukan bahwa ranah psikomotorik adalah
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Lebih lanjut Sudjana
menguraikan tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan untuk bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar ini merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak
dalam kecenderungan-kecenderungan peserta didik untuk berperilaku. Ranah
psikomotorik terdiri atas aktivitas motorik yang penting dalam pengembangan
kemampuan peserta didik dalam memanipulasi benda-benda, dan secara umum
mengembangkan keterampilan motorik peserta didik.
Ranah psikomotorik juga berkaitan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan
oleh aktivitas otak. Dengan kata lain, psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang
memerlukan koordinasi otak dengan beberapa otot. Berkaitan dengan pengembangan
ranah psikomotorik ini, peran guru sangat penting dan sangat diharapkan mampu
melaksanakannya.
Ranah psikomotorik memiliki lima tahap atau jenjang perkembangan. Kelima
jenjang tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, tahap menirukan. Pada jenjang ini jika diaplikasikan kepada peserta
didik suatu tindakan yang dapat diamati, maka peserta didik tersebut akan mulai membuat

1
Ahmad Warson Munawwir. AL-MUNAWWIR; kamus Arab Indonesia

2
Cahya Edi Setiawan. 2015. DESAIN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.
Jurnal Komunikasi dan Peendidikan Islam 4.
suatu tiruan terhadap tindakan itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan dituntun
oleh dorongan kata hati untuk menirukan. Kata kunci yang digunakan meliputi:
menirukan, pengulangan, berke-tetapan hati, mau, dan minat bergairah.
Kedua, tahap manipulasi. Pada tahapan ini peserta didik dapat menunjukkan atau
menampilkan suatu tindakan seperti yang diajarkan, sertatindakan yang juga tidak hanya
seperti yang diamati. Peserta didik mulai dapat membedakan antara satu pola tindakan
dengan yang lain, kemudian menjadi mampu memilih tindakan yang diperlukan dan
mulai memiliki keterampilan dalam memanipulasi. Kata kunci yang dapat digunakan
pada tahapan ini antara lain: ikuti petunjuk, tetapkan mencoba-coba, dan perbaikan
tindakan.
Ketiga, tahap keseksamaan. Pada tahapan ini terdiri atas kemampuan peserta didik
dalam menampilkan suatu tindakan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih
tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata kunci yang dapat digunakan
pada tahapan ini, yaitu: lakukan kembali, kerjakan kembali, dan hasilkan.
Keempat, tahap artikulasi.Tahapan ini memiliki unsur utama, yaitu peserta didik
telah dapat mengkoordinasikan serentetan tindakan dengan menetapkan urutan secara
tepat di antara tindakan yang berbeda-beda. Kata kunci yang dapat digunakan pada
tahapan ini adalah: lakukan secara harmonis, serta lakukan secara unit.
Kelima, tahap naturalisasi. Pada tahapan terakhir ini mengungkapkan bahwa
apabila peserta didik telah dapat melakukan secara alami satu tindakan atau sejumlah
tindakan yang urut, maka keterampilan penampilan tersebut telah sampai pada
kemampuan yang paling tinggi dan tindakan tersebut ditampilkan dengan pengeluaran
energi yang minimum.
Beberapa ahli telah melakukan pengelompokkan dan menyusun hirarki hasil
belajar psikomotorik, yang disusun dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang
paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar psikomotorik yang lebih tinggi bisa dicapai
apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Harrow (dalam
Subino, 1987; dan Sudjana, 1990) mengklasifikasikan hasil belajat psikomotorik dalam
enam tingkatan, yaitu: (1) gerakan refleks, (2) gerakan fundamental dasar, (3)
kemampuan perseptual, (4) kemampuan fisis, (5) gerakan keterampilan, dan komunikasi
tanpa kata.
Namun demikian, klasifikasi hasil belajar psikomotorik yang banyak dipakai
adalah rumusan dari Simpson (Winkel, 1996; Gronlund & Lin, 1990) yang
mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi tujuh tingkatan yaitu:

1. Persepsi
Dalam pembelajaran bahasa Arab, tingkatan persepsi ini tercermin dalam: (a)
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi perbedaan bunyi huruf, kata dan kalimat
bahasa Arab yang disimak, (b) kemampuan membedakan panjang pendek harakat,
syiddah, nun dan tanwin, (c) kemampuan menangkap maksud utama dari
pembicaraan singkat dalam bahasa Arab, (d) kemampuan merespon secara verbal
terhadap stimulus sederhana yang diberikan dengan menggunakan bahasa Arab, (e)
mampu menyalin kembali teks bahasa Arab dengan baik dan benar, dan lain-lain.

2. Kesiapan
Dalam pembelajaran bahasa Arab, tingkat kesiapan ini tercermin dalam
tindakantindakan antara lain: (a) mendemonstrasikan pengucapan huruf, kata dan
kalimat berbahasa Arab, (b) membaca teks berbahasa Arab yang masih lengkap
dengan syakalnya dengan fasih, lancar dan intonasi yang benar, (c) mampu
menuliskan kata, frase dan kalimat berbahasa Arab Penilaian Pembelajaran Bahasa
Arab || 47 yang didiktekan tanpa melihat contoh, (d) mampu

3. Gerakan terbimbing
Dalam pembelajaran bahasa Arab, tingkatan psikomotorik gerakan terbimbing ini
tercermin dalam kemampuan siswa: (1) menirukan intonasi bacaan guru dengan baik,
(b) menirukan gaya pidato native speaker dalam bahasa Arab, (c) mampu
mendemonstrasikan hiwar atau dialog berbahasa Arab sesuai dengan contoh yang
telah diberikan, (d) mampu menuliskan kalimat bahasa Arab sederhana di papan tulis
atau buku tulis, (e) mampu menyusun kalimat atau paragraf dalam bahasa Arab
berdasarkan mufradat yang telah diberikan, dan lain-lain

4. Mekanisme-gerakan terbiasa
Dalam pembelajaran bahasa Arab, kemampuan mechanism ini tercermin dalam
kemampuan siswa: (a) menyampaikan pertanyaan sederhana dengan menggunakan
bahasa Arab, (b) menjawab pertanyaan dalam bahasa Arab dengan kalimatnya sendiri,
(c) melakukan tanya jawab atau diskusi mengenai tema tertentu dengan teman
sebelahnya, (d) mampu membaca teks berbahasa Arab tanpa syakal dengan benar, (e)
mampu menerjemahkan teks berbahasa Arab sederhana ke dalam bahasa Indonesia.

5. Gerakan kompleks
Dalam pembelajaran bahasa Arab, keterampilan ini akan tampak dalam
kemampuan siswa untuk: (a) menyampaikan gagasan atau pendapatnya sendiri
dengan menggunakan bahasa Arab secara lancar, (b) menuliskan gagasan atau
pendapatnya sendiri dalam bahasa Arab, (c) mengungkapkan kembali gagasan atau isi
paragraf berbahasa Arab dengan bahasanya sendiri, (d) menerjemahkan paragraf
berbahasa Arab yang kompleks ke dalam bahasa Indonesia dengan benar dan tepat,
(e) menyimpulkan isi pembicaraan atau dialog dalam bahasa Arab dengan
menggunakan bahasanya sendiri, dan lain-lain

6. Adaptasi
Dalam pembelajaran bahasa Arab, keterampilan adaptasi ini tampak dalam siswa
yang mampu: (a) merespons pembicaraan yang kompleks dalam bahasa Arab, (b)
mengungkapkan kembali isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri secara
lisan, (c) menulis artikel dalam bahasa Arab dalam berbagai tema.

7. Originasi atau kreatifitas


Dalam pembelajaran bahasa Arab, keterampilan originasi ini bisa nampak dalam
bentuk: (1) menciptakan karya syair sendiri, (2) menghasilkan karya terjemahan dari
bahasa Arab yang sangat baik, (3) menunjukkan kemampuan berkomunikasi dalam
bahasa Arab dengan sangat baik dalam situasi dan kondisi apapun.
B. Instrumen Evaluasi Pembelajaran Ranah Psikomotorik
Adapun bentuk tes yang digunkaan untuk mengukur aspek psikomotorik yaitu tes
tindakan atau performance assessment yaitu suatu penilaian yang meminta peserta tes
untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Atau sesuai dengan tuntutan tujuan
pembelajaran. Untuk mengevaluasi hasil belajar domain psikomotorik harus dilakukan
melalui pengamatan (observasi) terhadap peserta didik. Dalam melakukan observasi ini
pengamat (observer) selain melakukan evaluasi terhadap perilaku yang ditampilkan
peserta didik, pengamat juga belajar dari hasil pengamatan terahadap perilaku yang
ditampilkan.
Dalam penelitian Arita, Penilaian Psikomotorik yaitu “berkenaan dengan
keterampilan mempengaruhi kemampuan melakukan gerakan refleks, gerakan dasar,
gerakan persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah dan
kreatif.3 Jadi dapat dipahami bahwa pengembangan instrumen penilaian psikomotorik
merupakan rancangan instrumen penilaian psikomotorik yang dirancang dengan baik
untuk mengukur keterampilan peserta didik. Tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan
aturanaturan yang sudah ditentukan. Dalam pelaksanaan penilaian teradapat suatu tes, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan para peserta didik dan dalam kegiatan ini
membutuhkan alat atau instrumen penilaian.
Untuk melakukan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor, ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu: membuat soal dan membuat instrument untuk mengamati
jawaban peserta didik. Soal untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat berupa soal,
lembar kerja, lembar tugas, perintah kerja, dan lembar eksperimen. Untuk instrument
mengamati jawaban siswa dapat berupa lembar observasi, lembar penilaian, dan
portofolio.

C. Merancang dan Mendesain Instrumen Evaluasi Pembelajaran Ranah


Psikomotorik

3
Arita. 2022. Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik Dalam Peningkatan Kualitas Praktik
Shalat Siswa.
1. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara siswa ,
misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi
dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan
demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati unjuk kerja
siswa dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:a. Daftar Cek (Check-list)4
Contoh checklists untuk penilaian kegiatan berdiskusi dalam bahasa Arab

b. Skala Penilaian (Rating Scale)


Contoh rating scales

Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 =
tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk
4
Dr. H.Abdul Munip. 2017. Penilaian Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: UIN Sunan
kalijaga
memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang,
agar hasil penilaian lebih akurat.
2. Penilaian Proyek
Dalam pembelajatan bahasa Arab, beberapa contoh kegiatan siswa dalam penilaian
proyek antara lain:
a. Menerjemahkan teks berbahasa Arab yang dikutip dari sebuah buku, surat
kabar, dan artikel berbahasa Arab.
b. Menyimpulkan isi bacaan berbahasa Arab dengan menggunakan bahasanya
sendiri
c. Mengidentifikasi pola kalimat tertentu dalam satu surat al-Quran.
d. Merekam doa pada acara tertentu yang ada di tempat tinggal siswa, kemudian
menuliskan kembali ke dalam bahasa Arab, mengidentifikasi kekeliruan, dan
menerjemahkan doa tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
e. Menulis surat dalam bahasa Arab
f. Menulis makalah dalam bahasa Arab mengenai tema tertentu.
Contoh format penilaian proyek menulis makalah sederhana dalam bahasa Arab
3. Penilaian Produk
Dalam mata pelajaran Bahasa Arab, penilaian produk bisa berupa penilaian karya
siswa dalam membuat kaligrafi bahasa Arab, peta konsep materi qawaid (nahwu-
sharaf), rekaman pidato berbahasa Arab, naskah drama berbahasa Arab, dan lain-lain.
Contoh format penilaian produk pembuatan kaligrafi

4. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada
satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan
terus melakukan perbaikan.
5. Penilaian Diri (Self Assessment)
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, siswa dapat diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif
terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, penilaian diri oleh
siswa di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. 2. Menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan. 3. Merumuskan format penilaian, dapat
berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. 4. Meminta siswa
untuk melakukan penilaian diri. 5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak,
untuk mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat
dan objektif. 6. Menyampaikan umpan balik kepada siswa berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikomotorik umumnya berupa keterampilan yang memerlukan koordinasi
otak dengan beberapa otot. Berkaitan dengan pengembangan ranah psikomotorik
ini, peran guru sangat penting dan sangat diharapkan mampu melaksanakannya.
mengklasifikasikan hasil belajat psikomotorik dalam enam tingkatan, yaitu: (1)
gerakan refleks, (2) gerakan fundamental dasar, (3) kemampuan perseptual, (4)
kemampuan fisis, (5) gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata.
Daftar Pustaka

Arita. 2022. “Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik Dalam Peningkatan


Kualitas Praktik Shalat Siswa.” UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ARRANIRY BANDA ACEH.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawir; Kamus Arab-Indonesia.

Munip, Abdul. 2017. PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB.


Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Setyawan, Cahya Edi S. 2015. “Desain Evaluasi Program Pembelajaran Bahasa


Arab.” Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam 4.

Anda mungkin juga menyukai