Anda di halaman 1dari 23

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Makalah
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PBA

Oleh:
FAJRIANI ISLAMIAH
80400222028

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji kita panjatkan


kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah- Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah sesuai dengan yang diharapkan. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad saw, beliau yang telah menyelamatkan umatnya dari tebing
kehancuran menuju puncak kejayaan.

Makalah yang berjudul ”Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum” disusun


untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum. Adapun
penyusunannya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh,
Bapak. Dr. Anwar Abd. Rahman, S.Ag., M.Ag. yang telah memberikan dukungan, dan
kepercayaan yang begitu besar kepada kami.

Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dasn menuntun


pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak
retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Gowa, 20 Desember 2022
Penulis,

Fajriani Islamiah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Makna Guru dan Profesionalisme Guru ...................................................... 3

B. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum ....................................... 6

C. Peran Guru dalam Pendidikan ................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .................................................................................................. 18

B. Implikasi....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memandang dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses


interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta didik (siswa) untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang ditentukan. Pendidik, peserta didik dan tujuan
pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk suatu
triangle, yang jika hilang salah satunya, maka hilang pula hakikat pendidikan.
Namun demikian, dalam situasi tertentu tugas guru bisa diwakilkan atau dibantu
oleh unsur lain seperti media teknologi, namun tidak dapat digantikan. Mendidik
adalah pekerjaan professional, karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan
merupakan pendidik professional.1

Salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar


mengajar dalam kelas adalah guru. Karena itu, guru sebenarnya tidak hanya
mendidik melainkan juga berfungsi sebagai orang dewasa yang bertugas
professional memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) atau
penyalur ilmu pengetahuan (transmitter of knowledge) yang dikuasai kepada anak
didik. Guru juga menjadi pemimpin, atau menjadi pendidik, dan pembimbing di
kalangan anak didiknya.2

Peranan guru sebagai pendidik professional akhir-akhir ini mulai


dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan oleh

1
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group,
2008. h. 151.
2
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara, 2009. h. 118.

1
munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secaramoral
cenderung merosot. Jika fenomena tersebut benar adanya, maka baik langsung
maupun tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai pendidik
professional.3

Berlatar belakang hal tersebut di atas, maka disusunlah suatu karya berupa
makalah yang mengangkat tema Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
yang kemudian diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan telaah bagi yang
membacanya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana makna makna guru dan profesionalisme guru?


2. Bagaimana peran guru dalam pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana peran guru dalam pendidikan?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui makna makna guru dan profesionalisme guru.


2. Mengetahui peran guru dalam pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui peran guru dalam pendidikan.

3
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, h. 152.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Guru dan Profesionalisme Guru

Pendidik atau lebih populer dikatakan sebagai Guru adalah


tenagakependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar,widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.4 Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.6 Untuk dapat benar-benar menjadi pendidik, seorang guru
tidak cukup hanya dengan menguasai bahan pelajaran, tetapi juga harus tahu
nilai-nilai apa yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang akan diberikan
kepada para siswa.7
Terdapat dua syarat penting untuk seorang guru supaya berhasil
melaksanakan tugasnya, syarat yang pertama adalah menguasai dengan
sempurna bidang pengetahuan yang dimilikinya. Karena kualitas sebuah
pengajaran sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan bahan pengajaran.

4
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
5
Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan (Bandung: Penerbit Setia Pustaka, 2011), h. 219.
6
E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 37.
7
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, h. 158

3
Sedangkan syarat yang lainnya adalah kemampuan guru dalam menerapkan
metodologi mengajar dalam proses pengajaran. 8

Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap


pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. 9 Kata profesi masuk
ke dalam kosa kata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris (profession) atau
bahasa Belanda (professie). Kedua bahasa barat ini menerima kata ini dari
bahasa latin. Dalam bahasa latin kata profession berarti pengakuan atau
pernyataan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa


profesi adalah pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan atau
bidang pengabdian yang dipilih.10 Dalam pengertian lain, profesi adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.11 Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka
pengertian profesi guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman
yang kaya di bidangnya.12

Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukkan guru sebagai tenaga


professional, yaitu pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang

8
Ad Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Penerbit PT. Grasindo, 1993), h. 95.
9
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya, 2005. h. 107.
10
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, h. 155
11
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan. h. 219
12
Ida Rosyidah, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Penerbit UIN Press, 20130), h. 24
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Secara umum
profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga, diantaranya:

a. Seorang guru yang professional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan


yang akan diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar ahli dalam bidang
ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang pengetahuan apapun
selalu mengalami perkembangan, maka seorang guru professional juga
harus terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan
peningkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru
harus secara terus menerus melakukan penmelitian dengan menggunakan
berbagai macam metode.
b. seorang guru yang professional harus memiliki kemampuan
menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (transfer of
knowledge) kepada murid-muridnya secara efektif dan efesien. Untuk ini,
seorang guru harus memiliki ilmu keperguruan. Dahulu, ilmu keguruan ini
terdiri dari tiga bidang keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik, dan metodik.
Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik dan yang
dibahasa adalah bagaimana mengasuh dan membesarkan seorang anak.
Sedangkan, didaktik adalah pengetahuan tentang interaksi belajar
mengajar secara umum, yang diajarkan disini antara lain : cara membuat
persiapan pengajaran sesuatu yang sangat perlu, cara menjalin bahan-
bahan pelajaran, dan cara menilai hasil pelajaran. Adapun metodik adalah
pengetahuan tentang cara mengajarkan suatu bidang pengetahuan.
Beberapa mata pelajaran dipandang memerlukan cara-cara khusus untuk
menyajikannya dan untuk ini dikembangkan metodik khusus. Pelajaran
yang memerlukan metodik khusus ini misalnya menggambar, pekerjaan
tangan dan olahraga.
c. seorang guru yang professional harus berpegang teguh kepada kode etik
professional sebagaimana tersebut di atas. Kode etik disini lebih
dikhususkan lagi tekanannya pada perlunya memiliki akhlak yang mulia.
Dengan akhlak yang demikian itu, maka seorang guru akan dijadikan
panutan, contoh dan teladan. Dengan cara demikian ilmu yang diajarkan
atau nasihat yang diberikannya kepada para siswa akan didengarkan dan
dilaksanakannya dengan baik. Tentang perlunya akhlak yang baik bagi
seorang guru yang professional ini sudah lama menjadi perhatian dan
kajian para ulama Islam di zaman klasik. Ibn Muqaffa (lahir di Persia tahun
106 H) misalnya mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mau
berusaha memulai dengan mendidik dirinya, memperbaiki tingkah
lakunya, meluruskan pikirannya, dan menjaga kata-katanya terlebih
dahulu sebelum menyampaikan kepada orang lain.

Dalam kaitannya dengan uraian tersebut diatas, seorang guru disamping


sebagai pengajar, juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian, disamping
membimbing para siswa untuk menguasai sejumlah pengetahuandan
ketrampilan (mengajar), seyogyanya guru juga membimbing siswa-siswanya
mengembangkan segenap potensi yang ada di dalam diri mereka (mendidik).

B. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum


Kurikulum untuk sekolah/madrasah di seluruh Indonesia pada dasarnya
adalah sama. Namun ada madrasah yang dapat menghasilkan lulusan yang
bermutu dan ada yang tidak dapat, ada madrasah yang diminati banyak masyarakat
dan ada pula yang tidak ‘laku’. Perbedaan ini disebabkan bukan karena perbedaan
kurikulumnya melainkan karena perbedaan pelaksanaan kurikulum tersebut. Ada
sekola/madrasah yang melaksanakan kurikulum dengan baik sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan menjadi madrasah favorit dan ada pula
sekolah/madrasah yang kurang begitu baik pelaksanaan kurikulumnya sehingga
lulusannya pun kurang bermutu dan madrasahnya tidak diminati masyarakat.
Menjadi tugas dan tanggung jawab kepala madrasah, sebagai nakhoda madrasah
yang bersangkutan, untuk mengembangkan kurikulum di sekolah/madrasah yang
ia pimpin sehingga madrasahnya itu benar-benar dapat memenuhi harapan
masyarakat. Disisi lain guru dan tenaga kependidikan yang di madrasah ikut serta
dalam menterjemahkan dan menjalankan seluruh kurikulum yang ada.

Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum


sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh
yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri (internal),
dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi dan memahami masa
depannya dengan baik sebagai anak dan generasi penerus bangsa.

Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses


perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan
spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian
kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan,
sumber, dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi
sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk
memudahkan proses belajar mengajar.

Pengembangan kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum,


yang memuat hal-hal yang diperlukan dalam keputusan pembuatan, antara lain
asumsi, tujuan pengembangan kurikulum, penilaian kebutuhan, kurikulum konten,
kurikulum materi sumber, kurikulum implementasi dan evaluasi kurikulum.

Dalam tataran praksis, diperlukan adanya pelaksana atau Sumber Daya


Manusia (SDM). Kurikulum pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap
pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Sumber daya
manusia tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator
pendidikan, guru, ilmuwan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.

Unsur ketenagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga
profesional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga professional meliputi tenaga
kependidikan guru, tenaga kependidikan non guru dan organisasi professional.
Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite
sekolah atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat,
instansi pemerintah atau departemen dan non-departemen, serta unsur-unsur
masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.13

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai
dokumen dan kurikulum sebagai implementasi yang dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membutuhkan. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari
dokumen dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua
hal yang tidak terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran dan sebaiknya
ada pembelajaran ada kurikulum.

Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai


pelaksananya. Guru merupakan factor penting dalam implementasi kurikulum
karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak
akan bermakna sebagai alat pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan
efektif tanpa kurikulum sebagai pedoman. Hal tersebut ditegaskan oleh Sanjaya
bahwa terdapat empat peran guru dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai
implementers, adapters, developers, dan researchers.14

13
Uranus Zamili, Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum, Vol. 6 No. 2 Mei 2020,
h. 313
14
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada2008), h. 28
1. Sebagai Implementers

Guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Di


sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak
memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun
menentukan target kurikulum.15 Peran guru hanya sebatas menjalankan
kurikulum yang telah disusun. Semua isi kurikulum baik tujuan, materi,
strategi, media, sumber belajar, serta evaluasi, waktu, dan semua komponennya
telah ditentukan oleh pengembang kurikulum. Guru hanya berperan sebagai
tenaga teknis saja yang berusaha menjalankan apa yang tertuang dalam
dokumen kurikulum.16

Martinis Yasmin menyebutkan, bahwa guru menerapkan kurikulum


yang telah dirancang pemerintah dan institusi, dan mereka harus mampu
mengajarnya walaupun kurikulum sebelumnya terdapat banyak perubahan.
Demikian juga muatan yang terdapat dalam kurikulum.17 Adapun peran dan
tanggung jawab guru dalam pelaksanaan kurikulum Pendidikan Islam adalah
seperti berikut:

a. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.


b. Menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan
lingkungan sekolah.
c. Memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan kondisi
sekolah.
d. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
e. Mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode dan tehnik yang
tepat).

15
Uranus Zamili, Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum, h. 313
16
Faridah Alawiyah, Peran Guru dalam Kurikulum 2013, Vol. 4 No. 1 Juni 2013, h. 68
17
Martinis Yasmin, Profesionalisasi Guru Dan Implementasi Ktsp. (Jakarta: Gaung Persada,
2009), h. 49.
f. Mengelola kelas dengan baik dan sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia.
g. Merefleksikan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan.
h. Berkonsultasi dengan kepala Madrasah/ Pengawas untuk mengatasi
kendala.
i. Membantu kesulitan siswa dalam proses belajar.18

2. Sebagai Adapter

Guru tidak hanya sebagai pelaksana kurikulum akan tetapi juga sebagai
penyelaras kurikulum dengan karakteristik, kebutuhan siswa dan kebutuhan
daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah
ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal.19 Dalam fase ini, tugas
pertama seorang guru adalah memahami dengan baik karakteristik sekolahnya,
tugas kedua adalah mengakomodir kebutuhan‐kebutuhan masyarakat dan
daerahnya, dan tugas ketiga adalah membuat desain kurikulum sekolah sesuai
kebutuhan madrasah dan masyarakat lokal.

3. Sebagai Developers

Guru sebagai developers memiliki kewenangan yang lebih luas dalam


menyusun kurikulum. Guru sebagai developers bukan hanya memiliki peran
dalam menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan disampaikan, akan tetapi
juga dapat menentukan strategi yang akan dikembangkan serta bagaimana

18
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. (Bandung:
Alfabeta, 2009), h.156
19
Uranus Zamili, Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum, h. 313
mengukur keberhasilannya melalui pemilihan alat evaluasi untuk pencapaian
hasil belajarnya.20

Sebagai developer (pengembang) kurikulum, guru diberi kewenangan


untuk mendesain kurikulum madrasah. Peran pengembangan kurikulum ini
terkait erat dengan karakteristik, visi dan misi sekolah atau madrasah, serta
pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh siswa. Pelaksanaan peran ini dapat
dilihat dalam pembuatan dokumen kurikulum, pengembangan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan muatan lokal (Mulok) sebagai bagian
dari struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pembuatan dan pengembangan kurikulum muatan lokal sepenuhnya


diserahkan kepada tiap‐tiap satuan pendidikan. Kurikulum ini dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan tiap‐tiap sekolah. Karena setiap sekolah memiliki
kurikulum mulok tersendiri, maka ada kemungkinan terjadi perbedaan
kurikulum mulok antar sekolah atau madrasah.

4. Sebagai Researchers

Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas professional guru yang
memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam
peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen
kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektivitas
program, strategi maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum.21

Guru yang professional akan meneliti dulu kurikulum yang akan


digunakan untuk meningkatkan kinerjanya sebagai seorang guru. Dalam buku
profesi keguruan disebutkan, di dalam pelaksanaan kurikulum tugas guru

20
Faridah Alawiyah, Peran Guru dalam Kurikulum 2013, h. 68
21
Uranus Zamili, Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum, h. 314
adalah mengkaji kurikulum tersebut melalui kegiatan perseorangan atau
kelompok (dapat dengan sesama guru di satu sekolah, dengan guru di sekolah
lain atau dengan kepala sekolah dan personel pendidikan lain seperti
pengawas). Dengan demikian guru dan kepala sekolah memahami kurikulum
tersebut sebelum dilaksanakan.22

Berdasarkan uraian dan pendapat para pakar di atas, peran guru atau staf
pengajar sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar atau harapan yang
diinginkan kurikulum. Sebagai implementator dan pengembang kurikulum,
guru/staf pengajar berfungsi serta berperan untuk memperkaya kurikulumdan
meningkatkan relevansi kuurikulum dengan kebutuhan anak, masyarakat serta
peerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.

Memperkaya kurikulum artinya guru/staf pengajar berperan


menjabarkan, mengembangkan serta memperluas segala sesuatu yang telah
ditulis, dirumuskan, disusun dan ditetapkan dalam petunjuk pelaksanaan GBPP
(garis besar progam pengajaran) ke dalam bentuk satuan pembelajaran.
Kemudian pada gilirannya, mengimplementasikan apa yang tertuang dalam
satuan acara pengajaran.

C. Peran Guru dalam Pendidikan


1. Guru sebagai tokoh kunci dalam pendidikan
Dalam sistem dan proses pendidikan manapun, guru tetap memegang
peranan penting, para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru
yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Peranan guru yang begitu
besar dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, guru
mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral,
innovator, dan kooperatif.

22
Rafflis Kosasi Soetjipto, Profesi Keguruan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 149
1) Guru sebagai Ukuran Kognitif

Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan


berbagai ketrampilan kepada siswa. Hal-hal yang akan diwariskan itu
sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh
masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi,
dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu, guru harus memenuhi
ukuran kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya agar
siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran
adalah merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur, motivasi dan
kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang disampaikan dan
dipelajari oleh siswa, ketrampilan guru menyampaikan dan alat bantu
pengajaran yang membantu jalannya pewarisan itu.

2) Guru sebagai Agen Moral dan Politik

Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat karena fungsinya


mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung, dan
memiliki berbagai ketrampilan kognitif lainnya. Ketrampilan-ketrampilan
itu dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan moral karena
masyarakat yang telah pandai membaca dan berpengalaman akan berusaha
menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan kriminal dan menyimpang
dari ukuran masyarakat. Guru juga merupakan gambaran sekaligus
berperan sebagai agen politik. Guru menyampaikan sikap kultur dan
tindakan politik masyarakat kepada generasi muda. Kemauan-kemauan
politik masyarakat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.

3) Guru sebagai Inovator

Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat


senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek. Perubahan dan
perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi pendidikan yang
menimbulkan perubahan yang baru dan kualitatif berbeda dengan hal yang
sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan inovasi itu, diantaranya
terletak pada penyelenggara pendidikan di sekolah, dan guru memegang
peranan utama. Guru bertangung jawab menyebarkan gagasan-gagasan
baru terhadap siswa melalui proses pengajaran di kelas.

4) Guru memegang Peranan Kooperatif

Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak mungkin bekerja sendiri


dan mengandalkan kemampuannya secara individual. Karena itu, para guru
harus bekerja sama, baik bekerja sama dengan sesama guru, pekerjaan-
pekerjaan sosial, lembaga-lembaga permasyarakatan maupun dengan
persatuan orang tua murid. Peranan kerja sama dalam pengajaran diantara
guru-guru secara formal dikembangkan dalam sistem belajar beregu.23

2. Tanggungjawab Guru dalam Pendidikan


Guru akan menunaikan tanggung jawabnya dengan baik atau dapat
bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif jika padanya terdapat berbagai
kompetensi (pengembangan pekerjaan professional) keguruan yakni
kompetensi kepribadian yang meliputi pengenalan dan mengakui harkat dan
potensi dari setiap individu atau murid yang diajarkannya. Selanjutnya
kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran yang meliputi menguraikan ilmu
pengetahuan atau kecakapan ke dalam bentuk informasi yang sebenarnya. Dan
yang terakhir adalah kompetensi dalam cara mengajar yakni mempergunakan
dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu atau peraga). 24

23
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, h. 185-186
24
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Penerbit PT. Bumi
Aksara, 2008. h. 262-264
Pada hakikatnya, tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung
jawab yang besar dan penting karena pada tatanan operasionalnya pendidikan
merupakan pemberian bimbingan, pertolongan dan bantuan dari orang dewasa
atau orang yang bertanggung jawab atas pendidikan kepada anak yang belum
dewasa. Pendidikan merupakan bagian dari proses pendewasaan rohaniyah dan
jasmaniyah. Guru sebagai tenaga pendidik bertanggung jawab melaksanakan
administrasi, mengelola, mengembangkan, mengawasi dan melayani secara
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.25

3. Fungsi Guru dalam Pendidikan


Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah,
yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir,
bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang
membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya dengan
peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu
juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara
optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena
antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat
mendasar. Mungkin diantara kita masih ingat, ketika duduk di kelas 1 SD, guru
lah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia
memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk dapat

25
Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, h. 213
memegang pensil dengan benar. Guru pula yang memberi dorongan agar
peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk
bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa. Guru juga harus
berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi
seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional, dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai berikut:
a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.
c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakat.
d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untukdapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan
saran pemecahannya.
e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab .
f. Membiasakan peserta didik untuk saling bersilaturahim dengan
orang lain secara wajar.
g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antara peserta didik,
orang lain dan lingkungannya.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Menjadi pembantu ketika diuperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan kepribadian kualitas pribadi peserta didik. Untuk kepentingan
tersebut, dengan memperhatikankajian Pullias dan Young (1988), Manan
(1990), serta Yelon dan Weinstein (1997), dapat diidentifikasikan sedikitnya 15
peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, pembaharu kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin,
pemindah kemah, actor, dan evaluator.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidik atau lebih popular dikatakan sebagai Guru adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Adapun profesi guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan
kata lain adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
2. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif,
sebagai agen moral, innovator, dan kooperatif. Sedangakan dalam arti sempit
guru memiliki peran diantaranya sebagai (1) pendidik, (2) sebagai pengajar, (3)
sebagai pembimbing, (4) sebagai pelatih, (5) sebagai penasehat, (6) sebagai
pembaharu kreativitas, (7) sebagai model teladan, (8) sebagai pribadi, (9)
sebagai peneliti, (10) sebagai pendorong kreatifitas, (11) sebagai pembangkit
pandangan, (12) sebagai pekerja rutin, (13) sebagai pemindah kemah, (14)
sebagai actor, (15) sebagai evaluator. Guru sebagai tenaga pendidik
bertanggung jawab melaksanakan administrasi, mengelola, mengembangkan,
mengawasi dan melayani secara teknis untuk menunjang proses pendidikan
pada satuan pendidikan

B. Implikasi

Penjelasan terkait peran guru dalam pengembangan kurikulum diharapkan


mampu memberikan wawasan baru bagi pembaca. Dan lebih lanjut dapat menjadi
bahan pemantik yang kemudian dikaji bersama dan memberikan kesempatan untuk

18
berdiskusi. Sehingga tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga
memberikan stimulus untuk berpikir serta menganalisis.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya.

Alawiyah, Faridah. Peran Guru dalam Kurikulum 2013. Vol. 4 No. 1 Juni 2013
Arifin, Muzayyin, 2009. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.

Daradjat, Zakiah, 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara.
Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Penerbit
Pustaka Pelajar.
Mulyasa, 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya.

Yasmin, Martinis. 2009. Profesionalisasi Guru Dan Implementasi Ktsp. Jakarta:


Gaung Persada
Nata, Abuddin, 2008. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada
Group.
Rosyidah, Ida, 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: UIN Press.
Rooijakkers, Ad, 1993. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Penerbit PT Grasindo
Jakarta.
Sufyarma, 2004. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Salahudin, Anas, 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Salahudin, Anas, 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

Soetjipto, Rafflis Kosasi.2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta


Wina Sanjaya. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada)

Zamili, Uranus. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum, Vol. 6 No. 2 Mei
2020

20

Anda mungkin juga menyukai