Anda di halaman 1dari 12

Macam-macam Problematika Penerjemahan

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Dosen Pengampu: Dr. HM. Burhanuddin Ubaid, Lc. M.Ag

Oleh :
Lisa Maulina (1693054001)
Qulyubi Makhsan Nasuha Rais (1693054020)
Muhammad Baydhowi (1693054035)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya yang
berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis. Kami
menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, penulis
sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Akhir kata semoga makalah yang penulis
susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin yarabbal`alamiin.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Jombang, 30 Maret 2019

Penyusun
BAB I

A. Latar Belakang

Penerjemahan adalah interpretasimakna teks dari bahasa sumber untuk


menghasilkan teks padanan dalam bahasa sasaran yang mengkomunikasikan pesan
serupa. Menurut oxford, penerjemahan adalah komunikasi pesan dari bahasa sumber
ke bahasa sasaran dengan menggunakan teks yang akuivalen. Di mana interpretasi
tidak diragukan lebih dulu muncul daripada tulisan, penerjemahan baru munculsetelah
kemunculan tulisan (literatur). Salah satu terjemahan paling awal yang ditemukan
adalah terjemahan yang dibuat pada tahun 2000sm atas legenda gilgamesh dari bahasa
sumeria ke dalam bahasa-bahasa asia barat.
Pada jenjang ini, mahasiswa akan dibekali keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh penerjemah. Hal ini membuat materi menerjemah adalah jenjang yang
sangat penting karena berupa penerapan tonggak awal pengetahuanadalah bahasa.
Oleh sebab itu makalah ini mengangkat judul “Macam-macam Problematika
Penerjemahan” hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa sulit problematika
penerjemah.

B. Rumusan Masalah
Apasaja macam-macam problematika penerjemah.

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui macam-macam problematika penerjemah.
BAB II

PEMBAHASAN

Macam-macam Problematika Penerjemahan

Adapun macam-macam problematika penerjemahan yang sering dihadapi oleh


penerjemah ketika penerjemahan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab adalah sebagai
berikut.

1. Problematika Makna Kata


Para penerjemah sering kali mengalami kesulitan dalam menemukan makna
kata-kata yang ada dalam teks bahasa Indonesia yang akan diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab, sehingga ia harus bolak-balik membuka kamus dan mencari-cari makna
kata-kata tersesbut di berbagai macam kamus.
Makna merupakan inti komunikasi, dimana seorang penutur bahasa harus
menyesuaikan perkataannya dengan makna kata-kata yang ia ucapkan, jika tidak
maka komunikasi antara pembicara dan pendengar akan mengalami kesulitan sekali
dan bahkan mustahil. Demikian juga dalam dunia penerjemahan, seorang
penerjemahan juga harus mampu menemukan makna yang sesuai dengan kata-kata
yang akan diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab dengan makna yang dipahami
oleh pembaca teks hasil terjemahan nantinya, sebab jika tidak maka hasil
penerjemahannya akan sulit difahami oleh para pembaca nantinya.
Seorang penerjemah dituntut memahami makna suatu kata saja, tetapi mereka
juga dituntut untuk mampu memahami arti-arti kata tersebut, karena setiap kata dalam

bahasa Arab itu dapat memiliki arti lebih dari satu arti, sebagai contoh kata ‫مكتبة‬
yang dapat diterjemahkan “perpustakaan, kantor, toko buku, dan lain-lain.”
Penerjemah acapkali dianggap hanya berkutat soal kata-kata dan maknanya:
apakah makna kata pada teks bahasa sumber dan kata apa dalam bahasa sasaran yang
paling baik menangkap atau menyampaikan makna itu.
Contoh problematika makna yang dihadapi oleh penerjemah adalah sebagai
berikut:
Bahasa sumber (BSu): “Siswa mencari buku I perpustakaan.”

Bahasa Sasaran (BSa): ‫اْملكْتَبَ ِة‬ ِ ْ‫ث الطَّالِب ع ِن ا‬


ِ َ‫لكت‬
‫اب يِف‬ َ َ‫حَب‬
َ ْ َ ُ
Ketika menerjemahkan teks diatas, seorang penerjemah akan mencari makna
setiap kosakata yang ia jumpai dalam teks bahasa Indonesia, sebelumia merangkainya
menjadi teks terjemahan berbahasa Arab. Selain itu, penerjemah juga terkadang
mengalami kesulitan dalam menemukan makna kosakata yang dimaksud dan sesuai
dengan kosakata yang dimaksud dan sesuai dengan kosakata yang digunakan dalam
bahasa Arab.
Problematika makna ini sebenarnya sering dialami oleh para penerjemah
pemula, karena mereka belum memahami banyak perbendaharaan makna kata dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab, tetapi bagi penerjemah yang ahli yang sudah
memiliki pengalamannya tidak banyak mengalami problematika, karena mereka
sudah memiliki banyak perbendaharaan makna kata dalam bahasa Arab. Memang
benar, penerjemah ahli juga terkadang masih tidak memahami satu atau dua kosakata
yang mereka temui ketika menerjemahkan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Arab, tetapi mereka dapat menemukan makna satu atau dua kosakata yang maknanya
tidak mereka fahami tersebut dengan cara menghubungkan makna kata-kata lain yang
mengiringi kata yang tidak dipahami maknanya tersebut, karena mereka telah
memiliki naluri dan dzauq yang sudah terlatih keakurasiannya dalam menemukan
makna dengan cara menghubungkan makna antar kata atau antar kalimat.
2. Problematika Gramatikal

Setiap bahasa memiliki gramatikal yang berbeda. Dalam bahasa Arab,


gramatikalnya terbagi menjadi berbagai macam disiplin ilmu tersendiri seperti nahwu,
sharaf, balaghah, dan lain-lain. Ketika menerjemahkan teks Indonesia ke dalam
bahasa Arab seseorang dituntut untuk mampu menganalisis unsur-unsur gramatikal
yang ada pada teks-teks yang akan diterjemahkan, karena jika seorang penerjemah
tidak mampu menganalisa gramatikal yang ada pada teks bahasa sumber atau bahkan
salah dalam menentukan kedudukan kata-kata yang ada dalam teks bahasa sumber
tersebut, maka implikasi kesalahan penerjemahan akan sangat fatal. Kesalahan dalam
menganalisis gramatikal dalam teks bahasa sumber dapat mengakibatkan kesalahan
dalam menemukan makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh penulis bahasa
sumber.

Contoh problematika gramatikal yang dihadapi oleh penerjemah dalam proses


penerjemahannya adalah sebagai berikut:
Bahasa sumber (BSu): ‘ini mobilnya siapa?”

Bahasa sasaran (BSa): ‫السيارة؟‬ ‫ملن هذه‬

Jika seorang penerjemah tidak mampu memahami gramatikal yang ada pada
teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran, maka hasil terjemahannya adalah ‫هذه‬
‫ سيارة من؟‬karena menganggap gramatikal antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab itu
sama saja, sehingga mempertahankan kata kepemilikannya “nya” dan berusaha
dimuncullah juga dalam teks bahasa Arabnya.

Kesalahan dalam menggunakan gramatikal seperti ini tidak hanya akan


merubah makna, tetapi juga akan merusak tatanan bahasa itu sendiri dan menjadikan
bahasa Arab menjadi tidak fusha dan hasil terjemahannya juga tidak akan dapat
dipahami oleh pembaca.

Problematika gramatikal dapat kita bagi menjadi beberapa macam, yaitu:

a) Penyusunan kata menjadi kalimat.


Seringkali para penerjemah masih menerjemahkan teks bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Arab dengan tetap menempatkan posisi kata sama persis dengan posisi kata
dalam kalimat bahasa Indonesianya, misalnya menerjemahkan kalimat ‘Ahmad
membaca Al-Qur’an” menjadi ‫ "احمد يقرأ القرآن‬. Kedua teks ini sama-sama tersusun
dengan struktur subyek + predikat + objek. Padahal menurut kaidah bahasa Arab
untuk menulis kalimat verbal atau jumlah fi’liyah harus dengan struktur fi’il + fail
+ maf’ul, sehingga seharusnya hasil terjemahannya adalah ‫يقرأ احم القرآند‬
b) Menyusun kalimat menjadi paragraph.
Menyusun kalimat menjadi paragraph juga terkadang dianggap kesulitan tersendiri
oleh para penerjemah, biasanya mereka kesulitan merangkainya menjadi sebuah
paragraph yang sesuai dalam teks bahasa Arab, misalnya ketika menerjemahkan
teks berikut:
Bahasa sumber (BSu)
“Ahmad adalah siswa kelas tiga Madrasah Aliyah. Dia ingin belajar bahasa Arab di
University Hasyim Asy’ari, karena dia ingin bisa berbicara bahasa Arab dengan
baik dan memahami buku-buku berbahasa Arab.”
Bahasa sasaran (BSa):
‫ وهو يريد ان يدرس اللغة العربية في الجامعة‬.‫احمد طالب الفصل الثالث في المدرسة الثانوية‬
.‫هاشم اشعرى ألنه يريد ان يستطيع تكلم اللغة العربية جيدا وفهم الكتب المكتوبة باللغة العربية‬
c) Kata sambung
Kata sambung adalah salah satu permasalahan dalam penerjemahan yang sering
diabaikan dalam dunia penerjemahan. Kata sambung memiliki peran penting dalam
menghubungkan antar satuan makna dan kalimat, karena kata sambung dapat
menunjukkan hubungan pokok pembicaraan sebab, akibat, dan waktu. Oleh karena
itulah, kata sambung memiliki banyak fungsi seperti mengikuti perkembangan
diskusi, mengubungkan serentetan peristiwa, dan menunjukka penutup teks.
Contoh menerjemahkan teks yang didalambya terdapat kata sambung adalah:
Bahasa sasaran (BSa):
“Ahmad dan Yusuf pergi ke sekolah bersama-sama, kemudian keduanya pulang
dari sekolah juga bersama-sama. Keduanya sampai di rumah pada pukul 16.00
WIB.”
Bahasa sasaran (BSa):

‫ ووصال الى البيت‬.‫ ثم رجعا من المدرسة معا ايضا‬.‫ذهب احمد و يوسف الى المدرسة معا‬

".‫في الساعة الرابعة مساء‬

Pada contoh terjemahan teks diatas, kata sambung yang di terjemahkan adalah
“dan” yang diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan kata “‫ ”و‬dan kata
“kemudian” diterjemahkan dengan kata “‫”ثم‬, sedangkan setelah titik (sebelum kata
“keduanya”) yang dalam teks bahasa Indonesianya tidak ada kata sambungnya,
tetapi dalam teks hasil terjemahannya terdapat kata sambung “‫”و‬.
d) Menerjemahkan frasa.
Sebagai contoh penerjemahan frase adalah kalimat “keluarga Ahmad terdiri atas
lima orang” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi “‫تتكون عائلة احمد من‬
‫ "خمسة اشخاص‬. pada teks bahasa Indonesianya terdapat frase yaitu “terdiri atas
(terdiri = atas) yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi “‫تتكون‬
‫”من‬, padahal jika kita buka makna kamusnya kata ‫تتكون‬ artinya adalah “terdiri”
dan kata “‫ ”من‬artinya adalah “dari”.
3. Problematika Konteks

Kata konteks berasal dari bahasa latin contexere yang artinya keterkaitan
hubungan yang kuat. Dalam istilah bahasa, conteks diartikan sebagai hubungan
kebahasaan atau hal yang melatarbelakangi terjadinya pembicaraan.

Menurut Ibnu Qayyim dalam Mohammad Kholison, konteks memainkan


peran penting dalam membatasi makna lafadh. Ibnu Qayyim berkata: “Konteks itu
dapat memperjelas lafadh yang masih mujmal, dapat menentukan lafadh yang
berpotensi melahirkan kemungkinan makna lain,dapat menghindari makna yang tidak
dimaksudkan, dapat mentakhsis yang umum, dan mentaqyid yang utlak”.

Oleh karena itulah, untuk memahami makna sebuah kata kita harus
menganalisis konteks – konteksnya, situasi yang melatarbelakangi diucapkannya kata
tersebut, meskipun hal itu tidak termasuk bahasa.

Dalam perkembangannya, konteks dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Konteks linguistic
Merupakan konteks yang membatasi arti unsur – unsur bahasa secara
terpisah atau paling tidak membatasi makna kata. Konteks linguistik adalah
hal yang mendasar yang membantu penerjemah memahami setiap satuan
pesan agar sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis teks sumber.
b. Konteks Non Linguistik
Apabila konteks linguistic pada dasarnya merupakan teks itu sendiri,
maka konteks non linguistic sesungguhnya merupakan tek – teks lain diluar
teks linguistic yang mencakup teks – teks social politik, budaya, ideology,
sejarah, dan lain- lain.
Persoalan konteks non linguistic muncul kepermukaan terutama
apabila terdapat jurang perbedaan yang serius antara latar social –budaya dari
teks sumber dan teks saran, baik dilihat dari perbedaan tingkatan maupun dari
perbedaan warna budaya tersebut.
4. Problematika Majas

Majas adalah lafadh yang digunakan pada arti yang bukan semestinya karena
adanya hubungan yang mencegah dari makna yang sebenarnya. Dalam bahasa
Indonesia, majas dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah majaz
hiperbola, personifikasi, dan lain sebagainya.

5. Problematika Idiom

Maksud dari idiom adalah kata yang tidak bisa difahami melalui kata-kata dan
hubungan gramatikal yang ada diantara kata idiom tersebut, karena satu idiom
maknanya berbeda dengan makna utuh kata tersebut. Sedangkan idiom dalam bahasa
arabdikenal dengan istilah ta’birat istilahiyah yang artinya adalah ungkapan-ungkapan
dalam bahasa arab yang telah dikenal dan dikenal secara luas namun tidak
sepenuhnya sesuai dengan aturan yang berlaku secara umum, baik dari aspek susunan
maupun maknanya.

6. Problematika Interfensi Bahasa

Sebagaimana pembahasan bentuk bahasa, bahwa interfensi itu berjalan kesatu


arah, maksudnya bahasa pertama menginterfensi bahasa kedua, jika seseorang
mengerti dua bahasa (bahasa ibu dan bahasa asing). Biasanya interfensi dari bahasa
satu kedalam bahasa yang lain ini tidak akan terjadi kecuali ketika ada dua bahasa
yang terkumpul dalam satu pikiran dan ketika memproduksi ungkapan lisan dan
tulisan.

7. Problematika Tanda Baca

Tanda baca yang ditemui oleh penerjemah ketika ingin menterjemahakan teks
sumber kedalam teks sasaran terkadang juga menjadi masalah tersendiri, karena
penerjemah harus memahami apa maksud dari adanya tanda baca tersebut.

8. Problematika Istilah

Istilah yang dimaksudkan disini adalah kata khusus yang hanya ada di bahasa
Indonesia dan tidak ditemukan pada dalam bahasa arab.penerjemah biasanya
mengalami kesulitan dalam menerjemahkan istilah yang ia temui dalam teks bahasa
Indonesia, karena tidak adanya padanan yang sesuai dan dianggap dapat mewakili
makna istilah tersebut.

9. Problematika Pantun, Puisi, Lagu, Gurindam, dan lain lain


Ini sebenarnya merupakan kumpulan dari problematika karya seni yang
mengungkapkan perasaan jiwa seseorang. Biasanya ungkapan perasaan jiwa
seseorang ini ditulis dalam bentuk puisi, pantun, lagu atau yang lainnya. tulisan-
tulisan itu diharapkan bisa menggambarkan perasaan jiwa seseorang, baik perasaan
sedih maupun perasaan senang.

Setelah kita memahami begitu banyak problematika dalam penerjemahan teks


Indonesia kedalam bahasa arab dari paparan diatas, kita dapat menggolongkan
macam-macam problematika tersebut. Sebenarnya problematika penerjemahan teks
Indonesia kedalam bahsaarab dapat kita golongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Problematika yang berkaitandengan kebahasaan atau linguistic.


2. Problematika yang berkaitan dengan social budaya.
3. Problematika yang berkaitan dengan penerjemah (orang yang melakukan tugas
menerjemah).

Kita juga bisa menyimpulkan secara sederhana, bahwa sebenarnya masalah


yang paling pokok dalam penerjemahan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa arab
adalah mencari padananan yang sesuai antara kata dan makna. Karena itulah pada bab
berikutnya akan dibahas secara khusus tentang kata dan makna agar kita lebih dapat
memahami hakikat kata dan makna yang ada dalam teks bahasa sumber yang akan
kita terjemahkan kedalam teks bahasa sasaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun macam-macam problematika penerjemahan yang sering dihadapi oleh
penerjemah ketika penerjemahan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab adalah
sebagai berikut.
1. Problematika Makna Kata
Makna merupakan inti komunikasi, dimana seorang penutur bahasa harus
menyesuaikan perkataannya dengan makna kata-kata yang ia ucapkan, jika tidak
maka komunikasi antara pembicara dan pendengar akan mengalami kesulitan
sekali dan bahkan mustahil.
2. Problematika Gramatikal
Ketika menerjemahkan teks Indonesia ke dalam bahasa Arab seseorang
dituntut untuk mampu menganalisis unsur-unsur gramatikal yang ada pada teks-
teks yang akan diterjemahkan, karena jika seorang penerjemah tidak mampu
menganalisa gramatikal yang ada pada teks bahasa sumber, maka implikasi
kesalahan penerjemahan akan sangat fata, dapat mengakibatkan kesalahan dalam
menemukan makna yang sebenarnya.
3. Problematika Konteks
Kata konteks berasal dari bahasa latin contexere yang artinya keterkaitan
hubungan yang kuat. Dalam istilah bahasa, conteks diartikan sebagai hubungan
kebahasaan atau hal yang melatarbelakangi terjadinya pembicaraan.
4. Problematika Majas
Majas adalah lafadh yang digunakan pada arti yang bukan semestinya karena
adanya hubungan yang mencegah dari makna yang sebenarnya.
5. Problematika Idiom
Idiom dalam bahasa arabdikenal dengan istilah ta’birat istilahiyah yang artinya
adalah ungkapan-ungkapan dalam bahasa arab yang telah dikenal dan dikenal
secara luas namun tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan yang berlaku secara
umum, baik dari aspek susunan maupun maknanya.
6. Problematika Tanda Baca

Maksudnya bahasa pertama menginterfensi bahasa kedua, jika seseorang


mengerti dua bahasa (bahasa ibu dan bahasa asing). Biasanya interfensi dari
bahasa satu kedalam bahasa yang lain ini tidak akan terjadi kecuali ketika ada dua
bahasa yang terkumpul dalam satu pikiran dan ketika memproduksi ungkapan
lisan dan tulisan

7. Problematika Tanda Baca

Penerjemah harus memahami apa maksud dari adanya tanda baca dalam teks
bahasa.

8. Problematika Istilah
Istilah yang dimaksudkan disini adalah kata khusus yang hanya ada di bahasa
Indonesia dan tidak ditemukan pada dalam bahasa arab.
9. Problematika Pantun, Puisi, Lagu, Gurindam, dan lain lain

Problematika penerjemahan teks Indonesia kedalam bahsaarab dapat kita


golongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Problematika yang berkaitandengan kebahasaan atau linguistic.


2. Problematika yang berkaitan dengan social budaya.
3. Problematika yang berkaitan dengan penerjemah (orang yang melakukan
tugas menerjemah).

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahandan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

Anda mungkin juga menyukai