Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Penerjemahan
Literatur, Interpretatif, dan Eklektis.”
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan bagaimana penerjemahan literal
2. Menjelaskan bagaimana penerjemahan interpretatif
3. Menjelaskan bagaimana penerjemahan elektis
4. Menjelaskan kekurangan dan kelebihan penerjemahan literal,
interpretatif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Maka setiap orang dalam islam menyatakan bahwa peran kenabian telah
berakhir seiring dengan akhir kenabian Muhammad SAW. Adapan dalam
kalangan Syi’ah, maka disana ada peran kedua, yaitu peran kewalian
(wilayah).
4
kasus ini, tidah ditemukan masalah yang serius, baik terkait makna maupun
struktur gramatikalnya. Tetapi hal ini belum tentu dapat diaplikasikan pada
teks yang lain.
5
Dalam hal struktur kalimat, ada dua pendapat yang berbeda. Bagi
Nida dan Taber (1969) dan Larson (1984), terjemahan harfiah atau literal
harus memperhatikan struktur kalimat BSu-nyameskipun struktur itu tidak
diterima di dalam BSa.
Kalau struktur ini diubah sedikit agar bisa diterima di BSa, Larson
menyebutnya terjemahan literal yang dimodifikasi. Sedangkan Newmark
masih tetap mengategorikan kedalam terjemahan harfiah atau literal.
Berbeda dengan pendapat diatas, newmark membedakan antara
terjemahan kata-demi-kata dengan terjemahan harfiah atau literal.
Terjemahan yang disebut terjemahan harfiah atau literal oleh Nida dan Taber
dan Larson diatas adalah terjemahan kata-demi-kata menurut Newmark.
Dalam terjemahan ini, tatabahasa BSudan susunan katanya dipertahankan di
dalam BSa (Newmark,1988:69).
Terjemahan harfiah menurut Newmark, harus menggunakan struktur
yang diterima di dalam BSa. Jadi, terjemahan harfiah versi Newmark ini sama
dengan terjemahan harfiah yang dimodifikasi versi Larson. Menurut
Newmark, terjemahan harfiah bias saja berupa terjemahan satu-demi-satu,
frase-demi-frase, atau bahkan kalimat demi kalimat.
Kalau kita perhatikan, batasan Newmark ini terlalu luas sehingga kita
sulit membedakannya dengan jenis terjemahan yang lain. Mungkin ada
baiknya bila kita membatasi terjemahan harfiah ini dengan terjemahan yang
menggunakan padanan harfiah, atau padanan yang mempunyai makna utama
yang sama dengan kata BSu, yang susunan kata-katanya sedikit diubah
sehingga tidak bertentangan dengan susunan kalimat BSa. Dan untuk
terjemahan yang tidak mengindahkan keberterimaan susunan kata-kata BSa
dapat disebut terjemahan kata-demi-kata.
Terjemahan menurut Larson (1984) sendiri, adalah trejemahan yang
berusaha meniru bentuk BSu.Yang dimaksud bentuk di sini adalah kata-kata
atau struktur yang digunakan. Dengan kata lain, dalam terjemahan harfiah,
penerjemah menggunakan kata BSa yang mempunyai arti literal yang sama
dengan kata-kata BSu-nya. Sementara itu, struktur dalam hasil terjemahannya
6
masih menggunakan struktur BSu-nya. Kadanf-kadang struktur aslinya ini
bisa diterima atau bahkan tidak bisa diterima di dalam BSa.
Oleh Larson (1984:16-17), ragam terjemahan ini menggunakan
bentuk, dalam hal ini kata-kata dan struktur kalimat BSa yang luwes.
Terjemahan ini berusaha menciptakan kembali makna dalam BSu, yakni
makna yang ingin disampaikan penulis atau penutur asli, di dalam kata dan
tata kalimat yang luwes di dalam BSa.
Hatim dan Mason (1990:5) mencatat bahwa seorang penerjemah
Arab, Saleh Al-Din al-Safadi pada abad XIV mengkritik generasi-generasi
penerjemah sebelumnya bahwa para penerjemah tersebut mempelajari setiap
kata Yunani yang ada dalam BSu maknanya. Kemudian mereka mencari
padanan istilahnya dalam bahasa arab,lalu menuliskannya dan meletakkannya
dalam susunan yang sama.
Al Safadi menyalahkan pendapat yang mengatakan bahwa padanan
satu-satu selalu ada untuk setiap kata BSu dan BSa. Tambahan lagi, sering
kali BSu dan BSa tidak sama. Sementara itu Hatim dan Mason menambahkan
bahwa sangatlah salah bahwa kita beranggapan bahwa makna sebuah kalimat
atau teks sama dengan jumlah makna dari kata-kata yang menyusunnya. Jadi,
setiap usaha untuk menerjemahkan pada tingkat kata selalu mengundang
risiko untuk kehilangan elemen makna yang makna.
Aliran penerjemahan ini ialah aliran yang dianut Johanes Patriarch,
Ibnu Na’imah al-Himshiy dan lainnya. Aliran ini memusatkan pandangan
untuk mencari padanan setiap kata Yunani beserta kandungan maknaknya
dari kata-kata Arab. Cara ini kurang baik disebabkan dua hal: pertama, tidak
semua kata-kata Yunani terdapat padanannya dalam kosa kata bahasa Arab.
Kedua, adanya perbedaan ciri-ciri susunan sintaksis antara satu bahasa
dengan bahasa lain.
7
2.2 Penerjemahan Interpretatif
إن التعددي""ة تع""ىن تس""ليما مبب""دأ االختالف وإق""رارا بالتب""اين واعرتاف"ا" ب""التنوع
من غ ""ري إقص ""اءله أو ف ""رض خي ""ارات علي ""ه أو معاملت ""ه كقاص ""ر حيت ""اج إىل
آي" " ""ات اهلل الب" " ""اهرة يس" " ""تلزم االع" " ""رتاف بالتعددي" " ""ة ىف ك" " ""ل أم" " ""ر اختي" " ""اري
8
tanda kebesaran Tuhan, meniscayakan pengakuan terhadap pluralitas segala
sesuatu seperti aliran, agama, system politik dan ekonomi.
9
1.4 Penerjemahan ekletis
Kata “eklektis” dalam kamus popular ilmiah memiliki arti memiliki
pendirian luas, bersifat memilih yang terbaik.
Dalam metode Elektis semua sistem diambil mana yang dianggap dapat
digunakan dan dijadikan satu, hal ini kita jadikan penuntun karena manusia itu
mempunyai sifat eklektis.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
- http://english314jtw.blogspot.com/2010/04/metode-terjemahan.html
diakses pada Jum’at, 22 Maret 2013.
12