Anda di halaman 1dari 6

LANGKAH DAN TEKNIK PENERJEMAHAN

Oleh :
1. M Faqih Hizbullah U20153017
2. Nafil Rajbi U20183009

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2021
LANGKAH-LANGKAH DAN TEKNIK PENERJEMAHAN

Prosedur penerjemahan adalah teknik atau cara yang pakai penerjemahan


selama proses penerjemahan berlangsung pada tataran kata, frasa, dan kalimat.
Metode penerjemahan merupakan prinsip yang mendasari cara kita dalam
menerjemahkan teks yang bermuara pada bentuk terjemahannya. Metode
penerjemahan dipakai agar kegiatan penerjemahan yang dilakukan dapat lebih
efektif dan efisien.

1.1 Langkah Penerjemahan


Vinay dan Darbenet dalam Munday (2001: 56-58) membagi penerjemahan
menjadi dua yakni penerjemahan langsung dan tidak langsung (direct
translation dan oblique translation).

A. Penerjemahan Langsung
1. Peminjaman
Peminjaman merupakan metode yang paling sederhana. Penerjemah hanya
akan menulis kembali istilah bahasa sumber ke dalam bahasa yang
diterjemahkan tanpa melakukan modifikasi apapun. Metode ini digunakan
agar dapat membawa suasana bahasa sumber ke bahasa sasaran serta
mengatasi tidak adanya istilah yang sama pada bahasa sasaran. Metode ini
juga dilakukan karena adanya perbedaan lingkungan, budaya, atau
pandangan hidup antara pemakai bahasa sumber dan pemakai bahasa
sasaran.
2. Calque
Kalke (Calque) serupa dengan metode peminjaman namun ada proses
penerjemahan. Istilah asing yang tidak memiliki dalam bahasa sasaran
kemudian diterjemahkan bagian-bagian. Istilah terjemahan tersebut
nantiknya dapat menjadi bagian dari bahasa sasaran.
3. Penerjemahan Harfiah
Metode ini berusaha memaknai setiap kata yan ada dalam kalimat bahasa
sumber serta menyesuaikannya dengan kaidah bahasa sasaran. Jika dengan
metode ini makna telah tersampaikan maka tugas penerjemah telah selesai.
Jika makna belum tersampaikan maka perlu menerapkan metode lainnya.

B. Penerjemahan tidak Langsung


1. Transposisi
Metode ini dilakukan dengan mengubah satu level bahasa ke level bahasa
yang lainnya. Misalnya dari kata ke frase atau bahkan ke kalimat. Kalimat
majemuk juga dapat diterjemahkan ke dalam kalimat yang sederhana, atau
dua kalimat sederhana dapat diterjemahkan menjadi sebuah kalimat
majemuk.
2. Modulasi
Metode modulasi merupakan metode pergeseran sudut pandang.
Pergeseran sudut pandang makna bisa berupa mengubah kalimat aktif
menjai pasif, makna negatif menjadi positif, dan sebaliknya. Contohnya
kata sick yang diterjemahkan menjadi tidak sehat.
3. Padanan
Metode padanan/ ekuivalensi yaitu metode yang memodifikasi kata-kata
dari bahasa sumber sehingga sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.
Misalnya kata modification yang diterjemahkan menjadi modifikasi, atau
fiction yang diterjemahkan menjadi fiksi.
4. Adaptasi
Metode adaptasi merupakan metode yang paling ekstrim dilakukan.
Metode ini dilakukan jika dalam bahasa umber tidak ditemukan dalam
bahasa sasaran. Misalnya „konsep hidup bersama sebelum menikah‟ yang
serupa dengan „kumpul kebo‟ namun dapat diterjemahkan menjadi konsep
„keluarga‟.
2.1 Teknik Penerjemahan
Newmark menyebutkan ada delapan jenis metode penerjemahan yang
dibagi menjadi dua golongan, yaitu berorientasi pada bahasa sumber (BSu)
dan berorientasi pada bahasa sasaran (BSa): Metode penerjemahan ini juga
dikenal dengan Diagram V (Newmark, 1988).

A. Berorientasi pada Bsu


1. Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata (word to word translation) dilakukan dengan
menerjemahkan kata demi kata dan membiarkan susunan kalimat seperti
dalam sumber. Metode penerjemahan kata demi kata pada dasarya masih
sangat terikat pada tataran kata (Nababan, 2003:30). Dalam melakukan
tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam
bahasa sasaran tanpa megubah susunan kata dalam terjemahannya. Dengan
kata lain, susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis dengan
susunan kata dalam kalimat aslinya.
2. Penerjemahan harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) dilakukan dengan mengubah
struktur kalimat namun kata dan gaya bahasa masih dipertahankan.
Penerjemahan harfiah mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata
demi kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam
kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat
bahasa sasaran. Metode ini biasanya diterapkan apabila struktur kalimat
bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.
3. Penerjemahan setia
Penerjemahan setia (faithful translation) ini dilakukan dengan
mempertahankan sejauh mungkin aspek format atau aspek bentuk
sehingga dapat secara lengkap melihat segi bentuknya. Penerjemahan setia
mencoba memproduksi makna kontekstual teks bahasa sumber dengan
masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan
budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan
pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada
maksud dan tujuan teks bahasa sumber, sehingga hasil terjemahannya
kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing.
4. Penerjemahan semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) menekankan pada
penggunaan istilah, kata kunci, atau ungkapan yang harus dihadirkan
dalam hasil terjemahan. Berbeda dengan penerjemahan setia,
penerjemahan semantik lebih luwes dan mempertimbangkan unsur estetika
teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas
kewajaran. Penerjemahan semantik juga lebih fleksibel bila dibandingkan
dengan penerjemahan setia yang lebih terikat oleh BSu.

B. Berorientasi pada Bsa


1. Penerjemahan Adaptasi /saduran
Penerjemahan adaptasi (adaptation translation) menekankan pada isi pesan
sedang bentuk disesuaikan dengan kebutuhan pembaca. Adaptasi
merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat
dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan pada metode ini asalkan
penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam teks bahasa
sumber, misalnya; tema, karakter ataupun alur. Biasanya, metode ini
diterapkan dalam melakukan penerjemahan drama atau puisi.
2. Penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas (free translation) menekankan pada pengalihan pesan
sedang pengungkapannya dilakukan sesuai kebutuhan calon pembaca.
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan
mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk parafrase
yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada teks aslinya.
Newmark tidak menyebut penerjemahan bebas sebagai “karya
terjemahan”, karena adanya banyak perubahan pada teks BSa.
3. Penerjemahan idiomatis
Penerjemahan idiomatis (idiomatic translation) berusaha menemukan
padanan istilah, ungkapan, dan idiom yang tersedia dalam bahasa sasaran.
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak
didapati pada versi aslinya. Oleh karena itu, banyak terjadi distorsi nuansa
makna.
4. Penerjemahan komunikatif
Penerjemahan komunikatif (communicative translation) menekankan pada
pesan dan memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, namun tidak
menerjemahkan secara bebas. Metode ini mengupayakan reproduksi
makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan
maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembacanya. Sesuai
dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip komunikasi, yakni
khalayak pembacanya dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini,
sebuah versi teks BSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi teks
bahasa sasaran sesuai dengan prinsip di atas.

REFERENSI

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice


Hall International English Language Teaching.
Laksono, Puji. 2014. Analisis Metode Penerjemahan Dalam
Menerjemahkan Novel Revolusi di Nusa Damai ke Revolt in Paradise. Jurnal
PPKM UNSIQ, 55-60. Diakses dari:
http://abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Januari/PPKM.V1-6.Puji-
Analisis%20Metode....pdf
Teori Penerjemahan (Strategi Penerjemahan Bag. II Metode
Penerjemahan) (PPT). Diakses dari:
http://www.ekasan.lecture.ub.ac.id/files/2013/10/Metode-Penerjemahan-Materi-
4.pptx

Anda mungkin juga menyukai