Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Metode Penerjemahan
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tarjamah III)
Dosen Pengampu : Furqan Taufik, M. Pd

Disusun :
Ade Ali Ridwan
Aimi Sri Alpi M
Elis Sadiah
Merisa Pangestu
M Iqbal Ridwanulloh
Ihsan Zaki

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG

2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan, shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan
kepada panutan alam nabi Muhammad SAW .
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu serta teman-teman disekitar penulis yang telah memberikan dukungan agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan sangat
menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritikan dalam memperbaiki
makalah kami untuk yang akan datang.

Singaparna, 28 juni 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Metode Penerjemahan..................................................................................................2
BAB III PENUTUP..................................................................................................................5
A. Kesimpulan ..................................................................................................................5
B. Saran ............................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode adalah cara yang dipakai untuk melakukan sesuatu dan
mendapatkan target yang ingin dicapai. Seorang pedagang sayur misalnya, ia pasti
menggunakan cara-cara tertentu untuk menarik pembeli agar barang dagangannya
laku di pasar. Cara menjadi instrumen yang dapat menentukan kesuksesan seseorang
dalam mencapai tujuan dalam segala hal. Begitu pula metode bagi seorang
penerjemah menjadi hal yang urgen. Agar target dalam menerjemahkan dapat dicapai,
maka seorang penerjemah pasti akan menggunakan metode atau cara tertentu yang
terkait dengannya. Banyak metode penerjemahan yang dipakai oleh para penerjemah
tergantung kecenderungan dan kapasitas kemampuannya.
Penerjemahan adalah kegiatan memahami teks dalam suatu bahasa, yang
disebut sebagai bahasa sumber dan mengungkapkan pemahaman tentang jelas bacaan
tersebut ke dalam bahasa lain yang disebut sebagai bahasa sasaran . Hasil dari
penerjemahan adalah terjemahan teks sasaran yang sepadan dengan teks sumber.
Menurut Newmark (1988:5), "translation is rendering the meaning of a text into
another language in the way that the author intended the text atau penerjemahan
adalah pengubahan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
dimaksudkan pengarang. Penerjemahan menurut Nida dan Taber (1991) adalah
pengungkapan kembali isi pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik dalam
hal makna maupun gaya, bentuk boleh diubah, namun harus mempertahankan
maknanya. Dengan kata lain, menerjemahkan adalah kegiatan mengubah suatu bentuk
bahasa ke dalam bahasa lain secara sepadan untuk bangsa.Dalam penerjemahan,
seorang penerjemah harus membaca dan memahami pesan yang terkandung di dalam
sebuah teks sumber untuk disampaikan pesan yang sama ke dalam teks sasaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode penerjemahan
2. Apa saja metode penerjemahan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metode Penerjemahan
Metode adalah cara yang dipakai untuk melakukan sesuatu dan mendapatkan target
yang ingin dicapai. Seorang pedagang sayur misalnya, ia pasti menggunakan cara-cara
tertentu untuk menarik pembeli agar barang dagangannya laku di pasar. Cara menjadi
instrumen yang dapat menentukan kesuksesan seseorang dalam mencapai tujuan dalam
segala hal.
Penerjemahan adalah turunan dari kata terjemah yang merupakan sarapan dari bahasa
Arab ‘tarjamah’ yang berarti memindahkan atau mengalihkan.Dalam bahasa Inggris,kata
penerjemahan disebut dengan ‘translation’.
Begitu pula metode bagi seorang penerjemah menjadi hal yang urgen. Agar target
dalam menerjemahkan dapat dicapai, maka seorang penerjemah pasti akan menggunakan
metode atau cara tertentu yang terkait dengannya. Banyak metode penerjemahan yang
dipakai oleh para penerjemah tergantung kecenderungan dan kapasitas kemampuannya.
Oleh karena itu dapat dipastikan, bahwa antara satu penerjemah dengan penerjemah yang
lain memiliki metode atau cara yang berbeda.
B. Macam-macam Metode Penerjemahan
Terdapat beberapa metode yang biasa dipakai oleh penerjemah.
1. Penerjemahan secara harfiah atau literal Metode
Metode ini merupakan cara menerjemahkan teks dengan cara memperhatikan
peniruan terhadap susunan dan urutan teks sumber. Yang menjadi sasaran metode
penerjemahan ini adalah kata. Biasanya langkah yang ditempuh adalah seorang
penerjemah memahaini teks sumber, kemudian menggantinya dengan bahasa lain
sesuai dengan posisi dan tempat kata dalam bahasa sumber atau melakukan
transliterasi. Metode ini kadang dikenal dengan nama metode lafdziah. Coba
perhatikan conto berikut.
Bahasa Sumber:
.‫ أما فى التشيع فاءن ثمت دورة ثا نية هي‬Z,‫فكل ااناس فى االسالم ينادون بأندورة النبوة قدختمت مع خاتم النبيين‬
‫دورة الوالية‬
Bahasa Sasaran:
Maka setiap orang dalam Islam menyatakan bahwa peran kenabian telah
berakhir seiring dengan akhir kenabian Mahammad Saw Adapun dalam kalangan
Syi'ah, maka di sama ada peran kedua, yaitu peran kewalian (wilayah).

2
Kalau kita memperhatikan teks dan terjemahannya sebagaimana tersebut di
atas, maka tampak bahwa penerjemahan dilakukan secara literal. Kata per kata
dialihkan ke dalam bahasa Indonesia.Demikian pula susunan kalimatnya hampir
tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Meskipun demikian, hasil
terjemahan tidak keluar dari arti yang dikandung oleh teks asli; secara gamblang
terjemahannya dapat dipahami dengan baik. Dalam kasus ini, tidak ditemukan
masalah yang serius, baik terkait makna maupun struktur gramatikalnya. Tetapi hal
ini belum tentu dapat diaplikasikan pada teks yang lain yang Karakteristik bahasa
Arab dan bahasa Indonesia tidak elamanya sama.
Memang dalam struktur tertentu terdapat kesamaan. Tetapi, banyak struktur
lain yang dimiliki oleh kedua bahasa itu menunjukkan perbedaan yang cukup
mencolok, sehingga tidak mungkin dapat dilakukan penerjemahan secara literal. Di
sini, seorang penerjemah mungkin akan mengambil jalan lain untuk menerjemah.
Kelebihan dan kelemahan metode ini:
a. Kelemahan cara penerjemahan pertama (Literal atau harfiah )terletak pada:
kesetiannya pada bahasa sumber, karena pengalihannya didasarkan pada per
kata, padahal tidak selama nya bahasa sumber memiliki kesamaan-minimal-
secara struktur gramatikal, sehingga jika tetap dipaksakan maka ketaksaan
kata dan ketidak-jelasan makna menjadi hal yang tida dapat dielakkan.
b. Sementara kelebihannya terletak kesetiannya pada bahasa sumber.

2. Penerjemahan secara tafsiriyah


Metode ini dapat didefinisikan sebagai suatu cara penerjemahan yang tidak
memperhatikan peniruan susunan dan urutan teks sumber. Yang terpenting dalam
metode ini adalah penggambaran makna dan gagasan bahasa sumber dengan baik
dan utuh. Makna yang ditunjukkan oleh struktur bahasa sumber menjadi sasaran
utama. Praktiknya, pertama-tama yang harus dilakukan adalah makna bahasa sumber
dipahami, kemudian makna itu dituangkan ke dalam struktur bahasa lain sesuai
dengan tujuan penulis teks sumber. Dalam mengikuti metode ini, seorang
penerjemah tidak usah bersusah-susah memaksakan diri untuk memahami setiap
kata. Sekarang, perhatikan contoh berikut.
Bahasa Sumber:
‫ارالتعيش‬ZZ‫ر فى اط‬ZZ‫ع االخ‬ZZ‫ تعني تسليما بمبدأ االختالف واقرارا بالتباين واعترافا بالتنوع وتعامل م‬Z‫ان التعددية‬
‫اج الى‬ZZ‫والوصل والتحور والمجلدة بالحسنى من غير اقصاء له أو فرض خيارات عليه أو معاملته كقاصر يحت‬
‫تراف‬ZZ‫تلزم االع‬ZZ‫اهرة يس‬ZZ‫ وااليمان بأن اختالف األلسن واأللوان من آيات هلل الب‬,‫وصي يحدد له وجهته وخياره‬
‫ في كل أمراختياري كالمذهب والدين والنظم السياسي واالقتصادي‬Z‫بالتعددية‬.
Bahasa Sasaran:
Pluralisme berarti menerima dan mengakui prinsip perbedaan, serta
menjalin hubungan dengan yang lain dalam kerangka saling beinteraksi dan
berdialog yang baik, dengan tanpa mengucilkan, memaksakan pilihan dan atau

3
membatasinya. Keyakinan bahwa perbedaan bahasa dan ros merupakan tanda
kebesaran Tuhan, meniscayakan pengakuan terhadap pluralitas segala sesuatu
seperti aliran, agama, sistem politik dan ekonomi.
Mencermati terjemahan tersebut, kita mendapati ketida patuhan untuk
mengalihkan setiap kata kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran). Prinsip yang
ditempuh adalah perhatia terhadap makna yang dimaksud. Pengalihan tidak
dilakukan berdasarkan per kata. Tetapi, dititik-beratkan pada makna. Meskipun
demikian, terjemahan tersebut di atas, tidak melenceng dari ide atau gagasan yang
dimaksud.
Begitu pula cara penerjemahan kedua (tafsiriyah) memilik kelemahan dan
kelebihan sekaligus.
a. Kelemahannya terletak pada campur tangan yang terlalu mendalam dari
sang penerjemah Karena, dalam cara ini sangat mungkin seorang
penerjemah melakukan pembuangan atau penambahan, baik itu berupa
makna atau struktur kalimat.
b. Sedangkan kelebihannya adalah bahwa penerjemahan tafsiriyah lebih
mengutamakan penyampaian pesan atau gagasan ke hadapan para
pembaca.Model penerjemahan seperti ini biasanya lebih komunikatif
katimbang penerjemahan literal.
3. Metode penerjemahan menurut newmark

Dalam diagram v, newmark membagi metode penerjemahan nya


menjadi dua bagian yaang saling berkaitan, yaitu: metode penerjemahan yang
berada pada tingkat penulis dan metode penerjemahan yang berada pada
tingkat linguistik pembaca. pada diagram v metode penerjemahan yang
cenderung ke bsu berada di sebelah kiri sedangkan yang di sebelah kanan
adalah metode penerjemahan yang lebih menitikberatkan pada BSA. metode
penerjemahan Newmark dinamakan diagram v karena semakin mengerucut
jarak yang dihubungkan oleh garis putus-putus baik dari kiri ke kanan atau
sebaliknya maka akan semakin baik terjemahan yang dihasilkan.
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber ada 4:
a. Kata per Kata (Word For Word Translation)
Penerjemahan jenis ini dianggap paling dekat dengan bahasa sumber
dan sifat interliner, yakni meletakkan makna bahasa sasaran langsung di
bawah versi bahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap

4
dipertahankan, setiap katanya diterjemahkan menurut makna dasar dalam
kamus, diluar konteks. Istilah dan ungkapan yang bermuatan budaya
diterjemahkan atau dipindahkan apa adanya.
Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme
bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal
penerjemahan.
Contoh: ‫س‬ِ ‫َأ ْم‬ ‫ ْال َم ْد َر َس ِة‬ ‫ِإلَى‬ ‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫َب‬
َ ‫َذه‬
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa
Indonesia, maka hasilnya adalah
Telah pergi Muhammad  ke sekolah kemarin.
Terjemahan ini terkesan kaku dan tidak sesuai dengan sistem kaidah yang
berlaku dalam Tata Bahasa Indonesia.
b. Harfiah (Literal Translation)
Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan
padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau
penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Dalam proses
penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu melihat
masalah yang perlu diatasi.
Contoh: ‫ك‬ َ ِ‫ك َم ْغلُوْ لَةً ِإلَى ُعنُق‬
َ ‫َوالَ تَجْ َعلْ يَ َد‬
Artinya: Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu.
Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti “kikir”. Arti secara
harfiah: Jangan kikir.
c. Setia (Faithful Translation)
Metode ini sedikit lebih bebas dibanding penerjemahan harfiah, karena
penerjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual
walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Karena
ada upaya untuk benar-benar setia pada maksud dan tujuan BSU, sehingga
masih terkesan kaku.
Contoh: ‫هُ َو َكثِ ْي ُر ال َّر َما ِد‬
Dalam Penerjemahan Kata per Kata, ungkapan di atas di artikan: Dia
banyak abunya.
Jika diartikan dengan Penerjemahan Setia, maka hasil terjemahannya
adalah: Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak abunya.
Banyak abu dalam budaya arab berarti banyak memasak karena banyak
kedatangan tamu.
Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap
setia pada BSU, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi
makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk
tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks
aslinya.
d. Semantik (Semantic Translation)

5
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih
memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam
batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat
dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes
dan fleksibel.
Contoh: ‫هُ َو ّكثِ ْي ُر ال َّر َما ِد‬
Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil terjemahannya adalah:
Dia orang yang dermawan.
Selanjutnya adalah 4 metode penerjemahan yang lebih berorientasi pada
bahasa sasaran. Dalam hal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak
yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca
versi bahasa sasaran.
a. Saduran (Adaptation)
Metode ini merupakan bentuk penerjemahan paling bebas dan terdekat
ke bahasa sasaran. Umumnya jenis ini dipakai dalam penerjemahan drama
atau puisi dimana tema, karakter dan alur biasanya dipertahankan, tetapi
dalam penerjemahannya terjadi peralihan budaya bahasa sumber ke
budaya bahasa sasaran dan teks aslinya ditulis kembali serta diadaptasikan
ke dalam bahasa sasaran.
b. Bebas (Free Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi isi pesan bahasa sumber, tetapi
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang
tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian ada penyimpangan
nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom
yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa
sasaran.
Contoh: ‫سبق السيف األدلي‬
Secara Setia ungkapan di atas berarti: Sudah terlanjur pedang terhunus 
Tapi, ketika diaplikasikan kedalam Penerjemahan Bebas maknanya lebih
mudah diserap: Nasi sudah menjadi bubur
c. Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang
tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian ada penyimpangan
nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom
yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa
sasaran.
Contoh: ‫اليَ ُد الع ُْليَا َخ ْي ٌر ِمن اليَ ِد ال ُّس ْفلَى‬
Secara Kata per Kata diterjemahkan: Tangan di atas lebih baik dari
tangan di bawah
Menggunakan Idiomatik, diterjemahkan: Memberi lebih baik dari pada
menerima

6
d. Komunikatif (Communicative Translation)
Berusaha mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa,
sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isinya langsung dapat
dimengerti oleh pembaca. Metode ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan
demikian, bahasa sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi
bahasa sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip di atas.
Contoh: ‫اَ ْل َح ُّي ْال َمن َِوي‬
Diterjemahkan: “Spermatozoon” untuk para ahli biomedik. Untuk
khalayak pembaca umum diterjemahkan dengan “Air Mani”.
Pada hakikatnya, menerjemah merupakan usaha yang menggunakan standar ganda.
1. Seorang penerjemah dituntut mampu untuk mengalihkan seluruh unit bahasa
yang terdapat dalam bahasa sumber
2. Menyampaikan gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penulis teks
kepada para pembaca.
Standar inilah yang seringkali menghadapkan seorang penerjemah pada masalah
penerjemahan yang 'serius'. Untuk menyiasati masalah itu, tak heran jika Nida menitik-
beratkan pada 'pengalihan yang sedekat mungkin' dari berbagai aspek unit dan unsur
bahasa.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka para pakar penerjemah mengajukan
jalan tengah. Yaitu cara penerjemahan yang memadukan antara yang harfiah dan yang
tafsiriah. Mula mula seorang penerjemah bisa mengalihkan teks sumber secara harfiah
dengan mengikuti struktur dan urutan teks sumber: kata per kata. Kemudian mengalihkan
terjemahan harfiah ke dalam struktur bahasa penerima yang pokok; di sini terjadi proses
transposisi tanpa menambah atau mengurangi. Selanjutnya, seorang penerjemah
mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan, emosi atau spirit penulis
melalui penggunaan metafora yang relevan dan gaya bahasa dan penulisan yang dipakai.
Sehingga pada akhirnya, seorang penerjemah mengambil keputusan untuk membuang
apa yang harus dan perlu dibuang, menambah apa yang selayaknya ditambahkan,
memilih dan menciptakan suatu istilah yang dipandang cocok untuk menggantikan istilah
dalam bahas sumber dan seterusnya.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode penerjemahan lebih cenderung pada sebuah cara yang digunakan oleh
penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya,misalnya sebuah opsi global
penerjemh yang mempengaruhi keseluruhan teks.Jadi metode penerjemahan sanagat
mempengaruhi hasil terjemahan.Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan oleh metode
penerjemahyang dianut oleh penerjemah karena maksud,tujuan,dan kehendak penerjemah
akan berpengaruh terhadap hasil terjemahan teks secara keseluruhan.
B.Saran
Penulis menyadari bahwa dalm pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangaan,maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

A.Widyamartaya. 2004. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Abdul Aziz Syaraf. 2000. Im al-Ilam al-Luguwiy. Mesir al-Sykah al-Mishriyah al-Alamiyah
al-Nasyr. Ahmad ibn Faris bin Zakariyah. 1997. Fi Fiqh al-Lughah al-Arabiyah wa Masa'iliha
wa Sunan al-Arah fi Kalamiha. Beirut: Dar al Kutub al-Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai