Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Disusun Oleh :
Rahmad Asywansyah
Uci Gustari
1442 H
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninayah-Nya kepada Kami, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Arab
ini dengan pembahasan tentang : “Thariqah Mubasyaroh (Metode Langsung ) “. Shalawat
terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada Sang Pembawa Risalah kebenaran
yang semakin teruji kebenarannya, yakni Baginda Muhammad SAW, keluarga,
parasahabat, serta pengikutnya.Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.
Makalah ini telah saya susun sendiri dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada bapak dosen yang akan meneliti dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasa
Oleh Karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhir
kata saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
bagi para pembaca.
Siak, 30 Oktober 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Pendahuluan ...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan ....................................................................................................................5
DaftarPustaka ................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode adalah cara, yang didalam merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin
baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.untuk menetapkan lebih dahulu apakah
sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor.
Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dengan memiliki pengertian
secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. Untuk
memulai memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha
menjelaskan istilah-istilah yang seringkali berkembang karena kemiripan dan dekatnya
hubungan diantara masing-masing istilahberikut ini, yaitu.pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Metode pembelajaran bahasa Arab telah mendapat mendapat perhatian dari para
pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui
efektitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.
Setelah kita membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih
metode maka pembahasan kita kali ini adalah tentang metode-metode yang telah berkembang
dalam pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah metode langsung/ thariqoh
mubasyaroh yang merupakan metode kedua dari metode pembelajaran bahasa Arab setelah
metode nahwu wa tarjamah (grammar and translation method). Dengan adanya pembelajaran
metode mubasyaroh ini kita bisa sedikit banyak memperoleh manfaat dan dapat menerapkannya
pada pembelajaran bahasa Arab.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang kami paparkan diatas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
PEMBAHASAN
Demikianlah halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajarkan kepada anak-
anaknya mula-mula dengan melatih anak-anaknya langsung dengan mengajarinya,
menuntunnya mengucapkan kata per kata, kalimat per kalimat. Dan anaknya menurutinya
meskipun kita lihat terasa lucu. Misalnya ibunya mengajar “Ayah” maka anaknya
menyebut ”Ahh” dan seterusnya. Namun lama kelamaan si anak mengenali kata-kata itu
dan akhirnya mengerti pula tentang maksudnya. Pada prinsipnya metode langsung (direct
method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa
dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa
lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menirukannya,
tapi adalah menarik bagi anak didik.1
Metode ini lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah
yang mengajarkan bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850
telah banyak muncul propaganda yang mengampanyekan agar menjadikan pengajaran
1. Abdul Hamid dkk., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, dan Media, UIN Press, Malang
2008, hlm.23
bahasa asing itu hidup, menyenangkan dan efektif. Propaganda ini menuntut adanya
perubahan yang mendasar dalam metode pengajaran bahasa asing. Sehingga secara cepat
lahirlah metode pembelajaran baru yang disebut dengan metode langsung ini.
a) tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
c) percakapan antar individu merupakan bentuk pertama dan yang umum untuk
digunakan dalam masyarakat, sehingga pada awal pembelajaran bahasa Arab hendaknya
percakapan mereka menggunakan kosakata dan susunan kalimat sesuai dengan maksud
dan tujuan belajar siswa.
e) nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran
nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-
ungkapan bahasa dan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
f) teks Arab tidak disajikan kepada siswa sebelum mereka mengenal suara, kosakata serta
susunan yang ada di dalamnya. Dan juga siswa tidak menulis teks Arab sebelum mereka
bisa membaca dengan baik serta memahaminya.
g) penerjemahan dari dan ke bahasa Arab adalah suatu yang harus dihindari dalam
metode ini, sehingga tidak dibenarkan menerjemahkan ke bahasa Arab dengan bahasa
apapun.
l) perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk
berbicara dibandingkan pada aspek yang lain.2
Metode langsung (direct) dilihat dari segi efektifitasnya memiliki keunggulan antara lain:
1. Siswa termotivasi untuk dapat menyebutkan dan mengerti kata-kata kalimat dalam
bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya, apalagi guru menggunakan alat peraga dan
macam-macam media yang menyenangkan.
2. Karena metode ini biasanya guru mula-mula mengajarkan kata-kata dan kalimat yang
dapat dimengerti dan diketahui oleh siswa dalam bahasa sehari-hari misalnya (pena,
pensil, bangku, meja dan lain-lain), maka siswa dapat dengan mudah menangkap simbol-
simbol bahasa asing yang diajarkan oleh gurunya.
3. Metode ini relatif banyak menggunakan berbagai macam alat peraga; apakah video, ,
radio kaset dan berbagai media/alat peraga yang dibuat sendiri maka metode ini menarik
minat siswa, karena sudah merasa senang/tertarik, maka pelajaran terasa tidak sulit.
2. Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, sebuah tinjauan dari segi metodologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1974,
hlm.33
5. Alat ucap (lidah) siswa/anak didik menjadi terlatih dan jika menerima ucapan-ucapan
yang semula sering terdengar dan terucapkan.
2. Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menarik dan bersifat situasi yang
sebenarnya didalam kelas.
4. Pengajaran dapat menjadi pasif, jika guru tidak dapat memotivasi siswa, bahkan
mungkin sekali siswa merasa jenuh dan merasa dongkol karena kata-kata dan kalimat
yang dituturkan gurunya itu tidak pernah dapat dimengerti, karena memang guru hanya
menggunakan bahasa asing tanpa diterjamahkan ke dalam bahasa anak.
5. Pada tingkat-tingkat permulaan kelihatannya metode ini terasa sulit diterapkan, karena
siswa belum memiliki bahan (perbendaharaan kata-kata) yang sudah dimengerti.
6. Meskipun pada dasarnya metode ini guru tidak boleh menggunakan bahasa sehari-hari
dalm menyampaikan bahan pelajaran bahasa asing tapi pada kenyataannya tidak selalu
konsisten demikian, guru terpaksa menerjamahkan kata-kata sulit bahasa asing itu ke
dalam bahasa anak didik.
Metode ini sebenarnya tepat sekali digunakan pada tingkat permulaan maupun atas
karena si siswa telah memiliki bahan untuk bercakap/berbicara dan tentu saja agar siswa
betul-betul merasa tertantang untuk bercakap atau berkomunikasi;maka sanksi-sanksi
dapat diterapkan bagi mereka yang menggunakan bahasa sehari-hari.3
3. Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm 155
Untuk menunjang pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan thariqah
mubasyaroh (metode langsung/direct method) ini terdapat beberapa macam media
pembelajaran bahasa Arab yang cukup efektif, mudah dibuat, namun tidak mahal.
Diantara media buatan guru yang bisa dijadikan alternatif adalah gambar guru, guntingan
gambar dari majalah (cut out pictures), boneka jari kartu lipat, kartu melingkar, buku
besar, poster dinding, kartu permainan dan lain-lain, atau sesuatu yang mudah didapat di
sekitar kita. Masing-masing media tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri, namun apabila guru bisa menyesuaikan pemilihan media dengan situasi dan
kondisi pengajaran, tentunya kekurangan tersebut bisa diminimalkan. Gambar dan foto
merupakan contoh alat bantu pandang yang berguna untuk membantu siswa memahami
konsep tertentu yang ingin dikenalkan oleh guru, baik itu merupakan gambar tiruan
benda, kegiatan, tokoh-tokoh penting, maupun situasi. Kegunaan alat ini untuk membantu
memudahkan siswa membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan, maupun memahami isi
wacana lisan maupun tulis.
Kartu juga merupakan alat bantu yang menggunakan indra penglihatan paling dominan.
Kartu seringkali dimanfaatkan guru untuk member penguatan pada siswa (drilling)
mengenain suatu konsep bahasa yang sudah dikenal oleh guru.4
Ø Pertama: guru membuka pelajaran dengan langsung berbicara dengan bahasa Arab,
mengucapkan salam dan bertanya mengenai pelajaran saat itu. Siswa menjawab
pertanyaan dengan bahasa Arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan-pertanyaan dan
sesekali memberi perintah.
Ø Kedua: pelajaran berkembang di seputar sebuah gambar yang menjadi media untuk
mengajarkan mufradat (kosakata). Berbagai objek didiskusikan sesuai dengan kegiatan
yang terpampang dalam gambar. Guru mendemonstrasikan konsep yang belum jelas
(abstrak) dengan cara mengulang-ulang sampai seluruh siswa memahaminya. Kemudian
siswa mengulangi kata-kata dan ungakapan-ungkapan baru serta mencoba membuat
kalimat sendiri sebagai jawaban terhadap pertanyaan guru.
4. Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Press,
Malang, 2008, hlm. 101-104
Ø Ketiga: setelah mufradat dipelajari dan dipahami, maka guru menyuruh siswa
membaca teks bacaan mengenai tema yang sama dengan suara keras. Guru memberi
contoh kalimat yang dibaca terlebih dahulu dan siswa menirukan. Bagian yang menjadi
inti pelajaran tidak diterjemahkan, tetapi guru menguji pemahaman siswa dengan
mengajukan pertanyaan dalam bahasa Arab dan harus dijawab oleh siswa dengan bahasa
Arab pula. Kalau menemui kesulitan maka guru mengulang penjelasan dengan singkat
dengan bahasa Arab dan siswa mencatat.
Selain itu terdapat juga contoh pembelajaran bahasa Arab yang bisa menunjang
metode mubasyarah,yaitu metode bercakap-cakap (Muhadasah). Berikut penjelasannya:
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa arab melalui
percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan murid dengan
murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary)
yang semakin banyak. Di lembaga-lembaga pesantren modern
seperti Pesantren Darussalam Gontor Jawa Timur sangat menekankan metode muhadasah
ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah di
haruskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggris, meskipun mula-
mula arti pembicaraan belum begitu di pahami tetapi lama-kelamaan sedikit-demi sedikit
anak didik mulai mengerti dan mulai memahaminya sehingga banyak kalangan orang
menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh pesantren Gontor ini sangat efektif
dan dapat dicontoh.
Tujuan Pengajaran Muhadasah:
1. Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara) dalam
bahasa Arab.
2. Terampil berbicara dalam bahasa arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat
dunia international apa yang ia ketahui.
3. Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepom, radio, televisi, tape
recorder dll.
Metode Mengajarkan Muhadasah
1. Mempersiapkan acara atau materi muhadasah dengan matang dan menetapkan topik
yang akan disajikan.
3. Menggunakan alat peraga (sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga
dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada
muhadasah. Disamping itu dapat menari perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan.
Sebagai contoh: guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada
ditangannya kemudian disuruh salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang
sempurna.
4. Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam
muhadasah dengan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti guru
menyuruh murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya
menyimak dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya.
5. Pada muhadasah tingkat lebih atas anak didiklah yang lebih banyak berperan,
sedangkan guru menentukan topik yang akan di-Muhadasah-kan. Dan setelah acara
dimulai peranan guru hanya mengatur jalannya muhadasah agar jalannya muhadasah
tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6. Setelah muhadasah selesai dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawabdan
hal-hal lain yang perlu untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai.
Jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, malka guru
mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh untuk
mencatat di buku tulisnya.
7. Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil bukan hanya penguasaan
pasif. Jika bertemu dengan orang Arab, tak mampu murid-murid berkomunikasi.
Alangkah janggalnya.
9. Jika muhadasah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru
sebaiknya, dapat menetapkan batas siswa dan materi pelajaran yang akan disajikan
berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muhadasah adalah yang
terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. tujuan dasar yang diharapkan oleh metode ini adalah mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir dengan bahasa Arab bukan dengan bahasa ibu siswa.
2. nahwu adalah sebagai alat untuk mengatur ungkapan bahasa. Sehingga pelajaran
nahwu diberikan tidak secara khusus tetapi diajarkan disela-sela penggunaan ungkapan-
ungkapan bahasa dan kalimat-kalimat yang muncul dalam percakapan.
3. penjelasan kata-kata dan kalimat yang sulit cukup dengan menggunakan bahasa Arab
dengan berbagai model, seperti syarhul al-makna, muradif (sinonim) atau
memakai mudladad (antonim) atau dengan syiaq yang lain.
4. guru lebih banyak menggunakan waktunya untuk tanya-jawab dengan siswa.
5. sebagian besar waktu ppembelajaran digunakan untuk latihan bahasa,
seperti imla, mengulang cerita atau mengarang bebas.
6. perhatian metode ini lebih banyak pada pengembangan kemampuan siswa untuk
berbicara dibandingkan pada aspek yang lain.
E. Selain itu terdapat juga contoh pembelajaran bahasa Arab yang bisa menunjang
metode mubasyarah,yaitu metode bercakap-cakap (Muhadasah).
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa arab yang pertama-tama diberikan. Sebab
tujuan pertama pengajaran bahasa arab adalah agar siswa mamupu bercakap-cakap (berbicara)
dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa arab dengan membaca Al-Quran dalam
shalat dan do’a-do’a. Yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa arab melalui percakapan,
dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan murid dengan murid, sambil
menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary) yang semakin
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab, UIN Press, Malang, 2008
Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, sebuah tinjauan dari segi metodologi, Bulan
Bintang, Jakarta, 1974