DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh :
Thoriqul Haq Ramadhani 202101020050
Fitriyana Puspitasari 202101020041
(Kelompok 6)
Segala puji bagi Allah SWT, yang selalu melimpahkah rahmat, hidayah serta inayah-
Nya, karena penulis dapat menyelesaikan makalahini dengan optimal. Shalawat serta salam
penulis haturkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya kelak di yaumuddin.
Penulis sadar, bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak akan berjalan
maksimal tanpa uluran tangan dan bantuan dari beberapa pihak.Selanjutnya penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
karya ilmiah ini, khususnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M. selalu Rektor IAIN Jember
2. Ibu Dr.Hj.Mukni’ah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Bapak Zeiburhanus Saleh, S.S, M.Pd.selaku ketua program studi Pendidikan Bahasa
Arab
4. Bapak Dr.H.Abdullah,M.Hi selaku dosen pembimbing mata kuliah Studi Al-Qur’an
dan Tarfsir Tarbawi
5. Serta teman-teman kelas PBA B3 tercinta yang telah memberi semangat kepada kami
untuk menulis makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu, harapan dari penulis adalah kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sebagai perbaikan dalam pembuatan karya ilmiah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pembelajaran Qowaid ?
2. Apa Tujuan Pembelajaran Qowaid ?
3. Apa Model Pembelajaran Qowaid ?
4. Apa Problem Pembelajaran Qowaid ?
5. Apa Strategi Pembelajaran Qowaid ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Pembelajaran Qowaid
2. Mengenal Macan-macam Tujuan Pembelajaran Qowaid
3. Mengetahui Model Pembelajaran Qowaid
4. Mengetahui apa saja Problem Pembelajaran Qowaid
5. Mengetahui Strategi Pembelajaran Qowaid
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun tujuan khusus dari pembelajaran nahwu seperti yang dikemukakan oleh
Abdul Alim Ibrahim, dibagi menjadi tiga tingkatan berbahasa yaitu tingkat Al-
Ibtidaiyah, tingkat Al- I’dadiyah, dan tingkat As-tsanawiyah.
Pada tingkatan ibtidaiyah dikelompokkan menjadi tiga halaqah yaitu: ula, tsaniyah,
dan tsalisah. Di dalam halaqah ula meliputi dua kelas, yaitu pertama dan kedua. Pada halaqah
ini anak tidak diajarkan secara khusus tentang nahwu, tidak dibutuhkan latihan-latihan
tertentu dari susunan kalimat dengan bentuk tertentu, karena anak pada halaqah
ini terbatas informasinya, yang dibutuhkan anak adalah keluasan informasi,
berkembang pemerolehan bahasa agar anak dapat mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan
tanpa dibatasi. Oleh karena itu
peran guru pada halaqah ini terfokus kepada kemampuan anak
berbicara dengan bahasa yang ia kuasai dan menjadi ukuran pada
umumnya bahwa benarnya susunan bahasa akan terjadi melalui percobaan-percobaan.
Pada halaqah Tsaniyah meliputi dua kelas, yaitu kelas tiga dan kelas empat. Pada
halaqah ini anak diberikan latihan dengan dua cara yaitu:
- Latihan mengucapkan bahasa secara terus menerus sebagai mana mengikuti halaqah
dan dilengkapi gambar yang menarik.
- Latihan satu-persatu kaidah tertentu disesuaikan perkembangan bahasa
anak dan menghindarkan kesalahan bahasa anak.
- Latihan dalam bentuk tanya jawab dan tentang sebagai kata ganti atau dhamir,
dengan contoh ini guru mampu mendidik bahasa anak.
Sedangkan untuk
halaqah tiga meliputi dua kelas, yaitu lima dan enam. Murid pada halaqah
ini memungkinkan untuk konsentrasi dalam mengembangkan
pikirannya, kemampuan memahami qawa’id sesuai tujuan yang ditentukan. Cara yang
digunakan berupa contoh-contoh, diskusi, minta
pendapat, dan penerapannya. Pada halaqah ini tidak ada larangan secara
khusus untuk mengajarkan qawa’id dan
penerapan penerapannya dengan memberikan kemudahan kepada anak setelah banyak
menguasai qawa’id yang beragam.
Guru memberikan contoh kalimat atau teks yang berhubungan dengan tema.
Siswa secara bergantian diminta untuk membaca contoh atau teks yang diberikan
oleh guru
Setelah dianggap cukup, guru menjelaskan kaidah nahwu yang terdapat dalam
contoh atau teks yang berkaitan dengan tema
Dari contoh atau teks, guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan
atau rangkuman tentang kaidah nahwu
b. Model al-mu’dilah
Merupakan pengembangan dari dua metode sebelumnya yaitu metode pembelajaran
nahwu menggunakan metode yang bersambung tidak terpisah. Yang dimaksud bersambung
adalah potongan bacaan dari satu topik teks bacaan yang dibaca siswa, kemudian ditunjukan
beberapa hal yang dianggap spesifik kemudian setelah itu mengambil kesimpulan tentang
kaidahnya dan ditambah praktik berupa latihan.
Berbagai model pembelajaran qowaid yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan
model yang sering digunakan dimadrasah maupun pondok pesantren. Menurut penulis,
sebenarnya model tersebut dapat dilakukan dan digunakan bukan sesuai dengan tingkat
pendidikannya seperti yang dicantumkan diatas, tetapi model tersebut digunakan sesuai
dengan tujuan awal dalam mempelajari bahasa. Jika bahasa digunakan atau dipelajari untuk
kepentingan komunikatif atau mahir dalam berbicara dapat digunakan model istiqraiy atau
induktif. Jika tujuan mempelajari bahasa Arab dengan tujuan memahami teks arab dan
cenderung menguasai bahasa Arab secara pasif maka model yang digunakan hendaklah
model qiyasi atau deduktif.
c. Pembelajaran qowaid diajarkan tidak utuh dan parsial, terkesan terpisah-pisah serta
mengalami penyempitan dan membatasi diri dalam wilayah garapannya, sebatas
menyajikan contoh-contoh tanpa dikaji secara kritis.
d. Pembelajaran qowaid sering lebih berorientasi untuk menjelaskan keadaan yang tidak
memasuki wilayah substantif, menjelaskan keadaan rafa’, nasab, mubtada’, fail,
maf’ul bih, naibul fail dengan mengabaikan implikasi makna yang menyertainya. Juga
tidak memperhatikan konsekuensi makna yang mengikuti dan ada dalam masing-
masing pola.
e. Pola hubungan guru dan murid dalam pembelajaran tarakib terkadang terlihat kaku,
guru hanya menyajikan contoh kemudian peserta didik dituntut dan diberi tugas
membuat contoh serupa. Guru jarang mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa
adalam pembelajarannya.
f. Buku ajar qowaid yang di dapat terkadang materinya tidak sesuai dengan kemampuan
siswa. Seperti materi yang terlalu panjang, monoton, dan jauh dari nilai-nilai humanis,
sehingga menjadi beban bagi siswa.
g. Pembelajaran qowaid tidak disandingkan lagi dengan disiplin ilmu lain, seperti ilmu
al-Qur’an, atau ilmu bahasa, psikologi, dan humaniora.
a) Pengenalan Kaidah
Pengenalan kaidah bahasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Cara deduktif
Dimulai dengan memberikan kaidah-kaidah bahasa yang harus difahami dan
dihafalkan, kemudian diberikan contoh-contoh. Setelah itu siswa diberikan
kesempatan untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah atau rumus
yang telah diberikan tadi
Cara induktif
Dilaksanakan dengan cara, guru pertama-tama menyajikan contoh-contoh. Setelah
mempelajari contoh yang diberikan, siswa dengan bimbingan guru menarik
kesimpulan sendiri kaidah-kaidah bahasa berdasarkan contoh- contoh tersebut.
Ada dua hal yang perlu dicatat dalam pengenalan kaidah ini, pertama bahwa siswa
tidaklah dituntut harus menghafalkan kaidah diluar kepala, melainkan kemampuan
memahami dan memfungsikannya kaidah tersebut kedalam praktik berbahasa sehari-hari.
Kedua, tidak semua topik dalam nahwu harus diajarkan. Topik-topik kaidah bahasa perlu
dipilih berdasarkan kebutuhan pemakainya dan disesuaikan dengan tingkat atau level para
pembelajar.
Latihan Komunikatif
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan berbahasa yang
sebenarnya. Oleh karena itu, latihan ini sebaiknya diberikan apabila guru merasa bahwa
siswa telah mendapatkan bahan yang cukup yang sesuai dengan situasi dan konteks yang
ditentukan.
Berdasarkan tujuan umum pembelajaran qowaid, penulis dapat merumuskan strategi
yang cocok dalam pembelajaran qowaid adalah sebagai berikut:
Setelah itu, siswa membuat kata pasif dari kartu tersebut dibaliknya dengan
kata yang sama
Mintalah masing-masing siswa berkelompok sesuai dengan kategori kalimat yang ada
dalam kartu masing-masing
6. Gramatika Cepat
a) Tujuan
Melatih siswa memproduksi dan mengidentifikasi macam-macam kalimat dengan
cepat, logis, dan tepat.
a) Tujuan
Teks bacaan atau potongan ayat Alquran dengan panjang yang sama, papan tulis,
spidol
c) Prosedur
Siapkan teks bacaan atau potongan ayat Alquran dan diletakan di kardus kecil atau
kotak tertentu
· Hasil kerjaan siswa ditulis dipapan tulis dan dikoreksi oleh yang lain
d) Muqaranat al-Nash
a. Tujuan
Siswa dapat membandingkan dua model tulisan yang berbeda bentuk, namun sama tema
bahasan. Kajian ini lebih difokuskan pada unsur gramatika bahasanya.
b. Alat yang digunakan
· Guru menghadirkan dua tulisan yang sama tema tapi berbeda dalam bentuk dari
majalah atau surat kabar, dll
· Bahas hasil perbandingan mahasiswa secara bersama-sama secara runtut dan logis.
e) Klasifikasi Gramatika
a. Tujuan
· Bagilah siswa menjadi dua tim dan memberi nama tim tersebut
· Berikan setiap tim setumpuk kartu yang berisi kalimat dengan berbagai jenis
struktur gramatika
a. Tujuan
· Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota sesuai dengan
peran yang ada dalam teks dialog yang akan diajarkan (misalnya, 2 atau 3 orang)
· Siswa diberi teks yang berisi dialog dan mereka diminta untuk mempelajarinya dan
menanyakan kosakata yang tidak difahami
· Siswa diminta untuk memainkan peran yang ada dalam teks tersebut dan
mengungkapkan dialog tokoh tersebut melalui bahasa yang sesuai dengan kaidah
tata bahasa Arab.
g) Mafhum An Nash
a. Tujuan
a. Tujuan
Memperkenalkan siswa tentang kosakata atau kalimat dalam beberapa bentuk, misalnya
fi’il dalam tiga bentuk
b. Alat yang digunakan
· Kel 1 adalah fi’il madhi, kel 2 adalah fi’il mudhori, kel 3 adalah fi’il amar
· Guru memotong kerja sesuai selera dan membaginya dalam tiga jenis bentuk
· Guru membacakan terjemah satu kata, misal makan, setiap siswa beradu kecepatan
mengangkat kartunya yang memiliki arti makan dalam bahasa arab
· Kelompok yang tercepat dalam mengangkat dan membacanya dalam bahasa arab
adalah pemenangnya.
a. Tujuan
· Diusahakan sebaiknya kalimat yang hendak ditashrif dalam permainan ini dibuat
berkaitan dengan materi bacaan yang sedang dibahas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa paparan singkat terkait qowaid dan strategi pembelajarannya, dapat
diambil beberapa kesimpulan yaitu:
- Qowaid atau tata bahasa adalah sarana untuk dapat menggunakan bahasa dengan
benar dalam berkomunikasi. Sedangkan definisi qowaid adalah aturan-aturan yang mengatur
penggunaan bahasa Arab yang digunakan sebagai media dalam memahami kalimat.
- Dalam pembelajaran qowaid, guru sering menitikberatkan perhatian pada kaidah-
kaidah nahwu shorof untuk dihafalkan, dan cenderung kurang memberi kesempatan kepada
siswa untuk melakukan latihan-latihan yang dapat memahami isi kaidah tersebut dengan baik.
- Tujuan khusus pembelajaran qowaid terkesan masih ada yang sama untuk satu tingkat
dengan tingkat lain. Namun karena pemilihan strategi dan materi yang berbeda, tentu
pencapaian kompetensi dan tingkat kemahirannya juga akan sangat berbeda
- Ada dua model pembelajaran qowaid yaitu model qiyasi (deduktif) dan model
istiqraiy (induktif), hasan syahatah menambahkan satu lagi metode yaitu model al Mu’dilah
dalam pembelajaran qowaid.
- Dalam penggunaan strategi pembelajaran qowaid seorang guru harus mmperhatikan
beberapa hal yang menjadi pertimbangan, diantaranya adalah jenis materi yang akan
disampaikan termasuk mempersiapkan latihannya, karakteristik siswa, waktu yang
disediakan,dll
DAFTAR PUSTAKA