Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

QOWAIDUL LUGHOH Al ARABIYAH

Dosen Pengampu :

Dr.Rahmat,M.Pd.I

Disusun Oleh :

AHMAD NAJIH HIDAYAT

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM MOJOKERTO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukurvkehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah yang
berjudul “QOWAIDUL LUGHOH” dapat tersusun hingga selesai.Kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah ikut serta membantu proses
penyusunan makalah ini. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr.Rahmat,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Qowaidhul Lughowiyah yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan wawasan yang luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa dan mahasiswi Institut Pesantren KH
Abdul Chalim . Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu,kami mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun,khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman
bagi kami untuk lebih baik dari masa yang akan datang.

PENULIS
DAFTAR ISI
 

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang Masalah

B.         Rumusan Masalah

C.         Tujuan Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

A.         Pengertian Pembelajaran Qawa’id

B.         Tujuan Pembelajaran Qawa’id

C.         Metode Pembelajaran Qawa’id

D.         Langkah-langkah Pembelajaran Qawa’id

E.          Evaluasi Pembelajaran Qawa’id

F.          Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Qawa’id

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Proses mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Arab bagi orang Indonesia
merupakan usaha-usaha khusus untuk membentuk dan membina kebiasaan baru yang
dilakukan secara sadar. Pada saat ini bidang pendidikan dan pengajaran bahasa Arab di
Indonesia menyaksikan kehadiran berbagai strategi, metode, pendekatan dan yang serupa
dengannya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pengajaran bahasa Arab itu sendiri.
Dalam pembelajaran bahasa Arab, salah satu unsur terpenting adalah memahami tata
bahasanya yang dikenal dengan istilah qawa’id. Dalam berbagai disiplin ilmu,
istilah qawa’id telah dikenal dikalangan ulama, misalnya ada istilah qawa’id
ushuliyyah, qawa’id fiqhiyyah, qawa’id ulum al-hadits dan yang lainnya.
Kata qawa’id merupakan jama’ dari kata qai’dah. Secara makna leksikal, Munawwir
(2002: 1138) mengartikan dengan arti dasar, alasan, pondamen, peraturan, kaidah. Sedangkan
secara istilah, qa’idah adalah ketentuan universal yang bersesuaian dengan bagian-bagiannya
(juz-juznya) (Syafe’i, 2007: 251).
Namun dewasa ini, mayoritas para peserta didik yang belajar bahasa asing khususnya
bahasa Arab lebih mementingkan aspek kemahiran berbicara sehingga aspek kebenaran dan
ketepatan tata bahasanya kurang diperhatikan.
Dari latar belakang masalah ini, agar dapat membantu kegiatan pembelajaran bahasa
asing khususnya bahasa Arab, maka penyusun menyajikan makalah dengan judul “ ‫”القواعد‬.
B.     Rumusan Masalah
Agar  makalah  ini,  terarah.  Maka  penyusun  membatasi  dengan  rumusan sebagai
berikut:
1.      Apa pengertian pembelajaran qawa’id?
2.      Apa tujuan pembelajaran qawa’id?
3.      Apa metode dalam pembelajaran qawa’id?
4.      Bagaimana langkah-langah pembelajaran qawa’id?
5.      Bagaimana evaluasi pembelajaran qawa’id?
6.      Apa kekurangan dan kelebihan pembelajaran qawa’id?
C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan di atas, tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian pembelajaran qawa’id.
2.      Untuk mengetahui tujuan pembelajaran qawa’id.
3.      Untuk mengetahui metode dalam pembelajaran qawa’id.
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran qawa’id.
5.      Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran qawa’id.
6.      Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran qawa’id.
 

 
BAB II

PEMBAHASAN
 

A.    Pengertian Pembelajaran Qawa’id
Banyak definisi para ahli menyangkut pembelajaran, diantaranya adalah Dimyati dan
Mudjiono, (1999) mengartikan pembelajaran sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa (Arief. S. Sadiman, et al., 1990). Sedangkan menurut Degeng (1993) adalah upaya
untuk membelajarkan pembelajar.
Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa inti dari
pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses
belajar dalam diri siswa. (Sobry Sutikno, 2007:33)
Definisi yang diberikan para ahli tentang qawa’id atau gramatika antara lain adalah
yang diungkapkan oleh  Cook dan Suter (1980:1) bahwa grammar adalah : ”a set of rules by
which people speak and write” atau ”written description of the rules of language”. Definisi
tersebut memberikan pengertian bahwa qawa’id atau gramatika merupakan seperangkat
aturan yang digunakan oleh manusia dalam berbicara atau menulis, qawa’id adalah suatu
deskripsi tertulis dari aturan-aturan suatu bahasa.
Qawa’id merupakan deskripsi dari aturan-aturan yang berlaku pada setiap bahasa.
Lebih dari itu, qawa’id merupakan suatu subsistem yang terdapat dalam organisasi bahasa
dimana satuan-satuan bermakna bergabung untuk membentuk satuan-satuan yang lebih besar.
Hocket (1958:147) memberikan defenisi lain bahwa tata bahasa atau qawa’id memuat sistem
aturan atau pola-pola yang berlaku pada suatu bahasa. Kaidah-kaidah suatu bahasa diperoleh
atas dasar analisis peneliti terhadap peristiwa-peristiwa bahasa yang berulang-ulang. Brown
(1987:341) berpendapat bahwa tata bahasa atau qawa’id adalah suatu sistem aturan yang
mempengaruhi susunan dan hubungan konvensional kata-kata alam suatu kalimat. Pengertian
ini secara implisit menyatakan adanya unsur-unsur pembentuk kalimat yang menjadi kajian
dalam tata bahasa, yaitu tata kata dan tata kalimat.
Dari berbagai pengertian tentang qawa’id atau tata bahasa sebagaimana yang telah
disebutkan sebelumnya, tata bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) tata kata dan
(2) tata kalimat. Dalam bahasa Arab ilmu yang mengatur tata kata disebut dengan ilmu
sharf (morfology). Menurut Al-Ghalayayni (1987:9) ilmu sharf adalah ilmu yang membahas
dasar-dasar pembentukan kata, termasuk di dalamnya imbuhan. Sedangkan, yang dimaksud
dengan tata kalimat dalam bahasa Arab adalah ilmu yang membahas tentang keadaan kata
dalam pembentukannya menjadi kalimat. Tata kalimat dalam bahasa Arab dikaji dalam ilmu
nahw  (syntax). (Azis Fahrurrozi, 2009 : 213)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran qawa’id adalah segala upaya
yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar dalam diri siswa tentang
sistem aturan atau pola-pola yang berlaku pada suatu bahasa khususnya bahasa Arab yang
mencakup tata kata dan tata kalimat.

B.     Tujuan Pembelajaran Qawa’id
Hanomi dalam Fzil (2012) memaparkan bahwa tujuan pembelajaran qawa’id yaitu:

1.      Untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan
serta menciptakan kebiasaan berbahasa yang benar. Sebagaimana yang diperintahkan oleh
Ali Ibn Abi Thalib kepada Abul Aswad al- Duali untuk menetapkan kaidah-kaidah nahwu
agar terpeliharanya bahasa Arab dari kerusakan yang disebabkan oleh bercampurnya dengan
orang- orang asing dan terpengaruh oleh dialek mereka.
2.      Memahami posisi kata, sehingga membantu mengantarkan kepada pemahaman
yang baik terhadap makna kata tersebut.
3.      Mengasah otak, menajamkan perasaan dan menumbuhkan perbendaharaan bahasa
siswa.
4.      Membiasakan siswa mampu melihat dengan jeli, berfikir rasional dan sistematis,
melatih mengambil kesimpulan, menggunakan teori, agumentasi yang mengantarkan siswa
mengikuti pola induktif dalam pembelajaran qawa’id.
5.      Mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat, dengan
merujuk pada standar kaidah yang dipelajari, karena kaidah bahasa merupakan ilmu standar
yang menjauhkan siswa dari kesalahan dan mengingatkan ketika terjadi kesalahan.

C.    Metode Pembelajaran Qawa’id

1.      Metode Qiyas (al-thariqah al-qiyasiyyah)


Metode ini memberikan materi pelajaran tata bahasa yang dimulai dari hapalan kaidah,
selanjutnya diikuti oleh penjelasan tentang berbagai aspeknya dan contoh. (Acep Hermawan,
2011:126)
2.      Metode Istinbat (al-thariqah al-isthinbathiyah)
Metode ini memberikan materi pelajaran tata bahasa yang dimulai dari contoh-contoh,
selanjutnya diikuti oleh penjelasan tentang berbagai aspeknya. Setelah itu kesimpulan kaidah.
(Acep Hermawan, 2011:126)
3.      Metode Teks Terpadu (Thariqah al-nushuush al-mutakaamilah)
Metode ini didasarkan atas teks terpadu atau utuh yang berisi satu topik . Dalam
aplikasinya peserta didik diminta membaca teks, lalu mendiskusikan kandungannya, lalu guru
menunjukan kalimat-kalimat tertentu dalam teks yang mengandung unsur kaidah yang
hendak dibelajarkan, kemudian dari beberapa kalimat itu diambil kesimpulan dalam bentuk
kaidah, dan akhirnya peserta didik diminta untuk mengaplikasikan kaidah itu kedalam
contoh-contoh kalimat baru.
4.      Metode Aktivitas (Thariqah al-Nasyaath)
Untuk tahap pertama guru meminta peserta didik. Metode ini menuntut banyak aktifitas
peserta didik untuk mengumpulkan kalimat dan struktur yang mengandung konsep qawa’id
yang hendak dipelajari dari berbagai sumber seperti koran, majalah, atau buku. Lalu guru
mengambil kesimpulan terhadap konsep qawa’id itu, lalu menuliskannya, kemudian
diaplikasikan dalam contoh-contoh lain.
5.      Metode Problem (Thariqah al-Musykilat)
Mula-mula guru memberikan persoalan nahwu atau sharaf kepada peserta didik yang
solusinya akan ditemukan melalui kaidah baru.

D.    Langkah-langkah Pembelajaran Qawa’id
Rosyidin (2006: 69) meutip metode Herbart yang menyebutkan lima tingkatan dalam
mengajarkan nahwu, yaitu:

1.       Pendahuluan
Dalam fase ini guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang telah lalu yang
berhubungan dengan pelajaran baru. Dengan kata lain pengetahuan yang telah dimiliki siswa
di jadikan dasar untuk pelajaran selanjutnya yang belum mereka kuasai.
2.      Memperlihatkan contoh-contoh.
Contoh yang diambilkan dari al-Qur’an atau al-Hadits atau ungkapan sederhana itu
ditulis di papan tulis, lalu guru menyuruh membaca dan memahaminya, hendaklah diberi
garis bawah pada kata-kata yang perlu diberi harakat secukupnya.
3.      Memperbandingkan
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang contoh-contoh tersebut. Satu demi satu, mana saja
yang berbeda dan mana yang ada persamaannya apa jenis katanya dan apa macam i’robnya,
dan sebagainya. Dengan demikian guru bersama siswa dapat mengambil kesimpulan bersama
dari kaidah tersebut.
4.      Mengambil kesimpulan.
Setelah selesai memperbandingkan dan mengetahui sifat-sifat yang ada persamaannya
atau perbedaannya dalam misal itu, maka dapatlah guru bersama siswa mengambil
kesimpulan kaidah tadi dengan memberikan nama istilahnya. Kemudian guru menuliskan
kaidah itu di papan tulis dan menyuruh salah seorang murid membacanya.
5.      Tatbiq
Setelah siswa mengetahui pokok kaidah, haruslah siswa tersebut diberi latihan sesuai dengan
kaidah tersebut. Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Guru memperlihatkan beberapa kalimat yang sempurna, lalu para siswa disuruh
menerangkan mana yang berhubungan dengan kaidah yang telah dipelajari.
b.      Guru memperlihatkan kalimat-kalimat yang tidak sempurna hanya titik saja, lalu
siswa disuruh mengisinya.
c.       Guru memberikan kata-kata, lalu siswa disuruh menyusun kalimat sempurna dari
kata-kata itu sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari.
d.      Guru menyuruh siswa membuat kalimat-kalimat yag sempurna dari kalangan
siswa sendiri sesuai dengan kaidah tersebut.
e.       Supaya siswa terangsang hendaklah guru bisa menggabungkan dengan materi
lain.
E.     Evaluasi Pembelajaran Qawa’id

Al-Khuli (1986: 157) menjelaskan bahwa evaluasi bahasa itu bertujuan untuk
mengukur berbagai macam kemahiran, diantaranya adalah kemahiran dalam qawa’id.
Menurut al-Khuli, evaluasi qawa’id dilakukan dengan cara siswa diuji untuk memahami
struktur dan pembentukan bahasa Arab. Al-Khuli (1986: 158-159) menyebutkan 10 model
evaluasi dalam pembelajaran qawa’id, yaitu sebagai berikut:

1.      Menyesuaikan Sighah
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyesuaikan sighah pada kalimat yang ada di
dalam kurung yang sesuai dengan jumlah. Contohnya:
(‫)يأتى‬ ‫س‬
ِ ‫الولد أم‬
2.      Mengisi tempat yang kosong.
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyimpan kalimat yang sesuai pada tempat
yang kosong.
Contohnya:
____ ‫يتعلم احمد‬
3.      Menggabungkan
Evaluasi ini menuntut siswa untuk menggabungkan dua jumlah menjadi satu jumlah.
4.      Menyingkap kesalahan
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menggaris bawahi pada tulisan yang salah
kemudian membenarkan jumlah yang benarnya. Contoh:
)‫كان فاطمة جالسة (كانت‬
5.      Melengkapi jumlah
Contohnya:
‫________المسلم قبل الصالة‬
6.      I’rab, misalnya: i’rabkanlah jumlah berikut atau i’rabkanlah kata yang
digaris bawahi.
‫يكتب الولد الدرس‬
7.      Memindahkan atau merubah kalimat, contohnya: ubahlah jumlah ini
dari madhi menjadi mudhare’,dari mufrad menjadi jama’,dari mutakallim menjadi mukhatha
b, dari mutsanna menjadi mufrad, atau dari mudzakkar menjadi muannats, atau dari mabni
ma’lum menjadi mabni majhul.
8.      Menguji dari beberapa pilihan, misalnya: pilihlah jawaban yang benar berikut ini:
‫ الولد هو‬.‫الولد يكتب الدرس‬.......  
 ‫خبر‬.‫أ‬ ‫ب‬          .‫د‬          ‫مبتدأ‬.‫ج‬            ‫مفعول به‬.‫فاعل‬
9.    Menggantikan, contohnya: simpanlah kalimat berikut dengan cara menggantikan
kalimat yang sesuai pada jumlah atau paragraph berikut:
‫الدرس‬ ‫الولد كتب‬
 (‫)الولدان‬
10.  Mengulangi susunan kalimat
Pada evaluasi ini siswa diminta untuk menyusun kalimat sehingga menjadi suatu
jumlah.
Contohnya:
‫الطفل‬ – ‫وجد‬ – ‫البيت‬ – ‫في‬ – ‫أباه‬
F.     Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Qawa’id
Kelebihan pengajaran Qawa’id ini antara lain, adalah:

a.       Siswa terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa arab yang sangat diperlukan
untuk mampu bercakap-cakap dalam bahasa arab yang benar dan mampu menulis dengan
betul.

b.      Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.

c.       Bagi guru terlalu sulit menerangkan pembelajaran ini, karena kemampuan


kecakapan tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika ( tata
bahasa) yang baik, pengajaran dapat dilaksanakan. 

Kekurangan pengajaran Qowa’id, adalah :

a.       Secara didaktis dan psikologi pengajaran ini bertentangan dengan kenyataan,


pengetahuan bahasa seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran tata bahasa terlebih
dahulu. Tapi melalui peniruan ucapan atau percakapan.

b.       Penguasaan tata bahasa tidak dengan sendirinya menguasai


percakapan. Membosankan atau jenuh terutama apabila guru tidak dapat menyajikan
pelajaran secara baik dan menarik bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
 

Kesimpulan

Pembelajaran qawa’id  adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar
terjadi proses belajar dalam diri siswa tentang sistem aturan atau pola-pola yang berlaku pada
suatu bahasa khususnya bahasa Arab yang mencakup tata kata dan tata kalimat.

Hanomi dalam Fzil (2012) memaparkan bahwa tujuan pembelajaran qawa’id yaitu: (1)
untuk memelihara lisan dari kesalahan dan memelihara tulisan dari kekeliruan, (2) memahami
posisi kata, (3) mengasah otak, (4) membiasakan siswa mampu melihat dengan jeli, (5)
mengetahui dengan mudah kesalahan yang terdapat pada suatu kalimat.

Adapun metode dalam pembelajaran qawa’id adalah sebagai berikut :    (1) metode


qiyas (al-thariqah al-qiyasiyyah), (2) metode istinbat (al-thariqah al-isthinbathiyah), (3)
metode teks terpadu (thariqah al-nushuush al-mutakaamilah), (4) metode Aktivitas (thariqah
al-nasyaath), (5) metode problem (thariqah al-musykilat).

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran qawa’id : Rosyidin (2006: 69) mengutip


metode Herbart yang menyebutkan lima tingkatan dalam mengajarkan nahwu, yaitu: 1)
pendahuluan, 2) memperlihatkan contoh-contoh, 3) memperbandingkan, 4)
mengambil kesimpulan, 5) tatbiq.

 
 
DAFTAR PUSTAKA
 Sutikno, Sobry. 2007, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.

Hermawan, Acep. 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Fahrurrozi, Azis dan Erta Mahyudin. 2009, Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Departemen
Agama Republik Indonesia

http://megainfo92.blogspot.co.id/2013/12/metode-pembelajaran-qowaid-bahasa-arab.html

http://penerbit.insanrabbani.com/metode-pembelajaran-qawaid/

Anda mungkin juga menyukai