Anda di halaman 1dari 12

METODE PENGAJARAN NAHWU DALAM ASPEK PENGAJARAN

BAHASA ARAB

Samin, Hari Febriansyah


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hidayatunnajah Bekasi
E-mail: alamat.samin.050691@gmail.com, harisulasman@gmail.com

Naskah Diterima Tanggal ...............;Direvisi Akhir Tanggal................;Disetujui Tanggal .................


doi: .....................................

Abstrak
Artikel ini membahas tentang metode pengajaran bahasa Arab Nahwu. Ada dua metode
pengajaran bahasa Arab Nahwu yang populer: metode al-qiyasiyyah (metode sampling) dan
metode al-istiqrâiyyah (metode induktif). Namun kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, ketika mengajar Naou, hendaknya guru bahasa
Arab memadukan kedua metode pengajaran Nahwu tersebut sesuai dengan situasi siswa yang
diajarnya.

Kata-kata kunci: Nahwu, Metode analogi, Metode induktif

Abstract
This article discusses the Nahwu teaching method in teaching Arabic. There are two popular
methods of teaching Nahwu in Arabic:
al-qiyasiyyah method (sampling method) and al istiqrâiyyah method (inductive method). But
both of these methods have their own advantages and disadvantages. Therefore, when teaching
Nahwu, Arabic teachers must combine two methods of teaching Nahwu that are suitable for the
conditions of the students the teacher needs to teach.

Keywords: Nahwu, Analogy method, Inductive method


PENDAHULUAN
Sebagai bahasa Islam, bahasa Arab sangat penting khususnya bagi umat Islam. Sebagai
salah satu cabang ilmu bahasa Arab, maka ilmu Nahwu tidak bisa diabaikan begitu saja, karena
tanpa ilmu Na’u maka bahasa Arab akan menjadi membingungkan dan susunan kata serta
kalimat menjadi tidak beraturan. Oleh karena itu, ketika belajar bahasa Arab, penting untuk
memiliki pengetahuan nahwu.

Sebagian orang meyakini bahwa ilmu nahwu merupakan ilmu yang sulit untuk dipahami,
meskipun metode pengajaran ilmu ini banyak diamalkan oleh para guru nahwu, namun para
siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Oleh karena itu, perlu digunakan
metode dan langkah pengajaran yang tepat serta mata pelajaran prioritas yang diajarkan kepada
siswa, agar tercipta kondisi yang kondusif bagi mereka dalam menyerap ilmu nahwu.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang perlu dibahas,
yaitu:
Apa urgensi mempelajari ilmu Nahwu khususnya bagi pelajar yang ingin berkomunikasi dalam
bahasa Arab? ; Metode apa yang digunakan dalam mempelajari ilmu nahwu agar siswa dapat
memahami dengan baik? Inilah beberapa pertanyaan penting yang akan dibahas dalam artikel ini.

DEFINISI ILMU NAHWU


Nahwu secara bahasa berarti tujuan, contoh, ukuran, bagian, dan sebagainya. Tujuan,
contoh, ukuran, bagian, dll. Menurut Syekh Musthofa Al-Ghuyalaini, pengetahuan tentang
kaidah yang menentukan status kata Arab berasal dari istilah i'rab dan mabni. Artinya, dari
strukturnya, jika di dalam sebuah kalimat, kita dapat mengetahui akhiran kata dalam bentuk rafa,
nashab, jar, jazem.1.
Nahwu adalah ilmu memahami Mufrad atau hukum gabungan kalimat bahasa Arab. Atau
mempelajari kaidah bentuk kata dalam kondisi Mufrad, Tasniyyah dan Jama'2. Saat ini, setelah
berkembangnya penelitian dan analisis kebahasaan, para ulama cenderung mengubah dan
memperluas makna ilmu nahwu, tidak hanya terfokus pada pembahasan i’rab dan bina’ suatu
kata tetapi dapat juga mencakup pembahasan tentang penyaringan leksikal. , hubungan hakiki
1
Mustafa al ghalayain, Jami al- Durus al- Arabiyyah, (Beirut: Dar al- khotob al- Alamiyyah
2009),hal.8
2
Hifni Bika, Nashif Qawaidul lughatul Arabiyyah, (Cv Megah Jaya: 2009), hal. 1
antara beberapa kata, kesatuan beberapa kata dalam suatu rangkaian bunyi tertentu, dan
hubungan antara kata-kata dalam suatu kalimat dengan unsur-unsur pembentuk suatu ungkapan
atau kalimat (Husain, 1959:97).
Tidak dapat disangkal bahwa ada perkembangan baru dalam pemahaman dalam ilmu
nahwu ini menjadi penting untuk mempertahankan arti dan fungsi i'rab. Sebab, i'rab merupakan
komponen yang tak terpisahkan dalam pembentukan kalimat bahasa Arab. Tanpa i'rab, kalimat
bahasa Arab tak akan lengkap, dan karakteristik bahasa Arabnya akan hilang jika i'rab tidak
sempurna.
Kecenderungan sekelompok orang mengabaikan pertanyaan i'rab karena menganggap
tidak dapat diterima jika hanya menambahkan sukûn di akhir setiap kata. Namun agar tidak
terlalu mempersulit siswa, materi ilmiah nahwu yang diajarkan harus efektif digunakan dalam
bahasa Arab sehari-hari dan berhubungan langsung dengan fungsi dasar nahwu, yaitu
mengidentifikasi kata akhir dan penyelesaiannya. . membuat kalimat sempurna. . Untuk
pertanyaan ilmiah yang mendalam tentang nahwu, pengajarannya ditunda terlebih dahulu.
Beberapa hal dalam mempelajari ilmu nahwu yang sebaiknya ditunda antara lain:

1. i’râb takdîrî yang ada pada ism maksûr, ism mankûs


2. i’rab mahallî;
3. tas}ghîr;
4. fi’l yang mabnî;
5. huruf zâidah;
6. ta’ajjub yang bersigat af’al-bih;

7. asmâ’ af’âl;
8. nâ’ib al-fâ’il yang terdiri atas al-zarf dan al-jâr wa al majrûr;
9. jazm al-mudâri’ sebagai jawâb shart;
10. adawât al-shart yang tidak men-jazm;
11. al-istighâthah;
12. al-Nadbah
TUJUAN PENGAJARAN ILMU NAHWU
Dapat disetujui bahwa pelajaran ilmu nahwu bukanlah tujuan utama pembelajaran,
melainkan merupakan salah satu alat untuk membantu kita berkomunikasi dan menulis dengan
benar, serta memperbaiki dan menjaga penggunaan bahasa agar terhindar dari kesalahan. Ilmu
nahwu juga membantu kita dalam menyampaikan ajaran dengan teliti, terampil, dan lancar.
Terdapat beberapa alasan untuk mengajarkan ilmu nahwu, antara lain:
a. Menjaga dan menghindarkan lisan serta tulisan dari kesalahan berbahasa, disamping
menciptakan kebiasaan berbahasa yang fasih. Itulah sebabnya, ulama Arab dan Islam
zaman dahulu berupaya untuk merumuskan ilmu nahwu di samping untuk menjaga
bahasa Alquran dan Hadis Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam.
b. Untuk selalu melakukan latihan bahasa Arab dengan menggunakan kemampuan
pengamatan, berpikir secara logis dan teratur, serta menerapkan kegunaan lainnya,
mereka dapat melakukan analisis yang kritis terhadap tata bahasa Arab.
c. Membantu para pelajar untuk memahami ungkapan-ungkapan bahasa Arab sehingga
mempercepat pemahaman terhadap maksud pembicaraan dalam bahasa Arab
(Shahât'ah, 1994:56).
d. Mengasah otak, memahamkan serta mengembangkan khazanah kebahasaan para
siswa;
e. Memberdayakan pelajar dengan keterampilan mengaplikasikan prinsip-prinsip
bahasa Arab dalam berbagai situasi kebahasaan. Maka, harapan utama dari
pengajaran ilmu nahwu adalah kemampuan para pelajar dalam menerapkan aturan-
aturan tersebut dalam berbagai gaya ungkapan bahasa Arab yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari oleh pelajar bahasa Arab. Selain itu juga berguna untuk
memahami bahasa Arab klasik yang telah diwariskan oleh para ulama dari masa lalu.

METODE PENGAJARAN NAHWU


Menurut pendekatan tradisional dalam pengajaran nahwu, para siswa harus menghafal
kaidah-kaidah, meskipun mereka tidak sepenuhnya memahaminya. Oleh karena itu, mereka
gagal mengimplementasikannya di kehidupan nyata, kaidah-kaidah yang telah mereka hafal.
Situasi ini sering terjadi di lembaga pendidikan Islam di Indonesia serta beberapa negara di
Timur Tengah. Munculnya ide untuk menemukan solusi untuk mengatasi masalah ini, salah
satunya adalah dengan mencari metode yang terbaik dan paling mudah untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan ilmu nahwu kepada para pelajar.
Jika diperhatikan cara mengajar bahasa Arab di negara-negara Arab dan pesantren di
Indonesia, ada dua metode utama yang dapat dikelompokkan. Metode pertama adalah metode
analogis, sedangkan metode kedua adalah metode induktif. Metode-metode ini pernah
digunakan di masa lampau, tetapi ada yang sudah dihentikan, diganti dengan metode lain, dan
masih digunakan hingga sekarang, akan diuraikan sebagai berikut:
Metode Al qiyyasiyyah ( analogi )
Pembelajaran metode ini pada dasarnya adalah menjelaskan metode terlebih dahulu,
ketika siswa sudah memahami metode tersebut maka siswa diminta untuk menghafalkan metode
tersebut, setelah melalui kedua langkah tersebut siswa akan diberikan contoh permasalahan
yang dibahas, berdiskusi. Setelah siswa menguasai materi, guru memberikan contoh lain yang
lebih sulit dari contoh sebelumnya. Metode metode Herbert ini dikenal juga dengan metode
berpikir deduktif3.
Salah satu pengembangan metode qiyasiyah adalah pada tingkat selanjutnya siswa
diminta membaca kitab klasik kemudian menjelaskan letak setiap kata yang dibacanya. Oleh
karena itu, dengan metode ini siswa dapat menguasai dan memahami dengan jelas kitab-kitab
klasik.
Adapun kitab-kitab nahwu yang dapat dijadikan pedoman untuk memudahkan penerapan
metode qiyasiyah adalah an-Nahwu al-Wafy karya Abbas Hasan, al-Jami' ad-Durus
al-'Arabiyah karya al-Galayayni, dan kitab Qawaid al-Lughah al -'Arabiyah litalamidzi al-
madaris ats-Tsanawiyah karya Hafni Nasif4.
Banyak orang yang menolak metode ini karena alasan-alasan sebagai berikut:
a. Nampaknya tujuan utama metode ini adalah menghafal kaidah tanpa memperhatikan
pengembangan kemampuan penerapannya. Mungkin cocok bagi mereka yang
khusus belajar bahasa Arab, namun tidak cocok bagi pelajar yang ilmu Nahwunya
dimaksudkan untuk keperluan praktik. , bukan untuk dihafal.
b. Dengan metode ini sering kali siswa tidak memperhatikan pelajaran atau guru, karena
sikap siswa yang masih pasif, kalaupun ada siswa yang ikut, siswanya tidak banyak.
c. Berbeda dengan prinsip pendidikan yang mengharuskan dimulai dari hal yang
mudah, kemudian bertahap menuju ke hal yang sulit, dari konkrit ke abstrak; Tentu

3
Muhammad Abdul kadir Ahmad, Thuruq at-Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyah, (Cet. I; Dar asy-
Syabab li-Thaba’ah: Kairo, 1979), h. 191
4
Ibid
saja, memprioritaskan aturan daripada contoh akan menimbulkan kelelahan dan
kesulitan.
d. Siswa mungkin lupa kaidah-kaidah yang dihafal karena hanya menghafalkannya
tanpa memahaminya.
e. Banyak guru yang keberatan dengan metode ini karena akan mengalihkan perhatian
siswa, dan juga karena memisahkan nahwu dan bahasa, sehingga memberikan kesan
bahwa nahwu adalah tujuan dan bukan sarana untuk meningkatkan bahasa ekspresif.

METODE AL ISTIQRAI’YYAH ( INDUKSI )


Metode ini merupakan penerapan metode berpikir induktif yang pertama kali
dipopulerkan di benua Eropa. Dalam kitab Thuruq at-Ta'lim al-Lughah al-'Arabiyah yang
disusun oleh Abd Kadir Ahmad menjelaskan bahwa metode ini kebalikan dari metode induktif
karena guru ketika menjelaskan materi akan memulai dengan menjelaskan contoh, kemudian
memberikan waktu kepada siswa untuk mendiskusikan contoh-contoh ini. Guru menarik
kesimpulan dari hasil pembahasan contoh materi yang diberikan. Langkah terakhir guru
mengusulkan latihan berdasarkan hasil diskusi tentang materi yang dibahas.
Metode ini terkadang disebut ‫ اﺳﺘﻨﺒﺎطﯿﺔ‬,‫ اﺳﺘﻨﺘﺎﺟﯿﺔ‬atau metode Herbart. Karen mengikuti
lima langkah yang harus diikuti dalam proses pengajaran yang diidentifikasi oleh Johan
Priedrich Herbart (Ahmad, 1984:191). Metode ini awalnya diperkenalkan ke dunia Arab atas
undangan delegasi pengajar dari Eropa pada awal abad ke-20 M, dimana gaya pengajarannya
bertolak belakang dengan metode ‫ﻗﯿﺎﺳﯿﺔ‬, karena metode ini pertama-tama didasarkan pada
penyajian contoh. lalu berikan contohnya. Contoh didiskusikan dengan siswa, dibandingkan,
aturan dikembangkan dan kemudian tugas diberikan kepada siswa.
Pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa ini adalah pendekatan alami karena siswa
dapat mengenali unsur-unsur, mengumpulkan kosa kata, dan menggabungkannya satu sama lain
melalui contoh, sehingga memperoleh pengetahuan, mengungkap ketidaktahuan, dan
mencerahkan hal-hal yang tidak diketahui. .serupa; ini dilakukan secara bertahap sampai kita
mengembangkan aturan umum atau aturan komprehensif.
Pendukung metode ini berpendapat bahwa dalam metode ini siswa mengambil inisiatif
dan guru hanya berperan sebagai pembimbing dan pembimbing. Oleh karena itu, siswa secara
aktif berupaya memperoleh rumusan kaidah yang diperlukan setelah berdiskusi,
menghubungkan, dan membandingkan contoh-contoh yang ada; siswa juga merupakan pemecah
masalah. Tegasnya siswa sibuk dengan kegiatan diskusi, sehingga tidak ada kesempatan untuk
berdiam diri atau mengabaikan pelajaran.
Namun bagaimanapun penulis menilai metode ini tidak lepas dari kekurangannya, antara
lain metode ini lambat dan tidak efisien dalam menyampaikan informasi, guru memberikan
contoh yang terbatas, dan mengharapkan aturan rumus dapat segera diturunkan. Meskipun
demikian, banyak negara Arab yang masih menggunakan pendekatan ini di sekolah. Selain itu,
banyak kitab yang disusun dengan metode ini, seperti: kitab al-Nahwu al-Wâdi' dan al-
Arabiyyah li al-Nâshi'in karya Alî al-Jârim dan Mustafâ Amîn.
Metode ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: (1) metode contoh, yaitu
pertama-tama memberi contoh yang tidak ada hubungannya dengan orang lain, kemudian
kaidahnya; (2) metode teks lengkap, yaitu metode teks. lengkap dengan pengertian, contoh dan
kaidahnya.
Metode Contoh
Disebut juga metode sampel buatan, mandiri, tersebar, atau terpotong; nama tersebut
muncul karena sampel didispersikan dan dipotong-potong. Potongan-potongan tersebut berasal
dari sumber yang berbeda, tidak dalam arah yang sama.
Keuntungan dari metode contoh
Para pendukung metode ini berpendapat bahwa metode ini memberikan guru kesempatan untuk
bebas memilih contoh dan juga dapat membantu guru dan siswa mempercepat proses
pembelajaran.
Mereka menyatakan bahwa cara ini mudah digunakan sehingga sangat bermanfaat dalam
mempelajari ilmu nahwu, dimana siswa benar-benar memahami aturan-aturannya, bahasanya
akan lebih lancar, dan mereka yang menemukan kaidah-kaidah dari contoh-contoh yang telah
disebutkan sebelumnya. juga akan dapat membantu guru menyelesaikan seluruh topik dasar
silabus, ia juga dapat mengatasi permasalahan yang diangkat dalam silabus.
Metode Utuh
Sebagai bahasa Islam, bahasa Arab penting untuk dipelajari, khususnya bagi umat
Islam. Sebagai salah satu ilmu utama bahasa Arab, ilmu nahwu tidak bisa diabaikan karena
tanpa ilmu nahwu maka bahasa Arab akan menjadi kacau dan susunan kata serta kalimatnya
tidak akan rata. Oleh karena itu, ketika belajar bahasa Arab, pengetahuan Nahwu sangatlah
penting.
Kewajiban guru ketika menerapkan metode ini adalah melaksanakan teks tersebut,
kemudian mendiskusikan bagaimana cara pembahasan topik bacaan ( ‫)ﻗـﺮاءة‬, kemudian
mengambil contoh dari teks tersebut yang dapat dijadikan dasar isi pembelajaran, kemudian
melanjutkan langkah-langkah berikut. . menurut metode ‫اﺳﺘﻘﺮاﺋﯿﺔ‬.
Kelebihan Metode Teks Utuh
Para pendukung metode ini meyakini bahwa pengajaran Nahwu dengan pendekatan
kesenjangan bahasa akan memberikan kestabilan dan siswa akan merasakan adanya kontak antar
bahasa.
dengan nyawanya, agar mereka mencintai Nahwu dan bukan sebaliknya. Selain
mengintegrasikan paparan bahasa umum ( ‫ )ﺗﻌـﺒـﯿﺮ‬dengan pengetahuan Nahwu, hal ini akan
membantu anak memantapkan bahasa dan gayanya, termasuk cara i'rab. Cara ini akan
menghindarkan guru dari meminta siswa menghafalkan apa yang belum dipahaminya.
Kelemahan Metode Teks Utuh
Metode teks lengkap mempunyai kelemahan, antara lain:
a. Beberapa guru kesulitan menemukan atau membuat teks yang mencakup seluruh soal
pada sub mata pelajaran karena terkadang mereka kesulitan menyelesaikannya.
Akibatnya lidah terkadang mengalami kerusakan parah.
b. Untuk mencakup semua aspek dari aturan yang diinginkan, guru sering kali terpaksa
menulis paragraf yang sangat panjang, mungkin panjangnya satu halaman atau lebih.
Akibatnya, guru akan menghadapi dua masalah sulit:
1. Guru mendiskusikan suatu bacaan yang panjang dengan sempurna, mulai dari
memperkenalkan, membaca, berdiskusi dengan siswa, menjelaskan makna hingga
memilih contoh yang diinginkan. Dalam hal ini, tidak ada cukup waktu untuk
menjelaskan pelajaran. Waktu persiapan latihan menjadi berkurang, belum lagi siswa
tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan kawai dengan baik.
2. Atau guru melewatkan teks dan langsung memilih contoh, penjelasan, dan
pembahasan singkat yang tidak memuaskan siswa. Dalam hal ini, guru telah
menyimpang dari metode pengajaran yang ideal, khususnya yang memadukan
pembahasan nahwu yang memadai dan amalan yang memuaskan serta pendidikan
yang memerlukan pengajaran yang penuh kasih sayang di bawah naungan tulisan
dalam bahasa sastra.
Setelah menjelaskan metode-metode yang selama ini digunakan untuk mengajarkan
nahwu dan mengingat betapa sedikitnya penelitian yang dilakukan untuk menemukan metode
pengajaran nahwu yang cocok, maka tidak mudah untuk melebih-lebihkan suatu metode dengan
cara meremehkannya.
Masing-masing metode mempunyai pendukung dan penentang, serta mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Di sinilah diperlukan penelitian lapangan yang mendalam untuk memilih atau
menciptakan metode yang lebih cocok untuk penerapannya. Tentu saja efektivitas salah satu
metode tersebut hanya dapat kita evaluasi melalui eksperimen lapangan yang dilakukan oleh
orang-orang yang telah menguasai metode pengajaran bahasa Arab.
Perlu diketahui bahwa guru yang dapat dianggap berhasil di sini adalah guru yang dapat
memanfaatkan kelebihan dari kedua metode tersebut, khususnya guru yang mengetahui kapan
masing-masing metode harus digunakan dan di mana serta kemudian menerapkannya sesuai
dengan tujuannya. tuntutan. pengetahuan. , ingatlah bahwa semua peraturan, ketentuan dan
prinsip tidak ada gunanya jika guru tidak mengetahui bagaimana menerapkannya dalam praktik.

LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGAJAR ILMU NAHWU


Buku-buku yang disusun terkini mengikuti metode ‫ اﺳﺘﻘﺮاﺋﯿﺔ‬dengan dua cabang
sebagaimana dijelaskan di atas. Oleh karena itu, langkah-langkah pengajaran akan dibatasi pada
metode pengajaran sistem Herbart sebagai contoh khas metode pembelajaran.
Metode ini dilanjutkan melalui langkah-langkah berikut:
a. Tahap persiapan (pendahuluan)
Pada tahap persiapan, guru hendaknya mempersiapkan secara matang isi
pelajaran yang akan disajikan, kemudian guru memulai dengan pertanyaan-pertanyaan
pendahuluan tentang teks atau contoh-contoh dari bagian-bagian pelajaran yang
bersangkutan yang telah dipelajari sebelumnya. . mengajar sekarang yang artinya guru
harus mempunyai gambaran tentang pelajaran sebelumnya dan pelajaran yang akan
diajarkan, apalagi hubungan mata pelajaran lucu satu sama lain sangat erat.
Dalam pendahuluan ini guru hendaknya fokus menjelaskan makna, yang mana
siswa perlu memahami makna ‫ الحرف‬,‫ الفعل‬,‫ االسم‬istilah lain serta ، ‫ اﻹﻏﺮاء‬، ‫ اﻟﺬم‬، ‫اﻟﻤﺪخ‬
‫اﻻﺧﺘﺼﺎص‬. ‫ اﻟﺘﺤﺬﯾﺮ‬Langkah lanjutan ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dan
konsentrasi siswa agar mudah menyerap topik pelajaran baru.
b. Tahap penyajian contoh atau teks sempurna
Setelah menyelesaikan bagian kognitif, langkah selanjutnya guru mulai
memberikan materi pelajaran dari yang mudah ke yang sulit, dari yang konkrit ke yang
abstrak. Jadi, dalam metode contoh ini, guru menuliskan contoh-contoh tersebut di papan
tulis, baik contoh tersebut dibuat oleh guru sendiri maupun siswa setelah menerima
beberapa pertanyaan dari guru. Tidak ada salahnya guru ingin menuliskan beberapa
contoh lagi di selembar kertas terpisah dan kemudian membagikannya kepada siswa.
Adapun metode menulis yang sempurna adalah guru menuliskan soal di papan
tulis, atau sudah ditulis sebelumnya di atas kertas, kemudian dibagikan kepada siswa.
Guru kemudian menjelaskan teks tersebut dengan cara yang sama seperti menjelaskan
materi ‫ ﻗﺮاءة‬yaitu pendahuluan, pembacaan dan penjelasan makna kosa kata kemudian
pembahasan makna umum teks tersebut. Karena guru harus mengutip contoh dari teks
yang tersedia, maka guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan jawaban yang
dapat membentuk kaidah, kemudian menuliskan contoh yang dijawab siswa di papan
tulis, menggarisbawahi kata yang diinginkan atau menulis dengan huruf berwarna. , lalu
keluarkan baris terakhir.
Jumlah contoh yang diusulkan harus mencukupi, karena jika jumlah contoh
dibatasi maka akan mengurangi atau bahkan menghilangkan bobot aturan yang akan
dibuat. Selain itu, contoh yang kurang akan menyebabkan kesalahan karena aturan yang
dibuat mungkin dibuat dengan tergesa-gesa. Yang terbaik adalah memiliki contoh-contoh
lengkap yang tidak hanya memperkuat nilai aturan itu sendiri tetapi juga menciptakan
kesan mendalam di benak siswa.
c. Tahap menimbang dan mempertemukan
Setelah proses penyajian berakhir, guru harus mengaitkan dan memadukan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran baru agar pembelajaran mempunyai
keterkaitan yang erat. Dalam hal ini guru berusaha mempertemukan bagian-bagian teks
atau contoh yang telah disajikan agar siswa mengetahui persamaan dan perbedaan
bagian-bagian atau contoh tersebut.
Semakin hati-hati guru merekonsiliasi persamaan-persamaan tersebut, semakin
besar pula harapan untuk mencapai tujuan. Selanjutnya keberhasilan mata pelajaran juga
tergantung pada kemampuan guru dalam menghubungkan pelajaran lama dengan
pelajaran baru, karena guru berperan sebagai pemimpin, pembimbing dan korektor.
Siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menemukan persamaan dan perbedaan,
membandingkan, membedakan kemudian menarik kesimpulan dalam bentuk aturan.
d. Tahap perumusan kaidah (pengorganisasian bahan)
Selain itu menata dokumen baru dengan dokumen lama melalui keterkaitan
hubungan sehingga menjadi suatu sistem pemahaman yang terpadu dan utuh. Jika guru
telah menyelesaikan langkah-langkah sebelumnya dengan baik, siswa akan dengan
mudah mensintesis dan mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh
dari beberapa proses di atas dalam bentuk kaidah konstruksi dan istilah-istilah familiar
yang belum Anda ketahui. maka guru harus mengajar mereka dengan cermat.
Kemudian, guru harus menuliskan di papan tulis peraturan-peraturan yang dibuat siswa
ketika menjumpai contoh tersebut. Dalam rumusan ini seluruh siswa atau setidak-
tidaknya sebagian besar siswa harus berpartisipasi agar peraturan menjadi lebih ringkas
dan lengkap. Kemudian guru membacakan aturan rumus dan meminta siswa
membacanya secara bergantian.
e. Tahap Praktik (Aplikasi)
Pada langkah terakhir, guru mengajukan pertanyaan berupa latihan dan
menerapkan hasil pembelajaran yang diajarkan ke dalam praktik. Tepatnya, untuk
memperkuat konstruksi aturan yang telah ditetapkan, guru harus memberikan pelatihan
kepada siswa. Kasus ini mengukur kekurangan siswa untuk mengatasinya; Mungkin
karena itulah banyak kitab-kitab Nahwu yang disusun akhir-akhir ini, pada setiap akhir
materi pelajaran harus disertai dengan latihan-latihan yang disusun dengan berbagai cara,
baik dalam bentuk soal-soal maupun dokumen soal, agar penguasaan kaidah-kaidah
siswa menjadi lebih lancar.

PENUTUP
Setelah meneliti dan membahas beberapa metode pengajaran nahwu dalam bahasa Arab,
maka artikel ini dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Dalam pengajaran ilmu nahwu harus ada inovasi yaitu harus memperluas pokok
bahasan penelitian dan mengutamakan beberapa bahan ajar, menunda materi lain, khususnya
yang tidak menyentuh bahasa sehari-hari yang biasanya dilakukan oleh siswa. Untuk
menghindari kesalahan dalam berbicara bahasa Arab, maka ilmu nahwu sebagai kaidah yang
mengatur komposisi kosa kata bahasa Arab yang benar harus dipelajari terutama bagi pelajar
yang ingin berkomunikasi dalam bahasa Arab.
Ada beberapa metode pengajaran nahwu, masing-masing dengan pendukung dan
penentangnya; Satu metode tidak dapat diutamakan dibandingkan metode lainnya. Oleh karena
itu, para ahli di bidang ini perlu melakukan penelitian mendalam di bidang tersebut untuk dapat
menemukan metode yang cocok dalam pengajaran nahwu. Agar siswa lebih mudah memahami
ilmu nahwu, maka perlu adanya metode pengajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan tersebut, antara lain tidak berfokus pada satu metode tertentu tetapi menggabungkan
semua metode tergantung pada kebutuhan, kebutuhan, situasi dan kondisi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Dârl al-Fikr. Kemudian, Muhammad 'Abd al-Qadir. 1984. Turûq al-Ta'lîm al-Lughah
al-'Arabiyah. Caire:
Abâdî, al-Shaykh Majd al-Dîn Muh ammad bin Ya'qûb al-Fayrûz. 1983. Al- Qâmûs al-Muhît.
Jilid V. Beirut:
Husain, Thaha. 1959. Mushkilat al-I'râb, Majallah Majma' al-Lughah al-'Arabiyyah. Caire:
al-Hay'ah al-Âmmah li Shu'ûn al-Mata bi' al-Amîriyah.
Maktabah al-Nahd}ah al-Misriyah.
Biek, Hifniy dkk. T.th. Qawâ'id al-Lughah al-'Arabiyah. Surabaya:
Maktabah al-Hidayah.
al-Râzî, al-Imâm Muh ammad bin Abî Bakar 'Abd al-Qadîr. 1992. Mukhtâr al-Shah ha ah. Cet.
I. Beyrouth:
Dârl al-Kutub al-'Ilmiyah.
Shahaṭah, Hasan. 1994. Ta'lîm al-Dîn al-Islâmî bayn al-Nazariyyah wa al-Tat}bîq. T.tp. :
Maktabah al-Dâr al-'Arabiyyah li al-Kitab.

Anda mungkin juga menyukai