PENDAHULUAN
Mengapa belajar bahasa asing itu susah dan kadang menjenuhkan, bahkan
bisa Bahasa adalah realitas yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tumbuh
kembangnya manusia pengguna bahasa itu. Realitas bahasa dalam kehidupan ini
beragama antara lain berupa sains, teknologi, dan seni yang tidak terlepas dari
peran-peran bahasa yang digunakan. Namun dalam konteks lain, bahasa bisa
pengguna bahasa tidak lagi melihat rambu-rambu agama dan kemanusiaan dalam
penggunaannya.1
Kata “bahasa” dalam bahasa Indonesia semakna atau sama dengan kata
lughat dalam bahasa Arab, langue dalam bahasa Perancis, taal dalam bahasa
Belanda, Spraceh dalam bahasa Jerman, kokugo dalam bahasa Jepang, dan
bahasa dalam bahasa Sansekerta. Atas dasar perbedaan sebutan itu tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa pengertian bahasa untuk sebagian orang masih
atau ditulis. Sebagian lainnya mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi
di sekolah, ada juga yang mendefinisikan bahasa hanya sebagai kumpulan kata-
1
2
Bila dicermati secara lebih seksama dan akurat, beberapa definisi tersebut
hanya menyentuh dan menerangkan sebagian dari hakikat wujud dan fungsi
berupa bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu
suci yang masih asli bahasanya kecuali Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan dalam dua priode yaitu priode sebelum hijrah dari Mekah ke Madinah
dan priode setelah hijrah, masih tetap dalam bahasa aslinya. Setiap tarjamahan Al-
Qur’an atau alih bahasa dari bahasa Arab atau tafsirnya tidak dapat disebut Al-
Qur’an, tetapi dikatakan sebagai tarjamahan atau tafsir Al-Qur’an. Atas dasar ini,
mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci kaum muslimin di dunia
mengutarakan maksud/tujuan mereka. Bahasa Arab itu terpelihara bagi kita oleh
Al-Qur’an Al-Karim, hadits-hadits Nabi yang mulia dan karangan baik prosa
Nusantara ini, yaitu kira-kira abad ke-13 M. Dahulu, pengajaran bahasa Arab
hanya sekedar untuk mendalami dan memahami ajaran Islam dan termaktub
dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadits yang keduanya ditulis dalam bahasa Arab.
2
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Humaniora: Bandung, 2009), h.
2.
3
Musthofa Al-Ghoyalaini, Jami’id Durusil Arabiyyah, (Daar Al-Kitab Al-Ilmiyyah:
Beirut, 2004), h. 13.
3
Oleh karena itu, memahami dan mempelajari bahasa Arab adalah sebuah
keniscahyaan.4
B. Rumusan Masalah
4
Ulin Nuha, Metode Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Diva Press: Yogjakarta,
2012), h. 55.
BAB II
PEMBAHASAN
masalah البناء اإلعراب و (i’râb dan binâ’), yaitu penentuan baris ujung sebuah kata
berikut ini:
Atau lebih mudahnya dapat kita simpulkan bahwa Ilmu nahwu adalah ilmu
Boleh disepakati bahwa pelajaran ilmu nahwu ini adalah bukan sasaran
yang menjadi tujuan pembelajaran, tapi ilmu nahwu itu, adalah salah satu sarana
untuk membantu kita berbicara dan menulis dengan benar serta meluruskan dan
menjaga lidah kita dari kesalahan, juga membantu dalam memaparkan ajaran
dengan cermat, mahir dan lancar. Beberapa tujuan mengajarkan ilmu nahwu
adalah:
Arab dan Islam zaman dahulu berupaya untuk merumuskan ilmu nahwu
yang tujuan sebenarnya yakni untuk menjaga bahasa Alquran dan Hadis
pengamatan, berpikir logis dan teratur serta kegunaan lain yang dapat
secara kritis
Oleh karena itu, hasil yang sangat diharapkan dari pengajaran ilmu nahwu
adalah kecakapan para pelajar dalam menerapkan kaidah tersebut dalam gaya-
gaya ekspresi bahasa Arab yang digunakan oleh para pelajar bahasa Arab dalam
seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk dapat memahamkan atau
mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Nahwu sebagai salah satu
komponen dalam bahasa Arab, sangat penting untuk diketahui dan dipahami
sebagai syarat mutlak pada setiap aktifitas pembelajaran bahasa Arab karena
mengacu pada salah atau benar dalam pengucapan dan penulisan teks bahasa
Arab.
6
Ahmad Sehri, Metode pengajaran Nahwu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Al-
Ikhlas: Jakarta, 1976), h. 51.
6
pembacaan kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang pada intinya adalah sarana
karakteristik dan sudut pandang yang berbeda seperti halnya metode Qawaid wa
pengajaran nahwu.
pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan
bacaan. Metode ini merupakan metode paling tua dalam pengajaran nahwu. Meski
metode ini terbilang lama namun masih dipergunakan dalam pengajaran bahasa
Arab.
Metode qiyasi ini lahir berdasarkan keinginan agar para pelajar memahami
maksud kaidah yang sifatnya umum sehingga melekat pada benak mereka, itulah
sebabnya, guru ataupun pelajar dituntut untuk menganalogikan contoh baru yang
masih kabur kepada contoh lain yang sudah jelas, kemudian disesuaikan dengan
7
kaidah umum tersebut. Teknik penyajian metode qiyasi (deduktif) terdapat dua
dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh
memahaminya.
sebagai berikut:
atau pemaparan kaidah-kaidah secara umum. Metode ini sesuai digunakan pada
pembelajaran nahwu fokus pada nash atau teks sempurna, membaca dan
Metode ini dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu: (1) metode contoh,
yaitu contoh-contoh yang tidak mempuyai kaitan dengan yang lain, lalu kaidah;
dan (2) metode teks utuh, yaitu suatu teks yang mempunyai makna komplit,
untuk memilih contoh-contoh secara leluasa, juga dapat membantu guru serta para
contoh yang dipaparkan bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh
yang lain.
nahwu.
pemahaman kaidah nahwu dan juga penerjemahan. Metode ini bersifat umum
karena bisa digunakan untuk mengajarkan bahasa yang lain bukan hanya bahasa
Arab.
Dalam metode ini, siswa diharapkan mampu memahami suatu teks atau
wacana dengan menelaah isi dan kaidah yang terkandung dalam wacana tersebut.
asing, dalam hal ini bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya ada dua aspek penting dalam
modal dasar untuk mentransfer ide atau pikiran ke dalam tulisan dalam bahasa
asing (mengarang), dan modal dasar untuk memahami ide atau pikiran yang
berikut :
lainnya.
7
Ali Ahmad Madhur, Tadris Funnun Al-Lughoh Al-Arabiyyah, (Darul Shawaf: Riyadh,
1991), h. 338.
10
bahwa ada kategori mudzakar dan muannats yang masing-masing memiliki aturan
tertentu.
siswa.8
8
Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Rosdakarya: Bandung,
2011), h. 173.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
masalah اإلعراب و البناء (i’râb dan binâ’),yaitu penentuan baris ujung sebuah kata
berikut ini:
a. Metode deduktif
b. Metode induktif
B. Saran
penyajian makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan guna untuk kesempurnaan makalah ini agar
kedepannya menjadi yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita