Anda di halaman 1dari 13

BAB III

Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran

Bahasa Arab

Abdurrohman Kanafillah, Cintya Citra Devy, Feti Gita Ariska

Abstract
Arabic has different characteristics from other languages such as English, Japanese, Indonesian
and others. It has a level of complexity and a rich vocabulary to say something.Thus, in teaching it
must be different from other foreign languages. It must be taught according to an approach that is
appropriate to the learning objectives, learning materials, learning methods and student
circumstances. For example, in teaching speaking skills (mahârah al-kalam) the approach used is
communicative. With this approach, students are invited to use Arabic directly through dialogue
(hiwâr) between teachers and students and between students and students. In this way, language
serves as a means of communication to express students' ideas and ideas to others. Language is not
seen as a collection of very complex word and sentence structures that frighten students when they
learn it.
Key words: approach, Arabic language, learning, communicative
Abstrak
Karakteristik bahasa Arab mempunyai perbedaan dengan bahasa lain seperti bahasa Inggris,
bahasa Jepang, dan bahasa Indonesia. Hal ini memiliki tingkat kerumitan tertentu dan kosakata yang
kaya untuk diungkapkan. Oleh karena itu, harus berbeda dengan bahasa asing lainnya dalam
pengajaran. Pendidikan harus didasarkan pada tujuan belajar peserta didik, materi pembelajaran,
metode pembelajaran dan metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Misalnya, ketika
mengajarkan keterampilan lisan (maharah kalam) digunakan metode komunikatif. Dengan cara ini
peserta dengan didorong untuk memanfaatkan bahasa Arab secara langsung antara guru dan melalui
percakapan (hiwar) antar peserta didik. Oleh karena itu, bahasa bertindak seperti alat komunikasi
untuk mengkomunikasikan pikiran dan pemikiran peserta didik kepada orang lain. Bahasa tidak
dianggap sebagai gabungan kata atau struktur tutur kata yang kompleks untuk menakuti peserta
didik saat mereka belajar.
Kata kunci: pendekatan, bahasa Arab, pembelajaran, komunikatif
Pendahuluan

Dalam setiap studi, terutama dalam bahasa Arab, terdapat tiga istilah penting yang
wajib dipahami untuk menemukan peluang untuk meningkatkan pengajaran bahasa Arab
untuk memaksimalkan efek yang didapat. Ketiga istilah tersebut adalah al-
Madkhal/pendekatan, at-Thariqah/Metode, dan al-Uslub/Teknik. Beberapa ahli sering
mengacaukan al-Madkhal/pendekatan, at-Thariqah/Metode, dan al- Uslub/Teknik. Karena
itu, tidak ada perbedaan atau batasan yang jelas antara ta’rif (pembatasan atau definisi) dari
ketiga istilah tersebut.
Belajar bahasa Arab adalah ilmu itu sendiri, membutuhkan istilah ilmiah yang akurat
(tepat) yang dapat dipahami oleh semua orang dengan memanfaatkan istilah ini.1 Untuk
mencapai tujuan yang jelas berdasarkan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karena itulah
Edward M. Anthony membedakan ketiga istilah tersebut dalam artikelnya yang berjudul
“pendekatan, metode dan pendidikan”.
Metode pembelajaran (madhal al-tadris/teaching aproach) adalah tingkatan kedudukan
teori yang berkaitan dengan bahasa, pembelajaran, dan bahasa pengantar. Berdasarkan al-
Naqah, metode ini pada kenyataannya adalah seperangkat asumsi tentang proses pendidikan
dan pembelajaran, dan asumsi-asumsi tersebut merupakan bentuk aksiomatis berpikir yang
tidak memerlukan perdebatan. Dengan kata lain, metode ini merupakan suatu kedudukan

filosofis yang menjadi standar bagi pembelajaran bahasa dan kegiatan pengajaran.2
Misalnya, menulis adalah hipotesis karena bahasa diciptakan dari segala sesuatu yang

anda dengar dan ucapkan.3 Dari sudut pandang ini hipotesis menghasilkan bahwa langkah
pertama dalam belajar dan mengajar bahasa arab adalah untuk memperoleh keterampilan
mendengarkan (istima’), berbicara (kalam), membaca (qiro’ah), dan menulis (kitabah).
Beberapa keterampilan tersebut, tidak lepas dari berbagai metode yang ada untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Konsep metode (al-Madkhal/pendekatan) merupakan suatu yang paling fundamental
dan aksioma, baik menurut segi pragmatik maupun filsafat, khususnya pada teknik
pembelajaran bahasa Arab, metode dalam hakekatnya adalah asumsi dasar pengetahuan yang
diajarkan. Selain itu komunikasi disampaikan sang Lasswell, yakni: Komunikasi merupakan
“siapa” berkata “apa” melalui “wadah apa” dalam “siapa” memakai “pengaruh apa” (Who
says what in which channel to whom with effect).1

Oleh karena itu, metode komunikatif ialah suatu metode yang berfokus pada kemampuan
memakai bahasa dalam berkomunikasi adalah keinginan yang wajib diraih oleh pembelajaran
bahasa. Metode komunikatif memiliki ciri khas, karena dinilai sangat cocok untuk pedagogi
bahasa asing termasuk bahasa Arab.

Dalam metode komunikatif ini, pembelajar bahasa melakukan latihan pengenalan


ucapan yang baik, membedakan suara dengan suara lain, membedakan satu istilah dari yang
lain, membedakan satu kalimat dari yang lain, dan perlu mengenali tanda tata bahasa ( ‫العالمة‬
‫ )النحوية‬seperti urutan istilah, imbuhan, dan intonasi. tujuan utama komunikasi tertulis adalah
kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan secara tertulis dan memahami apa yang
dibaca.

Menurut Muhbib Abdul Wahab (2004), jika anda terlebih dahulu dapat menguasai
terminologi yang digunakan dalam sosial dan bahasa, anda dapat memperoleh kemampuan
ini. Dengan ungkapan lain, belajar membaca (‫)قراءة‬, menulis (‫ )كتابة‬harus diproduksi untuk
mencerminkan latihan mendengar (‫ )استماع‬dan berbicara (‫)كالم‬.2

Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan komunikatif cocok untuk pembelajaran


bahasa yang menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikatif. Dengan menggunakan
segala sarana dan prasarana kegiatan pengajaran, menginstruksikan siswa untuk dapat
menggunakan bahasa alih-alih memahami bahasa, bertujuan untuk menumbuhkan
keterampilan berbahasa.

Perihal ciri-ciri pendekatan komunikatif (Al-Madkhal al Itasaly/Communicative


Approach) atau pendekatan pengajaran bahasa komunikatif, Finocchiaro dan Brumpit
mengatakan;

a. Menggunakan diskusi, perlu menargetkan fungsi komunikatif yang biasanya tidak


diingat.

1
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, cet.Ke2, 1997) 6.
2
Anwar Sadat, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Al-Af’idah, Vol. II. No. 1, 2018, hlm 6-
7.
b. Komunikasi yang efektif sangat diinginkan dan diprioritaskan.
c. Pelatihan reguler dapat diberikan, tetapi secara sederhana tidak memberatkan untuk
mendukung perolehan objek utama.
d. Kata-kata yang mudah dipahami.
e. Peserta didik perlu menjalin hubungan secara verbal bersama orang lain, melalui
kelompok.3

Pembelajaran bahasa komunikatif tampaknya lebih manusiawi yakni pemfokusan kelas


lebih besar ditemukan di peserta didik dari pada supremasi pengajar (Lerner centred rather
than teacher centred) dan pengajar bertindak sebagai fasilitator untuk proses ini, memberikan
kebebasan, tanggung jawab, dan pemikiran kreatif kepada siswa.4

Membahas tentang pendekatan, tidak ada pendekatan yang sempurna, sehingga tidak
ada pemisahan antara kekuatan dan kelemahan. Kelebihan dari pendekatan komunikatif
adalah:

a. Siswa dapat berkomunikasi dengan baik dalam komunikasi lisan dan tulisan sebab
pelajaran mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis terkonsentrasi.
b. Kondisi di kelas lebih aktif sebab siswa proaktif dan terus-menerus menanggapi
rangsangan guru.
c. Melatih daya ingat siswa, karena harus menghafal berbagai teks percakapan dan
mufrodat setiap hari.
d. Siswa dapat menguasai pengucapan seperti penutur asli atau dekat dengan penutur asli.
e. Siswa lebih banyak menguasai kosa kata dan menerapkannya pada kalimat.

Sedangkan kelemahannya dari pendekatan komunikatif adalah:

a. Sulitnya siswa menerapkan tata bahasa dalam komunikasi lisan, hal ini disebabkan
karena kurangnya feedback dari guru terhadap kesalahan peserta didik sehingga
kesalahan ini sulit untuk diperbaiki.
b. Menurut guru, metode ini dianggap sebagai metode yang ideal dalam hal keterampilan
berbahasa, oleh karena itu pendekatan ini terkadang justru dianggap enteng.5
3
Tarigan, Henry Guntur, Metodologi Pengajaran Bahasa I (Bandung: Angkasa, 1991) 262-263.
4
Mulyanto Sumardi, Beberapa Pendekatan Pengajaran Bahasa (Jakarta: PT. Gramedia, 1992) 101.
5
Baiq Tuhfatul Unsi, Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, Volume 4, Nomor 1, Juni 2016, hlm 74-75
Dalam setiap penerapan metode pendekatan pastilah ditemukan kendala. Maka dari itu
sebagai seorang guru yang hendak menerapkan pendekatan apapun khususnya pendekatan
komunikatif ini ada baiknya untuk menguasai secara utuh segala sesuatu yang berhubungan
dengan pendekatan ini. Berangkat dari hal itulah penulis mengadakan penelitian mengenai
masalah ini serta menyusunnya menjadi book chapter. Tujuan dari penulisan book chapter ini
yakni guna mengetahui apa saja kendala yang sering muncul dalam penerapan metode
komunikatif pada proses pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab. Selain itu pada book chapter
ini, penulis akan menganalisis solusi apa saja yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi
kendala-kendala yang ada serta upaya pencegahannya.

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk studi kepustakaan berdasarkan studi teks dan
analisis. Hal ini terjadi karena sumber data yang digunakan berupa data kepustakaan.
Penelitian kepustakaan (library research) menggunakan bahan pustaka sebagai sumber data
utamanya. Data yang terkait dengan penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan atau penelitian.6

Menurut Abdul Rahman Sholeh, penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan


menerima informasi dan menempatkan fasilitas yang ada (buku, majalah, dokumen, catatan
cerita sejarah, dll) di perpustakaan atau penelitian kepustakaan murni tentang penggunaan
objek penelitian.7

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa penelitian kepustakaan adalah
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan, pembacaan dan pencatatan bahasa
pustaka serta metode pengolahan bahan penelitian. Ini adalah studi menggunakan sumber
daya perpustakaan untuk mendapatkan data penelitian.

Hasil dan Pembahasan

A. Penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Arab

6
Desi Tri Sapitri, Skripsi: “Konsep Pendidikan Islam dalam Studi Perbandingan Jalaluddin Rahkmat dan
Muhammad Rasyid Ridho” (Lampung: IAIN Metro, 2017), hlm 6-7.
7
Abdul Rahman Sholeh, Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk Bangsa (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada,
2005) 63.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang memfokuskan pada
kreativitas para siswa dalam melakukan latihan. Dalam hal ini seorang guru yang
awalnya terlibat secara langsung lebih dikurangi agar siswa mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuannya sendiri. Sehingga siswa akan lebih banyak
berperan di dalam kelas dari pada gurunya. Adapun pemberian latihan maupun tugas
dalam hal ini dilakukan secara bertahap, selain itu latihan yang diberikan pun hendaknya
disesuaikan dengan konsisi kelas masing-masing. Guru harus dapat memanfaatkan
kondisi ini, karena setiap kelas memiliki kecenderungan psikologis, perspektif, dan
keterampilan yang berbeda. Berikut adalah beberapa latihan yang dapat diterapkan
berdasarkan pendekatan komunikatif:8

1. Percakapan kelompok (Al Hiwar Al Jama’i)


Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok, oleh karena itu sebelum
melakukan percakapan kelompok guru akan membagi siswa menjadi beberapa
kelompok.kemudian setiap kelompok akan diberi satu judul cerita yang berbeda-
beda tiap kelompok. Setelah itu siswa diberi waktu untuk berdiskusi dengan
teman satu kelompok. Dalam latihan ini siswa akan menyampaikan sebuah cerita
terkait judul yang telah ditentukan secara bergantian, sehingga menjadi satu cerita
yang lengkap. Tugas guru disini adalah membimbing dan mengarahkan, selain itu
guru juga bisa menyediakan alat perekam suara untuk merekan setiap percakapan
kelompok agar dapat dipelajari ulang olek kelompok lain.
2. Bermain Peran (al-Tamtsil)
Bermain peran juga sering disebut dengan al-Tamtsil atau role playing.
Dalam penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran bermain peran ini
merupakan model pembelajaran sosial. Dalam hal ini siswa akan diberi tugas
untuk memerankan tokoh tertentu sesuai dengan tema pada materi yang sedang
dipelajari. Adapun peran yang ditugaskan kepada siswa harus disesuaikan
dengantingkat kemampuan dan penguasaan bahasa dari siswa itu sendiri.9
3. Praktek Ungkapan Sosial (Tathbiq al-ta’birat al-ijtima’iyyah)

8
Anwar Sadat, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Al-Af’idah, Vol. II. No. 1, 2018, hlm 10-
11.
9
Beta, P. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bermain Peran. Cokroaminoto Journal of
Primary Education, 2(2), hlm 48 - 52. https://doi.org/10.30605/cjpe.222019.118
Pembelajaran menggunakan pernyataan social disini yakni siswa akan
diajarkan mengenai ungkapan-ungkapan yang biasa dipakai sehari-hari dalam
masyarakat. Sebagai contoh ungkapan sapaan, ungkapan kagum, ungkapan
memberi dan menerima, ungkapan selamat, ungkapan senang atau gembira, dan
lain sebagainya. Dengan model pembelajaran ini siswa dapat mengetahui
ungkapan-ungkapan yang digunakan pada kehidupan sehari-hari dengan bahasa
Arab.
4. Praktek Lapangan (al-Mumarasah fi al-Mujtama’)
Dalam model pembelajaran praktek lapangan ini para siswa akan dilatih
untuk berkomunikasi dengan penutur asli, jadi disini guru dapat membawa siswa
ke tempat-tempat yang ada penutur asli Arab ataupun menghadirkan penutur Arab
asli ke dalam kelas. Dengan melakukan praktek lapangan ini secara tidak
langsung siswa dapat memperoleh koreksi dari si penutur asli tersebut.
5. Problem Solving (Hill al- Musykilât)
Model pembelajaran problem solving ini bisa dilakukan dengan cara
berdiskusi dengan cara berkelompok ataupun berdiskusi dengan satu kelas. Disini
siswa bukan hanya dilatih untuk melakukan komunikasi berbahasa Arab secara
langsung, akan tetapi juga dilatih untuk melakukan analisis, menilai, dan
menyimpulkan fakta. Model pembelajaran problem solving ini mengajarkan
kepada peserta didik bagaimana cara memecahkan suatu masalah yang dihadapi
dengan cara mengumpulkan pendapat dari setiap siswa sehingga didapatkan suatu
fakta yang konkret.

B. Kendala yang dihadapi dalam penerapan pendekatan komunikatif dalam


pembelajaran bahasa Arab

setiap proses pembelajaran pasti ada hambatan-hambatan walaupun hambatan-


hambatan itu tergolong ringan, namun mungkin dalam semua pekerjaan berjalan mulus
tanpa ada suatu hambatan atau kendala. Hambatan-hambatan itu bisa jadi dari beberapa
faktor, baik dari faktor internal mapun faktor eksternal. Dalam pembelajaran bahasa
Arab hambatan-hambatan tersebut pasti terasa pada diri setiap guru dan juga pada diri
peserta didik yang belajar. Walaupun hambatan-hambatan tersebut pada akhirnya dapat
teratasi.
1. hambatan eksternal diantaranya yaitu:
a. Kurangnya buku-buku bacaan buat peserta didik pemula yang baru belajar
bahasa asing seperti bahasa Arab perlu ada buku bacaan yang sederhana atau
pedoman yang mampu dipelajari sendiri oleh peserta didik.
b. tidak tersedia fasilitas pembelajaran bahasa yang memadai fasiltas yang
dimaksud adalah seperti labolatorium bahasa. Laboratorium bahasa memang
ada, namun itu hanya diperuntukkan bagi prodi bahasa inggris serta prodi bahasa
Arab. Sedangkan buat prodi lain tidak disediakan laboratorium bahasa, selain itu
Ma’had belum berfungsi secara maksimal sebagai kawasan penggodokan
bahasa, baik bahasa Arab ataupun bahasa inggris. Selain itu juga pada
pembelajaran bahasa asing memakai cara-cara manual, dikarenakan fasilitas-
fasilitas belum tersedia, bahkan indera peraga diruang belajar juga belom
tersedia.

2. hambatan Internal
hambatan-hambatan Internal yang dimaksud merupakan hambatan-hambatan
yang ada di diri peserta didik itu sendiri diantara nya yaitu:

a. Melihat serta mengamati peserta didik dalam menghafal kata kerja (Fi’il) seperti
Fi’il madhi (kata kerja masa lampau), hingga beberapa kali pertemuan masih
banyak yang belum mampu menghafal, padahal kata kerja masa lampau itu
( Fi’il Madhi) tasrif nya itu cuma 14 kalimat namun sangat susah bagi seorang
peserta didik menghafalnya.
b. peserta didik yang berlatar belakang pendidikan umum tersebut, tidak
mempunyai dasar sama sekali. dalam bidang bahasa Arab, malah ada yang
membacanya saja kurang bisa. Apalagi belajar sendiri tanpa dituntun oleh
pengajar atau dosen. peserta didik yang berlatar belakang pendidikan umum itu
memang lumrah tidak memahami dasar-dasar bahasa Arab sebab ditingkat
sekolah dimana tempat mereka belajar sebelum masuk ke perguruan tinggi tidak
belajar bahasa Arab secara memadai.
c. Peserta didik yang belajar bahasa Arab tampaknya mengalami kesulitan dalam
memahami materi dikelas, ini karena materinya bahasa arab (bahasa asing) dan
semuanya perlu diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia termasuk yang paling
sulit dipahami peserta didik ialah pergantian kata kerja asal “dia” ke “ mereka”
mengacu pada istilah kata kerja yang dipakai oleh pihak ke tiga (dia) dirumah
sebagai kata kerja yang dipakai untuk pihak ke 3 dalam bentuk jamak (mereka)
dan seterusnya seperti contoh ‫ ضرب‬dia seorang laki-laki telah memukul menjadi
‫ ضربوا‬mereka (laki-laki) telah memukul.
d. Peserta didik menemukan problem dalam membaca dan mendengarkan bacaan
bahasa Arab seperti tidak bisa membedakan antara “ tsa “ (‫ )ث‬menggunakan “sa”
(‫ )س‬huruf lain yang berdekatan. Disamping sulitnya membaca bahan ajar yang
disediakan peserta didik juga sulit sekali mendengar bunyi yang diucapkan guru
sehingga satu kalimat atau satu jumlah wajib diulang beberapa kali, baru peserta
didik memahami mendengar walaupun belum tahu apa artinya yang diucapkan
tersebut.
e. Kondisi Psikologis peserta didik yang belajar bahasa Arab menjadi hambatan
bagi pengajar masuk kelas banyak peserta didik merasa terbebani menggunakan
pelajaran ini seolah-olah bahasa Arab menjadi kendala atau penghalang dalam
proses pembelajaran mareka. Hal ini disebabkan kondisi jiwa sebagian peserta
didik yang merasa terbebani dengan pelajaran bahasa Arab, oleh karena itu
bahasa Arab sangat asing di benak mereka yang baru belajar. Sebenarnya beban
atau tidaknya sangat tergantung pada kesiapan jiwa mereka dalam menelaah
bahasa asing seperti bahasa Arab. bila memang punya impian yang kuat maka
tidak ada beban dalam belajar.10

C. Contoh Pembelajaran Bahasa Arab dengan Pendekatan Komunikatif


(a) Penyajian dialog pendek, sebelum penyajian dialog pendek perlu memotivasi
situasi dialog dengan mengaitkannya pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari.
(b) Pelatihan dialaog lisan, biasanya diawali dengan contoh yang diberikan oleh guru.
Siswa mengulangi contoh lisan guru, baik yang dilakukan oleh semua siswa, sebagian,
kelompok, atau individu. (c) Pertanyaan dan jawaban dapat diajukan dalam dua tahap.
Pertama, ajukan pertanyaan berdasarkan topik dan konteks percakapan. Kedua, tanya
jawab tentang pengalaman pribadi siswa. (d) Evaluasi, ajaklah siswa untuk mencari salah
satu ekspresi evaluasi dialog. Selanjutnya, tugas siswa adalah mengilustrasikan ekspresi
lain dengan fungsi komunikatif yang sama. (e) Memerintahkan siswa untuk menarik
kesimpulan, yaitu menarik kesimpulan tentang kaidah-kaidah bahasa yang terlibat dalam
dialog tersebut. (f) Kegiatan interpretasi yang membimbing siswa yang terlibat dalam
dialog tersebut. (g) Kegiatan produksi lisan, yaitu kegiatan produksi lisan (berbicara) dari
komunikasi terbimbing menjadi kegiatan bebas. (h) Pemberian tugas, yaitu pemberikan
tugas sebagai pekerjaan rumah. (i) Evaluasi, ialah evaluasi pembelajaran dilakukan secara
lisan.11

D. Dampak Penerapan Pendekatan komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Dalam ulasan tentang kurikulum pendidikan bahasab Arab di negara- negara
Arab, Dr. Rusydi Ahmad Thu’ aimah melaporkan bahwa situasi dasar yang berkaitan
dengan kekurangmampuan siswa untuk berdialog dengan baik bukanlah karena mereka
10
Abbas, Kendala-kendala Pembelajaran Bahasa Arab pada Prodi Pai Jurusan Tarbiyah Stain Malikussaleh, Jurnal
pencerahan intelektual muslim, Vol. XV (I), 2016, hlm 103-106.
11
Kartini, Pendekatan Komunikatif (Al-madhal Al-ittishal) dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Al-Tajdid, Vol. 11,
No. 1 Maret 2010, hlm 33-34.
kesulitan mengingat aturan tata bahasa, tetapi karena mereka tidak memiliki naluri bahasa
yang baik dan diasah. Sehingga solusinya bukan terkait jumlah alokasi waktu
pembelajaran Nahwu, Sharf, Imla', dll, tetapi mengubah suasana bahasa seluruh sekolah.
Oleh karena itu, sekolah harus mampu menciptakan suasana yang kondusif dan terus
menghimbau siswa untuk berlatih berdialog dalam bahasa yang benar.12
Kasus yang diambil oleh Dr. Rusydi ini menunjukkan bahwa peserta didik di
negara-negara Arab tidak dapat menggunakan bahasa Arab fushha dengan baik karena
maraknya penggunaan kombinasi bahasa `amiyah. Namun, penulis berpendapat bahwa di
satu sisi dari fenomena ini mungkin mirip dengan pendidikan bahasa Arab di Indonesia.
Di negara-negara Arab, siswa tidak dapat menggunakan tata bahasa yang baik untuk
percakapan, dan tidak banyak orang yang sepenuhnya mempelajari buku-buku terpenting
di bidang nahwu. Namun, di Indonesia, banyak penulis yang berasumsi bahwa siswa
dapat menghafal buku-buku ini sepenuhnya, bahkan jika itu tidak dapat digunakan dalam
percakapan sehari-hari.13

E. Kritik
Penerapan metode komunikatif dalam pembelajaran bahasa Arab memang
dianggap lebih efektif dari pada pendekatan lain karena pendekatan ini menuntut peserta
didik untuk berperan aktif mengkomunikasikan pelajaran yang sedang mereka pelajari.
Akan tetapi jika tidak dibarengi dengan penguasaan tata bahasa yang baik dan benar
sejak awal akan berdampak fatal pada kelanjutan penguasaan pembelajaran bahasa Arab
khususnya dalam hal berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Selain itu belum
terciptanya lingkungan yang mendukung juga dapat menjadi hambatan dalam penerapan
pendekatan ini, karena sebagian lembaga pendidikan masih sering menyelingi dengan
penggunaan bahasa ibu pada proses pendekatan metode komunikatif inni. Dengan adanya
permasalahan yang telah kami paparkan diatas maka kami penulis telah menarik benang
merah bahwa agar tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal dengan pengaplikasian
pendekatan komunikatif dalampembelajaran bahasa Arab ini maka sebagai seorang guru
seharusnya mengajarkan penggunaan tata bahasa yang baik dan benar sejak awal dan

12
Rusydi Ahmad Thu’aimah, Al-Usus al-’Amah li Manahij Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, cetakan kedua (Kairo:
Dar al-Fikr al-Araby, 2000) 60.
13
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, cetakan pertama, (Malang: Misykat, 2003), hlm. 33.
bukan hanya sekedar agar peserta didik lancar dalam berkomunikasi saja. Karena
kesalahan dalam hal penggunaan tata bahasa akan sulit untuk diperbaiki jika peserta didik
sudah terlanjur berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang seadanya.

Kesimpulan

Pendekatan komunikatif adalah sistem pembelajaran yang menekankan aspek


komunikasi, interaksi, pengembangan kemampuan berbahasa, dan keterampilan
berbahasa (mendengar, membaca, menulis, dan berbicara) sebagai tujuan pembelajaran
bahasa, serta mengakui hubungannya dengan aktivitas komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam penerapannya pendekatan ini memiliki beberapa jenis latihan,
diantarana adalah: percakapan kelompok (al hiwar al jama’i), bermain peran (al-tamtsil),
praktek ungkapan sosial (tathbiq al-ta’birat al-ijtima’iyyah), praktek lapangan (al-
mumarasah fi al-mujtama’), dan problem solving (hill al- musykilât).
Disamping itu pendekatan komunikatif ini juga memiliki beberapa kendala dalam
pelaksanaannya, yang dibagi menjadi dua. Yang pertama kendala eksternal, yaitu:
Kurangnya buku-buku bacaan buat peserta didik pemula yang baru belajar bahasa asing
dan tidak tersedianya fasilitas pembelajaran bahasa yang memadai. Dan yang kedua
kendala internal, yaitu: peerta didik masih banyak yang belum mampu menghafal, peserta
didik yang merupakan lulusan dari sekolah umum belum memiliki dasar kemampuan
berbahasa Arab, sulitya memahami teks bacaan dan audio berbahasa Arab, serta beberapa
peserta didik masih kesulitan membedakan huruf yang memiliki titik pengucapan yang
mirip, contohnya seperti huruf “tsa “(‫ )ث‬dan “sa” (‫)س‬.
Meskipun pendekatan komunikatif ini dianggap sebagai pendekatan yang
cenderung paligefektif dari pada pendekatan lain karena pendekatan ini menuntut peserta
didik untuk berperan aktif mengkomunikasikan pelajaran yang sedang mereka pelajari.
Akan tetapi pada pelaksanaanya masih saja ditemui banyak sekali kendala dan
permasalahan dikarenakan kemampuan peserta didik yang berbeda-beda dalam
penguasaan bahasa Arab itu sendiri. Jadi disini kami menarik kesimpulan bahwa dalam
pelaksanaan pendekatan komunikatif ini harus dibarengi dengan penguasaan tata bahasa
yang baik dan benar sejak awal agar tidak berdampak fatal pada kelanjutan penguasaan
pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.
Dengan begitu tujuan pembelajaran akan tercapai secara sempurna dan efektif dengan
menerapkan metode komunikatif ini.

Daftar Pustaka

Abbas. (2016). Kendala-kendala pembelajaran bahasa arab pada prodi pai jurusan tarbiyah stain
malikussaleh. Jurnal pencerahan intelektual muslim, XV(I), 103-106.

Effendy, Ahmad Fuad. (2003). Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, cetakan pertama, Malang:
Misykat.

Guntur, Henry, Tarigan. (1991). Metodologi pengajaran bahasa I. Bandung: Angkasa.

Kartini. (2010). Pendekatan Komunikatif (Al-madhal Al-ittishal) dalam Pembelajaran Bahasa


Arab. Al-Tajdid, 11(1), 33-34.

Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
P, Beta. (2019). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bermain Peran.
Cokroaminoto Journal of Primary Education, 2(2), 48 - 52.
https://doi.org/10.30605/cjpe.222019.118

Sadat, Anwar. (2018). Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Al-Af’idah,
II(1), 6-7.

Sapitri, Desi Tri. (2017). “Konsep pendidikan islam dalam studi perbandingan jalaluddin
rahkmat dan muhammad rasyid ridho”. Skripsi. Lampung: IAIN Metro.

Sholeh, Abdul Rahman. (2005). Pendidikan Agama dan Pengembangan untuk bangsa. Jakarta:
PT. Raja Grafindo persada.

Sumardi, Mulyanto. (1992). Beberapa Pendekatan Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.

Thu’aimah, Rusydi Ahmad. (2000). Al-Usus al-’Amah li Manahij Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah.
cetakan kedua, Kairo: Dar al-Fikr al-Araby.

Unsi, Baiq Tuhfatul. (2016). Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman, 4(1), 74-75.

Anda mungkin juga menyukai