Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KONSEP PENERJEMAHAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Presentasi Mata Kuliah
“Tarjamah Syafawiyah Al-Arabiyah Al-Indonesia”

Dosen Pengampu:
Dr. M. Baihaqi, MA

Disusun oleh:
Siti Zaimatut Taqiyah (D22216093)
Mirna Lakbatun N (D72218021)
Hilmiyatus Sholihah (D72218023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala karunia dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. M. Baihaqi, MA yang telah membimbing kami
demi terselesainya makalah ini.
Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini yang berjudul “Konsep
Penerjemah” dapat memberi sedikit pengetahuan kepada para pembaca tentang apa saja
konsep-konsep dalam menerjemah dan juga memberikan semangat dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Pada akhirnya hanya kepada Allah lah kami bertawakkal, karena kesempurnaan sejatinya
hanya milik allah. Kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
maka dari itu kami membuka kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan makalah
selanjutnya.

Rembang, 3 Oktober 2020

Tim Penyusun

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................………...2

DAFTAR ISI ........................................................................................................…………3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. ……….


4

B. Rumusan
Masalah………………………………………………………….4

C. Tujuan……………………………………………………………………...
5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Menerjemah……………………………………………………… 6

B. Pengertian
Tarjamah………………………………………………………..7

C. Unsur Tarjamah……………………………………………………...……
10

D. Syarat Penerjemah………………………………………………………..
14

E. Proses Tarjamah…………………………………………………..………
16

F. Latihan……………………………………………………………………
24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. ……….


29

Fathur Rohman,
3
B. Saran ............................................................................................
………..29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….30

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu bangsa memiliki berbagai ragam kebudayaan yang tidak dapat lepas
dari kehidupan. Salah satu bentuk kebudayaan adalah bahasa. Untuk dapat memperkenalkan
bahasa suatu Negara biasanya melalui terjemah. Terjemah yaitu proses pengalihan bahasa
kedalam bahasa lain. Dalam menerjemah tentu tidak lepas dari tata cara terjemahannya, tata
bahasanya dan sebagainya.

Secara umum penerjemahan teks bahasa arab di Indonesia meliputi konteks


keagamaan saja. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, penerjemahan teks arab juga
dilakukan dalam berbagai konteks. Seperti dalam buku-buku pengetahuan umum juga
banyak yang diterbitkan dalam bahasa Arab. Hal tersebuut dikarenakan bahasa Arab sudah
menjadi bahasa Internasional.

Oleh karena itu, sebelum memulai dalam menerjemah hendaknya kita memahami
dulu konsep-konsep dalam menerjemah, unsur-unsur dalam menerjemah, syarat-syarat
penerjemah serta proses menerjemah. Seperti halnya yang disampaikan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep-konsep dalam menerjemah?

2. Apa pengertian tarjamah?

3. Apa saja unsur-unsur tarjamah?

4. Apa saja syarat-syarat penerjemah?

5. Bagaimana proses dalam menerjemah?

6. Bagaimana latihan-latihan dalam menerjemah?

Fathur Rohman,
5
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep-konsep dalam menerjemah.

2. Untuk mengetahui pengertian tarjamah.

3. Untuk mengetahui unsur-unsur tarjamah.

4. Untuk mengetahui syarat-syarat penerjemah.

5. Untuk mengetahui proses dalam menerjemah.

6. Untuk mengetahui latihan-latihan dalam menerjemah.

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Menerjemah (‫)هفهىم الترجين‬

Penerjemahan sebagai tindak komunikasi antar komunitas bangsa di dunia, telah


memainkan perannya secara luar biasa. Sulit membayangkan model interakasi macam apa
yang membantu komunikasi warga dunia seandainya tidak ada jembatan penerjemahan
sebagaimana dilakukan selama ini. Pada zaman keemasan Islam, aktivitas penerjemahan
memainkan peran yang luar biasa penting dalam memajukan sains dan teknologi. 1 Yang
menjadi masalah utama dalam proses penerjemahan adalah mencari padanan. Biasanya
penerjemahan yang baik itu sangat bergantung pada beberapa faktor di luar teks, misalnya:2

1) Penulis teks (‫)كاتة‬, yaitu pihak yang menghasilkan tulisan. Teks asli atau teks
sumber yang akan diterjemahkan sangat dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan penulisnya, bacaan yang dia baca dan faktor-faktor lainnya yang secara
signifikan dapat mempengaruhi tulisannya,
2) Penerjemah (‫)يتس ُُجى‬, yaitu pihak yang mengalih bahasakan teks sumber ke dalam
teks sasaran. Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah memiliki peranan
penting karena dia memiliki kontribusi besar dalam menransfer pesan atau
informasi dari penulis teks kepada pembaca teks terjemahan. Dialah yang
menentukan keputusan apakah harus menjatuhkan pilihannya untuk condong pada
bahasa sumber atau pada bahasa sasaran. Jika dia cenderung mempertahankan
bentuk dan gaya tulisan bahasa sumber, maka dia cenderung untuk berideologi
forenisasi, sebaliknya jika dia lebih mengutamakan pembaca teks sasaran dengan
dengan segala implikasinya, maka dia cenderung untuk berideologi domestikasi.
3) Pembaca teks terjemahan (‫)الزئ‬, yaitu pihak yang berposisi sebagai pembaca teks
terjemahan, dewan pembaca, atau penikmat hasil terjemahan yang mempunyai
berbagai macam tafsiran tentang teks yang dibacanya,

1
Ilzamuddin Makmur, Konsep Dasar Penerjemahan Tinjauan Teoritis, Al-Qalam Vol.
21 No. 102 (Desember 2004) di STAIN SMHB Serang dan UNTIRTA Serang, Banten.
2
Rudi Hartono, Pengantar Ilmu Menerjemah, (Semarang : Cipta Prima Nusantara, 2017), Hal. 1-2.

Fathur Rohman,
7
4) Norma (‫)ي ُؼاز‬, yaitu segala macam aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran dan
bahasa sumber,

5) Kebudayaan (‫)ثمافح‬, yaitu berbagai macam benda, kebiasaan, adat istiadat, tradisi,
situasi, dan kondisi yang melatari bahasa sasaran,
6) Hal yang dibicarakan (‫)يىضىع انًحادثح‬, yaitu isi yang menjadi pokok pembicaraan
dalam suatu teks yang bisa dipahami secara berbeda-beda oleh penulis teks sumber
dan penerjemah, serta kelompok pembaca.

Pada saat ini banyak karya tulis baik karya sastra maupun non-sastra, tulisan ilmiah
maupun non-ilmiah dalam bentuk buku, e-books, artikel jurnal, majalah, surat kabar, novel,
kumpulan puisi, dan bahkan lagu telah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia. Kita melihat banyak karya tulis baik sebagai bacaan baik untuk anak-anak,
dewasa, maupun orang tua yang sudah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia yang jumlahnya melampaui karya asli para penulis Indonesia. Namun apakah
aspek kuantitas ini juga disertai kualitas terjemahan yang memadai? Kita tahu bahwa kualitas
terjemahan di Indonesia sering digugat. Memang tidak sedikit karya terjemahan di Indonesia
yang membuat pembacanya berkerut kening karena ia harus menerka-nerka maksud tulisan
yang ada di hadapannya. Kadang-kadang suatu naskah terjemahan baru dapat dipahami
apabila kita membaca naskah aslinya. Menerjemahkan karya tulis baik itu karya sastra
maupun non-sastra dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain adalah suatu pekerjaan
yang tidak hanya sekadar mengalihbahasakan suatu karya.

B. Pengertian Tarjamah )‫( تعريف الترجين‬

Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab “tarjamah”.
Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari bahasa Armenia “turjuman”. Kata
turjuman sama dengan tarjamah dan turjumun yang berarti orang yang mengalihkan tuturan
dari satu bahasa ke bahasa lain.
Az-Zarqani berpendapat bahwa istilah terjemah secara etimologis memiliki empat makna :3
1. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu.
Makna ini terdapat dalam puisi berikut,

3
Syihabuddin, penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek, (Bandung: Humaniora, 2005), 7

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


8
‫إن الثمانين وبلغتها قد أحوجت سمعي الى ترجمان‬
Usia 80, dan aku telah mencapainya, pendengaranku memerlukan penerjemah.

2. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan
bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. Dalam hal
ini terjemah berarti penjelasan.
3. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan
dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. Penerjemah dalam ini disebut sebagai penjelas
atau penafsir tuturan.
4. Memindahkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain seperti mengalihkan bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Dengan demikian, penerjemah disebut
juga sebagai pengalih bahasa
Makna etimologis tersebut memperlihatkan adanya satu karakteristik yang menyatukan
keempat makna, yaitu menerjemahkan berarti menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik
penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya maupun berbeda.4
Beberapa ahli mendefinisikan terjemah sebagai proses mengganti kosa kata yang memiliki
makna sepadan ke dalam bahasa yang lain. Ada beberapa definisi terjemah secara
terminologis menurut para ahli terjemah diantaranya :
1. Nida dan Taber mengatakan bahwa terjemah adalah proses untuk menghasilkan
padanan (equivalence) alami yang paling mendekati pesan bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran, padanan pertama pada tingkat makna, dan padanan kedua pada tingkat
gaya.
2. Larson mengatakan bahwa terjemah merupakan aktivitas menerjemahkan bahasa sumber
ke dalam bahasa sasaran, yaitu dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk
bahasa kedua dengan menggunakan struktur semantik.
3. Wils mengatakan bahwa terjemah adalah menentukan dan menggunakan suatu prosesdur
yang tujuannya adalah untuk mentransfer teks bahasa sumber tertulis menuju teks bahasa
sasaran dengan tingkat kesepadanan yang optimal, yang membutuhkan komprehensitas
sintaksis, semantis, gaya bahasa, dan pragmatik teks dari penerjemahan teks aslinya.

4
Umi Hanifah, Metode Terjemah (Teori Penerjemahan Arab-Indonesia). (Sidoarjo : CV. Dwi Pustaka Jaya,
2013). 7

Fathur Rohman,
9
4. Catford mengatakan bahwa terjemah adalah penggatian materi tekstual dari bahasa
sumber yang sepadan dengan materi tekstual bahasa sasaran.
5. Mc. Guire mengatakan penerjemahan melibatkan suatu upaya yang melibatkan suatu
upaya yang menjadikan bahasa sumber ke bahasa sasaran sehingga terdapat makna yang
hampir mirip dari bahasa sumber ke bahasa sasaran dan struktur bahasa dapat
dipertahankan.

Beberapa pendapat para ahli tersebut terjemah dapat disimpulkan proses pengubahan
bentuk teks dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa) yang nantinya
menghasilkan padanan makna. Dalam penerjemahan hanya form (bentuk) yang berubah dan
hanya meaning (makna) yang dipindahkan.5

Pendapat lain mengatakan bahwa terjemah adalah seni memindahkan ujaran dari
suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Terjemah merupakan seni klasik yang mampu
memajukan peradaban manusia. Bahasa itu hidup terus berkembang maju dengan kehidupan
manusia dan selalu mengalami perubahan, oleh karena itu seorang yang melakukan
pekerjaan seni harus bekerja intens selalu mengoptimalkan tenaga dan pikirannya untuk
menjaga konten yang ada dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seiring perkembangan
zaman akan muncul katakata dan ungkapan-ungkapan baru yang selalu dinamis dan ada
beberapa kata atau ungkapan yang tidak digunakan lagi.6

Pengertian yang menyatakan terjemah itu seni berbeda dengan beberapa pengertian
yang sebelumnya, perbedaan inilah yang nantinya akan menimbulkan perdebatan sengit
tentang kategorisasi disiplin ilmu, apakah terjemah itu seni, ketrampilan, ataukah ilmu.
Perbedaan tentang ketiganya ini sampai saat ini masih belum mencapai kata finish. Keadaan
ini terbukti masih banyak buku-buku yang judulnya langsung menyebut salah satu istilah
tersebut, misalnya ada judul buku “seni menerjamah” yang menunjuk seakan-seakan
memang benar terjemah itu merupakan seni yang semua orang tidak bisa menguasainya
seperti halnya puisi, menyanyi, drama, dan lain sebagainya. Selain itu ada yang berjudul

5
Eko Setyo Humanika, Mesin Penerjemahan Suatu Tinjauan Linguistik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2002), 1
6
Akrom Mu’min, Fan al-Tarjamah li al Tullab wa al-Mubtadi’in, (Dar al-Tala’it, tt), 7

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


10
“ilmu terjemah” yang menunjukkan bahwa memang benar terjemah itu adalah sebuah ilmu
atau kumpulan pengetahuan yang harus dipelajari, dan lain sebagainya.

Pertanyaan, apakah penerjemahan itu merupakan seni, ketrampilan, atau ilmu ?, merupakan
pertanyaan yang secara tidak langsung akan memaksa kita untuk melihat satu jawaban
diantara 3 pilihan. Padahal kita tidak mungkin menyatakan bahwa penerjemahan hanya
sebagai seni, karena dalam penerjemahan kita membutuhkan ketrampilan. Kita juga kurang
tepat jika menyatakan penerjemahan termasuk seni dan ketrampilan semata, karena
bagaimanapun juga dalam penerjemahan tidak lepas dari analisis lintas ilmu. Namun, perlu
diketahui bahwa ilmu penerjemahan bukan ilmu murni. Ilmu penerjemahan merupakan ilmu
terapan, karena didalamnya terdapat aspek-aspek praktis yang sangat ditekankan. Ilmu
penerjemahan juga berkaitan dengan ilmu-ilmu lain seperti linguistik (fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, filologi, lesikologi, psikolinguistik). Berdasarkan penjelasan tersebut,
kita seharusnya memasukkan penerjemahan ke dalam 3 jenis itu secara bersamaan, yaitu
sebagai seni, ketrampilan, dan ilmu.7

Berbagai perbedaan para ahli bahasa itu kiranya tidak lagi memperdebatkan apakah terjemah
itu merupakan seni, ketrampilan, ataukah ilmu?, tetapi sebaiknya para ahli bahasa dan ahli
terjemah lebih memfokuskan pembahasan dan diskusinya itu menjadikan hasil terjemahan
itu lebih baik dan lebih mudah dipahami oleh pembaca.

C. Unsur Tarjamah (‫)عناصر الترجيم‬

Menerjemah adalah suatu kegiatan kompleks. Kompleksitas ini disebabkan oleh


unsur-unsur yang terlibat dalam proses menerjemah yang beragam dan bermacam macam.
Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bahasa Sumber (‫)لغة المصدر‬

Bahasa sumber adalah teks yang diterjemahkan. Jika teks yang diterjemahkan adalah
bahasa Arab, maka bahasa sumbernya adalah bahasa Arab. Sebaliknya, jika teks yang
diterjemahkan itu ditulis dengan bahasa Indonesia, maka bahasa sumbernya adalah bahasa
Indonesia.

7
Fatkhur Rohman, Strategi menerjemah Teks Indonesia-Arab.hal.7.

Fathur Rohman,
11
Setiap teks bahasa sumber memilki tingkat kemudahan dan kesulitan, tergantung jenis
teksnya. Misalnya, teks sastra memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan teks hukum,
teks berita, teks jurnalistik, teks majalah, teks cerita, dan teks-teks yang lain.

Seorang penerjemah dituntut untuk mampu mengenali jenis teks yang akan
diterjemahkan. Selain itu, seorang penerjemah juga harus mampu menguasai pengetahuan
beserta istilah-istilah penting yang terkait dengan teks yang akan diterjemahkan. Misalnya,
jika seorang penerjemah ingin menerjemahkan teks filsafat, dia harus mengetahui berbagai
istilah, aliran, teori, dan tokoh dalam studi filsafat, dari era klasik hingga modern.8

2. Bahasa Sasaran (‫)لغة الهدف‬

Yang dimaksud bahasa sasaran (BSa) di sini adalah bahasa yang digunakan dalam
teks hasil terjemahan. Jika teks yang diterjemahkan itu bahasa Indonesia dan penerjemah
menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, maka bahasa sasaran yang dimaksud adalah
bahasa Arab, Dalam hal ini seorang penerjemah dituntut agar memahami dengan baik bahasa
sasaran, mulai dari makna leksikal, konteks penggunaan kosakata, struktur, uslub, dan segala
hal yang berkait dengan bahasa sasaran.9

Makna .3 )‫(المعنى‬

Makna dapat diartikan dengan "fikrah" atau ide. Makna secara bahasa adalah maksud.
Kata "makna" merupakan bentuk masdar yang bermakna obyek.

Menurut nuhāt, makna adalah "arti" sesuatu dari yang umum pada yang khusus,
Makna adalah gambaran pikiran (cintra mental) yang berada pada kata. Maksudnya, makna
adalah maksud dari sebuah kata. Jika kata itu diungkapkan tersendiri, maka disebut makna
mufrad, jika kata itu diungkapkan secara tersusun, maka disebut makna murakkab. 10
Sedangkan makna menurut para ahli bahasa modern, sebagimana definisi yang diungkapkan
oleh Kamal Bishir, adalah "merupakan sekumpulan karakteristik bahasa untuk sebuah
peristiwa yang diperlajari".11

8
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab. hal.15.
9
Fathur Rohman, M.Pd.I, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, (Sidoarjo : CV.Lisan Arabi), hal.16.
10
Abdul Salam Sayyid Hamid, Al-Shakl wa al-Dilalah, (Kairo: Dar Grarib, 2002), hlm 27.
11
Abdul Salam Sayyid Hamid, Al-Shakl wa al-Dilalah, (Kairo: Dar Grarib, 2002), hlm 28.

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


12
Jadi makna yang dimaksud dalam unsur terjemah di sini adalah maksud atau pesan
yang difahami oleh si penerjemah dari teks bahasa sumber untuk kemudian ia terjemahkan ke
dalam bahasa sasaran.12

4. Padanan (‫)المعادلة‬

Merupakan unsur yang penting dalam penerjemahan, karena ia menjadi jaminan


diterima atau tidaknya teks hasil terjemahan oleh reseptor, karena dalam unsur ini, seorang
penerjemah harus mampu mencari padanan yang paling sesuai dan paling wajar dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini, padanan dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Padanan kata )‫(معادلة المعنى‬

Jika makna disebut sebagai pemahaman pikiran yang abstrak, yang tidak merujuk
pada alam materi (benda), maka yang dimaksud dengan kata adalah padanan yang sesuai
dengan pemahaman pikiran yang abstrak itu. Jadi, kata adalah bentuk bumyi yang diucapkan
oleh seseorang dan sesuai dengan makna. Kata juga bisa didefinisikan sebagal medium untuk
mengungkapkan isi pikiran.

Kata juga merupakan alat untuk menunjukkan makna. Ciri terpenting kata adalah
dapat diucapkan dan memiliki bentuk.13

Padanan kata di sini sering disebut dengan istilah arti dalam bahasa sasaran dari
setiap kosakata yang ada dalam teks bahasa sumber. Oleh karena itu penerjemah harus
piawai mencari padanan yang paling sesuai untuk setiap kata dari teks yang ia terjemahkan.

Banyaknya kata yang memiliki arti lebih dari satu (multimakna) sering membuat
penerjemah kesulitan dalam menentukan arti mana yang paling tepat. Tidak jarang
penerjemah mengalami kesulitan dalam mencari arti sebuah kata yang sesuai dengan yang
diinginkan oleh penulis bahasa sumber, meskipun penerjemah sudah menemukan makna
leksikalnya di dalam kamus. Bahkan terkadang arti yang ada dalam kamus itu tidak bisa
mewakili arti atau makna yang diinginkan oleh teks sumber. Karena itu, penting juga bagi

12
Fathur Rohman, M.Pd.I, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, Op. cit., hal.18.
13
Abdul Salam Sayid Hamid, Al-Shakl wa al-Dilàlah, Op. cit., hlm 18.

Fathur Rohman,
13
penerjemah untuk memilih kamus yang sesuai dengan bidang teks yang sedang ia
terjemahkan. Misalnya, untuk menerjemahkan teks- teks fikih, penerjemah dapat
menggunakan kamus Al-Munawwir atau kamus Mahmud Yunus, untuk menerjemahkan
teksteks kontemporer penerjemah dapat menggunakan kamus Al-Ashri, dan seterusnya.14

b. Padanan gramatikal (‫)معادلة النحو‬

Bila struktur bahasa sumber dan bahasa sasaran sama, maka penerjemah akan
cenderung lebih mudah menerjemahkan teks bahasa sumber tersebut ke dalam bahasa
sasaran secara struktural. Akan tetapi bila bahasa sumber dan bahasa sasaran berbeda dalam
hal struktur atau gramatikanya, maka penerjemah akan menghadapi kesulitan dalam hal
penyesuaian unsur gramatikal. Dari ilmu bahasa, diketahui bahwa bahasa yang serumpun
mempunyai ciri-ciri gramatika yang hampir sama. Akan tetapi, bahasa yang berasal dari
rumpun yang berbeda mempunyai ciri-ciri gramatika yang relatif berbeda.15

Oleh karena itu, dapat dibayangkan bahwa penerjemah akan mengalami


permasalahan ketika menerjemahkan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab, karena
memang struktur kedua bahasa berbeda. Penerjemah akan kesulitan mencari penyesuaian
padanan antara struktur yang ada dalam bahasa sumber dengan padanan yang ada dalam
bahasa sasaran.

Sebab itulah, seorang penerjemah harus benar-benar menguasi kedua struktur atau
gramatika bahasa sumber dan struktur gramatika bahasa sasaran, agar ia mampu menemukan
padanan struktur yang paling sesuai.

Misalnya penerjemah hendak menerjemahkan teks bahasa Indonesia ke dalam bahasa


Arab, maka penerjemah harus menguasai kaidah gramatika kedua bahasa tersebut (gramatika
Indonesia dan Arab) untuk mencari padanannya yang paling sesuai, karena memang struktur
kedua bahasa ini memiliki perbedaan. donesia dan Arab) untuk mencari padanannya yang
paling sesuai, karena memang struktur kedua bahasa ini memiliki perbedaan. Sebagai contoh,
dalam bahasa Indonesia, umumnya struktur kalimat berpola "subyek + predikat + obyek",

14
Fathur Rohman, M.Pd.I, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, Op. cit., hal.19.
15
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation, Op. cit., him 77.

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


14
sedangkan dalam bahasa Arab biasanya banyak yang berpola "predikat (Ai)+ subyek (fa'il) +
obyek (mafül)", dan lain sebagainya.16

c. Padanan konteks )‫(معادلة السياق الكالم‬

Penerjemah harus memperhatikan konteks jika ia ingin mendapatkan padanan yang


sesuai. Bahkan penerjemah sering kali harus melakukan penyesuaian konteks, tidak sekedar
mengambil padanan harfiyah dari suatu kata bahasa sumber. 17 Selain itu, penerjemah juga
tidak hanya cukup dengan mengambil padanan struktur saja karena sering kali meskipun
penerjemah sudah melakukan perubahan struktur dari bahasa sumber ke dalam bahasa
sasaran tetapi hasil terjemahannya masih dirasa kurang bisa mewakili makna yang diinginkan
oleh teks bahasa sumber.

Memahami konteks itu penting, karena untuk bisa memahami jenis teks seseorang
harus terbiasa dengan ciri konteks situasi, yaitu konteks yang memiliki teks yang dapat
menggambarkan realitas eksternal suatu teks.

Oleh kerena itu, seorang penerjemah harus mampu memahami konteks dan situasi
kata-kata dalam bahasa sumber yang digunakan oleh penulis. Selain itu, penerjemah juga
harus mampu membaca maksud penulis serta mampu memilih dan menggunakan kata-kata
yang ada dalam bahasa sumber dengan cermat. Penerjemah juga harus memahami calon
pembaca hasil terjemahan, agar hasil terjemah tersebut memiliki kesesuaian dengan konteks
penulis dan konteks atau tingkat pemahaman pembaca.17

5. Penyesuaian (‰‫)التعديل‬

Penyesuaian biasanya terdapat pada tahap terakhir dalam proses penerjemahan.


Penyesuaian ini dibutuhkan agar menghasilkan teks terjemahan yang baik. Oleh karena itu
seorang penerjemah dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian ini. Penyesuaian ini
meliputi;

• Penyesuaian pilihan kata dengan cara memilih kata-kata yang fushah, sering
digunakan, dan mudah dipahami,
16
Fathur Rohman, M.Pd.I, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, Op. cit., hal.20.
17
Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation, Op. cit., him 87.
17
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, Op. cit., hal.21.

Fathur Rohman,
15
• Penyesuaian struktur yang digunakan dalam bahasa sasaran agar sesuai dengan
aturan bahasa sasaran yang benar,
• Penyesuaian dengan maksud penulis teks asli, dan penyesuaian dengan tingkat
kematangan berfikir calon pembacannya.18

D. Syarat Penerjemah ‫شروط الترجيم‬

Dalam menerjemah, tentu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh penerjemah.
Diantara syarat-syarat itu adalah :

1. Menguasai teks yang akan diterjemahkan. Dalam hal ini, penerjemah akan sukar
menerjemahkan teks tersebut jika belum menguasai masalah, isi pokok dalam suatu teks
tersebut.

2. Menguasai bahasa sumber, yaitu berupa struktur, kebudayaan dan istilah-istilah khusus
dalam teks yang akan diterjemah. Dalam hal ini, penerjemah juga harus menguasai
beberapa ungkapan-ungkapan dan struktur bahasa yang berlainan dengan struktur bahasa
sasaran. Jika penerjemah belum menguasai hal tersebut, maka hasil terjemahan akan
sangat menyimpang dari maksud yang terkandung dalam teks asli. Walaupun terjemahan
itu sudah terlihat sangat baik dari gaya penulisannya sekalipun tetapi jika belum
menguasai bahasa sumber maka informasi yang akan diberikan akan menyesatkan
pembaca.

3. Menguasai bahasa sasaran dan mempunyai keterampilan menulis serta memilih padanan
kata yang sesuai dengan bahasa sumber. Walaupun penerjemah sangat menguasai bahasa
sumber namun belum menguasai bahasa sasaran, maka hasil terjemahannya akan sulit
dipahami karena terlalu terbawa oleh bentuk, struktur dan gramatika bahasa sumber.
Dalam hal ini, penerjemah harus menggunakan kamus bahasa sumber agar penerjemahan
dapat berjalan dengan maksimal.

4. Memahami gaya bahasa, jika hal ini diterapkan dengan baik, maka jiwa dan respon yang
diharapkan oleh penulis dapat tersalurkan dengan baik.

5. Memperhatikan sasaran pembaca, untuk kalangan akademik atau kalangan umum.


18
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia – Arab, Op. cit., hal.21.

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


16
6. Memiliki cukup waktu dalam menerjemah, agar terjemahan dapat dikerjakan secara
optimal19

7. Mempunyai cukup pengalaman dan latihan, penerjemah akan lebih baik jika memiliki
banyak pengalaman agar dapat belajar dari kesalahan-kesalan menerjemah yang pernah
dilakukan dimasa lalu.

8. Mempunyai sifat yang dapat dipercaya dalam memindahkan ide-ide yang terdapat dalam
teks asli. (Mansyur, 2002:186)

9. Merangkai ide-ide dalam gaya bahasa dan pengungkapan yang sangat mendekati bahasa
yang terkandung dalam teks asli

10. Sangat mengetahui segala tatanan dalam bahasa

11. Menjaga ruh (jiwa) yang terkandung dalam bahasa aslinya. (Izzan, 2009:186).
Maksudnya jika bacaan tersebut menjelaskan tentang suatu tokoh, maka penerjemah
hendaknya menjaga sifat-sifat yang dimiliki tokoh tersebut yaitu berupa menerjemahkan
sesuai dengan bahasa aslinya tanpa ada tambahan sedikitpun.

Selain itu, penerjemah juga harus memiliki beberapa sikap. Diantaranya :

1. Memiliki komitmen dan tekad yang kuat untuk dapat menerjemah dengan hasil yang
maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari kesabaran dan ketelatenannya dalam menerjemah
suatu teks, hingga hasilnya sangat baik dan benar.

2. Menjunjung tinggi prinsip kejujuran, yaitu dapat menyelesaikan terjemahannya dengan


baik tanpa ada satupun yang terlewat dan tidak memaksakan diri jika dirinya tidak mampu
dalam menerjemah teks tersebut.

3. Mengerjakan pekerjaannya (penerjemah) dengan sepenuh hati, yaitu tidak bersifat materiil
atau melakukan pekerjaan hanya demi untuk memperoleh uang atau penghargaan.

4. Tidak menyangkut pautkan ideology dalam terjemahan, kecuali ideology terjemah.

19
Umi Hanifah, Metode Terjemah (Teori Penerjemahan Arab-Indonesia). Hal 53

Fathur Rohman,
17
5. Mempunyai keahlian dibidang tertentu, hal ini dimaksudkan agar penerjemah dapat
menggunakan kemampuannya dalam memahami aspek kebahasaan tertentu.20

E. Proses Menerjemah ‫عملية الترجيم‬

Proses menerjemah yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadinya proses berfikir
internal yang dilakukan seseorang lakukan penerjemahan. Dalam proses penerjemahan, ada
tiga macam tahapan yang diuraikan oleh para ahli, diantaranya berikut:

1. Model Proses Terjamahan Era Klasik


Pada jaman dahulu, orang berpendapat bahwa menerjemah itu terjadi secara langsung
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Sebagaimana yang digambarkan dalam bagan
berikut ini:

Teks Bahasa Teks Bahasa


Sumber Sasaran

Contoh penerjemahan dengan proses ini adalah ungkapan "mobil baru itu di depan
َ ‫ "ال َّسيَّا َرةُ ْال َج ِد ْي َدةُ أَ َما َم ْال َم ْد َر‬.
:sekolah" diterjemahkan"‫س ِة‬

Proses ini menjelaskan bahwa penerjemahan dilakaukan langsung begitu saja dengan
cara mencari arti setiap kata yang ada dalam kalimat tersebut, kemudian setelah menemukan
arti setiap kata langsung dirubah menjadi sebuah kalimat terjemahan tanpa merubah susunan
strukturnya sama sekali.
2. Model Nida dan Taber
Proses terjemah yang kedua adalah model proses penerjemahan yang tawarkan oleh
Eugene A. Nida dan Taber. Proses ini biasa disebut dengan penerjemahan dinamis. Proses ini
dapat digambarkan dalam bagan berikut: 21

20
Umi Hanifah, Metode Terjemah (Teori Penerjemahan Arab-Indonesia).Hal. 57
21
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab, (Sidoarjo:CV.Lisan Arabi,2017), hlm 22

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


18
Bentuk Teks Bentuk teks
Bahasa Sumber Bahasa Sasaran

Analisis Restrukturisasi

Isi Teks B ahasa Isi Teks Bahasa


Sumber Transfer
Sasaran

Dalam proses ini terdapat tiga tahapan, yaitu tahap analisis, tahap transfer, dan tahap
restrukturisasi. Dalam tahap analisis, penerjemah menganalisis teks bahasa sumber dalam
hal:
a) hubungan gramatikal yang ada dan b) makna kata dan rangkaian kata-kata untuk
memahami makna atau isinya secara keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna bahasa
sumber telah dipahami dengan baik oleh penerjemah, sehingga kemudian ditransfer ke dalam
pikiran penerjemah. Baru setelah itu, dalam tahap restrukturasi, makna tersebut ditulis
kembali dalam bahasa sasaran sesuai dengan aturan dan kaidah dalam bahasa sasaran.
Adapun contoh penerjemahan ini seperti dalam kalimat berikut:

"Muhammad pergi ke sekolah dengan jalan kaki"

Diterjemahkan ke dalam bahasa Arab:22

"‫" ي ّْذهَبُ ُم َح َّم ٌد إلَى ْال َم ْد َر َس ِة َما ِشيًا َعلَى اأْل َ ْقد َِام‬

Dalam konteks penerjemhan ini, pertama-tama penerjemah menganalisis struktur


gramatikal, yaitu dengan mencari posisi subyek, predikat, keterangan, dan lain-lain. Setelah
itu penerjemah mencari makna setiap kata yang ada dalam kalimat tersebut, serta memahami
isi maksud keseluruhan dari kalimat tersebut. Kemudian penerjemah melakukan tahap
restrukturasi, yaitu makna yang sudah dipahami itu ia tulis kembali dalam bahasa sasaran
(Arab) sesuai dengan kaidah atau aturan yang ada dalam bahasa sasaran (Arah) sehingga kata
22
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab .hlm.23

Fathur Rohman,
19
“Muhammad" yang merupakan subyek dalam kalimat bahasa Indonesia dan berada dalam
urutan pertama, karena memang kaidahnya mengatakan bahwa subyek itu harus ada di depan
predikat, kemudian dalam terjemah bahasa Arab, kata ‫ محمد‬ada dalam urutan ke dua, karena
berposisi sebagai subyek (fa'il), dalam kaidah bahasa Arab harus berada setelah predikat
(fi'il), dan begitu seterusnya untuk kata-kata yang lain yang ada dalam kalimat tersebut harus
disesuaikan strukturnya ketika dirubah ke dalam bahasa sasaran.

3. Model yang Diungkapkan oleh Suryawinata


Model proses menerjemah yang ketiga adalah model yang diungkapkan oleh
Suryawinata. la berusaha memperjelas skema proses penerjemahan dengan meminjam
konsep struktur batin dan struktur lahir tata bahasa generative transformational grammar
menjadi sebagai yang berikut:23

Teks asli dalam Teks terjemahan


Bahasa Sumber dalam Bahasa
Evaluasi dan Revisi Sumber

Restrukturisasi/
A nalisis /
Proses eksternal penulisan
pembahasan
kembali
Proses internal

Teks asli dalam Teks asli dalam


Bahasa Sumber Transfer Bahasa Sumber

Padanan

Lebih lanjut, bagan di atas bisa dijelaskan sebagai beríkut:

23
.hlm.24

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


20
a. Tahap analisis atau tahap pemahaman.
Dalam tahap ini struktur lahir (atau kalimat yang ada) dianalisis menurut hubungan
gramatikal, menurut makna kata atau kombinasi kata, makna tekstual, dan makna
kontekstual. Ini merupakan proses transformasi balik.
b. Tahap transfer.
Dalam tahap ini, materi yang sudah dianalisis dan dipahami maknanya diolah
penerjemah dalam pikirannya, dan dipindah dari bahasa sumber (Indonesia) ke dalam bahasa
sasaran (Arab). Pada tahap ini belum dihasilkan rangkaian kata; semuanya hanya terjadi
dalam batin penerjemah.25
c. Tahap restrukturisasi
Dalam tahap ini penerjemahmencari padanan kata,ungkapan, dan struktur kalimat
yang tepat dalam bahasa sasaran sehingga isi, makna, dan pesan yang ada dalam teks bahasa
sumber bisa disampaikan sepenuhnya dalam bahasa sasaran.
d. Tahap evaluasi dan revisi.
Setelah didapat hasil terjemahan dalam bahasa sasaran (Arab), hasil itu dievaluasi
atau dicocokkan kembali dengan teks aslinya, Kalau dirasa masih kurang padan, maka
dilakukan revisi.
Contoh penerjemahan yang menggunakan model tahapan ini adalah sebagai berikut:
"Sedia payung sebelum hujan" -Tahap
Pertama:
Penerjemah menganalisis aspek gramatika setiap kata, misalnya:
- َ ‫ َّ ا‬sebagai predikat,
kata ‫ػد‬
- kata ‫ يِظَهَّح‬sebagai obyek,
- Kata ‫س‬
ِ ‫ط‬ ْ ‫ لَ ْث َم‬sebagai keterangan,
َ َ ً‫ان‬

25 Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab .hlm.25


Selain itu penerjemah juga berusaha menghubungkan makna tekstual, kontekstual,
dan menurut hubungan gramatikalnya.

-Tahap Kedua:

Fathur Rohman,
21
Penerjemah berusaha memahami apa maksud dari ungkapan "Sedia payung sebelum
hujan", misalnya; "orang itu harus selalu waspada", "orang itu harus selalu siap dalam segala
hal", "orang itu sebaikanya waspada terhadap bahaya", dan seterusnya. Dalam tahap ini
belum ada rangkaian kata. Memang untuk mencapai pemahaman seperti ini tidaklah mudah,
karena penerjemah harus memahami dan mengetahui dengan baik aspek sosiologis yang
dikandung oleh ungkapan tersebut.24

-Tahap Ketiga:

Penerjamah mencari padanan kata, misalnya;

- Sedia = ‫ّ اػد‬
- payung = ‫يِظَهَّح‬
- sebelum = ‫لَ ْث َم‬
- hujan = ‫يَطَس‬

Setelah itu penerjemah berusaha mencari padanan ungkapan tersebut ke dalam bahasa
sasaran. Misalnya:

ِ ‫َ َم انرهََّا‬‰‫ انصَّا ُد ل َْْث‬- ‫س‬


‫ب‬ ْ ‫َ َم‬‰‫ِؼ ل َْْث‬
ِ َ‫ان َط‬ ‫ا ِسْت َـ َِ ْد‬ -

‫س‬ ‫َ َم ت ُـُْ ِد‬‰‫ِؼ ْفَ َسكَ ل َْْث‬


ِ َ‫ْؼان َّشف‬ ْ‫اسْت َـ َِر‬
ِ -

ِ ‫ؼ‬
‫ج‬ ِ ٌ‫َُُخ ْس‬‰َ ‫انىِاَل َ َ ُح‬
‫ٍَ ان ِاَل‬‰£ َ‫ي‬ -

‫ َم ان ِّسيَا ِء‬‰َ‫ٍِ ل َْْث‬‰£ ِ‫َائ‬


ِ ‫ُك‬َُ‰َ ‫تَ ْ َُل ان‬ -

Selain itu penerjemah juga berupaya mencari padanan struktur kalimat, misalnya jika
dalam bahasa Indonesia strukturnya adalah S + P + O + K, sedangkan dalam bahasa Arab
adalah P (fi'il) + S (fa'il) + O (maf’ul) + K (dharaf atau jār majrūr) atau S (mubtada') + P

24
.hlm.26

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


22
(khabar). Kemudian penerjemah memilih satu padanan yang dianggap paling sesuai dengan
ِ َ‫ِؼ يِظَهَّ ًح لَ ْث َم ان َط‬
teks aslinya, misalnya ungkapan yang dipilih adalah ‫س‬ ‫اسْت َـ َِ ْد‬

-Tahap Keempat:

Penerjemah mengevaluasi atau mencocokkan hasil terjemahannya lagi dengan makna


teks dan makna konteks teks aslinya, bila penerjemah menemukan kejanggalan atau
ketidaksesuaian atau masih kurang sesuai dengan hasil terjemahanya, misalnya ternyata yang
dimaksud dengan ungkapan di atas bukan "menyiapkan payung sebelum datang hujan",
tetapi anjuran untuk waspada dalam segala hal, maka penerjemah harus merubahnya menjadi
yang sesuai dengan makna konteks ungkapan di atas, misalnya penerjemah menggantinya
dengan
ungkapan ِ ‫ َم‬‰َ‫ٍَ ل َْْث‬‰£ َ‫َائ‬
‫يَا ِء‬‰ ‫انس‬ ِ ‫ُك‬َُ‰َ ‰ ‫ تَ َُْل ا ْن‬atau ungkapan yang lain yang dirasa sepadan untuk bisa
menyampaikan seluruh pesan yang ada dalam teks aslilnya kepada calon pembaca.

4. Model Proses Menerjemah B. Newmark


Model proses menerjemah menurut B. Newmark dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Pertama; menafsirkan dan menganalisis teks asli,
b. Kedua; melakukan proses penerjemahan secara langsung, menyesuaikan
padanan struktur kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, atau
melalui metode interlanguage, underlying, dan atau tertium comparation.
c. Ketiga; merestrukturasi bentuk teks sesuai dengan maksud penulis,
kedudukan pembaca, dan standar bahasa sasaran (yang bisa dipahami
pembaca).

Agar lebih mudah memahami model proses penerjemahan yang ditawarkan oleh B.
Newmark, sebaiknya pembaca memperhatikan bagan proses penerjemahan berikut ini:25

25
.hlm.27-28

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


23
Menafsirkan dan
menganalisis

Melakukan proses
menerjemah

Restrukturisasi bentuk
teks
Adapun contoh penerjemahan yang mengikuti model proses penerjemahan ini adalah seperti
ungkapan dalam bahasa Indonesia berikut:

"Al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan"

-Tahap Pertama:

Pada tahap ini penerjemah melakukan proses analisis teks, yaitu memahami isi atau
pesan yang ada dalam teks, menganalisis struktur kalimat, dan mencari padanan setiap kata.
Misalnya:

- Al-Qur'an = ٌ ‫انمسآ‬
- diturunkan = َ‫ِص َل‬
‰ُُِ
- ًِ ‰ً
di = ‫ِف‬
- bulan = ‫شهس‬
- Ramadhan = ٌ ‫زيضازيضا‬

Sedangkan secara struktur, kalimat ini dapat dianalisis sebagai berikut; dalam bahasa
Indonesia kalimat tersebut tergolong kalimat pasif, sedangkan dalam bahasa Arab kalimat ini
disebut al-jumlah li al-majhūl (‫)انًجهم نهًجهم‬. Sehingga subyek atau failnya tidak disebutkan
(muqaddar). Jadi, dalam bahasa Indonesia, kata al-Qur'an berkedudukan sebagai subyek, dan
dalam bahasa Arab sebagai na'ib al-fă'il. Dalam bahasa Indonesia, kata "diturunkan = َ‫ِص َل‬
‰ُُِ "
disebut predikat, sedangkan dalam bahasa Arab disebut fi'il li al-majhül. Dalam bahasa
ًِ ‰ً " disebut keterangan tempat/waktu, dan disebut huruf jār atau zaraf
Indonesia, kata "di = ‫ِف‬
dalam bahasa Arab. Dan sedangkan kata "Ramadhan = ٌ ‫ "زيضا‬dalam bahasa Indoneisa dan

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


24
bahasa Arab Sama-sama merupakan nama bulan yang suci dan penuh keberkahan, hanya saja
bedanya kalau dalam bahasa Arab disebut isim majrür atau mazrüf, sedangkan dalam bahasa
Indonesia kata “di bulan Ramadhan" disebut keterangan.26

-Tahap Kedua:

Penerjemah melakukan proses menerjemah secara langsung misalnya kalimat "al-


Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan" diterjemahkan menjadi " ٌ ‫ضا‬ ِ ‫ِف َشه‬
َ َ‫ْس َزي‬ ‰ُُِ َ ٌ ‫"انمسآ‬
ًِ ‰ً ‫ِص َل‬
tanpa merubah struktur kalimat dan rutbah setiap kata yang ada di dalamnya. Atau dengan
cara langsung menggaris bawahi, atau menangkap pesan inti yang ingin disampaikan oleh
teks tersebut. Misalnya, intinya adalah di bulan Ramadhan al-Qur'an diturunkan, sehingga
dapat diterjemahkan menjadi " ٌ ‫آ‬‰‰‫ِص َل انمس‬
‰ُُِ َ ٌَ‰ٌ َ‫ا‬‰‰‫ض‬ ِ ‫ه‬‰‰‫ِف َش‬
َ َ‫ْس زَ ي‬ ًِ ‰ً Bisa juga dengan menggunakan
ungkapan yang lain.

-Tahap Ketiga:

Pada tahap ini penerjemah melakukan penyususnan kembali teks yang sudah
diterjemahkan pada tahap kedua dengan menyesuaikan kembali makna teks/pesan teks
dengan maksud si penulis teks asli tersebut dan menyesuaikan pemilihan ungkapan hasil
terjemahan sesuai dengan tingkatan pemahaman pembaca teks hasil terjemahan nantinya,
serta menyusun struktur kalimat terjemahan itu agar sesuai dengan kaidah struktur umum
yang dipahami dan dipakai oleh banyak orang, misalnya struktur yang benar dan banyak
dipaka. serta sesuai dengan uslüb untuk kalimat pasif dalam bahasa Arab. Misalnya:

‫ جاز انًجسوز‬/ ‫ ظسف انًظسوف‬+ ‫ َائة انفاػم‬+‫انفؼم نهًجهىل‬

Sehingga hasil terjemahan teks "al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan" adalah27:

“ ٌَ‰ٌ َ‫ضا‬
َ َ‫شهس َزي‬
ِ ‰£ٍِ ٌُ‰ٌ ُ‫ِص َل انمسآ‬
‫ِف‬ ‰ُُِ َ ”

Keempat macam model peroses penerjemahan di atas biasanya terjadi dengan sangat
cepat sehingga terkadang para penerjemah tidak menyadarinya. Penerjemah tidak tahu dia
sedang menggunakan model proses yang mana; apakah sedang menggunakan proses
penerjemahan nomor satu, nomor dua, atau model penerjemahan nomor tiga. Sebanarnya
26
.hlm.29
27
Strategi Menerjemah Teks Indonesia .hlm.30

Fathur Rohman, -Arab


25
tidaklah begitu penting apakah penerjemah menggunakan model yang mana, tetapi yang jauh
lebih penting adalah kapan kita sebagai penerjemah menggunanakan model pertama, model
kedua, model ketiga, dan model keempat?.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, pembaca dapat menggamati


contohcontoh penerapan model proses penerjemahan yang sudah dipaparkan di atas. Secara
singkat, model-model tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Model pertama itu terjadi ketika penerjemah menerjemahkan teks-teks yang sederhana,
baik dalam hal makna, atau dalam hal struktur kalimat, yang tidak begitu membutuhkan
proses restrukturasi yang kompleks ketika diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran.

Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab


26
Model yang kedua dapat gunakan ketika kita menerjemahkan teks-teks yang secara
leksikal makna kosakata yang terdapat dalam teks sumber tergolong sederhana dan atau
mudah dicari padanannya, hanya saja tekstur struktur teks tersebut tidak sama antara bahasa
sumber dan struktur bahasa sasaran, sehingga membutuhkan restrukturasi ketika
diterjemahkan dalam bahasa sasaran.

Model proses penerjemahan yang ketiga digunakan ketika penerjemah menerjemahkan


teks-teks yang tidak bisa dipahami secara tekstual dengan hanya menerjemahkan setiap kata
yang ada di dalamya, bahkan setelah direstrukturasi pun kita tetap tidak bisa memahami
maksudnya. Biasanya teks-teks ini berupa teks-teks sastra atau mengandung makna tersirat
yang harus sesuai dengan konteks penggunaannya, seperti bait syair, kata-kata mutiara,
pribahasa, dan lain sebagainya.28

Model penerjemahan yang keempat digunakan ketika penerjemah menerjemahkan


teksteks yang membutuhkan pemahaman yang mendalam atau menyelami maksud dari
pikiran si penulis teks sumber dan memilih jenis ungkapan hasil terjemahan yang sesuai
dengan tingkat pemahaman pembaca.

Oleh karena itulah, penting sekali bagi seorang penerjemah untuk mengidentifikasi atau
mengenali jenis-jenis teks yang akan diterjemahkan terlebih dahulu, untuk kemudian dipilih
model penerjemahan yang sesuai, guna menentukan langkah-langkah dalam penerjemahan
dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, atau dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Arab, sehingga teks hasil terjemahannya bisa dipahami oleh orang-orang yang membaca teks
hasil terjemahannya dan memiliki gaya selingkung yang baik atau enak dibaca. Karena
banyak sekali teks hasil terjemahan yang justru malah membuat bingung para pembaca,
bahkan tidak sedikit pula teks hasil terjemahannya melenceng dari maksud teks aslinya.
Padahal tujuan utama menerjemahkan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
adalah agar mudah dipahami oleh orang lain, sebagaimana definisi asal menerjemah yaitu
menjelaskan isi pesan teks kepada orang lain.29

28
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab .hlm.31
29
.hlm.32
Fathur Rohman, Strategi Menerjemah Teks Indonesia-Arab
27
F. Latihan Menerjemah ‫هوارسةالترجين‬

Adapun latihan dan contoh penerjemahan dari teks bahasa Indonesia ke teks bahasa Arab
adalah sebagai berikut.

Menerjemah suatu teks atau kalimat bahasa Indonesia kedalam bahasa Arab dapat dilakukan
dengan :

1.) Analisislah unsur-unsur penerjemahan yang terdapat pada teks atau kalimat pada bahasa
sumber (bahasa Indonesia) yaitu dengan mencari padanan kata yang terdapat dalam kamus
bahasa sasaran (bahasa Arab)

2.) Rangkai kata-kata tersebut menjadi satu kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab.

3.) Rangkailah kalimat-kalimat tersebut menjadi suatu paragraf yang sesuai dengan teks
bahasa Indonesia tersebut.

Contoh :

a) Bahasa Sumber (bahasa Indonesia)

Musthafa dan teman-temannya pergi ke pasar pada hari Kamis untuk membeli
pakaian musim dingin. Pasarnya ramai, karena pekerja dari kota dan sekitarnya datang pada
hari ini setiap pekannya, untuk membeli kebutuhan mereka seperti pakaian, sepatu, bahan
makanan, dan lain-lain. Musthafa dan teman-temannya memasuki sebuah toko yang di
dalamnya ada berbagai jenis pakaian, dan mereka membeli pakaian berbahan wool, setelah
berkeliling sejenak, akhirnya mereka kembali ke rumah masing-masing.

Kata kerja :

( ُ‫ ) ذهَةَ – َرْ هَة‬Artinya adalah : Pergi.

ٌَِ ‰ٌَ ‫ ) ا ِْشت َسَي – َْش‬Artinya adalah : Membeli.


( ‫تَِس‬

ًََ‰ً ) Artinya adalah : Datang.


ِ‰£ٍْ ‫أََت – َأ‬
( ‫ِْت‬

( ‫ًََن‬‰ً ِ‫ ) اِحْ تا َ َج – حْ تا َ ُج إ‬Artinya adalah : Membutuhkan.

( ‫ ) د َخ َم – َ ْد ُخ ُم‬Artinya adalah : Masuk.

28
( ‫ال – جُ ْى ُل‬
َ ‫ ) َج‬Artinya adalah : Berkeliling.

‰ُ‫ػ َد – َ ُْْى‬
(‫ؼد‬ ‫ ) ُ َا‬Artinya adalah : Kembali.

Kata benda :

‰ََْ ‫ك جـ أ‬
( ‫ْص ِداَل ٌء‬ ٌ ْ ‫ص ِد‬
َ ) Artinya adalah : Teman.

ٌ ‫ْسىَا‬‰ََْ ‫ق جـ أ‬
( ‫ق‬ ٌ ‫ ) ُس ْى‬Artinya adalah : Pasar.

( ‫ ٌو جـ أَ َّا ٌو‬‰َ‫ ) َْْى‬Artinya adalah : Hari.

( ٌ‫س‬‰ُ ُْْ ِ ‫ ) ًَخ‬Artinya adalah : Kamis.

ٌَ‰ٌ ‫ ) يَه‬Artinya adalah : Pakaian.


( ُ‫ْثَس جـ يَاَل تِس‬

( ‫ ) ِشتا َ ٌء‬Artinya adalah : Musim dingin.

ًَِ ‰ًَ ‫ يُصْ د‬/ ‫ِح ٌى‬‰ََِ ‫ ) ٌ يُصْ د‬Artinya adalah : Ramai.
( ‫َِح َح‬

ُ‰ٌٌُْ ‫ػايِه‬
( ‫ْى‬ َ ‫ػيِ ٌم جـ‬
‫ ) َ َا‬Artinya adalah : Pekerja.

( ‫ُ ٌح جـ يُ ُد‬‰َ َُُْْ ‫َِِد‬‰َ َ‫ ) ٌ ٌ ي‬Artinya adalah : Kota.

( ‫ضىَاح‬
َ ‫ِح َ ٌح جـ‬
ُِ ‰ُ ‫ضا‬
َ ٍ ) Artinya adalah : Pinggiran.

ُ ) Artinya adalah : Setiap/Semua.


( ‫كم‬

ُِ ‰ُ ‫ ٌع جـ أ َس‬‰ُ‫ْسث ُْْى‬‰ُُْ ‫ ) أ‬Artinya adalah : Pekan.


ُ ْ ‫َاِت‬
( ‫غ‬

( ‫ َِِر َح‬‰َ ‫ْح‬‰ََْ ‫ٌ حراَ ٌء جـ أ‬


ِ ) Artinya adalah : Sepatu.

( ‫ ) يَاد ٌَّج جـ يَىَاد‬Artinya adalah : Bahan.

( ‫ ) ِغراَ ٌء‬Artinya adalah : Gizi.

( ُ‫ ) يَت َْجسٌ جـ يَتا َ ِجس‬Artinya adalah : Toko.

ٌ ‫ ٌع جـ أَ ْىَا‬‰َ‫ ) َْْى‬Artinya adalah : Macam/Jenis.


( ‫ع‬

ُِ ُ‰ ‫ َك‬/ ٌ‫ِث ْس‬


( ‫ِث ْ َسج‬ ُِ ُ‰ ‫ ) ٌ َك‬Artinya adalah : Banyak.

( ‫اف‬ ‰ََْ ‫ْف جـ أ‬


ٌ َ‫ْصى‬ ٌ ‫صى‬
ُ ) Artinya adalah : Wool.

29
‫‪ ٌ ) Artinya adalah : Sebentar/Sedikit.‬لَ ُِِهُ‪ٌ ْ ‰‬م ‪ /‬لَ ُِِهُ‪َ ‰‬‬
‫ْهح (‬

‫َاش ُل (‬
‫ي ِ‬ ‫ْص ٌل جـ َُ‬
‫ي ِ‬‫‪َُ ) Artinya adalah : Rumah.‬‬

‫)‪b) Bahasa Sasaran (bahasa Arab‬‬

‫للش ِ‬ ‫ي ْو َم ِ‬
‫الخم يْ ِ‬ ‫إل ُّ ِ‬ ‫أص ِدقا ُؤهُ َ‬
‫الس ْو ُق‬
‫تاء َكا َن ُّ‬ ‫بس ِّ‬ ‫ت ُروا َملَ َ‬
‫س لي ْش َ‬ ‫الس ْوق َ‬ ‫صط َفى َو ْ‬ ‫ب ُم ْ‬ ‫ذىَ َ‬
‫الي ْوم ِم ْن ُك ِّل ْأُُُُْْْ ُُ ٍْو ‪،‬‬
‫ف ىَ َذا َ‬‫ت ْو َن َ‬ ‫ضو ِ‬
‫اح ْي َها يَ ُ‬ ‫ِ ِ‬ ‫الع ِاملِ ْي َن َ‬
‫ف ال َمد ْي نة َو َ َ‬
‫ًِ‬
‫ُم ْز َد ِ>ِحا ‪ ،‬لِ َّن َ‬
‫ك َد َخ َل‬ ‫َح ِذي ٍة ‪َ ،‬و َم َواَّ َّد ِغ َذائي ٍة ‪َ ،‬وغ ِْي َذل َ‬
‫بس ‪َ ،‬وأ ْ‬
‫ِ‬
‫إلي ِو م ْن َملَ َ‬
‫اجو َن ْ‬ ‫ي ْحت ُ‬ ‫ت ُروا َم ا َ‬
‫ليش َ‬
‫ْ‬
‫الص و ِ‬ ‫ت روا ملَ ِ‬ ‫ثي رةٌ ِم َن ال َملَ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫مص ط َفى و ِ‬
‫ف ‪،‬‬ ‫بس م َن ُّ ْ‬ ‫اش َ َ َ َ‬ ‫بس َو ْ‬ ‫أص دقا ُؤهُ َم ْت َج را ف ْي ِو أ ْن َوا َك ْ‬
‫َ ْ‬ ‫ُ ْ‬
‫نازل ِه ْم‬
‫إَل َم ِ‬ ‫ادوا ٌٌََ‬
‫الس ْو ِق ‪َ ،‬ع ُ‬
‫ف ُّ‬ ‫قلي ًَل َ‬ ‫َوب ْع َد أ ْن َجالوا ْ‬

‫‪30‬‬
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penerjemahan sebagai tindak komunikasi antar komunitas bangsa di dunia, telah


memainkan perannya secara luar biasa. Yang menjadi masalah utama dalam proses
penerjemahan adalah mencari padanan. Biasanya penerjemahan yang baik itu sangat
bergantung pada beberapa faktor di luar teks, yaitu : Penulis teks (Authors), Penerjemah
(Translators), Pembaca teks terjemahan (Readership), Norma (Norms), Kebudayaan (Cultures), dan
Hal yang dibicarakan (Discourses)

2. Terjemah diambil dari bahasa Arab “tarjamah”. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah
tersebut dari bahasa Armenia “turjuman”. Kata turjuman sama dengan tarjamah dan
turjumun yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain.
Terjemah yaitu proses pengubahan bentuk teks dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa
sasaran (Bsa) yang nantinya menghasilkan padanan makna. Dalam penerjemahan hanya
form (bentuk) yang berubah dan hanya meaning (makna) yang dipindahkan.
3. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses menerjemah yang beragam dan bermacam macam
diantaranya : Bahasa Sumber (Teks yang akan diterjemahkan), Bahasa Sasaran (bahasa
yang digunakan dalam teks hasil terjemahan) , makna , padanan (kata, gramatikal,konteks)
dan penyesuaian.

4. Diantara syarat-syarat yang harus dilakukan oleh penerjemah adalah : Menguasai teks
yang akan diterjemahkan, menguasai bahasa sumber, menguasai bahasa sasaran dan
memiliki keterampilan menulis, memahami gaya bahasa, memperhatikan sasaran
pembaca, memiliki cukup waktu untuk menerjemah, mempunyai cukup pengalaman dan
latihan, mempunyai sifat dapat dipercaya untuk memindahkan ide-ide dalam teks asli,
merangkai ide-ide dan gaya bahasa yang mendekati teks yang diterjemah, dan sangat
mengetahui tatanan dalam bahasa.

5. Ada beberapa jenis model dalam proses menerjemah, yaitu :

31
- Model Proses Terjamahan Era Klasik : penerjemahan dilakaukan langsung begitu saja dengan
cara mencari arti setiap kata yang ada dalam kalimat tersebut, kemudian setelah menemukan arti
setiap kata langsung dirubah menjadi sebuah kalimat terjemahan tanpa merubah susunan strukturnya
sama sekali.
- Model Nida dan Taber : Dalam proses ini terdapat tiga tahapan, yaitu tahap analisis, tahap
transfer, dan tahap restrukturisasi. Dalam tahap analisis, penerjemah menganalisis teks bahasa sumber
dalam hal: a) hubungan gramatikal yang ada dan b) makna kata dan rangkaian kata-kata untuk
memahami makna atau isinya secara keseluruhan.
-Model yang diungkapkan oleh Suryawinata : proses penerjemahan dengan meminjam konsep struktur
batin dan struktur lahir tata bahasa generative transformational grammar
- Model Proses Menerjemah B. Newmark : dalam proses ini melewati tahapan-tahapan sebagai
berikut: menafsirkan dan menganalisis teks asli, melakukan proses penerjemahan secara langsung,
dan merestrukturasi bentuk teks sesuai dengan maksud penulis, kedudukan pembaca, dan standar
bahasa sasaran (yang bisa dipahami pembaca).

6. Latihan dalam menerjemah teks bahasa Indonesia kedalam teks bahasa Arab dapat
dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur penerjemahan yang terdapat pada teks atau
kalimat pada bahasa sumber (bahasa Indonesia) yaitu dengan mencari padanan kata yang
terdapat dalam kamus bahasa sasaran (bahasa Arab). Kemudian merangkai kata-kata tersebut
menjadi satu kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Setelah itu, merangkai
kalimatkalimat tersebut menjadi suatu paragraf yang sesuai dengan teks bahasa Indonesia
tersebut.

B. Saran

Kami selaku penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam
pembuatan makalah tentang konsep penerjemahan, baik dalam format penulisan maupun isi
pembahasan. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Makmur, Ilzamuddin. “Konsep Dasar Penerjemahan Tinjauan Teoritis”. Al-Qalam STAIN


SMHB Serang dan UNTIRTA Serang, Banten Vol. 21 No. 102 (Desember 2004).
Hartono, Rudi. Pengantar Ilmu Menerjemah. Semarang : Cipta Prima Nusantara, 2017.
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora,
2005.
Hanifah, Umi. Metode Terjemah (Teori Penerjemahan Arab-Indonesia). Sidoarjo : CV. Dwi
Pustaka Jaya, 2013.
Humanika, Eko Setyo. Mesin Penerjemahan Suatu Tinjauan Linguistik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2002.
Mu’min, Akrom . Fan al-Tarjamah li al Tullab wa al-Mubtadi’in. Dar al-Tala’it, tt.
Rohman, Fatkhur. Strategi menerjemah Teks Indonesia-Arab. Sidoarjo: CV. Lisan Arabi,
2017.
Sayyid Hamid, Abdul Salam. Al-Shakl wa al-Dilalah. Kairo: Dar Grarib, 2002. Suryawinata,
Zuchridin dan Sugeng Hariyanto, Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan
(revisi). Malang: Media Nusa Creative, 2016.

33

Anda mungkin juga menyukai