Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI DAN KIAT PRAKTIS PENERJEMAHAN BAHASA ARAB KE


DALAM BAHASA INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Terjemah I

Dosen Pengampu : Syahabuddin Nur, M.Pd.I

OLEH KELOMPOK 9

Ahmad Nashir

Hidayatullah

MAHASISWA SEMESTER 4 LOKAL C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Mualim yang telah memberikan tugas
kepada kami sehingga kami mendapatkan banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam
pembahasan “STRATEGI DAN KIAT PRAKTIS PENERJEMAHAN BAHASA ARAB
KEDALAM BAHASA INDONESIA”.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Amuntai, 14 Mei 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................4

C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................5

A. Pengertian Konsep Terjemah................................................................................................6

B. Unsur-unsur Ilmu Menerjemah.............................................................................................9

C. Asumsi-asumsi Dalam Penerjemahan................................................................................10

D. Peran Makna Dalam Penerjemahan....................................................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerjemahan merupakan proses pengalihan pesan penulisan bahasa sumber kedalam


bahasa sasaran. Dua bahasa yang terlibat di dalamnya tentunya memiliki pola kalimat atau tata
bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut tentunya tidak menjadikan penerjemahan adalah
pekerjaan yang mudah oleh seorang penerjemah. Seorang penerjemah seharusnya memiliki
kualifikasi yang baik dalam memahami bahasa baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran.
Dalam menerjemahkan sebuah teks tertulis terdapat faktor intralinguistik dan ekstralinguistik
yang harus dipahami sebelum ide dari seorang penulis dialihkan kedalam bahasa sasaran. Bahasa
sebagai objek penerjemahan dari suatu bahasa ke bahasa lain tidak dapat dilakukan secara
memadai, tanpa memiliki pengetahuan yang baik mengenai budaya dan struktur kedua bahasa
tersebut. (Larson 1998: 470)
Terjemah adalah suatu upaya mengalihkan makna teks (Wacana) dari bahasa sumber (al-
lughah al-ashl) ke bahasa sasaran (al-lughah al-mustahdafah). Atau mengalih bahasakan dari
bahasa asal (source language, al-lughah al-murtajamminha) ke bahasa sasaran (target language,
al-lughah al-murtajam ilaiha). Menurut sebagian pakar bahasa, terjamah juga dapat berarti suatu
usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab (teks sumber) dengan padanannya kedalam
(bahasa Indonesia). Sebenarnya banyak sekali definisi terjamah yang dikemukakan oleh para
ahli, namun agar lebih mudah digunakan maka setelah mempertimbangkan prinsip akomodatif
kritis transformatif, dapat didefinisikan sebagai berikut : Seni mengganti bahasa ucapan atau
tulisan dari bahasa sumber ke dalam bahasa yang dituju. Terjamah dapat dikatan seni,
dikarenakan adanya hubungan yang sangat erat antara kedua bahasa penerjemah. Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa terjemah adalah busana pemikiran seseorang. Apabila busana itu
baik dan dipakai sesuai dengan suasana dan keadaan, maka akan terlihat indah dan menarik.

Terjemah adalah kemampuan berpikir dan memindahkan hasil pemikiran kedalam


ungkapan yang baik. Asas jika di dalam Insya’ (mengarang) terdapat dua pilar (ekspresi) penulis
dan tafkir (upaya berpikir secara kreatif dan kritis), maka dalam terjemah juga terdapat dua unsur
mendasar yakni memahami dan menyusun ide-ide sehingga mengerti maksud pengarang.

4
Intinya, bukan hanya mengalih bahasakan semata, namun kemampuan dan keterampilan
mengikat makna, sehingga merupakan kemenyeluruhan dan keutuhan ide penulis. Disinilah,
penerjemah perlu lebih jeli menangkap pemikiran dan maksud-maksud dari penulis.
Dibandingkan dengan mengarang (Insya’), maka proses penerjemahan sebenarnya lebih sulit dan
memerlukan usaha lebih teliti dari penulis itu sendiri. Hal itu dikarenakan penerjemah terbatas
pada upaya memahami pemikiran penulis, sedangkan penulis lebih bebas mengemas, memilih
dan mengekspresikan pikirannya kedalam tulisan baik dari diksi kata maupun struktur kalimat
(Uslub) nya. Berdasarkan pada kondisi di atas, maka penerjemahan rawan terjadi kesalahan,
terlebih lebih, jika penerjemah kurang memahami alur pikir penulis, dan tidak membekali diri
dengan ilmu bantu yang mencukupi, serta tidak memahami disiplin ilmu yang sedang di
terjemahkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep terjemah?
2. Bagaimana unsur-unsur ilmu menerjemah?
3. Bagaimana asumsi-asumsi dalam penerjemahan?
4. Bagaimana peran makna dalam penerjemahan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui konsep terjemah


2. Untuk mengetahui unsur-unsur ilmu menerjemah
3. Untuk mengetahui asumsi-asumsi dalam penerjemah.
4. Untuk mengetahui peran makna dalam penerjemahan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Terjemah

Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut
pengertian, yaitu pengertian secara etimologi (bahasa) dan pengertian secara terminologis
(istilah).

Secara Etimologi (Bahasa)

Kata terjemahan berasal dari bahasa Arab ‫( ترجمة‬tarjamah) kata tersebut kedudukannya
sebagai masdar yaitu dari fiil madhi rubal al-mujarrad bentuknya terjadi sebagai berikut:

‫ترجمة‬، ‫ يترجم‬، ‫ ترجمة‬، ‫ وترجاما‬، ‫ ومترجما‬، ‫ مترجم فهو‬، ‫مترجم وذاك‬

Lafadz terjemah di dalam kamus Al-Munjid fii Al-Lughah Wa Al-Além, menunjukan salah Satu
dari empat makna berikut:

1. Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan menggunakan bahasa lain

2. Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dengan bahasa yang mudah

3. Menceritakan biografi seseorang

4. Pendahuluan dari sebuah kitab

Muhammad bin Salih Al-Asimaini di dalam kitab Gul fit Tafsir, mengatakan bahwa kata
terjemah secara bahasa ialah:

‫ لغة الترجمة‬: ‫تطلق على معان ترجع الى البيان واإليضاح‬

"Terjemahan secara bahasa adalah menetapkan suatu makna yang mampu memberikan
keterangan dan kejelasan"

6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijumpai arti terjemah, yaitu menyalin (memindahkan)
dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain atau mengalih bahasakan. Dari penjelasan etimologi
terjemah di atas dapat dipahami bahwa substansi dari terjemah adalah memindahkan bahasa
pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari bahasa Arab kepada bahasa Indonesia).

Secara umum menerjemahkan adalah memindahkan gagasan, ide, atau pikiran dalam
suatu bahasa kedalam bahasa lain, bahasa pertama disebut bahasa sumber atau bahasa asli
(source languange / al-lughat al-manqul minha / al-lughat al-matn) dan bahasa kedua disebut
bahasa target atau bahasa sasaran (target languange / al-lughat al-manqul ilaiha / al-lughat al-
syarh).1

Secara Terminologi (Istilah)

Kata terjemah yang dalam bahasa Arab disebut ‫ ترجمة‬. Menurut istilah pengertiannya

sebagai berikut:

Muhammad bin Salihal Basimaini di dalam kitab Isul fi Al-Tafsir, mengatakan:

"Terjemah secara istilah yaitu, menerangkan suatu kalam (pembicaraan) dengan menggunakan

bahasa yang lain."

Menurut Abu Al-Yazzan Atiyyahal Jaburi di dalam kitab Dirasat fi Al-Tafsir Wa Rijalih:

‫بنقل الكالم من لغة إلى لغة أخر بدون بيان معنى األصل المترجم عنه‬

"Memindahkan suatu kalam (pembicaraan) dari Satu bahasa kedalam bahasa yang lain dengan
tidak menerangkan makna asal dari kalam yang diterjemahkan."

‫تفسيرا لكالم وبيان معناه في لغة أخري‬

"Menafsirkan suatu kalam (pembicaraan) dan juga menerangkan makna kalam tersebut di dalam
bahasa yang lain."

Menurut Muhammad Abdul Mazim Al-Zarqani di dalam kitab Manahil Al-Irfan fii Ulum Al-

1
Nur Mufid dan Kaserun As Roman, Buku Pintar Menerjemah Arab Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progressif,
2007), hal. 8

7
Quran:

‫تبليغ الكالم لمن لم ييبلغه‬

"Menyampaikan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa orang yang belum pernah

menerimanya."

‫الكالم بلغته التي جاء بهتفسير‬

"Menafsirkan kalam (pembicaraan) dengan memakai bahasa kalam itu sendiri."

‫الكالم بلغته غير لغةتفسير‬

"Menafsirkan kalam (pambicaraan) dengan meakai bahasa selain bahasa kalam itu."

‫الكالم من الغة إلى أخرىنقل‬

"Mengalihkan suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain."

Dari keempat pendapat tentang pengertian "terjemah" yang telah disebutkan di atas,
dapat diketahui bahwa dalam tuturan bahasa Arab meliputi berbagai makna bahkan pengertian
kata sering dikaitkan pada situasi di mana kata itu diucapkan.

Namun dapat dikatakan bahwa terjemah, yaitu memindahkan suatu kalam (pembicaraan dari
suatu bahasa ke dalam bahasa yang lain dan mengungkapkan suatu pengertian dengan suatu
kalam yang lain dalam bahasa yang lain, dengan memenuhi arti dan maksud yang terkandung di
dalam pengertian tadi.

Selain pengertian di atas, juga terdapat beberapa pengertian di antaranya menurut Anwar
Nurul Yamin “Yang di maksud penerjemahan di sini adalah pengalih bahasaan Al-Qur’an dari
bahasa aslinya, yakni bahasa Arab ke dalam bahasa si penerjemah, misalnya kedalam bahasa
inggris atau bahasa indonesia”.2

terjemah yaitu menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
dimaksudkan pengarang. Sedangkan Ibnu Burdah mendefinisikan terjemahdengan sangat

2
Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 101

8
sederhana sebagai usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab teks sumber) dengan
padanannya kedalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).

B. Unsur-unsur Ilmu Menerjemah

Dalam menerjemah, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan seorang penerjemah.

Di antaranya adalah :

1. Aspek Bahasa
Penguasaan Bahasa
Kemampuan memilih bahasa yang sesuai dari arti kosa kata maupun struktur kalimat.
Penerjemah juga harus memahami arti kata secara leksikal, tekstual, konotatif, dan denotatif.
a) Sorof
Kemampuan memahami ilmu sorof dan perubahan tasrif serta memahami fungsi penambahan
huruf baik untuk transitif (ta’diyah), menerima akibat (mutawa’ah), maupun saling berbalasan
(musyarakah). Sorof sangat vital dalam proses penerjemahan. Sebab jika salah akibatnya akan
sangat fatal. Bandingkan: jalasa dengan ajlasa, fataha dengan infataha, asyara dengan istasyara,
dan sterusnya.
b) Nahwu
Dalam konteks terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekadar teoritis tapi
kompetensi praktis empiris. Penerjemah harus memapu membedakan perbedaan irab secara
konkrit akurat, apakah itu fail, maful, malum majhul, mudhaf, atau manut, bentuk kalimat taajjub
atau istifham dan seterusnya. Sorof memproduksi kata-kata untuk direkayasa oleh nahwu
sehingga menghasilkan makna yang indah.
c) Balaghah
Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa ditinggalkan,
karenamerupakan alat untuk mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar
penerjemah mampu membedakan arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya. 3 Mampu
membedakan antara pemaknaan alegoris, silogis maupun, majazi. Karena tidak selalu yang
tertulis merupakan arti harfiyahnya.
2. Aspek Non Bahasa

3
Abdul ‘Alim az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal 23

9
a) Isi
Materi naskah bermacam-macam, di antaranya adalah buku ajar, novel, puisi atau syair,
makalah, dan lain-lain.
b) Pembaca
Pembaca bermacam-macam tergantung kepada siapa terjemahan ditujukan. Terjemahan untuk
ahli bahasa dan orang awam berbeda.
c) Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Dibuat
Keadaan yang tenang akan melahirkan terjemahan yang baik, begitu juga dengan keadaan yang
tergesa-gesa atau ramai akan membuat terjemahan kurang baik.
d) Situasi dan Kondisi Saat Terjemahan Diterima
Situasi lingkungan dan hati akan mempengaruhi penghayatan pembaca.

C. Asumsi-asumsi dalam Penerjemahan

Dalam bidang ilmu dikenal asumsi asumsi yang dijadikan pedoman dan arah oleh orang-
orang yang melakukan aneka kegiatan yang ilmiah pada bidang tersebut. Dalam bidang
terjemahanpun dikenal asumsi-asumsi yang meruapakan cara kerja, pengalaman, keyakinan, dan
pendekatan yang dianut oleh para peneliti, praktisi, dan pengakar dalam melaksanakan berbagai
kegiatanya. Bahkan, penerjemah yang belum memliki latar belakang pendidikan formal pun,
tetapi dibesarkan oleh pengalamannya memilih prinsip dan cara-cara yang digunakan untuk
mengatasi masalah penerjemahan yang dihadapinya.

Sebagai sebuah asumsi pernyataan-pernyataan berikut ini terbuka untuk dikritik dan
dibantah karena dianggap belum terpuji keandalanya sebagai sebuah prinsip atau teori. Di
samping itu asumsi ini pun tidak bersifat universal. Mungkin saja sebuah asumsi dapat
diterapkan dalam menerjemahkan dalam nas tertentu, tetapi tidak mungkin diterapkan dalam nas
lain.4

Di antara asumsi yang berlaku dalam kegiatan penerjemahan baik pada bidang teori,
praktek, pengajaran, maupun evaluasi penerjemahan adalah sebagai berikut:

4
Syihabuddin. Teori dan Praktik Penerjemahan Arab Indonesia. (Bandung Humaniora, 2001) hal 16

10
1. Penerjemahan merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya bidang ini menunutut bidang
penerjemah yang bersifat multidisipliner yaitu kemampuan dalam bidang teori menerjemah,
penguasan.

D. Peran Makna dalam Penerjemahan

Masih berkhidmat dalam penerjemahan. Dalam penerjemahan, teks yang dialihkan tidak
sekedar bentuk-bentuk bahasanya saja, tetapi juga makna yang terkandung harus tersampaikan
secara utuh. Makna berada di balik susunan kata sampai kalimat. Dan suatu kata bisa mempunyai
makna yang berbeda. Berikut macam-macam makna:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal mengacu pada makna yang ada pada kamus. Makna ini terdapat pada unsur
bahasa yang lepas dari penggunaan atau konteksnya. Misalnya sebuah kata small dapat berarti
kecil, ringan, sederhana, remeh. Jadi padanan kata small dapat diketahui setelah kata ini berada
dalam suatu rangkaian kata yang membentuk makna tertentu.

2. Makna Gramatikal

Makna yang terbentuk dari hubungan antar unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar,
misalnya hubungan suatu kata dengan kata lain dalam frasa atau klausa. Contoh kata round
dalam round table berarti meja yang bundar. Sementara itu, dalam I round the table berarti
mengelilingi. Hal ini terjadi karena pebedaan kelas gramatika kata round sebagai kata sifat dan
sebagai kata kerja.

3. Makna Kontekstual dan Situasional

Makna kontekstual ialah hubungan antara ujaran dengan situasi yang menaungi ujaran tersebut.
Jadi, makna ini ialah makna yang berkaitan erat dengan konteks situasi yang terjadi.

Contoh, dalam konteks seoarang wanita yang ingin menolak ajakan kencan seorang pria. Si
wanita menjawab dengan mengatakan "I’m tired". Ujaran tersebut bukanlah bermakna si
perempuan mengabarkan bahwa ia sedang lelah, namun sedang menolak sebuah ajakan kencan.
Ujaran tersebut bermakna "I'd rather not."

11
4. Makna Tekstual

Makna tekstual berkaiatan erat dengan isi suatu teks secara keseluruhan. Kata yang sama tetapi
berbeda jenis teksnya bisa mengakibatkan makna yang berbeda pula. Dalam ilmu bahasa,
morphology ialah ilmu yang mengkaji bagaimana morfem membentuk suatu makna tertentu.
Sementara itu, dalam teks biologi kata morphology berarti suatu cabang biologi yang
berhubungan dengan bentuk dan struktur tumbuh-tumbuhan dan hewan.

5. Makna Sosio-kultural

Makna sosio-kultural ialah makna yang sangat berkaitan dengan latar belakang budaya
penggunanya. Misalnya kata thanksgiving tidak dikenal dalam budaya timur.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Terjemah adalah memindahkan bahasa pokok kepada bahasa sasaran (dalam hal ini dari
bahasa Arab kepada bahasa Indonesia). Dari kutipan Aris Wuryantoro, Nida dan Taber yang
mengatakan bahwa penerjemahan meliputi kegiatan menghasilkan kembali pesan ke dalam
bahasa penerima dan dengan kesepadanan yang hampir mirip dengan bahasa asli, baik dalam
makna maupun gaya bahasanya.
Unsur pokok dalam menerjemahkan yaitu:

-Aspek bahasa Penguasaan kamus bahasa, kemampuan memilah dan memilih diksi bahasa baik
dari arti kosa kata maupun struktur kalimat. Yang tidak kalah pentingnya adalah memahami arti
kata baik secara leksikal, tekstual dan konotatif/denotatif.

-Ilmussorfi, Sorof Kemampuan memahami ilmu sorof dan perubahan tasrif serta memahjami
fungsi penambahan huruf baik untuk transitif (ta’diyah) menerima akibat (mutawa’ah) maupun
saling berbalasan (musyarakah).

-Nahwu. Aspek yang tidak mungkin ditinggalkan oleh penerjemah adalah nahwu. Dalam konteks
terjemah, kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekadar teoritis tapi kompetensi praktis
empiris.

-Balaghah. Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting yang tidak bisa ditinggalkan,
karena merupakan alat untuk mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar
penerjemah mampu membedakan arti yang tersirat dari pada hanya arti lahiriyahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul ‘Alim az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003) .

13
Anwar Nurul Yamin, Taman Mini Ajaran Islam Alternatif Mempelajari Al-Qur’an,
(Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004).

Nur Mufid dan Kaserun As Roman, Buku Pintar Menerjemah Arab Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 2007).

Syihabuddin. Teori dan Praktik Penerjemahan Arab Indonesia. (Bandung Humaniora, 2001).

14

Anda mungkin juga menyukai